laporan kasus gangguan skizofrenia tipe YTT
-
Upload
lalu-zulhirsan -
Category
Documents
-
view
48 -
download
1
description
Transcript of laporan kasus gangguan skizofrenia tipe YTT
LAPORAN KASUS
DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK
Disusun Oleh:
Septian Dwi Rismianto
07.06.0039
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB
2013
STATUS PSIKIATRIK
I. Identitas
Nama Pasien : A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tanjung ajeng sombek Batukluang
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Status : Sudah Menikah
MRS : 25 Januari 2013
Pemeriksaan : 26 Januari 2013
II. Riwayat Psikiatrik (alloanamnesis dari Keluarga pasien dan autoanamnesis;
tanggal 26/01/2013)
A. Keluhan Utama
Mengamuk dan melukai dirinya sejak 3 minggu yang lalu
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar oleh keluarganya ke RSJ Provinsi NTB dengan
keluhan mengamuk dan melukai dirinya SMRS. Keluarga mulai melihat
perubahan pada pasien kurang lebih 3 minggu yang lalu saat di Malaysia.
saat itu menurut keluarga pasien pernah pergi ke sebuah bukit dan tidak
pulang selama 2 hari. Sepulang dari bukit pasien terlihat lebih sering
menyendiri dan mengurung diri di kamar jarang mau makan. Hal ini
1
dilakukan pasien selama 2 minggu, pasien terliat sering melamun, bicara
sendiri, senyum sendiri dan pembicaraannya terkadang kacau, bahkan
pasien sempat memotong jari kelingkingnya. Pasien menceritakan sempat
memotong jarinya karena mendengar suara hatinya yang menyuruh
memotong jarinya sebagai persembahan kepada tuhan karena pasien
sedang mendalami ajaran agama. Karena hal ini pasien di pulangkan ke
Indonesia.
di Indonesia hal-hal tersebut tetap dirasakan bahkan lebih parah,
pasien sering keluyuran malam hari, pasien sering marah-marah hingga
membanting piring. Jika ada yang berbicara sedikit keras kepadanya,
pasien marah dan mengatakan"bunuh saya" dan kemudian memukul-
mukul kepalanya. Kemaren pasien sempat memukul ibunya karena ada
suara-suara yang menaikkan emosinya. Suara itu adalah suara
perasaannya yang mengatakan bahwa dia adalah suami yang tidak
berguna dan tidak bertanggung jawab kepada keluarga. Hal inilah yang
selalu membuat pasien marah.
Pasien mengatakan dirinya sudah lebih tenang. Pasien tidak tau
kenapa di bawa ke RSJ oleh saudaranya. Pasien mengatakan selalu diikuti
oleh sosok di samping kanan kirinya dan mendengar suara-suara di
telinganya yang membicarakannya sehingga membuat pasien marah,
namun pasien tidak mau menceritakan apa yang dia dengar. Pasien
mengatakan memiliki masalah dengan istrinya, namun pasien tetap tidak
bisa menceritakan masalahnya, pasien mengatakan dia adalah pribadi
yang tertutup, tidak biasa menceritakan masalahnya pada siapapun,
karena dia berfikir belum tentu orang yang dia ajak bicara setuju dengan
pemikirannya. pasien mengatakan terkadang ada sesuatu yang
mengendalikan tubuhnya terutama saat dia marah, terkadang merasa
dirinya dirasuki. Pasien sekarang sudah merasa lebih tenang dan ingin
lebih mendekatkan diri pada Allah.
2
Setelah merasa lebih baik lagi, pasien menceritakan perasaannya.
pasien mengatakan bahwa dirinya sedih memikirkan anaknya. Pasien
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya namun uang yang
dia hasilkan dikelola oleh kakaknya yang juga bekerja di malaysia dan
menurut pasien di habiskan oleh kakaknya sehingga pasien tidak
memiliki uang untuk di kirim ke anak dan istrinya. Pasien menganggap
tidak dapat memenuhi kebutuhan istri dan anaknya, pasien beranggapan
istri dan anaknya sudah tidak sayang lagi padanya terbukti hingga saat ini
mereka tidak pernah menjenguk dan istrinya tidak mau tinggal
bersamanya. Menurut keluarga anaknya sudah mati, dan anak yang
sekarang bukanlah anaknya. Ini membuat pasien sedih.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat cedera kepala (-), demam tinggi (-), kejang (-), asma (-),
riwayat trauma (-)
Penyakit Psikiatri : tidak pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya. Riwayat penggunaan NAPZA (-), minuman keras (-)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal
Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara dan dikatakan
lahir secara normal di Puskesmas. Pasien menerima ASI.
2. Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan. Riwayat sakit
yang berat disangkal.
3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
3
Pasien dikatakan mudah bergaul dan bersekolah seperti teman-teman
seusianya. Prestasi baik.
4. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)
Pasien memiliki banyak teman dan mudah bergaul meskipun pasien
sedikit pendiam. Pendidikan terakhir pasien tamat SD, saat itu pasien
mengatakan ingin melanjutkan sekolah namun karena keterbatasan
biaya pasien tidak melanjutkan.
5. Dewasa
Sehari-hari pasien bergaul dengan teman-temannya, solat dan mengaji
ke mesjid serta menjalani pekerjaannya. Namun pasien mengaku
bahwa dirinya adalah pribadi yang tertutup. Pasin memiliki istri dan
seorang anak perempuan berusia 2 th.
E. Riwayat Keluarga
Terdapat keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa, yaitu saudara
laki-laki dari ibu kandung pasien.
4
Genogram keluarga pasien:
Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= pasien
= gangguan jiwa
5
F. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang
Pasien bekerja di Malaysia dan karena hal ini pasien barus aja
dipulangkan sehingga saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan. Uang
hasil kerjanya dikelolah oleh kakaknya, dan untuk saat ini biaya hidup
dibantu oleh keluarganya.
G. Persepsi pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa dan tidak
memerlukan pengobatan.
III. Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laki-laki wajah sesuai umur. Berpakaian cukup rapi , Rambut
pendek dengan memelihara jambang dan janggut. Pasien tampak
tidak tenang.
2. Kesadaran
Jernih
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tampak tidak tenang seperti akan marah
4. Pembicaraan
Spontan, tinggi suara kurang
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Tidak Kooperatif
6
B. Alam Perasaan dan Hidup Emosi
1. Mood
hipotimik
2. Afek
Appropriate
3. Keserasian
Ekspresi emosional sesuai dengan isi pikir.
4. Empati
Tidak dapat dirabarasakan.
C. Fungsi Intelektual
Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
Fungsi
Mengalami penurunan setelah sakit
Daya Konsentrasi
Cukup
Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
7
D. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : cukup
Daya ingat masa lalu belum lama : cukup
Daya ingat baru saja : cukup
Daya ingat segera : cukup
Pikiran Abstrak : Cukup
Bakat kreatif : Tidak ada.
Kemampuan menolong diri sendiri
Cukup, pasien dapat melakukan perawatan diri.
E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi auditorik (+), yaitu mendengar suara-suara seperti : suara
orang yang menyalahkan dan mengejek dirinya sehingga pasien
marah dan sedih.
Halusinasi visual (+), yaitu melihat bayangan yang selalu
mengikutinya.
2. Depersonalisasi (-)
3. Derealisasi (-)
F. Proses Pikir
1. Bentuk Pikir : Non realistik
2. Arus Pikir
a. Produktivitas : cukup, flight of ideas (-)
8
b. Kontinuitas pikiran : cukup, asosiasi longgar (-), blocking (-)
c. Hendaya berbahasa : cukup relevan, koheren.
3. Isi Pikiran
Preokupasi : (-)
Waham :
Waham (+) yaitu waham nihilistik, ia merasa dirinya tidak berguna
karena telah gagal menjadi suami yang baik bagi anak dan istrinya.
G. Pengendalian Impuls
Kurang
H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : cukup
2. Uji daya nilai : cukup
I. Tilikan
Tilikan 1
J. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
a. Status interna
Status present
a. Tensi : 110/70 mmHg
b. Nadi : 88 x/menit
9
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. Suhu : 36,50C
Kepala – leher
Mata : anemis (-/-). Icterus (-/-), reflex pupil (+/+), isokor
Leher : struma (-), kaku kuduk(-), pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop(-)
Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : Dalam batas normal.
