Pemicu 2 Respirasi

120
PEMICU 2 RESPIRASI “DOK, SAYA PILEK LAGI” Almira Nabila Valmai 405130193

description

respi

Transcript of Pemicu 2 Respirasi

PEMICU 2 RESPIRASI DOK, SAYA PILEK LAGI

PEMICU 2 RESPIRASIDOK, SAYA PILEK LAGIAlmira Nabila Valmai405130193LOLo 1Fisiologi penyaringan udara, sistem imun pernapasan (rhinitis alergi), drainaseFISIOLOGI HIDUNGFungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal :Fungsi respirasi mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, peyeimbang dalam pertukaran udara dan mekanisme imunologik lokalFungsi penghidu mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghiduFungsi fonetik resonansi suara, bantu proses bicara dan cegah hantaran suara sendiri mll konduksi tulangFungsi statik dan mekanik meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panasReflek nasal mukosa hidung merupakan reseptor refleks (iritasi mukosa refleks bersin napas berhenti; ransang bau sekresi kelenjar liur, lambung, pankreas)Lubang hidung keluar masuknya udara. Rambut hidung menyaring udara yang masuk ketika bernapasSelaput lendir tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau. Serabut saraf mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan.Saraf pembau (silia) mengirimkan bau-bauan yang diterima ke otak.Cavum nasi menyediakan saluran aliran udara walaupun mulut terisi oleh makanan. Juga berfungsi sebagai penghangat udara.

1. Sebagai jalan nafasPada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

Pengatur kondisi udara (air conditioning)Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

3. Sebagai penyaring dan pelindungBerguna untuk membersihkan udarainspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasib. Siliac. Lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

5. Resonansi suaraPenting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.6. Proses bicaraMembantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.

7. Refleks nasal

5Fungsi Hidung:Sebagai jalan nafasInspirasi : Udara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah ke arah nasofaring sehingga aliran udara berbentuk lengkungan atau arkusEkspirasi :Udara masuk melalui nares posterior sama seperti inspirasi. Tapi pada bagian depan udara memecah, sebagian ke nares anterior dan sebagian lain ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaringPengatur kondisi udara (air conditioning)Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus paruDilakukan dengan cara mengatur kelembapan udara dan mengatur suhu Mengatur kelembapan :Dilakukan oleh palut lendir (mucous blanket)Mengatur suhuBanyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas radiasi dapat berlangsung secara optimalSuhu udara setelah melalui hidung 37 C

66Sebagai penyaring dan pelindungDilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir (mucous blanket), dan enzim lysozymeDebu dan bakteri akan melekat pada palum lendir dan partikel-partikel besar akan dikeluarkan dengan refleks bersinIndera penghiduAda mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan 1/3 bagian atas septumPartikel bau mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.Resonansi suaraPenting untuk kualitas suara saat berbicara dan menyanyiSumbatan hidung resonansi berkurang atau hilang suara sengau (rinolalia)Proses bicaraMembantu proses pembentukan kata-kataKata dibentuk oleh lidah, bibir, palatum molePembentukan konsonan nasal (m,n,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udaraRefleks nasalReseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasanContoh : iritasi mukosa hidung refleks nafas dan bersin berhenti

77FISIOLOGI SINUS PARANASALFungsi Sinus Paranasal:Sbg pengatur kondisi udara (air conditioning):Sinus berfungsi sbg ruang tambahan utk memanaskan dan mengatur kelembapan udara inspirasi.Sbg penahan suhu (thermal insulators):Sbg penahan panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yg berubah-ubah.Membantu keseimbangan kepala:Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.88Membantu resonansi suara:Sinus berfungsi sbg rongga utk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara.Sbg peredam perubahan tekanan udara:Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yg besar dan mendadak, mis pada waktu bersin atau membuang ingus.Membantu produksi mukus:Mukus yg dihasilkan oleh sinus paranasal efektif utk membersihkan partikel yg turut masuk dgn udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius.99Daya pertahanan spesifikketika aliran turbulensi udara terhadap bahan-bahan yang terhirup oleh hidung dan dengan bantuan kerja dari mukus hidung terpelihara dengan baikDaya pertahanan non spesifikdaya pembersihan hidung yang bekerja di dalam rongga hidung yang bertujuan untuk melindungi dan mempertahankan rongga hidung dari virus, bakteri, jamur ataupun partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udara. Efektifitasnya tergantung pada integritas dari sistem mukosiliar yang disebut sistem transport mukosiliar. (Hilger PA,1997 ; Soetjipto D & Wardani RS,2007)

SISTEM IMUN PERNAFASANDalam hal imunologi lokal, hidung dan sinus paranasal merupakan organ yang berperanan penting sebagai garis terdepan pertahanan tubuh pada saluran nafas bagian bawah terhadap mikroorganisme dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di dalamnya.

