Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
-
Upload
mawardijiwokulon -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
1/21
DISKUSI KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh :
Oleh:Bagus Aris Madani
G 000 6054
KEPANITERAAN KLINIK SMF/LAB. FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
2/21
2011
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kaplingan, Jebres, Surakarta
Pekerjaan : tidak bekerja
Status perkawinan : menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMEA (tidak tamat)
Tanggal masuk RS : 3 Mei 2011
Tanggal pemeriksaan : 6 Mei 2011
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat penyakit pasien diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis
pada tangal 6 Mei 2011. Alloanamnesis dilakukan kepada kakek dan
nenek yang merawat pasien dari bayi hingga sekarang.
A. Keluhan Utama
Pasien berbicara ngelantur dan suka ngeluyur.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh kakek dan tetangga ke IGD RSJD
Surakarta dengan keluhan pasien berbicara ngelantur dan suka
ngeluyur sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sejak kurang lebih 6 bulan setelah ditinggal suami pasien
tinggal bersama kakek dan neneknya dan tidak bekerja. Dirumah
2
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
3/21
pasien sering diam dan menyendiri. Pasien juga sering mengeluh
kepada kakek dan nenek tentang suaminya. Pasien mengeluh kenapa
suaminya tidak setia seperti suami-suami yang lain. Untuk aktivitas
sehari-hari seperti makan, minum, dan mandi pasien masih dapat
melakukannya sendiri. Tetapi untuk membantu pekerjaan rumah
seperti membersihkan rumah pasien melakukan jika disuruh lebih
dahulu.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Dari keterangan kakek dan nenek, saat pasien duduk di kelas 3
SMEA yaitu 1 bulan menjelang ujian akhir nasional pasien tiba-
tiba memutuskan untuk berhenti sekolah. Sebelumnya pasien
jatuh cinta dengan seorang pria dan pria tersebut ingin
menikahinya tetapi tidak diperbolehkan oleh ayah tirinya dengan
alasan masa depan suram. Karena kejadian itu, pasien dibawa ke
Jakarta oleh ayah tiri dan ibunya sehingga tidak menyelesaikan
sekolahnya.
Setelah 3 tahun bekerja membantu ibunya, pasien mulai
menunjukkan gangguan kejiwaan. Pasien sering menyendiri di
kamar dan bicara sendiri. Pasien mengamuk dan berbicara kasar
serta ngelantur, maka oleh keluarga pasien di pulangkan ke
Jebres di rumah kakek dan neneknya. Selama beberapa hari
dirumah pasien tidak mengalami perbaikan, kemudian oleh kakek
diantar ke IGD RSJD Surakarta. Untuk pertama kalinya pasien
dirawat inap di RSJD Surakarta (28 Agustus 2006). Selama
kurang lebih sebelas hari di rawat inap, pasien dinyatakan sembuh
dan dibawa pulang keluarga. Dirasa sudah sehat keluarga dan
pasien tidak kontrol ataupun rawat jalan.
Karena pasien telah sembuh maka pasien diajak ke Jakarta lagi
oleh ibunya untuk membantu berjualan jamu. Namun hanya
3
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
4/21
bertahan 4 bulan pasien kambuh dan dipulangkan lagi ke rumah
kakek dan neneknya. Pasien kembali di rawat inap di RSJD
Surakarta (28 Mei 2008). Kemudian dinyatakan sembuh dan lagi-
lagi tidak kontrol. Beberapa bulan setelah dinyatakan sembuh
pasien dilamar tetangganya untuk dinikahi. Setelah menikah
pasien dan suami kembali ke Jakarta. Karena di Jakarta pasien dan
suaminya tidak bekerja dan dirasa malah menjadi beban maka
pasien dan suaminya disuruh pulang ke Surakarta.
Sekembalinya dari Jakarta suami pasien pergi dan tidak
kembali sampai sekarang. Sejak saat itu pasien mulai
mengeluhkan keadaan rumah tangganya. Dan akhirnya pasien
kambuh lagi dan dirawat inap kembali di RSJD Surakarta pada
tanggal 3 Mei 2011.
2. Riwayat kondisi medis umum
Riwayat asma : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Penggunaan zat psikoaktif disangkal oleh pasien maupun kakek
dan neneknya.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir secara normal pervaginam, cukup bulan, ditolong oleh
dukun bayi.
B. Masa anak awal (0-3 tahun)
Setelah lahir, pasien hanya minum ASI dari ibunya selama 10 hari.
