laporan kasus skizofrenia

46
LAPORAN PROGRAM PENGENALAN KLINIK (PPK) RUMAH SAKIT GRASIA BLOK KESEHATAN JIWA Disusun oleh : Nama : 1) Yudha Fauzan / 10711003 2) Fajrin Siti Nursadah / 10711036 3) Ulya Diana Hilma / 10711089 4) Metta Ayu Susanti / 10711230 Kelompok : TUTORIAL 15 Tutor : dr. R. Edi Fitriyanto FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2012 STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ibu S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 50 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : penjual makanan ringan Bangsa/suku : Jawa Alamat : Maguwo kidul, Banguntapan, Bantul 1

Transcript of laporan kasus skizofrenia

Page 1: laporan kasus skizofrenia

LAPORAN PROGRAM PENGENALAN KLINIK (PPK)RUMAH SAKIT GRASIA

BLOK KESEHATAN JIWA

Disusun oleh :Nama : 1) Yudha Fauzan / 10711003

2) Fajrin Siti Nursadah / 107110363) Ulya Diana Hilma / 107110894) Metta Ayu Susanti / 10711230

Kelompok : TUTORIAL 15Tutor : dr. R. Edi Fitriyanto

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2012

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ibu S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 50 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : penjual makanan ringan

Bangsa/suku : Jawa

Alamat : Maguwo kidul, Banguntapan, Bantul

No. RM :

Tanggal masuk rumah sakit: 30 Oktober 2010

II. ALLOANAMNESIS

Alloanamnesis diperoleh dari:

1

Page 2: laporan kasus skizofrenia

Nara Sumber 1

Nama Ambar Sariwati

Alamat Gondang Lutung, Donoharjo,

Ngaglik

Pendidikan SLTA

Pekerjaan Mengurus Rumah Tangga

Umur 34 tahun

Hubungan Adik kandung

Lama kenal Sejak lahir

Sifat kenal Dekat

II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

Pasien mulai marah-marah dan berbicara kasar.

II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)

(30 Oktober 2012) Pasien datang dengan diantar anak dan adik kandungnya

karena sejak satu jam yang lalu mulai marah-marah dan bicara kasar. Ketika

ditanya pasien menceritakan bahwa ia disiram air panas oleh ibunya saat ia sedang

melakukan sholat makanya pasien marah-marah. Tetapi tidak ada bukti pasien

disiram air panas seperti kulit melepuh. Pasien juga tidak merasakan kesakitan.

Pasien bercerita ia tidak kesakitan karena sudah disembuhkan oleh suaminya yang

ahli dalam agama. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dan kurang tidur. Pasien

makan rutin kecuali dengan anak perempuannya, makan sulit dan sulit mandi.

Sebelumnya pasien pernah mondok di RSJ sebanyak 3 kali (terakhir 7 tahun yang

lalu) dan diberikan pengobatan rumatan. Namun dalam setahun ini pasien berhenti

minum obat. Kegiatan pasien biasanya membantu orang tua jualan makanan dan

karena penyakitnya sekarang pasien tidak dapat membantu orang tuanya jualan

lagi.

(12 November 2012) Sekarang pasien sudah tidak marah-marah lagi.

Keluhan pasien saat ini ia sering merasa diancam oleh teman sebangsalnya di RSJ.

Menurut pasien temannya itu ingin membunuh anak semata wayangnya. Pasien

juga pernah berhalusinasi melihat anaknya yang dengan kepala tugel dan

bercucuran darah. Selain itu pasien juga sering merasakan anaknya merabanya

untuk meminta tolong.

II.3. Anamnesis Sistem

Cerebrospinal : demam (-), nyeri kepala (-), lemas (-), disorientasi (-)

2

Page 3: laporan kasus skizofrenia

Kardiovascular : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)

Digesti : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nafsu makan menurun (-), BAB

dbn.

Urogenital : dbn.

Reproduksi : dbn.

Integumentum : kesemutan (-), tangan kaku (-)

Musculoskeletal: sulit digerakkan (-), nyeri tengkuk (-)

II.4. Grafik Perjalanan Penyakit

Mental Health Line/Time

2005 2011 2012

Fungsi Peran

II.3. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

II.3.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

II.3.1.1. Faktor Organik

Tidak ada faktor organik yang mendahului penyakit pasien seperti

panas, kejang, trauma fisik, dan lain-lain.

II.3.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Pasien adalah seorang pribadi yang senang dan tidak sulit untuk

berteman atau berkenalan dengan orang-orang baru.

pasien sering dijelek-jelekan, ibu yang acuh, pasien ingin

membantu jualan ibu tetapi tidak dihargai

Pasien sering dilecehkan oleh ibunya saat bekerja

II.3.1.3. Faktor Predisposisi

3

Page 4: laporan kasus skizofrenia

Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.

II.3.1.4. Faktor Presipitasi

Dari penuturan narasumber alloanamnesis, narasumber merasa

pasien mengalami perubahan dimulai ketika ia mencoba bunuh diri

karena stress menghadapi orangtuanya yang akan bercerai dan ujian

sekolah.

II.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu

II.3.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Tidak ada riwayat penyakit serupa sebelumnya. Tetapi pasien

pernah 3 kali mondok di RSJ. Yang terakhir 7 tahun yang lalu.

