Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

46
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan gangguan jiwa dengan gejala mencakup gangguan pada pikiran, perasaan dan perilaku. Pada DSM IV dan DSM IV-TR, skizofrenia mencakup 2 kelompok gejala, yaitu gejala positif dan gejala negatif disertai dengan kemunduran fungsi sosial, pekerjaan, dan hubungan interpersonal yang berlangsung selama paling sedikit 6 bulan. Kraepelin (1856-1926) ialah seorang kedokteran jiwa di Munich dan ia mengumpulkan gejala-gejala dari sindroma ini, lalu digolongkannya ke dalam satu kesatuan yang dinamakan: demensia praecox. Menurut Kraepelin pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya, sebab itu dinamakan demensia (kemunduran inteligensi) praecox (muda, sebelum waktunya). ETIOLOGI 1. Keturunan Adanya faktor keturunan yang menentukan timbulnya skizofrenia. Buktinya adalah penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia, terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8%, saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur 2-15%, bagi kembar satu telur 61-86%. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia diturunkan melalui gen yang 1

Transcript of Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Page 1: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa dengan gejala mencakup gangguan pada pikiran,

perasaan dan perilaku. Pada DSM IV dan DSM IV-TR, skizofrenia mencakup 2 kelompok

gejala, yaitu gejala positif dan gejala negatif disertai dengan kemunduran fungsi sosial,

pekerjaan, dan hubungan interpersonal yang berlangsung selama paling sedikit 6 bulan.

Kraepelin (1856-1926) ialah seorang kedokteran jiwa di Munich dan ia mengumpulkan

gejala-gejala dari sindroma ini, lalu digolongkannya ke dalam satu kesatuan yang dinamakan:

demensia praecox. Menurut Kraepelin pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum

waktunya, sebab itu dinamakan demensia (kemunduran inteligensi) praecox (muda, sebelum

waktunya).

ETIOLOGI

1. Keturunan

Adanya faktor keturunan yang menentukan timbulnya skizofrenia. Buktinya adalah penelitian

tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia, terutama anak-anak kembar satu telur. Angka

kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8%, saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah salah satu

orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-

68%, bagi kembar dua telur 2-15%, bagi kembar satu telur 61-86%. Potensi untuk mendapatkan

skizofrenia diturunkan melalui gen yang resesif, potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah,

tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi skizofrenia atau

tidak.

2. Endokrin

Dahulu, teori terjadinya skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini

dikemukakan karena sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau

pierium dan waktu klimakterium, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.

1

Page 2: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

3. Metabolisme

Karena gangguan metabolisme, penderita skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung

extremitas agak sianotik, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.

4. Susunan saraf pusat

Penyebab skizofrenia karena kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diencephalon atau kortex

otak. Tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan-perubahan

post mortem atau artefak pada waktu membuat sediaan. Teori-teori itu dimasukan ke dalam

kelompok teori somatogenik, teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan badaniah.

5. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah. Meyer mengakui bahwa suatu

kontitusi yang inferior dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia.

6. Teori Sigmund Freud

Bila kita memakai formula Freud, maka pada skizofrenia terdapat:

- Kelemahan Ego, dapat timbul karena psikogenik ataupun somatik.

- Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id yang berkuasa serta terjadi

suatu regesi ke fase narsisme.

- Kehilangan kapasitas untuk pemindahan sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

7. Eugen Bleuler

Bleuler mengajukan supaya lebih baik dipakai istilah "skizzofrenia", karena nama ini tepat sekali

menonjolkan gejala utama penyakit, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau

disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan (schizos = pecah-belah atau

bercabang, phren = Jiwa).

Bleuler membagi gejala-gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok:

a.Gejala-gejala primer:

Gangguan proses pikiran.

Gangguan emosi.

Gangguan kemauan.

2

Page 3: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Otisme.

b.Gejala-gejala sekunder:

Waham.

Halusinasi.

Gejala katatonik atau ganguan psikomotorik yang lain.

8. Teori lain yang menganggap skizofrenia sebagai suatu sindroma yang disebabkan karena

keturunan, pendidikan yang salah, tekanan jiwa, dan penyakit badaniah.

9. Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosomatik.

Gejela-gejala hanya pada sekunder karena gangguan dasar yang psigenik, atau merupakan

manifestasi somatic dari gangguan psikogenik. Kelompok ini adalah teori psikogenik,

skizofrenia dianggap sebagai suatu gangguan fungsional dan penyebab utamanya ialah konflik,

stres psikologik dan hubungan antar-manusia yang mengecewakan.

GEJALA-GEJALA

Ada 2 kelompok menurut Bleuler yaitu: primer dan sekunder.

Gejala-gejala Primer :

Asosiasi terganggu (gangguan proses pikiran). Pada skizofrenia, inti gangguan

memang terdapat pada proses pikiran.

Afek terganggu. Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa:

- Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, tapi pada

penderita timbul rasa sedih atau marah.

- Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.

Ambivalensi (Menghendaki 2 hal yang berlawanan pada waktu yang sama).

Autisme (Cenderung menarik diri dari dunia luar dan akan berdialog dengan dunianya

sendiri).

3

Page 4: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Gejala-gejala Sekunder:

Waham: Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre,

tetapi penderita tidak sadar hal itu dan bagi penderita wahamnya merupakan fakta dan

tidak dapat diubah oleh siapa pun.

Halusinasi: Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal itu

merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.

Ilusi: Munculnya persepsi baru akibat adanya mental image serta objek luar.

Depersonalisasi: Suatu keadaan dimana dirinya merasakan berubah.

Negativisme: Sikap yang berlawanan dengan yang diperintahkan kepadanya, dan dia

menolak tanpa alasan.

Automatisasi: Pekerjaan yang dilakukan dengan sendirinya, tidak terpengaruh dari luar.

Echolalia: Secara spontan menirukan bunyi atau suara atau ucapan yang didengar dari

orang lain.

Mannerisme: Mengulang-ulang perbuatan tertentu eksesif, biasanya dilakukan secara

ritual seperti melakukan seremonial.