Oleh karena itu, kedua organ ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya. Kedua organ tersebut memiliki daya pertahanan yang disebut spesifik dan non spesifik. (Hilger PA,1997. Passali. Soetjipto D & Wardani RS,2007)

Daya pertahanan spesifik adalah ketika aliran turbulensi udara terhadap bahan-bahan yang terhirup oleh hidung dan dengan bantuan kerja dari mukus hidung terpelihara dengan baik, sedangkan daya pertahanan non spesifik adalah daya pembersihan hidung yang bekerja di dalam rongga hidung yang bertujuan untuk melindungi dan mempertahankan rongga hidung dari virus, bakteri, jamur ataupun partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udara. Efektifitasnya tergantung pada integritas dari sistem mukosiliar yang disebut sistem transport mukosiliar. (Hilger PA,1997 ; Soetjipto D & Wardani RS,2007)

10Dgn masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yg secara garis besar terdiri dari :- Respon primer terjadi : proses eliminasi & fagositosis bersifat non spesifik bila Ag tdk dpt dihilangkan Respon sekunder- Respon sekunder bersifat spesifik terjadi : SI seluler & non seluler Bila Ag tdk jg berhasil dieliminasi / sdh ada defek dri sistem imunologik respon tertier- Respon tertier Rx ini bersifat sementara / tdk tgantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuhSistem transport mukosiliar merupakan sistem yang bekerja secara aktif dan simultan tergantung pada gerakan silia untuk mendorong gumpalan mukus dan benda asing yang terperangkap masuk saat menghirup udara melalui sistem pengangkutan di saluran pernafasan atas dan bawah hingga ke saluran pencernaan.Oleh karena itu sistem transportasi mukosiliar disebut sebagai lini pertama dan dasar dalam mekanisme pertahanan tubuh antara silia epitel dengan virus, bakteri maupun partikel benda asing lainnya yang bekerja secara aktif menjaga agar saluran pernafasan atas selalu bersih dan sehat dengan membawa partikel debu, bakteri, virus, allergen, toksin dan benda asing lainnya yang tertangkap pada lapisan mukus ke arah nasofaring. (Ballenger JJ,1994 ; Sakakura, 1997) SISTEM IMUN PERNAFASAN(TRANSPORT MUKOSILIAR)Transportasi mukosiliar (TMS) adalah proses pengangkutan benda asing ke arah nasofaring yang sangat ditentukan oleh keadaan gerak silia, palut lendir dan interaksi antara keduanya. Daya pembersih mukosiliar dapat berkurang oleh karena perubahan komposisi palut lendir, aktivitas silia yang abnormal, peningkatan sel-sel infeksi, perubahan histopatologi sel hidung, hambatan sel ekskresi ataupun obstruksi anatomi. Waktu transport mukosiliar dapat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, diantaranya iklim, kelembaban, kebiasaan dan ras. Dalam hal ras, perbedaan luas permukaan mukosa yang berbeda-beda berdasarkan konstitusi anatomi, dapat juga mempengaruhi waktu transport mukosiliar. (Ballenger JJ,1994 ; Huang HM,2006 ; Sakakura, 1997 ; Waguespack R,1995)REAKSI ALERGIImmediate Phase Allergic ReactionBerlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya

Late Phase Allergic Reaction, berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jamMEKANISME PERTAHANAN TUBUHMenurut Gell dan Coombs merupakan Tipe 1 : Reaksi IgE.Ikatan silang antara IgE yg diikat sel mast dan basofil melepas mediator vasoaktif.Manifestasi klinik : anfilaksis sistemik dan lokal seperti urtikaria, asma, rinitis, alergi makanan.

Rhinitis

Rhinitis AlergiDefinisiEtiologi Kelainan pada hidung dengan gejala bersin bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan alergen yg diperantrai IgE (WHO)AlergenAlergen Inhalan (masuk bersama dengan udara pernafasan) : debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamurAlergen Ingestan (masuk ke saluran cerna) : makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udangAlergen Injektan (masuk melalui suntikan / tusukan) : penisilin atau sengatan lebahAlergen Kontaktan (masuk melalui kontak dengan kulit / jaringan mukosa) : bahan kosmetik atau perhiasanPolutan : Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika pada penderita tertentu

16Allergic RhinitisColdsAsthmaEar InfectionsSinus InfectionsFAKTOR PREDISPOSISISpector SL. J Allergy Clin Immunol. 1997;99:S773-S780.Nasal PolypsURI=upper respiratory infections.OME=otitis media with effusion.17Patofisiologi

Klasifikasi1. Berdasarkan sifat berlangsungnya (dulu) :Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)Alergen penyebab : tepung sari (pollen) & spora jamur. Gejala : mata merah, gatal, disertai lakrimasiRinitis alergi sepanjang tahun (perennial)Penyebab : alergen inhalan (dewasa) & alergen ingestan (anak)

2. Berdasarkan sifat berlangsungnya (WHO Initiative ARIA, 2001) :Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 mingguPersisten/menetap : bila gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu

3. Berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit :Ringan bila tdk ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja & hal-hal lain yg menggangguSedang-berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas19Gejala spesifik lainTerdapat bayangan gelap di daerah bawah mata yg terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner)Sering tampak anak menggosok-gosokkan hidung dgn punggung tangan karena gatal (allergic salute)Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian 1/3 bawah (allergic crease)Mulut sering terbuka dengan lengkung langit2 yg tinggi ggg pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid)Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone app.), serta dinding lateral faring menebalLidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)