Mondok yang pertama pada saat itu pasien mencoba bunuh diri

dengan masuk ke sumur. Hal itu dilakukan pasien karena pasien

mengalami stress berat karena ibu dan ayah pasien hendak bercerai

dan saat itu pasien juga sedang menghadapi ujian kelulusan. Karena

tekanan yang berat itu pasien dengan keinginan sendiri pasien

melakukan bunuh diri. Saat ditanya pasien tidak merasakan ada yang

menyuruhnya untuk bunuh diri, ia juga tidak merasakan halusinasi

apapun.

II.3.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname

Pasien tidak pernah menderita sakit berat atau opname.

II.4. Riwayat Keluarga

II.4.1. Pola Asuh Keluarga

Pasien sewaktu kecil tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua adik

kandungnya. Pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Pasien

adalah anak perempuan dan adik ke-1 nya laki-laki, yang ke-2

perempuan. Pasien berasal dari keluarga sederhana,

Keluarga pasien termasuk keluarga yang kurang memperhatikan

kewajiban beribadah tetapi pasien tidak mengikuti kebiasaan orang tuanya

itu, pasien selalu rajin untuk shalat atau beribadah.

Dalam keluarga pasien, memiliki pola asuh yang lebh cenderung bersifat

demokratif. Hal ini didapat berdasarkan dari alloanamnesis bahwasannya

pada saat pasien menginginkan sekolah di SMEA, walaupun orang tua

4

Page 5: laporan kasus skizofrenia

sebenarnya agak keberatan mengenai biaya, akan tetapi sebisa mungkin

berusaha memenuhi keinginan pasien dan mendukungnya.

Keluarga pasien sangat peduli dan mengkhawatirkan keadaan pasien dan

selalu mengupayakan yang terbaik untuk kesehatan OS.

Pasien selalu mendapatkan keinginannya dari orang tua saat kecil. Saat

pasien berbuat salah tidak pernah dimarahi oleh orang tuanya.

II.4.2. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa

Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus maupun penyakit

kronis lainnya.

II.4.3. Silsilah Keluarga

Keterangan :

Pasien (Ibu S.)

II.5. Riwayat Pribadi

II.5.1. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir secara normal. Proses kelahirannya juga lancar, tak ada

kelainan, sewaktu kecil imunisasi lengkap.

II.5.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Menurut pengakuan adik pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil

sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat

tinggal mereka.

Kepribadian cukup terbuka

Emosi cukup stabil

Pasien sangat sabar dalam menyikapi sesuatu

5

Page 6: laporan kasus skizofrenia

II.5.3. Perkembangan Awal

Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.

Pasien mengambil orang tuanya sebagai model percontohan

Motivasi pasien adalah kedua orang tuanya

Waktu masih kanak-kanak pasien termasuk pribadi yang terbuka dan

mudah bergaul.

II.5.4. Riwayat Pendidikan

SD : lulus dengan baik

SMP : lulus dengan baik

SMEA : lulus dengan baik

II.5.5. Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja selama 1 tahun sebagai buruh di dekat rumahnya

sebelum menikah.

Sebelum masuk RS pasien bekerja membantu orang tua menjual

makanan dan mendapat upah sebesar 20 ribu rupiah setiap harinya

II.5.6. Riwayat Perkembangan Seksual

Menurut alloanamnis adik pasien, pasien mendapatkan menstruasi normal

seperti anak-anak pada umumnya. Pasien tidak pernah mempunyai pacar,

ketika pasien tertarik dengan lawan jenis hanya dipendam saja sampai

bertemu dengan suaminya sekarang yang langsung mengajaknya

menikah.

Pasien hamil dan melahirkan seorang anak dengan normal segera setelah

ia menikah.

II.5.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Agama Islam

Pasien rajin ibadah solat lima waktu dan rajin berdoa

Pasien sering mengeluh tidak mau seperti orang tuanya yang tidak mau

beribadah

6

Page 7: laporan kasus skizofrenia

Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal

II.5.8. Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak

II.5.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)

Id, ego dan superego pasien masa kanak-kanak dalam batas kewajaran.

Sekarang ini sering terjadi disintegrasi ego untuk menilai realistik sehingga

pasien sering mengalami halusisnasi.

II.5.10. Hubungan Sosial

Hubungan sosial pasien dengan lingkungan sekitar dan lingkungan kerja

sangat baik. Pasien mudah bersosialisasi. Tidak ada masalah yang berarti

II.5.11. Kebiasaan

Pasien makan 3 kali sehari. Lauk sayur, tahu tempe, kadang dengan ikan dan

daging. Pasien tidak merokok dan jarang berolahraga. Pasien tidak suka

melamun dan menyendiri. Pasien termasuk pribadi yang terbuka dan mudah

bergaul.

II.5.12. Status Sosial Ekonomi

Status ekonomi pasien adalah ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan

utama dari suami pasien dan penghasilan tambahan didapatkan pasien dari

hasil membantu orang tuanya berjualan makanan.

II.5.13. Riwayat Khusus

Pasien tidak pernah mempunyai pengalaman militer

Pasien tidak pernah mempunyai Urusan dengan polisi

II.6. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Dapat dipercaya

Kurang dapat dipercaya

Sangat diragukan kebenarannya

7

Page 8: laporan kasus skizofrenia

II.7. Kesimpulan Alloanamnesis

Sejak duduk di kelas 3 SMEA pasien menderita gangguan jiwa

szikoafektif dan pernah mencoba bunuh diri namun gagal. Tujuh tahun yang

lalu pasien mondok kembali di rumah sakit grasia dengan gejala yang sama.

Sekarang mondok kembali karena pasien marah-marah dan berbicara kasar.

Keluarga pasien berasa dari keluarga social ekonomi menengah

kebawah, akan tetapi cukup perhatian akan kesehatan dan keadaan OS.