Kemudian digantikan susu buatan dari neneknya sampai usia 5 tahun.
4
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
5/21
Ayah pasien meninggal dunia saat usia pasien baru 2 tahun. Tumbuh
kembang anak sesuai dengan teman-teman sebayanya.
C. Masa anak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien masuk sekolah sama seperti teman-teman sebayanya. Selama
SD pasien adalah anak yang pendiam dan penurut serta tidak pernah
tinggal kelas.
D. Masa anak akhir (pubertas sampai remaja)
Saat duduk di bangku SMP dan SMEA pasien adalah anak yang
pendiam, rajin ke sekolah dan tidak pernah berpacaran seperti teman-
teman yang lain.
E. Masa dewasa
1. Riwayat pendidikan
Pasien tidak menyelesaikan pendidikan SMEAnya karena dibawa
ayah tiri dan ibunya ke Jakarta.
2. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja di Jakarta bersama ibunya (bejualan jamu).
3. Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah
4. Riwayat agama
Pasien memeluk agama Islam, dan rajin membaca Al-Quran.
5. Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah mendapat kekerasan seksual pada masa anak-
anak.
6. Riwayat aktivitas sosial
Sejak kecil pasien adalah anak pemalu dan kadang-kadang saja
mengikuti kegiatan sosial di lingkungan rumahnya.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
5
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
6/21
8. Riwayat situasi sekarang
Pasien tinggal besama kakek, nenek, dan adik perempuannya.
F. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak pertama dari lima besaudara (2 saudara kandung, 3
saudara seibu lain ayah). Terdapat riwayat gangguan serupa pada
keluarga (ayah, adik kandung, dan paman).
Pohon keluarga
Keterangan Gambar :
: lingkaran tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: kotak tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki
: tanda gambar menunjukkan pasien
: blok hitam tanda gambar menunjukkan riwayat gangguan jiwa
: tanda telah meninggal
6
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
7/21
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Gambaran Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan, tampak sesuai umur, berambut pendek, dan
perawatan diri baik.
2. Kesadaran
Kuantitatif : compos mentis, GCS: E4V5M6
Kualitatif : berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
5. Pembicaraan
Terdengar pelan tapi jelas, spontan dalam menjawab, dan sesuai
pertanyaan.
B. Alam Perasaan
1. Mood : senang
2. Afek : tumpul
3. Keserasian : tidak serasi
4. Empati : tidak dapat diraba-rasakan
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan : SMEA (tidak tamat)
2. Daya konsentrasi : baik
3. Orientasi : baik
4. Daya ingat jangka panjang, pendek, segera : baik
5. Pikiran abstrak : baik
6. Bakat kreatif : -
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
7
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
8/21
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : halusinasi waham : melihat Nyi Roro Kidul
2. Ilusi : tidak ditemukan
3. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ditemukan
E. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : berbicara spontan, menjawab sesuai
pertanyaan.
b. Kontinuitas : asosiasi baik
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikir
Gangguan isi pikir: waham
a. Waham Kebesaran :
1) Pasien merasa memiliki kemampuan membedakan yang
baik dan buruk dan bisa membaca suara hati seseorang.
2) Pasien merasa ada cahaya yang masuk ke dalam dirinya
(yang diyakini pasien sebagi wahyu) sehingga pasien
memiliki kamampuan diatas.
b. WahamBizzare
1) Pasien merasa dia adalah anak Nyi Roro Kidul
2) Pasien juga mengetahui budenya juga memiliki pesugihan,
dan dirinya telah dijadikan tumbal sejak dalam kandungan.
3) Pasien juga mengetahui ayah kandungnya meninggal
karena dijadikan tumbal pesugihan yang dilakukan
budenya.
4) Pasien juga mengetahui bahwa ayah tirinya mengguna-
gunai (pelet) ibunya.
c. Waham kejar:
1). Pasien merasa selalu diawasi oleh ayah tirinya
8
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
9/21
2). Pasien mengetahui ayah tirinya mempunyai ilmu hitam dan
selalu ingin menggunakan ilmu hitamnya kepada dirinya
meskipun ayah tirinya berada di Jakarta.
3. Bentuk : non realistik
F. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien tidak terganggu.
G. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : terganggu
H. Tilikan
Derajat I. Pasien menyangkal penuh bahwa dirinya sakit.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan fisik
1. Status Interna
Keadaan umum baik
Vitalsign :
Tekanan darah: 100/80 mmHg
Frekuensi nadi: 96 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Frekuensi pernapasan : 22 x/menit
Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen: hati dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal
9
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
10/21
2. Status Neurologis
Dalam batas normal
B. Laboratorium
Tanggal 5 Oktober 2010 :
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 4.1 g/dl 4.1 10.9
Hct 37.1 % 37-51
Jumlah eritrosit 4.49 (106/L) 4,20-6,30
Jumlah trombosit 265 (103/L) 140-440
GDS 108 mg/dl
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
11/21
Dari Riwayat Kehidupan Pribadi :
Pasien hanya mendapat ASI dari ibunya selama 10 hari. Dari bayi hingga
dewasa pasien tinggal bersama kakek, nenek, dan adik perempuannya.
Pasien ditinggal pergi ayah kandung (meninggal dunia) ketika umur 2
tahun. Pasien seorang yang pemalu dan lebih suka berdiam di rumah.
Dari pemeriksaan status mental :
Kesadaran kuantitaif compos mentis, kualitatif berubah, psikomotor
normoaktif, mood senang, afek tumpul, keserasian: tidak serasi, daya
konsentrasi dan pikiran abstrak baik, ditemukan halusinasi waham,
waham kebesaran, waham bizzare dan waham kejar, arus pikir :
produktivitas spontan; menjawab sesuai pertanyaan, kontinuitas asosiasi
baik, penilaian reliatas buruk, tilikan derajad I. Pada pemeriksaan status
interna dan neurologis dalam batas normal. Laboratorium dalam batas
normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan kesehatan dan keluarga
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (impairment) dalam melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari, fungsi pekerjaan dan perawatan diri. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.
Diagnosis axis I
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis serta wawancara dengan
keluarga pasien, tidak ditemukan adanya kelainan yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit pada pasien saat ini. Sehingga
diagnosis gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Dari wawancara tidak didapatkan riwayat penggunaan zat-zat aditif
dan psikoaktif sebelumnya, sehingga diagnosis gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
11
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
12/21
Pada pemeriksaan status mentalis didapatkan kesadaran kuantitaif
compos mentis, kualitatif berubah, psikomotor normoaktif, mood senang,
afek tumpul, keserasian: tidak serasi, daya konsentrasi dan pikiran abstrak
baik, ditemukan halusinasi waham, waham kebesaran, waham bizzare,
dan waham kejar. arus pikir : produktivitas spontan; menjawab sesuai
pertanyaan, kontinuitas asosiasi baik, penilaian reliatas buruk, tilikan
derajad I. Pada pemeriksaan status interna dan neurologis dalam batas
normal. laboratorium dalam batas normal.
Berdasarkan data-data tersebut, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ-
III untuk axis I ditegakkan diagnosa: F.20.0 Skizofrenia Paranoid.
Dengan DD F.20.5 Skizofrenia Residual
Axis II ciri kepribadian premorbid :
Berdasarkan wawancara dengan anggota keluarga, dimana pasien
mempunyai perilaku pendiam, penurut, lebih suka berdiam di rumah,
tidak pernah berpacaran seperti yang lain, terlalu memikirkan
kritik/cemoohan orang lain. Dengan demikian didapatkan ciri kepribadian
premorbid cemas (menghindar).
Pada Axis III tidak ada diagnosa.
Pada Axis IV didapatkan diagnosis
- Masalah keluarga : kurang kasih sayang orang tua,
ditinggalkan suami.
- Masalah ekonomi : pasien dan suami yang tidak bekerja.
Pada Axis V GAF current 60-51
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : ciri kepribadian premorbid : cemas (menghindar)
12
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
13/21
Aksis III : tidak ada diagnosa
Aksis IV : masalah keluarga, masalah ekonomi
Aksis V : GAF current 60-51
IX. DAFTAR MASALAH
a. psikologik : adanya gangguan kesadaran kualitatif,
persepsi, arus pikir, isi pikir, dan daya nilai realitas.
b. masalah keluarga : kurang kasih sayang orang tua,
ditinggalkan suami.
c. masalah ekonomi : pasien dan suami tidak bekerja.