BEDA RINITIS ALERGIKA DENGAN INFLUENZARINITIS ALERGIKAINFLUENZATanda dan gejalaHidung berlendir encer , tanpa disertai demamLendir berwarna putih cair , berubah menjadi kuning kental , tubuh agak demamAwitanSesaat setelah terpapar alergen1- 3 hari setelah terpapar virus penyebab influenzaLama seranganSepanjang tubuh terpapar dengan alergen tidak diobati5-6 hari , tergantung kondisi tubuh dan pengobatan yang diberikanTatalaksana Menghindari alergen penyebabTerapi simptomatik dengan obat:Antihistamin oralH1: etanolamin,etindelamin,fenotiazin ES: mengantuk,hilang nafsu makan,dan efek anti kolinergik (kekeringan membran mukosa)H2 : simetidin,ranitidin lebih bermanfaat jika diberikan bersama antihistamin H1 Mengecewakan pada terapi polipNatrium kromolin intranasal menurunkan pelepasan mediatorKortikosteroid rinitis alergikaKomplikasiPolip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.

Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

Sinusitis paranasal.

Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama khususnya pada anak-anak.

Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial.23Rinitis Vasomotor/IdiopatikEtiologi: idiopatik-> hiperesponsivitas/ reaktivitas sal.napas atas terhadap trigger lingkungan yang tidak spesifik, seperti perubahan suhu dan kelembapan atau paparan terhadap iritanGejala:Hidung tersumbatRinorea anteriorPostnasal discharge, kadang dengan bersinSkin prick tes biasanya negatifTerapi:Menghindari pemicuMedikamentosa: Korikosteroid topikalJika rinorea adalah gejala utama-> antikolinergik topikal (mis: atrovent)Rinitis MedikamentosaEtiologi: penggunaan jangka panjang dekongestan topikal-> atrofi mukosaPreparat tsb seharusnya tidak digunakan >7-10 hariTerapi:Penggantian dengan kortikosteroid topikal nasalPrednisolon oral, jika tidak ada KIRinitis HipertrofiHipertrofi konka inferior karena proses inflamasi kronis oleh infeksi bakteri primer atau sekunderTanda dan gejala: Hidung tersumbatMulut keringNyeri kepalaGangguan tidurSekret banyak dan mukopurulenPemeriksaan:Konka hipertrofi pasase udara dalam rongga hidung sempitRinitis AtrofiInfeksi hidung kronikAtrofi progresif mukosa dan tulang konkaSekret kental dan cepat mengering krusta berbau busukGambaran Histopatologi Rinitis Atrofitampak metaplasia epitel torak bersilia epitel kubik atau berlapis gepengSilia menghilangLapisan submukosa tipisKelenjar berdegenerasi atau atrofi

Etiologi Rinitis AtrofiInfeksi kuman spesifik (klebsiella, Klebsiella ozaena, stafilokokus, streptokokus, Pseudomonas aeruginosa)Defisiensi FE, vit. ASinusitis kronikKelainan hormonalPenyakit autoimun

Gejala & Tanda Rinitis AtrofiNafas berbauIngus kental bewarna hijau, ada krusta hijauGangguan penciumanSakit kepalaHidung tersumbatPemeriksaan Hidung Rinitis AtrofiRongga hidung sangat lapangKonka inferior dan media hipotrofi atau atrofiSekret purulen dan krusta hijauRinitis DifteriDisebabkan Corynebacterium diphteriaeGejala akut: Demam, toksemia, limfadenitis, mungkin ada paralisis otot pernapasanRinore bercampur darahPseudomembran putih yang mudah berdarahKrusta coklat di nares anterior dan rongga hidungRinitis JamurNon invasif : menyerupai rinolith dengan inflamasi mukosa yang lebih berat dan tidak terjadi destruksi kartilago dan tulangInvasif : ditemukan hifa jamur pada lamina propria, invasi pada submukosa perforasi septum atau hidung pelanaPemeriksaan hidung: Sekret mukopurulenUlkus atau perforasi septum disertai jaringan nekrotik kehitaman (black eschar)Rinitis TuberkulosaInfeksi tuberkulosa ekstra pulmonerTuberkulosis berbentuk noduler atau ulkus mengenai tulang rawan septum dan mengakibatkan perforasiSekret mukopurulen dan krusta hidung tersumbatDiagnosis ditegakkan dengan penemuan BTA pada sekret hidungGambaran histopatologi: sel datia langhans dan limfositosisRinitis SifilisDisebabkan Treponema pallidumAdanya bercak/bintik pada mukosa (rinitis sifilis primer dan sekunder)Gumma atau ulkus yang mengenai septum nasi dan mengakibatkan perforasi septum (rinitis sifilis tersier)Pemeriksaan: sekret mukopurulen berbau, krusta, perforasi septum atau hidung pelana.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikrobiologi dan biopsi.Benda AsingEtiologi: logam, plastik, serangga yang masuk ke hidungGejala:Sekret hidung purulen kronik unilateralJika benda aseing telah ada dalam waktu lama, dapat membentuk nidus untuk deposisi garam kalsium dan magnesium-> rhinolith yang terlihat radiopakManajemen: ImagingMembuang benda asing di bawah anestesi umum pendek, dengan throat pack untuk mencegah aspirasi objekRinitis Simpleks/Common ColdEtiologi: rhinovirus, myxovirus, coxsackie virus, ECHO virusGejala:Prodormal: rasa panas, kering, gatal dalam hidungBersing berulang-ulangHidung tersumbat dan ingus encer, biasa disertai demam dan nyeri kepalaMukosa merah dan bengkakJika terjadi infeksi sekunder bakteri-> ingus mukopurulenTerapi: istirahat, simtomatis (analgetika, antipiretik, dekongestan), antibiotik (bila infeksi sekunder)Lo 2Epistaksis EpistaksisEpistaksis adalah perdarahan dari bagian dalam hidung.Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui penyebabnya, kadang-kadang disebabkan karena trauma.Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung atau kelainan sistemik.