III. PEMERIKSAAN FISIK

III.1. STATUS PRAESENS

III.1.1. Status Internus

Keadaan Umum : compos mentis

Bentuk Badan : tinggi langsing, tidak ditemukan kelainan

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 161 cm

Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 96 kali/menit

Respirasi : 22 kali/menit

Suhu : 37C

Kepala : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena pasien

menolak untuk dilakukan pemeriksaan.

Leher : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena pasien

menolak untuk dilakukan pemeriksaan.

Thorax :

Sistem Kardiovaskuler : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena

pasien menolak untuk dilakukan

pemeriksaan.

Sistem Respirasi : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena

pasien menolak untuk dilakukan

pemeriksaan.

Abdomen :

Sistem Gastrointestinal : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena

pasien menolak untuk dilakukan

pemeriksaan.

Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena

pasien menolak untuk dilakukan

pemeriksaan.

8

Page 9: laporan kasus skizofrenia

Ekstremitas :

Sistem Muskuloskeletal : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena

pasien menolak untuk dilakukan

pemeriksaan.

III.1.2. Status Neurologis : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena pasien

menolak untuk dilakukan pemeriksaan.

III.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang

Tidak ada data Pemeriksaan Darah, EKG, EEG, CT Scan, Foto

Rontgen, dll yang pernah dilakukan pasien

III.2. STATUS PSIKIATRI

Tanggal Pemeriksaan: 13 November 2012

III.2.1. Kesan Umum : Seorang perempuan, sesuai umur, tampak gembira,

penampilan dan rawat diri baik, dan tampak

bersemangat dalam menceritakan keluhannya sambil

tertawa berlebihan, tampak sehat, tidak tampak lemah,

tidak tampak pucat. E. 4 V.5 M.6

III.2.2. Kesadaran :

Kuantitatif

√ Compos mentis

Apatis

Somnolen

Kualitatif

Berubah

√ Tak Berubah

III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi:

Baik

√ Buruk

III.2.4. Penampilan/Rawat Diri:

√ Baik

Cukup

Kurang

III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku:

Dalam batas normal

Hipoaktif

Disaktif

√ Hiperaktif

Agitasi psikomotor

Gaduh gelisah

9

Page 10: laporan kasus skizofrenia

√ Hiperaktif

Merusak

Lain-lain, sebutkan: ___________

III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka):

Tak ada kelainan

Indifferent

√ Banyak mimik

Sedikit Mimik

Curiga

Sedih

Marah

Gembira

III.2.7. Afek :

Tak ada kelainan

Tumpul

Datar

Indifferent

√ Euphoria

Elasi

Ectase

Panik

Tension

Ambivalensi

Takut

Susah

Depersonalisasi

Derealisasi

Inappropriate

√ Labil

Cemas

Curiga

Lain-lain, sebutkan: __________

III.2.8. Proses Pikir

III.2.8.1. Bentuk Pikir:

Realistik

√ Autistik

Dereistik

Pikiran tak logis

10

Page 11: laporan kasus skizofrenia

Gangguan fikiran formal

III.2.8.2. Isi Pikir :

Tak ada kelainan

Phobi

Obsesi

Idea of reference

Waham

Dikejar

√ Diancam

√ Curiga

Berdosa

√ Cemburu

Kebesaran

Seksual

Rendah Diri

Hipokondri

Bizarre

Sisip pikir

Siar pikir

Dikendalikan

Penyedotan pikiran

√ Magik mistik

Lainnya, sebutkan: _____________

III.2.8.3. Progresi Pikir :

Kualitatif

Tak ada kelainan

Perseverasi

Verbigerasi

Ekholali

Ganser sindrom

Neologisme

Inkoherensi

Sirkumstansial

√ Flight of ideas

Flight into mysticism

Flight into intelectualisme

Gagap

11

Page 12: laporan kasus skizofrenia

Irelevansi

Tangensial

Lainnya, sebutkan : _____________

Kualitatif

Tak ada kelainan

√ Logorrhoe

Remming

Blocking

Mutisme

III.2.9. Mood dan Interest :

Dalam batas normal

Depresi

Kehilangan minat

Hidup tidak berguna

Rendah diri

Tidak mampu

Tidak punya harapan masa depan

Merasa sedih, putus asa, murung

Lainnya, sebutkan: ______________

Kecemasan

Merasa cemas dan khawatir

Sering berdebar-debar

Mudah kaget

Perasaan mudah berubah

Cemas menjadi gila

Takut mati

Sulit tidur

Tidak bisa tidur nyenyak

Mimpi buruk

Lingkungan berubah/asing

Lainnya, sebutkan: _________

√ Paranoid

√ Merasa terancam

√ Curiga pada orang di sekitarnya

Iritabilitas/Sensitifitas

Mudah tersinggung

Merasa diperlakukan tidak adil

12

Page 13: laporan kasus skizofrenia

√ Euforia

√ Sangat bahagia

Dalam kenikmatan luar biasa

III.2.10.Hubungan Jiwa :

√ Sukar

Mudah

III.2.11. Perhatian :

√ Mudah ditarik mudah dicantum

Mudah ditarik sukar dicantum

Sukar ditarik sukar dicantum

III.2.12. Persepsi :

Halusinasi

√ Dengar

√ Pandang

Penghidu

√ Peraba

Pengecap

Seksual

Ilusi

III.2.13. Memori :

Amnesia

Anterograd

Retrograd

Anteroretrograd

Hipomnesia

√ Hipermnesia

Paramnesia

Konfabulasi

De ja vue

Jamais vue

De ja vacue

III.2.14. Gangguan Inteligensi Sesuai Umur/Pendidikan

√ Tidak ada

Ada

III.2.15. Insight :

√ Baik

Buruk

III.2.16.Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan: tidak ada

13

Page 14: laporan kasus skizofrenia

III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi

III.3.1. Kepribadian :

ekstrovert

III.3.2. IQ:

Tidak ada data pemeriksaan IQ serta sulit untuk dilakukan penilaian IQ

secara cepat pada saat PPK

III.3.3. Lain-lain:

Tidak ada data dan tidak ada pemeriksaan psikologi lain yang

dilakukan pasien

III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi

Tidak ada data dan tidak ada pemeriksaan sosiologi yang dilakukan

pasien.

IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

IV.1. Tanda-Tanda (Sign)

Tidak ada sign secara fisik (dari pemeriksaan fisik dan status

neurologis)

IV.2. Gejala (Simtom)

Kesadaran : kompos mentis, tak berubah

Orientasi : baik

Penampilan dan rawat diri : baik

Sikap dan tingkah laku : hiperaktif

Roman muka : banyak mimic

Afek : euphoria, labil

Bentuk Pikir : Autistik

Waham : Diancam, curiga, cemburu, magik mistik

Progresi pikir : Flight of ideas, Logorrhoe

Mood dan Interest :

√ Paranoid : merasa terancam, curiga pada orang di

sekitarnya

√ Euforia : sangat bahagia

Hubungan Jiwa : Sukar

Perhatian : Mudah ditarik mudah dicantum

Persepsi : Halusinasi dengar, pandang, peraba

IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)

Sindrom manik : hiperaktif, euforia, banyak mimik, flight of ideas,

logorrhoe.

14

Page 15: laporan kasus skizofrenia

V. DIAGNOSIS BANDING

susp. F25.0 skizoafektif tipe manik

Kegelisahan memuncak

Terdapat suara halusinasi yang mengancam pasien

Halusinasi visual

Terdapat waham curiga, cemburu dan diancam

Gangguan afektif terdapat dorongan kehendak

F20.0 skizofrenia paranoid

Terdapat suara halusinasi yang mengancam pasien

Halusinasi visual

Terdapat waham curiga, cemburu dan diancam

F30.2 manik dengan gejala psikotik

Mengacaukan aktivitas pekerjaan dan sosial

Terdapat waham curiga

Halusinasi

VI. PEMBAHASAN

Bentuk Pikir :

√ Autistik : pasien kadang tertawa dan tiba-tiba diam

Isi pikir :

Waham:

√ Diancam : pasien merasa diancam oleh temannya bahwa

temannya akan membunuh anaknya

√ Curiga : pasien merasa curiga kepada temannya

√ Cemburu : pasien merasa cemburu kepada ibunya dan merasa

ibunya da hubungan spesial dengan suaminya

√ Magik mistik : pasien merasa suaminya memiliki kekuatan mistik

yang mampu menyembuhkannya

Progresi pikir :

Kualitatif

√ Flight of ideas : pembicaraan pasien meloncat-loncat

√ Logorrhoe : pasien banyak bicara dan sulit dihentikan

Mood dan Interest :

√ Paranoid

√ Merasa terancam :

√ Curiga pada orang di sekitarnya

√ Euforia

√ Sangat bahagia : pasien selalu merasa sangat bahagia

15

Page 16: laporan kasus skizofrenia

Perhatian :

√ Mudah ditarik mudah dicantum

Persepsi :

Halusinasi

√ Dengar : pasien sering mendengar anaknya meminta tolong

√ Pandang : pasien sering melihat anaknya ingin dibunuh oleh

temannya

√ Peraba : pasien sering merasa diraba anaknya karena

anaknya ingin minta tolong

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang

ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala

gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi

empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe

skizofrenia atau tipe gangguan mood.

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik

gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam

episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian

dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada

episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe

manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang

menonjol. Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham,

halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai

dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik

gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam

episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian

dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada

episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe

manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang

menonjol.

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,

perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan

jiwa (PPDGJ-III):

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

16

Page 17: laporan kasus skizofrenia

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain) .

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

17

Page 18: laporan kasus skizofrenia

dan stupor;

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna

dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed

attitude) dan penarikan diri secara sosial.

VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

VII.1. Pemeriksaan Psikologi

Pasien diminta untuk menggambar, hasil gambar akan dinilai

untuk melihat suasana hati pasien saat ini. Pasien juga diminta

membaca titik-titik tinta dan diminta untuk mengungkapkan apa yang ia

lihat.

VII.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)

Tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang karena pasien

tidak mengeluhkan gejala fisik dan pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan kelainan.

VIII. DIAGNOSIS

AKSIS I : F25.0 skizoafektif tipe manik

AKSIS II : Z 03.2 tidak ada diagnosis

AKSIS III : tidak ada (none)

AKSIS IV : Masalah dengan ”primary support group” (keluarga)

AKSIS V : GAF = 80

IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN

IX.1. Terapi Organobiologik

IX.1.1. Psikofarmaka

Haloperidole

Haloperidole merupakan antagonis reseptor

dopamin. Dosis yang digunakan 3 x 1-5 mg/hari. Dosis

kecil digunakan untuk mengurangi efek samping yang

18

Page 19: laporan kasus skizofrenia

mungkin muncul. Efek samping dari penggunaan

haloperidole ini diantaranya menimbulkan kantuk dan

lesu.