Streotipi: Tindakan yang berulang-ulang.

Fleksibilitas cerea: Sikap atau bentuk atau posisi yang dipertahankan dalam posisi yang

kosong.

Benommenheit: Intelektual atau perkembangan yang lambat.

Katapleksi: Hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara serta dicetuskan oleh

berbagai keadaan emosional.

Seorang Penderita dapat digolongkan menjadi:

1. Skizofrenia simplex. Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utamanya adalah

kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya ditemukan,

waham dan halusinasinya jarang sekali ada.

2. Jenis hebefrenik. Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok ialah: gangguan proses berfikir, gangguan

kemauan dan adanya depersonalisasi.

3. Jenis katatonik. Timbul pertama kali antara umur 15-30 tahun, biasanya akut serta didahului

oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor katatonik.

4

Page 5: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

a. Stupor Katatonik: Penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali pada lingkungannya.

Gejala-gejalanya:

Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup

Muka tanpa mimik.

Negativisme: bila diganti posisinya, penderita menentang.

Terdapat grimas dan katalepsi.

b. Gaduh gelisah katatonik: Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi

dan rangsangan dari luar.

4. Jenis paranoid. Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam

perjalanan penyakitnya.

Jenis ini mulai sesudah umur 30 tahun. Penderita mudah tersinggung, mudah menyendiri, agak

congkak dan kurang percaya pada orang lain.

5, Episoda skizofrenia akut.

Timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin

berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri

berubah, semuanya seakan-akan punya suatu arti yang khusus baginya.

6. Skizofrenia residual. Gejala-gejala sekunder tidak jelas. Keadaan ini timbul sesudah beberapa

kali serangan skizofrenia.

7. Jenis skizo-afektif. Di samping gejala-gejalanya yang menonjol, secara bersamaan terdapat

gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa

defek tetapi mungkin juga akan sering timbul.

KRITERIA SKIZOFRENIA MENURUT DSM-IV:

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian

waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

1. Waham.

2. Halusinasi.

3. Bicara terdisorganisasi (misalnya: sering menyimpang atau inkoheren).

4. Perilaku terdisorganisasi.

5. Gejala negative, yaitu: pendataran afektif, alogia, avolution.

5

Page 6: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi,

yang terdiri dari: suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, dua atau

lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.

B. Terdapat disfungsi sosial dan pekerjaan.

C. Penyakit sudah berlangsung lebih dari 6 bulan.

D. Tidak termasuk gangguan skizoafektif dan gangguan mood.

E. Tidak termasuk gangguan akibat penyalahgunaan zat dan akibat suatu kondisi medis

umum.

F. Tidak terdapat gangguan pervasive.

Gangguan delusional didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik dimana gejala utamanya

adalah waham. Gangguan delusional sebelumnya disebut “paranoia” atau “gangguan paranoid”.

Tetapi, istilah tersebut secara tidak tepat menyatakan bahwa waham selalu bersifat persekutorik,

dan tidak demikian halnya. Waham pada gangguan delusional juga dapat bersifat kebesaran,

erotik, cemburu, somatik, dan campuran.

Gangguan delusional harus dibedakan dari gangguan alam perasaan dan skizofrenia.

Walaupun pasien dengan gangguan delusional mungkin memiliki suatu alam perasaan yang

konsisten dengan isi wahamnya, mereka tidak memiliki bukti meresapnya gejala afektif yang

terlihat pada gangguan alam perasaan. Demikian juga, pasien dengan gangguan delusional

adalah berbeda dengan pasien skizofrenik dalam hal tidak kacaunya isi waham mereka (sebagai

contohnya, “dibuntuti oleh FBI”, dimana tidak dapat dipercaya tetapi mungkin terjadi, lawan

“dikendalikan oleh orang suci”, yang tidak mungkin). Pasien dengan gangguan delusional juga

tidak memiliki gejala lain yang ditemukan pada skizofrenia, seperti halusinasi yang menonjol,

pendataran afektif, dan gejala tambahan gangguan pikiran.

SEJARAH

Istilah sebelumnya untuk gangguan delusional, “paranoia”, diturunkan dari bahasa Mesir

yang berarti “disamping” dan “pikiran”. Dalam hal itu, “paranoia” secara historis digunakan

untuk menggambarkan berbagai status mental, termasuk demensia dan delirium. Didalam

pemakaian moderen, “paranoia” digunakan untuk mengartikan kecurigaan yang berlebihan,

biasanya tidak didasarkan pada penilaian situasi secara realistik. Tetapi, seringkali istilah

6

Page 7: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

“paranoia” digunakan secara umum oleh orang awam dan profesional kesehatan mental untuk

mengartikan kecurigaan jenis apapun. Didalam lingkungan kesehatan mental, lebih baik

membatasi penggunaan kata “paranoia” untuk situasi klinis dimana derajat paranoia adalah

bersifat waham.

Ditahun 1881 Johann Christian Heinroth memperkenalkan konsep dasar paranoia

kedalam psikiatri saat ia menggambarkan gangguan intelektual di bawah istilah “Verrucktheit”.

Di tahun 1838 dokter psikiatri Perancis Jean Etienne Dominique Esquirol memperkenalkan

istilah “monomania” untuk menandai waham yang tidak disertai dengan dalam pengungkapan

alasan logika atau perilaku umum.

KARL LUDWIG KAHLBAUM

Karl Ludwig Kahlbaum di tahun 1863 menggunakan istilah “paranoia” dan menyatakan

bahwa gangguan tersebut adalah jarang tetapi terpisah. Kahlbaum menamakan keadaan tersebut

sebagai kegilaan parsial yang mempengaruhi intelektual tetapi bukan daerah fungsi mental

lainnya. Pasien dengan paranoia, menurut Kahlbaum, ditandai oleh sistem waham yang persisten

yang tetap relatif statik pada keseluruhan gangguan.

EMIL KRAEPELIN

Emil Kraepelin juga menamakan suatu keadaan yang dinamakannya “paranoia” yang

ditandai oleh sistem waham yang persisten tanpa adanya halusinasi dan keruntuhan pribadi.