Sumber PerdarahanMelihat asal perdarahan, epistaksis dibagi menjadi epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior kebanyakan berasal dari pleksus Kisselbach di septum bagian anterior atau dari arteri etmoidalis anterior. Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri etmoidalis posterior atau arteri sfenopalatina.PenatalaksanaanPrinsip penatalaksanaan epistaksis ialah perbaiki keadaan umum, mencari sumber perdarahan, hentikan perdarahan dan mencegah komplikasi. Perbaiki keadaan umum misalnya ada kelainan pada nadi, tekanan darah atau pernapasannya.Untuk dapat menghentikan perdarahan perlu dicari sumbernya, apakah perdarahan dari anterior atau dari posterior. Dan bisa dilakukan pemasangan tampon anterior maupun tampon posterior.

KomplikasiKomplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epistaksisnya sendiri atau sebagai akibat dari usaha penanggulangan epistaksis.Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah ke dalam saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia, dan gagal ginjal.Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner dll.Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat terjadi infeksi, sehingga perlu diberikan antibiotik. Pencegahan 1. Jangan mengkorek-korek hidung.2. Jangan membuang ingus keras-keras.3. Hindari asap rokok atau bahan kimia lain.4. Gunakan pelembab ruangan bila cuaca terlalu kering.5. Gunakan tetes hidung NaCl atau air garam steril untuk membasahi hidung.6. Oleskan vaselin atau pelembab ke bagian dalam hidung sebelum tidur, untuk mencegah kering.7. Hindari benturan pada hidungLo 3 Hidung luar (anatomi, batas-batas, infeksi, kelainan)

Otot hidungM. ProcerusM. NasalisM. Dilator nasi anterior bikin hidung bisa kembang kempisM. Depressor septiM. Levator labii superior alaque nasi

Tulang yang Menyusun Kerangka Hidung LuarOs. NasalProc. Frontalis ossis maxillaePars nasalis ossis frontalis

Tulang Rawan yang Menyusun Kerangka Hidung LuarCartilago nasi lateralCartilago alaris majorCartilago septi nasiCartilagenes alares minoresTrauma hidungTrauma Hidung adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan cedera di dalam atau di luar hidung yang dapat menyebabkan perdarahan, kelainan bentuk, kesulitan bernafas, dan terganggunya indera penciuman. Cedera di dalam hidung biasanya terjadi ketika benda asing masuk ke dalam hidung atau ketika seseorang memakai obat-obatan melalui hidung. Cedera di luar hidung biasanya berhubungan dengan aktifitas olahraga, kekerasan, penyiksaan atau kecelakaan.Tulang hidung adalah tulang wajah yang paling sering patah karena tulang tersebut adalah tulang dengan posisi paling depan pada wajah. Meskipun tidak mengancam jiwa, patah tulang hidung dapat menyebabkan kelainan bentuk baik secara estetik dan fungsional.Patah tulang hidung juga dapat merusak selaput yang melapisi jalan nafas melalui hidung, menyebabkan terbentuknya jaringan parut sehingga menyumbat jalan nafas dan merusak indera penciuman seseorang.TUJUAN PENANGANAN FRAKTUR HIDUNG : Mengembalikan penampilan secara memuaskan Mengembalikan patensi jalan nafas hidung Menempatkan kembali septum pada garistengah Menjaga keutuhan rongga hidung Mencegah sumbatan setelah operasi , perforasiseptum, perubahan bentuk punggung hidung Mencegah gangguan pertumbuhan hidung Trauma Hidung dapat mengakibatkan komplikasi berikut :Peradangan selaput hidungKebocoran cairan serebrospinal dari hidung