Trihexyphenidyl (THP) 2 x 2 mg ( 1 – 0 – 1 )

Merupakan antidotum untuk efek samping dari

penggunaan haloperidol berupa gejala ekstrapiramidal

seperti tremor, sindrom parkinson, dll. Digunakan

sesuai kebutuhan bersamaan dengan pemberian

haloperidol. Dosis untuk pagi dan malam hari.

Klozapine

Klozapine digunakan jika pasien tidak

menunjukan perbaikan dengan 2 macam obat

antagonis reseptor dopamine. Dosis awal digunakan

dengan dosis rendah. Lalu dinaikkan dosisnya tiap 2-3

hari sampai dosis efektif dan dipertahankan selama 8-

12 minggu. Setelah itu dosis diturunkan setiap 2 minggu

sampai dosis maintenance dan dipertahankan 6 bulan

sampai 2 tahun sebelum dilakukan tappering off.

Penghentian mendadak klozapine dapat menyebabkan

cholinergic rebound, gangguan lambung, mual, diare,

pusing dan gemetar.

IX.1.2. Terapi Fisik

Tidak dilakukan terapi fisik karena pada pemeriksaan

fisik dan penunjang tidak didapatkan diagnosis adanya

penyakit fisik.

IX.2. Psikoedukatif/Psikoterapi

Tujuannya psikoterapi adalah untuk menguatkan daya tahan

mental yang ada, mempertahankan kontrol diri, mengembalikan

keseimbangan adaptif supaya dapat menyesuaikan diri. Cara-cara

psikoterapi suportif antara lain melalui bimbingan dan penyuluhan.

Berdasarkan subjek psikoterapi bisa dilakukan dengan :

Kelompok

Beberapa pasien dikumpulkan dalam satu ruangan

kemudian ada seorang terapist sebagai fasilitator. Pasien itu

19

Page 20: laporan kasus skizofrenia

kemudian dibiarkan saling berkomunikasi dan saling bertukar

pikiran. Setelah saling berkomunikasi terapist akan

memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang

dialami masing-masing pasien. Tujuan dari psikoterapi

kelompok ini adalah agar pasien mengembangkan kemampuan

untuk berkomunikasi dan tidak terus menarik diri dari

masyarakat.

Keluarga

Untuk pasien yang sudah keluar dari rumah sakit jiwa.

Keluarga diarahkan untuk bisa menghindari ungkapan emosi

yang bisa menjadikan kambuhnya penyakit pasien. Keluarga

juga diberi pengetahuan tentang keadaan pasien dan cara

untuk menghadapi pasien jika pasien kambuh kembali.

Berdasarkan caranya psikoterapi bisa dilakukan dengan :

- Ventilasi : pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahan

sehingga dapat diberikan problem solving yang

baik. Pasien juga dibimbing untuk terbuka terhadap orang lain

yang dapat dipercaya oleh pasien (untuk memperbaiki

kepribadian pasien  yang cenderung tertutup). Dengan

demikian diharapkan pikiran dan wacana pasien dapat terbuka

lebar dalam menanggapi masalahnya.

- Persuasi : Membujuk pasien agar kooperatif dalam terapi seperti

minum obat dan rutin kontrol.

- Insight Psikoterapi : Memberi informasi yang masuk akal

kepada pasien tentang timbulnya gejala-gejala sehingga dapat

membebaskan pasien dari impuls-impuls yang sangat

mengganggu. Memberikan pengarahan kepada pasien atas

masalahnya baik itu dari faktor ekonomi maupun masalah yang

timbul dalam rumah tangga. Memberikan gambaran apakah

yang dipikirkan pasien itu adalah benar, apakah keputusan

yang terbaik dalam rumah tangga pasien dengan pertimbangan

pertumbuhan dan perkembangan status psikologi dan status

mental anak.  

- Sugesti : Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat

sembuh (penyakit terkontrol), apabila pasien kontrol secara

rutin dan rajin meminum obat. Memberikan masukan kepada

pasien dalam membina kembali hubungan yang baik dengan

20

Page 21: laporan kasus skizofrenia

suami dan keluarganya, dalam merawat dan mengasuh

anaknya.

IX.3. Terapi Sosiokultural

IX.3.1. Terapi Rehabilitatif

Menciptakan kontak sosial yang sehat dan baik untuk

pasien. Menerapkan sikap hidup sehat dan melihat hari

kedepan dengan keberanian dan semangat. Mengusahakan

pasien untuk jadi pribadi yang ekstrovert.

Terapi ini dilakukan untuk mempersiapkan pasien untuk

dapat kembali pada masyarakat dengan fungsi pekerjaan dan

sosial. Terapi kerja dilakakukan dengan memberikan bekal

ketrampilan kepada pasien sehingga pada saat

keluar nanti mempunyai bekal ketrampilan yang disesuaikan

dengan kemampuan pasien. Terapi kerja ditujukan untuk

mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita

lain, perawat dan dokter. Juga ditujukan pada kemampuan dan

kekurangan pasien. Mengajak pasien melakukan aktivitas

kegiatan positif. Pemberian okupasi terapi atas dasar

kesadaran bukan paksaan. Memberikan keterampilan pada

pasien untuk bekal dibawa pulang. Misal ketrampilan bercocok

tanam, permesinan, dan perkebunan. Dengan memiliki bekal

keterampilan berdasarkan kemampuan pasien, maka

diharapkan pasien setelah pulang dari rumah sakit dapat

mengembangkan keterampilannya itu sehingga menjadi

sesuatu yang dapat menghasilkan, sehingga dapat menambah

penghasilan. Dengan demikian diharapkan dapat meringankan

beban ekonomi yang selama ini dirasakan menjadi faktor

penyebab utama.