Tetapi, Kraepelin menganggap gangguan tersebut jarang terjadi. Dua gangguan paranoid lain

yang dikenali oleh Kraepelin adalah paraphrenia dan dementia paranoides. Paraphrenia

dibedakan dari paranoia dengan adanya pada paraphrenia yaitu halusinasi dan onset yang lanjut

tetapi serupa dengan paranoia dalam tidak adanya perjalanan yang memburuk. Dementia

paranoides ditandai oleh onset gejala yang dini yang menyerupai paranoia tetapi selanjutnya

berkembang menjadi suatu gangguan dengan perjalanan penyakit yang memburuk, kemungkinan

berhubungan dengan skizofrenia paranoid.

EUGEN BLEULER

Eugen Bleuler, yang mengajukan istilah “skizofrenia”, adalah bertanggung jawab atas

perluasan rentang orang yang dapat memperoleh diagnosis skizofrenia. Bleuler berpendapat

7

Page 8: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

bahwa paranoia, yang berbeda dari skizofrenia, merupakan keadaan yang sangat jarang yang

tidak memerlukan kategori diagnostik yang terpisah.

SIGMUND FREUD

Rumusan Sigmund Freud tentang perkembangan gejala paranoid adalah kejadian penting

dalam perkembangan konsep. Freud menggunakan autobiografi tentang seorang hakim yang

terkenal, Daniel Paul Schreber, sebagai sumber material untuk membuktikan hipotesisnya bahwa

8

Page 9: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

BAB II

SKIZOFRENIA PARANOID

Perjalanan penyakit pada skizofrenia tipe paranoid agak konstan. Jarang terjadi hendaya

dalam kemampuan fungsi sehari-hari apabila isi waham tidak disentuh. Biasanya fungsi

intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan walaupun gangguan tersebut bersifat kronik.

Fungsi sosial dan kehidupan perkawinannya pada umumnya cukup terganggu.

Pada skizofrenia paranoid gambaran utama yang menonjol adalah:

Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth), urusan

penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias, perubahan

tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran.

Sebagai tambahan, waham cemburu dapat pula ditemukan.

Gambaran penyertanya meliputi:

Kecemasan tak berfokus.

Kemarahan.

Suka bertengkar/berdebat.

Melakukan kekerasan.

Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya

diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.

Onset tipe ini cenderung timbul dalam usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan tipe lainnya,

dan ciri-cirinya lebih stabil dalam jangka panjang. Apabila seseorang penderita skizofrenia tipe

paranoid mempunyai keluarga yang menderita skizofrenia biasanya anggota keluarganya

menderita skizofrenia tipe paranoid.

KRITERIA DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA PARANOID:

a. Waham kejar.

b. Waham besar.

c. Wham cemburu.

d. Halusinasi yang berisi kejaran atau kebesaran.

9

Page 10: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

BAB III

GANGGUAN DELUSIONAL

A. EPIDEMIOLOGI

Usia onset rata-rata adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onset adalah dari

18 tahun sampai 90 tahun. Terdapat sedikit lebih banyak pasien perempuan, orang yang sudah

menikah dan bekerja, tetapi mungkin terdapat hubungan dengan status sosioekonomi yang

rendah.

B. ETIOLOGI

Pada umumnya, etiologi masih tidak diketahui. Ada suatu kemungkinan bahwa gangguan

delusional adalah sub tipe dari skizofrenia/gangguan afektif.

Namun hasil studi menyatakan bahwa gangguan delusional merupakan gangguan yang

tersendiri. Disamping itu gangguan delusional biasanya muncul pertama kali pada usia yang

lebih tua dibandingkan dengan skizofrenia atau gangguan afektif.

Faktor Genetik

Kendler (1981) mencatat adanya prevalensi yang rendah dari skizofrenia dalam keluarga

pasien dengan gangguan delusional (0,6%) dibandingkan keluarga dengan skizofrenia(3,8%).

Kemudian Kendler dan koleganya (1985) menunjukkan bahwa riwayat gangguan

kepribadian paranoid lebih sering terjadi pada pasien dengan gangguan delusional (4,8%)

dibandingkan dengan kontrol (0%) dan pasien dengan skizofrenia (0,8%). Dalam penelitiannya

mereka menemukan tidak adanya peningkatan insiden skizofrenia, gangguan kepribadian

schizoid-skizotipal, dan gangguan afektif pada pasien dengan gangguan delusional.

Faktor Biologis

Keadaan neurologis yang paling sering berhubungan dengan waham adalah kelainan yang

mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis. Pasien yang memiliki waham yang disebabkan

oleh kondisi neurologis tanpa adanya gangguan kecerdasan cenderung memiliki waham yang

kompleks yang mirip dengan yang ditemukan pada pasien dengan gangguan delusional.

10

Page 11: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Sebaliknya, pasien yang menderita gangguan neurologis dengan gangguan kecerdasan

seringkali memiliki waham yang sederhana yang tidak sama dengan yang ditemukan pada pasien

dengan gangguan delusional. Jadi mungkin gangguan delusional melibatkan patologi dalam

sistem limbik atau ganglia basalis pada pasien dengan fungsi kortikal serebral yang intak.

Hipotesis bergantung pada adanya pengalaman mirip halusinasi yang perlu dijelaskan. Adanya

pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan delusional belum dibuktikan.

Faktor Psikodinamika

Pada tahun 1911, Freud menerbitkan "Psychoanalytic Notes upon an

autobiographical Account of a Case of Paranoia (Dementia Paraniods)" . Interpretasinya

dari kasus ini, yang menjadi dasar teori psikodinamika dari paranoia, didasari pada hasil

bacaannya dari pengalaman seorang hakim ketua pengadilan di Dresden yaitu Daniel Paul

Schreber yang menderita episode penyakit psikiatrik di tahun 1884, 1885 dan 1893. Episode

kedua menyebabkannya dirawat di rumah sakit untuk waktu yang lama dimana pasien keluar

pada tahun 1902.