Sistem urogenital: tidak dievaluasi
Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-).
b. Status neurologi
Gejala rangsangan selaput otak : tidak ditemukan
Gejala peningkatan tekanan intrakranial : tidak didapatkan
Pupil : bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+).
Fungsi sensorik dan motorik : normal, tonus : normal, refleks:
fisiologis (+), refleks patologis : tidak ditemukan
Sensibilitas : baik.
Susunan saraf vegetatif: Baik
Fungsi-fungsi luhur: Baik
Gangguan khusus: Tidak ada
10
V. IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien diantar oleh keluarganya ke RSJ Provinsi NTB dengan
keluhan mengamuk dan melukai dirinya SMRS. Selama 2 minggu, di
Malaysia pasien terliat sering melamun, bicara sendiri, senyum sendiri
dan pembicaraannya terkadang kacau, bahkan pasien sempat memotong
jari kelingkingnya. Di Indonesia hal-hal tersebut tetap dirasakan bahkan
lebih parah, pasien sering keluyuran malam hari, pasien sering marah-
marah hingga membanting piring. Pasien mengatakan selalu diikuti oleh
sosok di samping kanan kirinya dan mendengar suara-suara di telinganya
yang membicarakannya sehingga membuat pasien marah. Pasien
mengatakan bahwa dirinya sedih memikirkan anaknya. Pasien bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya namun uang yang dia
hasilkan dikelolah oleh kakaknya yang juga bekerja di malaysia dan
menurut pasien di habiskan oleh kakaknya sehingga pasien tidak
memiliki uang untuk di kirim ke anak dan istrinya.
Pasien beranggapan istri dan anaknya sudah tidak sayang lagi
padanya . Menurut keluarga anaknya sudah mati, dan anak yang sekarang
bukanlah anaknya. Ini membuat pasien sedih. Pasien menceritakan
sempat memotong jarinya karena mendengar suara hatinya yang
menyuruh memotong jarinya sebagai persembahan kepada tuhan karena
pasien sedang mendalami ajaran agama.
Status mental yaitu bentuk pikir nonrealistik. Gangguan persepsi
yaitu halusinasi auditorik (+) dan halusinasi visual (+). Gangguan isi
fikiran yaitu waham (+). Status internus dalam batas normal. Status
neurologis dalam batas normal.
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Episode depresi berat dengan gejala psikotik (F32.2)
DD : Gangguan Skizoafektif tipe depresi (F25.1)11
Aksis II : Belum dapat dieksplorasi
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah dengan keluarga
Aksis V : GAF sekarang: 65
GAF 1 tahun terakhir: 20
VII. RENCANA TERAPI
Psikofarmasi :
Risperidone 2 x 2 mg
Fluoxetin 1 x 20 mg
Alprazolam 2x 0,5 mg
Trihexypenidyl 1 x 2 mg (kalau perlu)
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai gangguan yang
dialami, bagaimana mengenali gejala gangguan tersebut. Menjelaskan
mengenai pentingnya mengkonsumsi obat secara teratur, dimana obat
dapat berperan untuk mengurangi gejala, mencegah kekambuhan serta
memberatnya gejala yang dialami pasien, agar ia dapat kembali
beraktivitas dan melakukan perencanaan hidup yang lebih realistik..
dan menjelaskan mengenai efek samping obat yang mungkin terjadi.
Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan berupa psikoterapi suportif. Memberikan
ketenangan dan kenyamanan kepada pasien agar dapat menceritakan
mengenai masalah yang dialaminya agar dapat mengurangi beban
masalahnya dan memotivasi bahwa pasien mampu mengatasi
masalahnya tersebut. Memberikan dukungan kepada pasien dalam
12
mengkonsumsi obat. Memberikan sugesti bahwa pasien dapat hidup
dan berinteraksi seperti orang lain serta bekerja seperti yang
sebelumnya dilakukan.
Sosioterapi
Memberi penjelasan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien,
keadaan penyakitnya, pentingnya mengawasi terapi yang dijalani oleh
pasien dan pentingnya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
serta meminimalisir stresor pada pasien agar pemulihan pasien dapat
berlangsung optimal, dapat mencegah kekambuhan dan memberatnya
gejala pada pasien.