Furunkel Nasi Furunkulosis hidung adalah pembentukan abses superfisial yg dpt tumbuh di setiap bagian hidung, tidak berbeda secara materi dari proses yg sama di bagian tubuh lain. Paling sering organisme yg menginfeksinya adalah stafilokokus aureus.Bisa disebabkan oleh luka kecil seperti akibat mengorek hidung, menyebabkan luka pada folikel rambut dari vibrise hidung, sudah cukup untuk masuknya bakteri. Penyakit diabetes dan penyakit-penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh seringkali disertai oleh furunkulosis rekuren. GejalaKulit vestibulum seperti juga yang melapisi apeks khas melekat erat pada kartilago di bawahnya. Jadi tampak sebagai daerah yang agak bengkak, agak kemerahan, nyeri tekan, dan menyebabkan rasa nyeri berdenyut yg hebat. Jika masih ada ruang untuk membengkak (misalnya, epitel yg tidak begitu melekat), rasa nyeri dan nyeri tekan tidak begitu hebat.Jika kondisi menjadi lebih lanjut, pertengahan furunkel menjadi kuning dan mengeluarkan nanah. Adanya pembengkakan kelopak mata, kemosis, perubahan pupil, nyeri kepala yang letak dalam permulaan ptosis, dan eksoftalmus, selain juga menggigil, demam, dan gejala dari penyebaran sistemik.TerapiHarus diperhatikan bahwa furunkel hidung jangan dianggap ringan. Abses tidak boleh dipencet pencet karena akan menyebabkan bahaya intrakranial. Pengobatan utama ialah dengan memanaskan daerah tersebut dan pemberian antibiotik.Jika terjadi penyebaran ke sinus karvenosus, sebagai tambahan terapi antibiotik dosis tinggi, harus diberikan antikoagulan untuk memperpanjang waktu protrombin menjadi dua kali atau lebih dibandingkan dengan kontrol.Lo 4Rongga hidung (anatomi, batas-batas, kelainan, infeksi)ANATOMI HIDUNG DALAM(CAVUM NASI) 1. Dasar HidungDibentuk oleh proc. Palatina os maxillae dan proc. Horisontal os palatum2. Atap HidungTerdiri dari :Cartilago lateralis superiorCartilago lateralis inferiorOs nasalProc. Frontalis os maxillaeCorpus os etmoidCorpus os sphenoidSebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-filamen n. Olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial concha nasalis superior

3. Dinding Lateral Cavitas NasiDibentuk oleh permukaan dalam proc. Frontalis os maxillae, os lacrimalis, concha nasalis superior dan concha media (yang merupakan bagian dari os etmoid), concha inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial

4. Concha NasalisTerletak pada dinding lateral cavitas nasi (cavum nasi)Dibagi menjadi 3 :Concha nasalis supremeConcha nasalis superior Concha nasalis mediaConcha nasalis inferior tulang tersendiri yang melekat pada maxillae bagian superior dan palatumMeatus SuperiorCelah antara concha nasalis superior dengan concha nasalis mediaMeatus MediusCelah antara concha nasalis media dengan concha nasalis inferiorMeatus InferiorCelah antara concha nasalis inferior dengan palatum durumBerasal dari massa lateralis os etmoid

ANATOMI HIDUNG DALAM(SEPTUM NASI)Septum nasi membagi cavitas nasi (cavum nasi) menjadi 2 ruang : kanan dan kiriBagian posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoidBagian anterior dibentuk oleh cartilago septum, premaxilla dan kolumela membranosaBagian posterior dan inferior dibentuk oleh os vomer, crista maxilla, crista sphenoid

Perdarahan Hidung - Arteri

Perdarahan Hidung - VenaBerupa plexus venosus submukosa yang dialirkan ke:V. OphthalmicaV. SphenopalatinaV. FacialisUtk sistem termoregulasiRongga hidungRegio vestibulumRegio Cavum nasiRegio OlfaktoriusEpitelLam. PropBerlap. Gepeng +Tanduk

VibrissaeKel. sebaseaKel. sudoriferaBertgk. torak, siliaSel goblet

Limfosit, Eosinofil, Sel Plasma, Makrofag. Kel. Seromukosa IdemSel olfaktoriusSel sustentakulerSel basalKel. Serosa Bowman(Tubulo alv. Bercab.) bertingkat bersilindris69ANATOMI HIDUNG DALAM(SINUS PARANASAL)

Sinus paranasalEmbriologi Perkembangan: fetus usia 3-4 bulan Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahirsinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior (8 tahun)sinus sphenoid berasal dari postero-superior rongga hidung (8-10 tahun )SINUS MAKSILA Terbesar, berbentuk pyramid.saat lahir 6-8 ml, saat dewasa 15mldinding anterior : fossa kakinadinding posterior: permukaan infra-temporal maksiladinding medial: dinding lateral rongga hidungdinding superior: dasar orbitadinding inferior: prosesus alveolaris dan palatum. Ostium: di superior dinding medial sinus, bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.SINUS FRONTALterbentuk bulan keempat fetus berkembang usia 8-10 tahun.tidak simetris dipisahkan oleh sekat yang terletak digaris tengahUkuran :2,8cm (tinggi) x 2,4cm (lebar) x 2cm (dalam).tersekat-sekat dan tepinya berlekuk-lekuk.Ostium: terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.SINUS ETMOIDUkuran: anterior ke posterior 4-5cm, tinggi 2,4cm dan lebar 0,5cm di bagian anterior dan 1,5cm dibagian posterior.terletak antara konka media dan dinding medial orbita sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus mediusposterior yang bermuara di meatus superior.resesus fronta (berhubungan dengan sinus frontal) infundibulum (tempat bermuara sinus maksila) SINUS SFENOID terletak dalam os fenoid di belakang sinus etmoid dibagi dua oleh septum intersfenoid.Ukuran: 2cm (tinggi) x 1,7cm (lebar) x 2,3cm (dalam).Volume: bervariasi dari 5-7,5ml.Batas-batasnya Superior: fossa serebri media dan kelenjar hipofisa,Inferior: atap nasofaringLateral: berbatas dengan sinus kavernosa dan a.karotis interna sebelah posterior: fosa serebri posterior di daerah pons.VASKULARISASIsinus frontal,etmoid ,atap hidungCabang arteri etmoidalis anterior dan posterior dari arteri oftaimica menyuplai darah sinus maksila cabang arteri labialais superior dan cabang infraorbtalis serta alveolaris dari arteri maksilaris internasinus sfenoidcabang faringealis dari arteri maksilaris interna Vena-vena suatu pleksus kavernosa yang rapat di bawah membrane mukosa

Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia, sel gobletLamina propria tipisKelenjar seromukosaNasofaring:HidungNasofaringLaringMikroskopis : Epitel bertingkat torak, siliaOrofaring:Rongga mulutOrafaring OesofagusMikroskopis : Epitel belapis gepengSinus Paranasalis :Sinus MaksilarisSinus FrontalisSinus EtmoidalisSinus Sfenoidalis78A. DefinisiCorpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Kapita Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ).Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000).Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

KELAINAN(CORPUS ALIENUM)

B. KlasifikasiCorpus alienum esophagus Banyak terjadi pada anak anak. Hal ini disebabkan anak anak mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain lain. Pada orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain lain.Corpus alienum di trakea-bronkus Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalnya kacang, nasi dan lain lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja. Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

C. PatofisiologiBenda asing baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karen faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tersebut tertelan dan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda itu, maka akan dilakukan ekstraksi untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut.Ekstraksi tersebut dapat menimbulkan lesi pada esophagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.D. Gejala1.Nyeri di daerah leher.2.Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.3.Rasa tercekik.4.Rasa tersumbat di tenggorokan.5.Batuk, muntah, disfagia.6.BB turun.7.Regurgitasi.8.Gangguan nafas.9.Ronchi/mengi.10.Demam.11.Abses leher.12.Emfisema subkutan.13.Gangguan pertumbuhan.14.Obstruksi saluran nafas.

E. Pemeriksaan fisik1.Pada pemeriksaan esophagus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi atau mungkin hematom.2.Pada leher mungkin ada abses leher (pada anak anak).3.Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.4.Adanya gangguan pertumbuhan pada anak anak.5.Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.6.Suhu tubuh demam dan BB turun.

F. Pemeriksaan penunjangRongent Foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jambaru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.Video fluoroskopi Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secarakeseluruhan,dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksiparsial. Pemeriksaanlaboratoriumdarahdiperlukanuntuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.

G. Tatalaksana Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

Septum hidung merupakan bagian dari hidung yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri. Septum nasi berfungsi sebagai penopang batang hidung (dorsum nasi). Septum nasi dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian anterior, yang tersusun dari tulang rawan quadrangularis; dan bagian posterior, yang tersusun dari lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer.Dalam keadaan normal, septum nasi berada lurus di tengah tetapi pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah.

KELAINAN(DEVIASI SEPTUM NASI)

Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh.Deviasi septum dapat menyebabkan obstruksi hidung jika deviasi yang terjadi berat. Kecelakaan pada wajah merupakan faktor penyebab deviasi septum terbesar pada orang dewasa.Deviasi septum dibagi atas beberapa klasifikasi berdasarkan letak deviasi, yaitu:Tipe I; benjolan unilateral yang belum mengganggu aliran udara.Tipe II; benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran udara, namun masih belum menunjukkan gejala klinis yang bermakna.Tipe III; deviasi pada konka media (area osteomeatal dan turbinasi tengah).Tipe IV, S septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi lainnya).Tipe V; tonjolan besar unilateral pada dasar septum, sementara di sisi lain masih normal.Tipe VI; tipe V ditambah sulkus unilateral dari kaudal-ventral, sehingga menunjukkan rongga yang asimetri.Tipe VII; kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-tipe VI.

Gejala yang paling sering timbul dari deviasi septum ialah kesulitan bernapas melalui hidung karena adanya sumbatan hidung yang unilateral atau juga bilateral. Pada beberapa kasus, deviasi septum juga dapat mengakibatkan drainase sekret sinus terhambat sehingga dapat menyebabkan sinusitis. Keluhan lain ialah rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Selain itu, penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.Penyebab deviasi septum nasi antara lain trauma langsung,Birth Moulding Theory(posisi yang abnormal ketika dalam rahim), kelainan kongenital, trauma sesudah lahir, trauma waktu lahir, dan perbedaan pertumbuhan antara septum dan palatum.Faktor resiko deviasi septum lebih besar ketika persalinan. Setelah lahir, resiko terbesar ialah dari olahraga, misalnya olahraga kontak langsung (tinju, karate, judo) dan tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara.

Deviasi septum biasanya sudah dapat dilihat melalui inspeksi langsung pada batang hidungnya. Namun, diperlukan juga pemeriksaan radiologi untuk memastikan diagnosisnya.Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian, dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus, sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya sinusitis. Selain itu, deviasi septum juga menyebabkan ruang hidung sempit, yang dapat membentuk polip.

PenatalaksanaanAnalgesik : Digunakan untuk mengurangi rasa sakit.Dekongestan : Digunakan untuk mengurangi sekresi cairan hidung.Pembedahan :Septoplasti,SMR (Sub-Mucous Resection).