Freud menyatakan bahwa Schreber pada tahun 1903 mengeluarkan penjelasan, Memoirs

of My Nervous Illnes, yang memberikan dasar teori "penderita paranoia tidak dapat dipaksa

untuk menghadapi masalah internal, dan dalam banyak kasus, mereka hanya mengatakan apa

yang ada dalam pikiran mereka...". Freud berargumentasi bahwa kasus yang tercatat merupakan

pengenalan personal; dan pada kasus Schreber, Freud tidak pernah melihat pasiennya. Namun ia

menyatakan bahwa kasus Schreber menggambarkan suatu mekanisme umum dari pembentukan

waham yang meliputi penyangkalan atau kontradiksi, proyeksi represi dari impuls homoseksual

yang timbul dari alam bawah sadar pasien paranoid. Bentuk-bentuk waham dari paranoia dapat

timbul sebagai kontradiksi "I (seorang laki-laki) love him (seorang laki-laki)". Ada nuansa

homoseksual.

Secara lebih rinci, contoh-contoh berikut menggambarkan bentuk-bentuk yang tidak logis :

1. Waham kejar

Karena secara sadar homoseksual tidak dapat diterima, maka pikiran "I love him"

diingkari dan dengan menggunakan reaksi formasi, berubah menjadi "It is not I

who hate him, it is him who hates me". Pada keadaan paranoid yang kemudian

11

Page 12: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

berkembang penuh, pikiran itu menjadi "I am persecuted by him". Kemudian

pasien merasionalisasikan kemarahannya dan secara sadar menjadi apa yang ia

persepsikan akan membenci dirinya. Pasien bukannya menjadi sadar akan adanya

impuls homoseksualitas, malahan ia menolak cinta siapapun, kecuali dirinya

sendiri.

2. Waham erotomania

Pasien pria akan merubah "I love him" menjadi "I love her", dan pikiran ini melalui

proyeksi menjadi "She love me and so I love her"

3. Waham cemburu

Freud percaya bahwa homoseksualitas merupakan penyebab terbentuknya waham

cemburu. Dalam upaya mennghilangkan impuls-impuls yang menyakitkan, maka

pasien berpreokupasi dengan pikiran-pikiran cemburu. Dengan demikian pasien

dapat menjadi asertif. "I don't love him" diubah menjadi "She love him".

4. Waham kebesaran (megalomania)

Di sini terdapat kontradiksi "I do not love him - I love myself".

Berdasarkan teori psikoanalisis, inti teori ini adalah waham yang menunjukkan usaha

untuk mengatasi impuls homoseksual yang tidak disadari. Dinamika dari impuls homoseksual

yang tidak disadari adalah serupa, pada pasien paranoid laki-laki maupun perempuan.

Beberapa kejadian klinis yang kurang mendukung teori Freud, seperti misalnya : pasien

yang jelas memperlihatkan gejala gangguan delusional tidak menunjukkan adanya indikasi

homoseksual. Sebaliknya pasien-pasien homoseksual, kebanyakan diantaranya tidak

menunjukkan simptom paranoid atau waham.

Mekanisme Freud tentang waham membedakan antara isi dan bentuk dalam

psikopatologik. la mengajukan kesimpulan tentang proses waham tetapi tidak mejelaskan dengan

baik bagaimana waham itu dibentuk dibandingkan dengan gejala lain seperti halusinasi.

Kebenaran dari mekanisme hipotesis ditentukan dengan adanya bukti bahwa waham

berhubungan dengan kecenderungan homoseksual.

Teori ini telah dibenarkan karena tidak adanya homoseksualitas yang mempunyai waham

kebesaran. Beberapa usaha fundamental yang telah dilakukan untuk menguji hipotesis ini tidak

dapat mencapai suatu kesimpulan.

12

Page 13: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Beberapa kecenderungan homoseksual dapat ditemukan pada beberapa pasien delusional,

dan kondisi ini dapat melawan mekanisme bawah sadar dari homoseksualitas.

Pendekatan klasik menunjukkan bahwa konsep psikoanalisis yang penting seperti

proyeksi dan suatu kewaspadaan bahwa pengalaman perkembangan dapat mempengaruhi isi

pikir delusional. Paranoid komunitas semu (paranoid pseudocommunity). Norman Cameron

menggambarkan tujuh situasi yang memungkinkan perkembangan gangguan delusional, yaitu :

1. Peningkatan keinginan untuk mendapatkan terapi yang sadistik.

2. Situasi yang meningkatkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.

3. Isolasi sosial.

4. Situasi yang meningkatkan kecemburuan dan iri hati.

5. Situasi yang merendahkan harga diri.

6. Situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain.

7. Situasi yang meningkatkan potensi untuk merenungi tentang arti dan motivasi.

Patogenesis

Walaupun patogenesis waham tidak diketahui dengan pasti, namun ada beberapa teori

yang sudah dikembangkan. Pada hipotesis pembentukan waham, kiranya perlu dipertimbangkan

beberapa hal yang berikut ini, yaitu :

1. Waham terdapat pada penyakit-penyakit umum dan psikiatrik.

2. Tidak semua orang dengan gangguan tersebut mengalami waham.

3. Isi waham menentukan tipe-tipe waham.

4. Waham dapat hilang bila diberi pengobatan terhadap gangguan yang mendasar.

5. Waham dapat menetap atau menjadi sistematik.

6. Waham dapat menyertai perubahan persepsi seperti halusinasi dan gangguan sensorik.

7. Keberadaan waham dapat dikaburkan bila fungsi sosial, intelektual dan emosional

tidak terganggu.

Ada 3 kategori dari Teori Pembentukan Waham :

1. Waham yang timbul pada sistem kognitif muncul karena adanya pola yang berbeda

dari motivasi yang ada (mekanisme psikodinamika dan teori fungsi sosial).

2. Waham timbul sebagai akibat dari defek kognitif fundamental yang mengakibatkan

13

Page 14: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

kapasitas pasien untuk membuat kesimpulan dari bukti-bukti (gangguan hubungan

sebab akibat).