IX.3.2. Terapi Spiritual

Terapi spiritual dapat dilakukan dengan mengikutsertakan

pasien pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat

berjamaah atau mendengarkan ceramah. Terapi ini

dimaksudkan agar pasien tetap mengingat dan menjalankan

perintah dari ajaran/kepercayaannya sehingga dapat

membuatnya lebih merasa tenang, aman dan nyaman dalam

hati dan batin.

21

Page 22: laporan kasus skizofrenia

IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga

Untuk pasien yang sudah keluar dari rumah sakit jiwa.

Keluarga diarahkan untuk bisa menghindari ungkapan emosi

yang bisa menjadikan kambuhnya penyakit pasien. Keluarga

juga diberi pengetahuan tentang keadaan pasien dan cara

untuk menghadapi pasien jika pasien kambuh kembali.

X. PROGNOSIS

X.1. Faktor Premorbid

Riwayat Penyakit Keluarga : Ada Tidak ada

Pola Asuh Keluarga: Demokratis Over Protektif Liberal

Kepribadian Premorbid: Introvert Ekstrovert

Stressor Psikososial: Ada Tidak ada

Sosial Ekonomi: Tinggi Menengah

Bawah

Status Perkawinan: Menikah Tidak menikah

X.2. Faktor Morbid

Usia Onset: Anak Remaja Dewasa Tua

Jenis Penyakit: Psikotik Non Psikotik

Perjalanan Penyakit: Akut Kronik

Kelainan Organik: Ada Tidak ada

Regresi: Ada Tidak ada

Respon Terapi: Bagus Jelek

X.3. Kesimpulan Prognosis

Baik

√ Dubia ad bonam

Dubia ad malam

Jelek

Keimpulan prognosis ini didapatkan dari hasil studi pustaka berikut ini

Indikator Pada Pasien Prognosis

22

Page 23: laporan kasus skizofrenia

1. Faktor kepribadian

2. Faktor genetik

3. Pola asuh

4. Faktor organik

5. Dukungan keluarga

6. Sosioekonomi

7. Faktor pencetus

8. status perkawinan

9. Kegiatan spiritual

Percaya Diri

Tidak ada

Perhatian cukup

tidak ada

Ada

Menengah kebawah

Ada

Tidak Menikah

baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

jelek

Baik

F

AK

TO

R M

OR

BID

10. Onset usia

11. Perjalanan penyakit

12. Jenis penyakit

13. Respon terhadap

terapi

14. Riwayat disiplin

minum obat

15. Riwayat disiplin

kontrol

16. Riwayat peningkatan

gejala

17. Beraktivitas

Remaja akhir-Dewasa

Kronik

psikotik

Baik

Baik

Baik

Tidak

Meningkat

Jelek

Jelek

Jelek

Baik

baik

Baik

Baik

Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

XI.RENCANA FOLLOW UP

1.  Perawatan di Rumah Sakit

-        Memberikan pengertian kepada keluarga dan penjelasan tentang penyakit yang

diderita.

-        Rencana Follow up yang dapat dilakukan yaitu evaluasi terhadap status psikiatrik

selama pasien dirawat di RS Grhasia dengan terus memantau perkembangan

pasien, pemberian obat, efek terapeutik obat, serta efek samping obat dan

bagaimana efek terapi psikiatri lainnya.

23

Page 24: laporan kasus skizofrenia

-        Mengharapkan keluarga untuk mengunjungi pasien dibangsal. Sehingga dengan

demikian dapat membantu proses penyembuhan.

2.  Perawatan di rumah

-        Memberikan pengertian kepada keluarga agar secara rutin kontrol dan

mengingatkan pasien untuk rutin minum obat.

-        Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang efek samping dari

pemberian obat. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien apabila gejala

negatif menonjol dengan demikian dapat dievaluasi terapi / pengobatan pasien.

XII. PEMBAHASAN

Analisis Identitas

Dari identitas pada pasien, tidak ada faktor predisposisi yang ditemukan.

Nurmiati dalam Buku Ajar Psikiatri menyebutkan bahwa skizofrenia biasanya muncul

pada usia remaja akhir atau dewasa muda, awitan pada laki-laki biasanya antara 15-

25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.

Analisis Riwayat Penyakit Sekarang

Maramis dalam buku Ilmu Kedokteran Jiwa menjelaskan beberapa hipotesis yang

saat ini diduga menjadi penyebab skizofrenia yaitu:

1. Hipotesis Dopamin: hipotesis ini menyebutkan bahwa penyebab skizofrenia

adalah adanya aktivitas yang berlebihan pada dopamine yang berada di

mesolimbik. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan bahwa amfetamin

yang bekerja untuk meningkatkan neurotransmitter dopamin dapat

menyebabkan gejala psikosis yang mirip dengan gejala skizofrenia.

2. Hipotesis Perkembangan Saraf: Studi pencitraan otak pada penderita

skizofrenia menunjukkan abnormalitas struktur dan morfologi otak seperti

berat otak yang relative lebih kecil dari orang normal dan gangguan

metabolism pada otak bagian frontal dan temporal.

Selain itu, Nurmalita dalam Buku Ajar Psikiatri menambahkan alasan hipotesis

dopamine dibuat adalah:

1. Cara kerja obat-obat pada skizofrenia (missal fenotiazin) bekerja memblok

reseptor dopamine pasca sinaps (D2)

2. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus

akumben dan putamen pada skizofrenia.