INFEKSI(POLIP HIDUNG)

A. Definisi

INFEKSI(POLIP HIDUNG)

B. Epidemiologi

INFEKSI(POLIP HIDUNG)

C. Etiologi

INFEKSI(POLIP HIDUNG)

D. Gejala klinis

INFEKSI(POLIP HIDUNG)

E. Patofisiologi Patogenesis polip nasal adalah tidak diketahui

Polip hidung paling sering bersamaan dengan rhinitis alergi dan kadang dengan fibrosis kistik, walaupun pada dewasa terdapat angka yang siqnifikan di kaitkan dengan non alergi.INFEKSI(POLIP HIDUNG)

F. Patogenesis

G. Diagnosa INFEKSI(POLIP HIDUNG)

Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap berlanjut.

MedikamentosaAntihistaminDecongestanKosteroiddesensitisasi dan hiposensitisasiINFEKSI(POLIP HIDUNG)

H. PrognosisDefinisiEtiologiDefinisi : peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.

Bila :>1 sinus :multisinusitissemua sinus : disebut pansinusitis

perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan gusi (dentogen). langsung, barotrauma, berenang atau menyelam. fraktur dan tumor.Bakteri : S. piogenesis, P. aeruginosa, S. viridans, S. aureus, dan H. influenza. Bakteri anaerob : sreptokokus anaerob, bacteroides, veillonella, corynebacterium.Virus: adenovirus dan parainfluenza. Jamur : aspergilus, candida dan culvularia.

INFEKSI(SINUSITIS)

EpidemiologiFaktor PredisposisiBayi (1%), anak usia 5-9 (5%), dan remaja (15%) Di poliklinik respirologi anak RSCM, dari 832 anak dengan batuk kronik berulang(usia>5 th 73 menderita rhinosinusitis)

kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung,rinitis alergi.LingkunganImunodefisiensi

Akibat peradangan mukosa sinus paranasalisGejala berupa hidung tersumbat, Ingus berbau , berwarna kuning hijau , sakit pada daerah sinus yang terserangDapat terjadi abses , empyema, infeksi , inflamasi dan supurasi Berdasarkan peradangan dibagi :Sinusitis supurativa ( stadium akut , sub akut , kronika ) Sinusitis alergika Sinusitis hiperplastika Berdasarkan lokasi : Sinusitis maxilaris akut / kronikSinusitis frontal akut / kronikSinusitis ethmoidalis akut / kronikSinusitis Aphenoidalis akut / kronikPan sinusitis akut / kronik

Sinusitis Alergikao/ polip mengubah homeostatik normal dalam sinussumbatan ostium dan hilangnya epitel bersiliaKLASIFIKASI RINOSINUSITIS DEWASA(American Academy of Otolaryingology Head & Neck Surgery (AAOHNS) & disetujui oleh American College of Allergy and Immunology (ACAI) )NOklasifikasiLAMARIWAYATCATATAN1Akut 4 minggu 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau skret purulen pada pemeriksaanDemam atau muka sakit saja tidak mendukung, tanpa adanya gejala atau tanda hidung yang lain.Pertimbangkan rinosinusitis akut bakteri, bila gejala memburuk setelah 5 hari, atau gejala menetap > 10 hari atau adanya gejala berlebihan daripada infeksi virus2Sub Akut4-12 mingguSeperti kronikSembuh sempurna setelah pengobatan yang efektif3Akut, Rekuren 4 episode dalam setahun, @ 7-10 hari104NOKLASIFIKASILAMARIWAYATCATATAN4Kronik 12 minggu 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaanMuka sakit tidak mendukung ,tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain5Eksaserbasi akut pada kronikPerburukan mendadak dari rinosinusitis kronik, dan kembali ke asal setelah pengobatan105SINUSITIS MAXILLARISSINUSITIS ETHMOIDALISSINUSITIS FRONTALISSINUSITIS SPHENOIDALISLOKASI NYERI UTAMADi bawah kelopak mata, pipi, kadang menyebar ke alvelolus hingga terasa di gigiDi pangkal hidung dan kantus medius, kadang nyeri di bola mata atau di belakangnyaTerlokalisasi di dahi atau seluruh kepalaDi verteks, oksipital, retro orbital, dan sphenoidLOKASI NYERI ALIHGigi, dahi dan daun telingapelipisGEJALA OBYEKTIFPembengkakkan di pipi dan kelopak mata bawahJarang bengkak, kecuali bila ada komplikasiPembengkakkan di dahi dan kelopak mata atasRINOSKOPI ANTERIORTampak mukopus di meatus medius(pada sinusitis ethmoidalis posterior sama seperti pada sinusitis sphenoidalis)Tampak nanah keluar dari meatus superior106Tanda GejalaDiagnosisKeluhan sinusitis kronis (1 atau 2 dari) :Sakit kepala kronikPost nasal dripBatuk kronikGangguan tenggorokGangguan telinga (sumbatan tuba eustachius)Gangguan ke paru bronkitis, bronkiektasisAsma

Anamnesis riwayat penyakitPemeriksaan fisikSitologi sekret hidung (untuk DD)Pemeriksaan penunjangRadiologilab