3. Waham yang timbul dari proses kognitif yang normal menunjukkan adanya

pengalaman persepsi abnormal (mekanisme psikobiologik, hipotesis pengalaman

yang menyimpang)

Teori-teori ini penting untuk tidak saling mengistimewakan satu dengan yang lainnya.

Keyakinan delusional yang demikian merupakan hasil yang berbeda dan melibatkan 1 atau lebih

dari mekanisme psikodinamika.

C. GAMBARAN KLINIS

STATUS MENTAL

Deskripsi Umum

Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tanpa adanya bukti-

bukti adanya disintegrasi nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi, pasien

mungkin terlihat eksentrik, aneh, pencuriga atau bermusuhan. Pasien seringkali cerdik

dan membuat kecenderungan yang jelas bagi pemeriksa. Apa yang biasanya paling luar

biasa, tentang pasien dengan gangguan delusional adalah bahwa pemeriksaan status

mental menunjukkan bahwa mereka adalah sangat normal kecuali adanya sistem waham

abnormal yang jelas.

Suasana Perasaan dan Afek

Suasana perasaan pasien adalah sejalan dengan isi waham. Seorang pasien dengan

waham kebesaran adalah euforik; seorang pasien dengan waham kejar adalah pencuriga.

Adapun sifat sistem wahamnya, pemeriksa mungkin merasakan adanya kualitas depresif

ringan.

Gangguan Persepsi

Menurut definisinya, pasien dengan gangguan delusional tidak memiliki

halusinasi yang menonjol atau menetap. Menurut DSM IV, halusinasi raba dan cium

mungkin ditemukan jika hal tersebut adalah sejalan dengan wahamnya. Beberapa

14

Page 15: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

pasien dengan gangguan delusional mengalami halusinasi lain, hampir semua adalah

halusinasi dengar, bukan visual.

Pikiran

Gangguan isi pikiran terutama dalam bentuk waham merupakan gejala utama

dari gangguan. Waham biasanya sistematis dan karakteristiknya adalah sesuatu yang

mungkin, contohnya, waham kejar, pasangan tidak jujur, terinfeksi oleh virus, dicintai

orang terkenal. Contoh isi pikiran itu berbeda dengan waham bizzare pada pasien

skizofrenia.

Sensorium dan kognisi

Orientasi : Pasien dengan gangguan delusional biasanya tidak memiliki

gangguan dalam orientasi, kecuali bila mereka memiliki waham spesifik tentang

orang, tempat, waktu.

Daya ingat : Daya ingat dan proses kognitif pada pasien dengan gangguan

delusional adalah tidak terganggu.

Pertimbangan dan tilikan

Pasien dengan gangguan delusional hampir seluruhnya tidak memiliki tilikan

terhadap kondisi mereka dan hampir selalu dibawa ke rumah sakit oleh orang lain.

Keputusan terbaik dapat diperoleh dengan menilai perilaku pasien di masa lalu,

sekarang dan perilaku yang direncanakan.

Kejujuran

Pasien dengan gangguan delusional, biasanya dapat dipercaya informasinya,

kecuali jika hal tersebut membahayakan sistem wahamnya.

TIPE GANGGUAN DELUSIONAL

1. Tipe erotomanik

Di dalam tipe erotomanik waham inti adalah bahwa pasien yang terkena

dicintai mati-matian oleh orang lain (biasanya seorang yang terkenal), seperti bintang

15

Page 16: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

film, atau atasan ditempat kerja. Pasien dengan waham erotik adalah sumber

gangguan bermakna terhadap tokoh masyarakat. Gangguan delusional tipe erotomanik

juga dinamakan erotomania, psychose passionelle, dan sindroma de Clerambault. Onset

gejala dapat mendadak dan seringkali menjadi pusat perhatian utama pada kehidupan

seseorang yang terkena. Usaha untuk berhubungan dengan obyek wahamnya biasanya

dilakukan lewat telepon, surat, mengirim hadiah, mengawasi atau mengintai, walaupun

pasien biasanya merahasiakan wahamnya.

Beberapa orang dengan gangguan ini, khususnya laki-laki, melakukan konflik

dengan hukum dalam usaha mereka mengejar objek didalam waham mereka atau dalam

usaha yang salah jalan untuk membebaskan diri mereka dari suatu bahaya yang

dikhayalkan. Sebagai contohnya, seorang laki-laki dengan gangguan delusional mungkin

berusaha membunuh suami dari seorang wanita yang dianggapnya jatuh cinta kepada

dirinya.

Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup terisolisasi dan menarik diri.

Mereka biasanya hidup sendirian dan mempunysi kontak seksual yang terbatas, biasanya

mereka bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang sederhana.

2. Tipe Grandios (kebesaran)

Gangguan delusional tipe ini disebut juga dengan istilah megalomania. Bentuk

yang paling umum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki

bakat atau wawasan yang luar biasa tetapi tidak diketahui atau membuat penemuan

penting.

Waham kebesaran mungkin memiliki isi religius dan orang dengan waham dapat

menjadi pemimpin sekte religius. Contohnya di Jepang adanya sekte Aum Shin Rikyo

dimana pemimpinnya adalah Asahara. Asahara mengaku dirinya sebagai Tuhan, diapun

mengatakan bahwa perbuatan dosa yang paling besar adalah membunuh hewan

khususnya yang berjenis serangga. Sedangkan bila pengikut sekte melakukan

pembunuhan itu bukan dosa.

Latar belakang sosial-budaya dan lingkungan (di Jepang) :

Mungkin di negara Jepang setiap warga negara diberikan kebebasan untuk percaya atau

tidak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan pada pendidikan tingkat dasar, sampai tingkat

16

Page 17: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

tinggi tidak terdapat pendidikan Agama secara formal. Sehingga hal tersebut mungkin

menjadi faktor pencetus timbulnya waham kebesaran yang memiliki isi religius.

3. Tipe cemburu

Gangguan delusional tipe cemburu terjadi jika waham mempermasalahkan

kesetiaan pasangan, maka tipe ini dikenal sebagai paranoia konjugal dan sindrom othello.

Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan wanita. Gangguan ini adalah jarang,

mengenai kemungkinan kurang dari 0,2 persen dari semua pasien psikiatrik. Onset

sering kali mendadak, dan gejala menghilang hanya setelah perpisahan atau kematian

pasangan. Waham cemburu dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang

bermakna terhadap pasangan dan bahkan dapat menyebabkan pembunuhan pasangan.

Jika seseorang terkena gangguan delusional tipe cemburu, kumpulan "bukti-

bukti" seperti pakaian yang kusut dan noda pada seperai, dapat dikumpulkan dan

digunakan untuk memutuskan waham.

4. Tipe kejar

Tipe ini adalah tipe dari gangguan delusional yang paling sering ditemukan, dan

merupakan tipe yang terasing. Bentuk waham presekutoriknya mungkin sederhana atau

lebih rumit dan biasanya menyangkut tema tunggal atau seri, tema yang berhubungan

seperti: komplotan perlawanan, diburu, ditipu, dibicarakan orang, dibuntuti, diracuni,

difitnah dengan penuh kebencian, dihalangi dalam mencapai tujuan jangka panjang.

Hinaan kecil dapat diperbesar dan menjadi pusat sistem waham. Orang dengan waham

kejar seringkali membenci dan marah, dan mereka mungkin melakukan kekerasan

terhadap orang lain yang diyakininya akan menyerang dirinya.

5. Tipe somatik

Gangguan delusional tipe somatik juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal

monosimptomatik. Perbedaan antara hipokondriasis dan gangguan delusional tipe

somatik terletak pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien dengan gangguan

delusional tentang anggapan adanya penyakit pada dirinya. Waham yang paling sering

diderita adalah infeksi, infestasi serangga di atas atau di dalam kulit, dismorfobia,

17

Page 18: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

waham tentang bau badan yang berasal dari kulit, mulut, atau vagina, dan waham

bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus besar tidak berfungsi. Tipe ini mengenai

kedua jenis kelamin dengan persentasi yang sama dan diperkirakan jarang ditemui,

walaupun sebagian besar pasien kemungkinan pergi berobat ke dokter nonpsikiatrik.

Riwayat penyalah gunaan zat atau cedera kepala mungkin sering ditemukan pada pasien

dengan ganggguan ini. Frustasi yang disebabkan oleh gejala dapat menyebabkan

beberapa pasien bunuh diri.

D. PERJALANAN PENYAKIT

Beberapa klinisi dan beberapa data riset menyatakan bahwa stresor psikososial yang

dapat diidentifikasi seringkali ditemukan pada saat onset gangguan. Sifat stresor dapat

sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu tingkat kecurigaan atau permasalahan pada pihak

pasien. Contoh dari stresor tersebut adalah imigrasi yang baru dilakukan, konflik sosial dengan

anggota keluarga atau teman, dan isolasi sosial. Pada umumnya, suatu onset yang tiba-tiba

diperkirakan lebih sering terjadi daripada suatu onset yang perlahan-lahan. Beberapa klinisi

percaya bahwa kepribadian pramorbid seorang pasien dengan gangguan delusional kemungkinan

ekstrovert, dominan dan hipersensitif. Beberapa klinisi juga percaya bahwa seorang pasien

dengan gangguan delusional kemungkinan memiliki kecerdasan yang dibawah rata-rata.

Kecurigaan atau permasalahan awal pasien secara bertahap menjadi besar sehingga menyita

sebagian besar perhatian pasien, dan akhirnya menjadi waham. Pasien mungkin mulai

berselisihan dengan teman kerjanya, mungkin mencari perlindungan dari FBI atau polisi, atau

mungkin mulai mendatangi banyak dokter medis atau bedah untuk berkonsultasi. Jadi, kontak

awal dengan pasien mungkin bukan dengan seorang dokter psikiatrik, tetapi malahan dengan ahli

hukum tentang gugatan, dokter pelayanan primer tentang keluhan medis, atau polisi tentang

kecurigaan yang bersifat waham.

E. DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik menurut DSM-IV untuk gangguan delusional :

1. Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan

nyata seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari infeksi, dicintai dari jarak jauh, atau

18

Page 19: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

dikhianati oleh pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit) selama

sekurangnya satu bulan.

2. Kriteria 1 untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi. Catatan : Halusinasi taktil dan

cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan dengan tema

waham.

3. Terlepas dari pengaruh waham-waham atau percabangannya, fungsi adalah tidak

terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.

4. Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama totalnya

adalah relatif singkat dibandingkan dengan lama periode waham.

5. Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,

obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe (tipe berikut ini disusun berdasarkan tema waham yang menonjol) :

1. Tipe erotomanik : Waham biasanya berkisar pada ide-ide percintaan yang romantik

atau persatuan spiritual. Atraksi seksual kurang menjadi

pemikirannya. Orang yang dilibatkannya bisanya dari kalangan

atas: orang yang terkenal, superior. Mereka biasanya tidak

mengenal pasien (asing). Upaya untuk berhubungan dengan objek

wahamnya biasanya dilakukan lewat hubungan telepon, surat,

mengirim hadiah, mengawasi atau mengintai, walaupun pasien

biasanya merahasiakan wahamnya. Kasus-kasus klinis biasanya

wanita, sedangkan kasus-kasus forensik biasanya pria. Beberapa

pasien dengan gangguan ini, terutama pasien pria, sering konflik

dengan penegak hukum, dalam upaya mengejar objek wahamnya

atau upaya penyelamatan dari imajinasi bahaya terhadap objek

wahamnya.

Prevalensi waham erotomanik merupakan sumber ancaman

terhadap tokoh masyarakat yang dianggap penting. Tipe erotomatik

disebut juga sebagai sindrom clerambault.