Analisis Anamnesis Sistem

Pada anamnesis system terhadap pasien tidak didapati keluhan apapun.

Analisis Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

24

Page 25: laporan kasus skizofrenia

Pada pasien tidak ditemukan faktor organik, faktor predisposisi dan faktor presipitasi

yang mendahului terjadinya skizofrenia saat ini.

Analisis Faktor Psikososial

Pasien merasa sering dilecehkan dan tidak dihargai dalam bekerja oleh ibu

pasien. Nurmiati dalam Buku Ajar Psikiatri menjelaskan bahwa pola komunikasi

keluarga memegang peranan penting dalam terjadinya skizofrenia. Komunikasi yang

baik dalam keluarga dan pola asuh orang tua akan sangat membantu dalam

membentuk sikap kepribadian seseorang.

Analisis Riwayat Penyakit Dahulu

Nurmiati dalam Buku Ajar Psikiatri menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan

penyakit kronis sehingga sering berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan banyak

yang memiliki prognosis buruk terutama bagi pasien skizofrenia yang

menyalahgunakan zat psikoaktif atau pasien yang hidup dalam keluarga yang kurang

harmonis. Pada kasus ini, pasien mengaku merasa pekerjaannya tidak dihargai oleh

ibunya, ia merasa dilecehkan dalam bekerja dan sering dimarahi. Hal inilah yang

memungkinkan pasien mengalami relaps skizofrenia kembali.

Analisis Riwayat Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang menderita skizofrenia maupun gangguan jiwa

lainnya. Pola asuh keluarga saat pasien kecilpun cukup baik. Namun, saat ini pasien

sering merasa ibunya tidak menghargai pekerjaan yang pasien lakukan. Ibunya juga

sering memarahinya saat bekerja.

Analisis pemeriksaan status psikiatri

Pemeriksaan status psikiatri pasien berupa kesan umum, orientasi terhadap

tempat/orang/waktu serta penampilan diri dapat disimpulkan dalam keadaan baik.

Kesan umum pasien tampak sadar penuh, tampak sehat, tidak lemah dan tidak

pucat. Pasien masih dapat mengetahui ia berada dimana, saat ini tanggal berapa dan

masih mengenal orang-orang di sekitarnya. Penampilannya pun dapat dikatakan baik

dan cukup bersih.

Untuk sikap dan tingkah laku pasien adalah hiperaktif dan banyak mimk saat bicara.

Saat pasien bercerita tentang dirinya, ia banyak menggunakan kedua tangan untuk

membantu menunjukkan apa yang pasien ceritakan. Ekspresi wajahnya pun mudah

berubah-ubah dan bermacam-macam.

Afek pada pasien adalah labil dan euphoria. Afek labil adalah perubahan afek yang

jelas dalam jangka pendek (nurmiati: 20_________). Saat bercerita, pasien sering

menunjukkan tingkah laku yang berbeda-beda, dari senang kemudian takut, tiba-tiba

pasien senang kembali. Namun secara umum, pasien tampak senang dan tidak

mengalami depresi.

Analisis terapi

25

Page 26: laporan kasus skizofrenia

Rencana terapi yang saya implementasikan juga memperhitungkan

kebutuhan intervensi yang menentukan dalam jangka pendek serta melanjutkan

treatment selama tahun-tahun selanjutnya. Keberhasilan terapi ini sangat bergantung

pada ketersediaan pasien untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan. Tidak

hanya itu saja, dukungan keluarga juga memegang peran yang sangat penting untuk

keberhasilan pengobatan ini. Ketika pasien ditempatkan di rumah sakit jiwa

diharapkan pengobatan dapat berjalan dengan optimal. Selain itu diharapkan juga

hubungan dokter dengan pasien dapat berjalan dengan baik sehingga pasien

percaya pada dokter dan pasien mau meminum obat yang telah diberikan dokter

meskipun ia telah keluar dari rumah sakit. Pasien juga hendaknya mempelajari

bagaimana cara merawat dirinya sendiri dan bagaimana memulai suatu kehidupan

yang lebih normal.

DAFTAR PUSTAKA

Freedman R. Szikophrenia. N Engl J Med 2003;349:1738-49

Halgin, Richard P. 2011. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan

Psikologis. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.

Henderson DC, Goff DC. Risperidone as an adjunct to clozapine therapy in chronic

schizophrenics. J Clin Psychiatry 2006;57:395-7.

26

Page 27: laporan kasus skizofrenia

Josiassen RC, Joseph A, Kohegyi E, et al. Clozapine augmented with risperidone in

the treatment of skizophrenia: a randomized, double blind, placebo-controlled

trial. Am J Psychiatry 2005;162:130-6.

Kaplan, Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupan

Aksara

Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Soewandi. 2002. Simtomatologi Dalam Psikiatri. Yogyakarta: FKUGM

ANALISIS JURNAL

Judul Tulisan :

Predictors of the short-term responder rate of Electroconvulsive therapy in depressive

disorders – a population based study

Penulis :

Axel Nordenskjold, Lars von Knorring, and Ingemar Engstrom

Nama jurnal, volume, nomor dan tahun terbit :

BoimedCentral 12:115, 2012

27

Page 28: laporan kasus skizofrenia

Topik No Keterangan Ditemukan di halaman berapa, jelaskan

Judul

dan

abstrak

1 1. Indicate the study’s material

(ex plant) and subject (human

or animal)

2. Provide in the abstract an

informative and balanced

summary of what was done

and what was found

1. Menjelaskan subyek

penelitian

2. Memberikan ringkasan yang

informatif dan seimbang atas

apa yang dilakukan dan apa

yang ditemukan (hasil) dalam

abstrak

Ditemukan di halaman 1

1. This is a population-based study of all

patients (N = 990) treated with ECT for

depressive disorders, between 2008–2010

in eight hospitals in Sweden

“ Pasien diambil dari 8 rumah sakit di Swedia

berjumlah 990 yang diterapi dengan ECT

antara tahun 2008-2009 “

2. “This is a population-based study of all

patients (N = 990) treated with ECT for

depressive disorders, between 2008–2010 in

eight hospitals in Sweden….”