Diagnosis-Pemeriksaan FisikFAKTOR MAYORFAKTOR MINORNyeri tekan pada wajahSakit kepalaRasa tersumbat atau penuh pada mukaDemam (selain akut)Hidung tersumbatHalitosisSekret hidung purulen/ post nasal dripLesuHiposmia/ anosmiaSakit gigiSekret purulen di rongga hidungBatukDemam (hanya pada std akut)Telinga sakit/ tertekan/ penuh108Pemeriksaan PenunjangRadiologi LabI: gejala tidak khas, hasil PF meragukan, respon pengobatan tidak memuaskanPada rinosinusitis akut: Perselubungan, batas cairan-udara, penebalan mukosa sinus > 6 mm, berkurangnya volume udara sinus > 1/3MRII: hanya jika rinosinusitis disebabkan oleh tumor atau jamur

Uji tusuk kulit dgn alergenuntuk menilai peranan alergicek IgA, IgM, IgGI: jika curiga imunodefisiensi kongenital

PenatalaksaanKonservatifPembedahanDekongestanAntibiotikAntialergiMukolitikAnalgetikDiatermiProetzPungsi dan irigasi

Mengangkat mukosa patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkenaOperasi caldwell-Luc (untuk sinus maksila)Etmoidektomi (untuk sinus ethmoidalis)Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF)

KomplikasiAkut Kronik Kelainan orbita : edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita, & trombosis sinus kavernosusKelainan intrakranial : meningitis, abses ekstradural / subdural, abses otak, & trombosis sinus kavernosus

Osteomielitis & abses subperiostalKelainan paru : bronkitis kronik & bronkiektasis

A. Definisisuatu kondisi yang merupakan manifestasi dari respon peradangan membran mukosa sinus paranasalis yang biasanya dihubungkan dengan infeksi yang dapat menyebabkan penebalan mukosa dan akumulasi sekret mukus dalam rongga sinus paranasalisINFEKSI(RINOSINUSITIS)

B. EtiologiBerbagai faktor berperan penting dalam perkembangan rinosinusitis kronis, meskipun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Faktor tersebut meliputi faktor intrinsik (penjamu/host) yang terdiri dari faktor sistemik dan lokal serta faktor ekstrinsik (lingkungan)Adapun faktor resiko yang paling sering berhubungan dengan rhinosinusitis kronis yaitu:Obstruksi mekanikRiwayat alergiAsmaInflamasi yang di induksi oleh superantigen bakteri dan reaksi imun terhadap jamur serta adanya polutan seperti rokokC. Gambaran KlinisGejala lokal, regional dan sistemikGejala lokalHidung tersumbatHidung berairNyeri/rasa penuh pada wajahNyeri kepalaGangguan penciuman anosmiaGejala regionalNyeri tenggorokDisfoniaBatukHalitosisBronkospasmRasa penuh/nyeri pada telingaNyeri gigiGejala sistemikKelelahanDemamAnoreksia

D. DiagnosaDiagnosis rinosinusitis kronis dapat ditegakkan darianamnesis dan pemeriksaan fisik THT dengan rinoskopi anterior dan posterior nasoendoskopi kaku ataupun fleksibelpemeriksaan radiologi seperti Rntgentomografi komputer sinus paranasalpemeriksaan mikrobiologi untuk identifikasi kuman patogen, yang paling baik didapatkan dari aspirasi sinus maksilaKriteria diagnosis menurut The European Position Paper On Rhinosinusitis And Nasal Polyps (EPOS)Rhinosinusitis kronis dengan atau tanpa polip dari muncul nya dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior) dan nyeri/tekanan wajah atau penurunan/hilangnya fungsi penciuman yang dirasakan lebih dari 12 mingguKriteria diganosis menurut American academy of Otolaryngology (AAO)Diagnosis di tegakkan bila terdapat dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor selama sekurang-kurangnya 12 mingguKriteria mayor :Nyeri wajahRasa penuh pada wajahHidung tersumbatHidung berairSekret purulenHiposmia atau anosmiaDemam (kondisi akut)

Kriteria minor :Nyeri kepalaDemamHalitosisKelelahanNyeri gigiBatukNyeri/penuh pada telingaE. KomplikasiKomplikasi pada rinosinusitis kronisTerbentuknya mukosil pada sinus dan osteomielitis (potts puffy tumor)Selulitis periorbita/ preseptalSelulitis orbitaAbses subperiostealAbses orbitaTrombosis sinus kavernosusKomplikasi intrakranialF. Tata Laksana Terapi medikamentosa bertujuan untuk mengurangi inflamasi mukosa, meningkatkan drainase sinus dan mengeradikasi bakteri dan/atau jamur. Terapi ini meliputi antibiotik spektrum luas atau berdasarkan kultur dari meatus media, steroid oral (dimulai dari dosis 60 mg/hari dan tappering off selama 3 minggu), irigasi salin hipertonik, steroid semprot nasal, antihistamin oral atau semprot nasal (bila terdapat kecurigaan alergi), mukolitik dan desensitisasi aspirin (bila terdapat intoleransi aspirin). Untuk rinosinusitis kronis dapat diberikan terapi antibiotik berupa amoksisilin klavulanat, golongan quinolon (seperti levofloksasin), atau terapi kombinasi seperti klindamisin dan trimetoprimsulfametoksazol