2. Tipe kebesaran : Waham yang biasanya berbentuk sebagai peningkatan kemampuan,

kekuatan, pengetahuan, identitas atau hubungan khusus dengan

19

Page 20: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

dewa atau orang terkenal. Waham kebesaran dapat berisi masalah

keagamaan, pasien bahkan bisa menjadi pemimpin suatu sekte

keagamaan.

3. Tipe cemburu : Waham yang menyatakan bahwa pasangan seksual pasien adalah

tidak jujur atau tidak setia. Peristiwa kecil seperti pakaian yang

tidak teratur, suatu bintik pada kertas, mungkin akan dikumpulkan

dan dijadikan bukti atas wahamnya. Pasien dengan waham ini

sering konfrontasi dengan pasangannya dan dapat mengambil

langkah-langkah yang tidak biasa untuk mengintervensi

penghianatan dalam imajinasinya. Langkah ini mungkin berupa

membatasi autonomi pasangannya dengan meminta ia tidak pergi

tanpa kawalan pasien. Secara rahasia membuntutinya atau

menyelidikinya. Pasien dengan waham ini mungkin bisa

melakukan tindakan fisik terhadap pasangannya, gangguan pada

pasien disebut Conjugal paranoia atau sindrom Othello.

4. Tipe persekutorik : Tipe ini adalah tipe yang terasing. Bentuk waham persekutoriknya

mungkin sederhana atau lebih rumit dan biasanya menyangkut

tema tunggal atau seri tema yang berhubungan seperti : komplotan

perlawanan, ditipu, dibicarakan orang, dibuntuti, diracuni, difitnah

dengan penuh kebencian, dikacau, dihalang-halangi dalam

mencapai tujuan. Hal kecil mungkin dibesar-besarkan dan menjadi

fokus delusinya.

5. Tipe somatik : Waham somatik dapat muncul dalam beberapa bentuk. Tersering

adalah mencium bau busuk dari kulit, mulut, rektum, atau

vaginanya. Terinfeksi kuman, parasit dalam kulit/tubuhnya, bagian

tertentu kurang/tidak berfungsi dengan baik.

6. Tipe campuran : Pasien mempunyai lebih dari satu waham tetapi tidak ada satu tema

yang menonjol.

7. Tipe tidak ditentukan

20

Page 21: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

F. DIAGNOSIS BANDING

Delirium dan demensia perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding pasien

dengan waham. Delirium dapat dibedakan dengan adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau

gangguan kemampuan kognitif. Waham pada awal perjalanan penyakit yang Alzheimer, dapat

memberikan gambaran suatu gangguan delusional; tetapi tes neurofisiologis biasanya

mendeteksi gangguan kognitif. Walaupun penyalahgunaan alkohol adalah ciri penyerta pada

pasien dengan gangguan delusional, gangguan delusional harus dibedakan dari gangguan

psikotik akibat alkohol dengan halusinasi. Intoksikasi dengan simpatomimetik, marijuana, atau

L-dopa kemungkinan menyebabkan geala waham.

Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan delusional adalah berpura-pura dan

gangguan buatan. Gangguan yang bukan buatan di dalam diagnosis banding adalah skizofrenia,

gangguan afektif, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan somatoform, dan gangguan

kepribadian paranoid.

G. PENATALAKSANAAN

Perawatan di rumah sakit

Pada umumnya pasien dengan gangguan delusional dapat diobati dengan rawat jalan,

tetapi ada alasan tertentu dimana diperlukan perawatan di rumah sakit , yaitu : Pertama

diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap menunjukkan kondisi medis

nonpsikiatris yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua jika pasien tidak mampu

mengendalikan impulsnya, sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Ketiga

jika perilaku pasien tentang waham telah mempengaruhi fungsi kehidupannya, sehingga

kemampuannya untuk dapat berfungsi dalam keluarga dan masyarakat berkurang. Dengan

demikian memerlukan intervensi profesional untuk menstabilkan hubungan sosial atau

pekerjaan.

Jika dokter yakin bahwa pasien akan baik jika diobati di rumah sakit, harus diusahakan

untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika hal tersebut gagal,

komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan pasien bahwa

perawatan di rumah sakit adalah diperlukan, pasien secara sukarela masuk ke rumah sakit

untuk rnenghindari komitmen hukum.

21

Page 22: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Farmakoterapi

Dalam keadaan gawat darurat, pasien yang teragitasi parah harus diberikan suatu obat

antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik yang dilakukan secara adekuat

dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik

adalah obat terpilih untuk gangguan delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan

menolak medikasi karena mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke dalam

sistem wahamnya. Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah perawatan di rumah

sakit, malahan harus menggunakan beberapa hari untuk dapat membina hubungan yang baik

dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping potensial kepada pasien, sehingga pasien

kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.

Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman terbaik dalam memilih suatu

obat. Biasanya obat diberikan dalam dosis rendah dan ditingkatkan secara perlahan-lahan. Jika

respon gagal dalam masa percobaan selama 6 minggu, dapat dicoba antipsikotik dari golongan

lain. Adakalanya pasien dengan gangguan psikotik menolak pemberian medikasi ini, karena

mereka memasukkan hal ini ke dalam sistem wahamnya, misalnya pasien curiga ada racun di

dalam obat yang diberikan. Dalam hal ini perlu kebijaksanaan dokter untuk menjelaskan kepada

pasien secara perlahan-lahan, bahwa sama sekali tidak ada niat untuk berbuat jahat pada dirinya.

Beberapa dokter menyatakan bahwa pimozide (oral) atau serotonin-dopamin antagonis

mungkin efektif dalam mengatasi gangguan delusional terutama pada pasien dengan waham

somatik. Penyebab kegagalan tersering adalah ketidakpatuhan.

Jika pasien tidak merespon terhadap pengobatan antipsikotik, obat harus dihentikan.

Dapat digunakan anti depresan atau anti konvulsan. Percobaan dengan obat-obat tersebut

dipertimbangkan jika pasien memiliki ciri suatu gangguan afektif.

Hasil dari pengobatan dengan serotonin-dopamin antagonis (contoh : clozapin [Clozaril],

olanzapine [Zyprexa], dan risperidone) berhubungan dengan pengobatan sebelumnya. Pada

beberapa kasus berespon baik terhadap SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors), terutama

pada kasus-kasus gangguan morfologi tubuh.