X. PROGNOSIS
Prognosis yang meringankan:
1. Kakek yang selalu berinisiatif untuk membawa pasien berobat.
2. Faktor pencetus yang jelas.
Prognosis yang memberatkan :
1. Pasien ditinggalkan suami.
2. Riwayat gangguan kejiwaan dalam keluarga.
3. Kondisi ekonomi keluarga.
Prognosis :
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
13
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
14/21
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
15/21
Penulisan resep:
R/ Largactil tab. mg 100 No. III
S 1dd tab. I
Pro. Ny. N (25 th)
R/ Dores tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. N (25 th)
R/ Valium tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. N (25 th)
R/ Artane tab. mg 2 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. N (25 th)
15
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
16/21
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
17/21
perubahan yang kon sisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial. (Rusdi,
2002)
3. Klasifikasi
Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan
dengan menggnakan kode lima karakter berikut:
a. F20.x0 Berkelanjutan
b. F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
c. F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
d. F20.x3 Episodik berulang
e. F20.x4 Remisi tak sempurna
f. F20.x5 Remisi sempurna
g. F20.x8 Lainnya
h. F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
(Rusdi, 2002)
B. Klorpromazin (CPZ)
1. Farmakodinamik
a. SSP
CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak
acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama
dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi
tergantung dari status emosional penderita sebelum minum
obat. (Sulistia, 2005)
b. Otot rangka
CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada
dalam keadaan spastik. (Sulistia, 2005)
17
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
18/21
c. Efek endokrin
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, serta sekresi
ACTH. Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan
efeknya terhadap hipotalamus. (Sulistia, 2005)
d. Kardiovaskular
CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal.
(Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik
bila diberikan peroral maupun parenteral. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup
aman. Efek samping umumnya merupakan efek perluasan
farmakodinamiknya. Mungkin dapat terjadi reaski idiosinkrasi.
(Sulistia, 2005)
4. Sediaan
CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25/100 mg dan larutan
suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi
merah jambu pada pengaruh cahaya. (Sulistia, 2005). Dalam kasus
ini digunakan preparat Largactil 1 x 100 mg. (ISFI, 2007).
C. Haloperidol
1. Farmakodinamik
Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin
piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan
efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia.
(Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncak
dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam. Ekskresi lambat
melalui ginjal. (Sulistia, 2005)
18
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
19/21
3. Efek samping
Menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang
tinggi, terutama pada penderita usia muda. Haloperidol sebaiknya
tidak diberikan pada wanita hamil sampai terlihat bukti bahwa
obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Dalam kasus ini digunakan preparat Dores 3 x 5 mg. (ISFI,
2007).
D. Diazepam
1. Farmakodinamik
Mekanisme kerja diazepam merupakan potensiasi inhibisi
neuron dengan GABA sebagai mediatornya. Efek farmakodinamik
lebih luas daripada efek meprobamat dan barbiturat. (Sulistia,
2005)
2. Farmakokinetik
Setelah pemberian peroral, diazepam mencapai kadar
tertinggi dalam 8 jam dan tetap tinggi selama 24 jam. Ekskresi
melalui ginjal lambat. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan mimpi-mimpi
hidup dan mengganggu kadang-kadang dikaitkan dengan
pemberian diazepam. Efek yang unik adalah perangsangan nafsu
makan, yang mungkin ditimbulkan oleh derivat benzodiazepin ini
secara mental. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Diazepam tersedian dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg.
Dalam kasus ini digunakan preparat Valium 3 x 5 mg. (ISFI,
2007).
19
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
20/21
E. Triheksifenidil
1. Farmakodinamik
Obat ini terutama berefek sentral. Khususnya bermanfaat
terhadap Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik,
termasuk juga antiemetik turunan fenotiazin, yang menimbulkan
gangguan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak.
Triheksifenidil juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhea)
dan suasana perasaan (mood). (Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Tidak banyak diketahui tentang farmakokinetik obat ini.
Kadar puncak triheksifenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh
eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
a. Sentral
Ataksia, disartria, hipertermia, amnesia, delusi, halusinasi,
somnolen, dan koma. (Sulistia, 2005)
b. Perifer
Sama dengan atropin. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Tersedia triheksifenidil tablet 2 dan 5 mg. Dalam kasus ini
digunakan preparat Artane 3 x 2 mg. (ISFI, 2007).
20
-
8/6/2019 Diskusi Kasus SKIZOFRENIA
21/21
DAFTAR PUSTAKA
ISFI, 2007, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Jakarta: PT. Ikrar
Mandiriabadi
Rusdi Maslim, 2002, Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: PT. Dian
Rakyat
Sulistia G. Ganiswara, 2005, Farmakologi dan Terapi, Jakarta: Bagian
Farmakologi FKUI