VIII. PROGNOSIS
Faktor pendukung
a. Dukungan keluarga selama pengobatan pasien
b. Faktor pencetus jelas
c. Sikap pasien yang masih koperatif dalam mengkonsumsi obat
Faktor penghambat :
a. Onset muda
b. Gejala Negatif
c. Genetik (+)
d. Hubungan dengan istri tidak baik
Berdasarkan faktor – faktor di atas, prognosis pasien adalah : dubia ad
malam
IX. PEMBAHASAN
13
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri, pasien ini
memenuhi kriteria gangguan suasana perasaan episode depresi berat dengan
gejala psikotik. Hal ini terlihat didapatkannya tiga gejala depresi utama yaitu
afek depresi, krangnya minat dan kegembiraan dan kurangnya energi yang
disertai dengan beberapa gejala tambahan seperti berkurangnya harga diri
dan kepercayaan diri, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur
terganggu dan adanya perbuatan yang membahayakan diri, dimana gejala
tersebut terjadi sekurang-kurangnya 2 minggu yang menyebabkan pasien
tidak mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan beberapa kegiatan
lainnya. Gejala psikotik ditunjukkan dengan terdapatnya gangguan penilaian
realita (wahan dan halusinasi). Berdasarkan gejala tersebut, maka pada
pasien diagnosis mengarah kepada episode depresi berat dengan gejala
psikotik.
Pada pasien ini pilihan terapi yang diberikan adalah pemberian obat
Risperidone dengan dosis 2 x 2 mg. Risperidone adalah obat antipsikotik
dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-
HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2). Obat ini efektif dalam
menangani gejala positif maupun negative dari skizofrenia. Selain itu efek
samping ekstrapiramidal lebih ringan dibanding antipsikosis tipikal, sehingga
untuk mengurangi efek tersebut diberikan THP (trihexyphenidyl) jika
ditemukan tanda-tanda gejala ekstrapiramidal dengan dosis 1 x 2 mg. THP
adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada
perifer. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin
endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan
merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.
Pemberian obat fluoxetine 1 x 20 mg, dimana fluoxetine merupakan
antideprsan golongan SSRI yang secara spesifik menghambat ambilan
serotonin dengan efek samping minimal sehingga bermanfaat meningkatkan
mood pasien. Karena pasien terlihat gelisah dan sulit tidur diberikan
alprazolam 2 x 0,5 mg. Alprazolam merupakan obat yang termasuk ke dalam
14
golongan benzodiazepine yang memiliki potensi inhibisi neuron dengan
GABA sebagai mediatornya, sehingga membuat pasien lebih tenang.
Selain memberikan terapi farmakologis, pada pasien juga penting
untuk dilakukan psikoedukasi, psikoterapi dan sosioterapi. Dalam
psikoedukasi, pasien diberikan penjelasan mengenai gangguan yang
dialaminya, bagaimana mengenali gejalanya, dan pentingnya mengkonsumsi
obat secara teratur untuk jangka waktu lama yang bertujuan untuk
mengurangi gejala yang dialami pasien dan mencegah memberatnya gejala
serta kekambuhan gejala. Selain itu perlu untuk juga dijelaskan mengenai
efek samping obat yang mengkin terjadi. Psikoterapi yang digunakan pada
fase ini yaitu psikoterapi suportif terutama dalam bentuk dukungan dan
motivasi kepada pasien sehingga pasien dapat kembali hidup dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Sosioterapi yang dilakukan terutama
terhadap keluarga pasien sehingga dapat tercipta lingkungan yang kondusif
untuk pemulihan pasien.
Prognosis pasien ini secara keseluruhan yaitu dubia ad malam. Faktor
penghambat pada kasus ini adalah onset yang terjadi pada usia muda,
kuatnya gejala negatif pada pasien, adanya riwayat keluarga dengan
gangguan jiwa dan masalah yang menyebabkan munculnya gangguan ini
adalah masalah keluarga yaitu masalah dengan istrinya. Hal-hal ini dapat
memperlambat kesembuhan pasien bahkan dapat memicu munculnya gejala
lagi.
15