Psikoterapi

Elemen terpenting dari suatu psikoterapi adalah menjalin hubungan yang baik antar

pasien dengan ahli terapinya. Terapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi

22

Page 23: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

kelompok. Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektif. Ahli terapi

tidak boleh setuju atau menantang waham pasien, walaupun ahli terapi harus menanyakan

waham untuk menegakkan diagnosis. Dokter dapat menstimulasi motivasi untuk mendapatkan

bantuan dengan menekankan kemauannya untuk membantu pasien mengatasi kecemasan dan

iritabilitasnya, tanpa menyatakan bahwa waham yang diobati. Ahli terapi tidak boleh secara aktif

mendukung gagasan bahwa waham adalah kenyataan.

Kejujuran ahli terapi sangat penting. Ahli terapi harus tepat waktu dan terjadwal,

tujuannya adalah agar tercipta suatu hubungan yang kuat dengan pasien dan pasien dapat percaya

sepenuhnya pada ahli terapinya. Kepuasan yang berlebihan malahan dapat meningkatkan

permusuhan dan kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat

dipenuhi. Ahli terapi dapat menghindari kepuasan yang berlebihan dengan tidak memperpanjang

periode perjanjian yang telah ditentukan, dengan tidak memberikan perjanjian ekstra kecuali

mutlak diperlukan, dan tidak toleran terhadap bayaran.

Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan waham atau gagasan

pasien, tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan mereka dengan

wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupannya yang

konstruktif. Jika pasien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan tes

realitas dengan meminta pasien memperjelas masalah mereka.

Terapi keluarga

Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di dalam

rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus berusaha

mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai akibatnya, baik

pasien dan anggota keluarganya perlu mengerti bahwa konfidensialitas dokter-pasien akan dijaga

oleh ahli terapi dan dengan demikian membantu pasien.

Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon

terhadap ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan

kegagalan yang dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan

penyesuaian sosial, bukannya menghilangkan waham pasien.

23

Page 24: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

H. PROGNOSIS

Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang dari

25% dari semua pasien dengan gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari 10%

pasien gangguan delusional menjadi gangguan afektif. Kira-kira 50% pasien pulih dalam follow-

up jangka panjang, 20% mengalami penurunan gejala dan 30% lain tidak mengalami perubahan

dalam gejalanya.

Faktor-faktor berikut ini berhubungan dengan prognosis yang baik : tingkat pekerjaan

yang baik, kehidupan sosial dan penyesuaian fungsional yang tinggi, jenis kelamin wanita, onset

dibawah umur 30 tahun, onset yang tiba-tiba, lama penyakit yang singkat, dan adanya faktor

pencetus. Walaupun data yang dapat dipercaya adalah terbatas, pasien dengan waham kejar,

somatik dan erotik diperkirakan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan

waham kebesaran dan cemburu.

24

Page 25: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

BAB IV

KESIMPULAN

Pada skizofrenia paranoid gambaran utama adalah:

Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth), urusan

penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias, perubahan

tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran.

Sebagai tambahan waham cemburu dapat pula ditemukan.

Kecemasan tak berfokus.

Kemarahan.

Suka bertengkar/berdebat.

Melakukan kekerasan.

Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya

diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.

Pada Gangguan delusional gambaran utama adalah :

Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata

seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari infeksi, dicintai dari jarak jauh, atau dikhianati

oleh pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit) selama sekurangnya satu

bulan.

Kriteria 1 untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi. Catatan : Halusinasi taktil dan cium

mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan dengan tema waham.

Terlepas dari pengaruh waham-waham atau percabangannya, fungsi adalah tidak

terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.

Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama totalnya

adalah relatif singkat dibandingkan dengan lama periode waham.

Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat

yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

25

Page 26: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Tony Setiabudhi, Sp. KJ(K) PhD. Ilmu Kedokteran Jiwa (PSIKIATRI). Cetakan ke-8.

Jakarta, 2007.

2. DSM-IV.

3. Kaplan & Sadock’s. Synopsis Of Psychiatry. 7th Edition. Philadelphia, 2000.

4. Prof. Dr. Ayub Sani Ibrahim, Sp. KJ. Spliting Personality. Cetakan ke-3. 2002.

5. W. F. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan ke-7. Surabaya, 1998.

6. http://www.schizophrenia.web.id.

26

Page 27: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

BAB II SKIZOFRENIA PARANOID........................................................................... 9

BAB III GANGGUAN DELUSIONAL.......................................................................... 10

BAB IV KESIMPULAN......................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 26

REFERAT UJIAN PSIKIATRI

27ii

Page 28: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

SKIZOFRENIA PARANOID DAN GANGGUAN DELUSIONAL

Pembimbing I :

Dr. dr. Rudy Hartanto, M.Fils

Pembimbing II :

Prof. DR. dr. H.A.Prayitno, Sp.KJ (K)

Disusun Oleh :

Tantri Suhesti

030.02.237

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA SOEHARTO HEERDJAN

PERIODE 28 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

KATA PENGANTAR

28

Page 29: Skizofrenia Paranoid Dan Gangguan Delusional

Pertama-tama saya mengucapkan banyak terima kasih atas diberikannya kesempatan

pada saya untuk dapat mengerjakan tugas referat ujian tentang “Skizofrenia Paranoid dan

Gangguan Delusional”.

Saya merasakan penting untuk dapat membahas lebih lanjut tentang gangguan mental ini,

karena dari pengalaman yang saya dapatkan selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Jiwa, Kita dapat membedakan Skizofrenia Paranoid dengan Gangguan Delusional.

Sehingga dengan mengerjakan tugas referat ini, saya lebih memahaminya lagi.

Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih kepada staf dokter spesialis Jiwa yang

sudah mengajarkan dan menyumbangkan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berharga

untuk penerapan ilmu kami selanjutnya.

Jakarta, Oktober 2009

Penulis

29

i