“Older patients, more severely ill patients,

psychotically ill patients and patients without

personality disorders had the highest

responder rates. Inpatients…..”

semua pasien (990) di obati dengan TEK

untuk gangguan depresi. Pasien depresi

psikotik merespon (88,9% vs 81,5%) untuk

yang mengalami depresi berat dan 72,8%

untuk depresi ringan. Tidak ada perbedaan

yang signifikan dalam tingkat responden

antara pasien yang menderita bipolar,

pertama, sindrom depresi berulang, atau

episode depresif dari gangguan

schizoaffective

. Pasien dengan gangguan kepribadian

memiliki tingkat yang lebih rendah

responden (66,2% vs 81,4%). Juga, pasien

rawat jalan telah tingkat rendah responden

(66,3%) dibandingkan dengan pasien rawat

inap (83,4%)

28

Page 29: laporan kasus skizofrenia

Introduksi

Latarbel

akang

2 Explain the scientific

background and rationale for

the investigation being

reported

Menjelaskan latar belakang

yang ilmiah dan rasional

mengapa penelitian perlu

dilakukan

Pada halaman 1.

“Electroconvulsive therapy, ECT, is an

effective treatment for severe forms of

depression, such as psychotic or catatonic

depression. ECT has also been

recommended in less severe forms of

depression after pharmacotherapeutic failure

[1]. The efficacy of ECT in severe depression

is demonstrated to be high in clinical trials

with remission rates of 60–70% or more

repeatedly reported…..”

TEK merupakan terapi yang efektif untuk

beberapa kasus depresi. Dan pada kasus

depresi berat efek nya bisa mencapai 60-

70%. Tetapi ada perbedaan antara praktek

di klinis dan penelitian. Dimana pada

praktek klinis efikasi hanya 30-47%.

Tujuan 3 State specific objectives,

including any prespecified

hypotheses

Menentukan tujuan spesifik,

termasuk hipotesis yang

diajukan.

Halaman 2

“The aim of the present study is to investigate

the responder rate of Electroconvulsive

therapy, ECT, in

clinical routine work and to define clinical

characteristics predictive of response to ECT.

The main hypothesis is that the responder

rate of ECT might be lower in clinical routine

than in controlled trials.”

Tujuan penelitian ini untuk meneliti tingkat

respon dari terapi elektrokonvulsif pada

praktek klinis.

Bahan dan Cara

Bahan 4 Clearly defined how the

material were collected and

prepared

Menjelaskan bagaimana data

Pada halaman 2.

“In this study, 990 patients treated with ECT

for major depression or schizoaffective

disorder, depressed type between January 1,

29

Page 30: laporan kasus skizofrenia

dikumpulkan dan disiapkan. 2008 and December 31, 2010 in eight

hospitals in the middle of Sweden were

identified. Information about the clinical

outcome was available for 936 patients. Our

data therefore illustrate a population-based

cohort treated in ordinary clinical routine.”

Partisipan diambil dari 8 Rumah Sakit di

Swedia. Didapatkan 990 pasien diterapi TEK

karena depresi berat atau gangguan

skizoafektif antara 1 Januari 2008 dan 31

Desember 2010.

Participa

nt

Subyek

penelitia

n

5 Eligibility criteria for

participant / subject

Kriteria subyek penelitian

Pada halaman 2.

“Inclusion criteria in the study were:

1) Diagnosis of Depressive Episode (F32),

Major Depressive Disorder (F33) Bipolar

Disorder, depressive episode (F31.3-F31.5)

or Schizoaffective disorder, depressive type

(F25.1).

2) Treatment with ECT in one of the eight

hospitals in the middle of Sweden between

January 1, 2008 and December 31, 2010.

Each patient was included only with the first

treatment series in the period.

Exclusion criteria from statistical analysis

was:

1) No Clinical Global Impression –

Improvement (CGI-I) data available after

ECT.”

Kriteria partisipan:

1. Diagnosis Depressive Episode (F32),

Major Depressive Disorder (F33)

Bipolar Disorder, depressive episode

(F31.3-F31.5) or Schizoaffective

disorder, depressive type (F25.1).

2. Diterapi TEK antara 1 Januari 2008

30

Page 31: laporan kasus skizofrenia

dan 31 Desember 2010 di salah satu

dari 8 RS Swedia

Dan disingkirkan bila:

Tidak ada data CGI-I setelah TEK

Interve

nsi

6 Precise details of the

intervention intended for each

group and how and when

they were actually

administered

Menjelaskan intervensi yang

dilakukan pada tiap kelompok

perlakuan dengan detail.

Termasuk bagaimana dan

kapan intervensi diberikan.

“Most treatments were unilateral, but in 13%

at least one of the treatments in the series

was bitemporal and in 4.8% at least one

treatment was bifrontal. The mean dosage at

the last treatment if unilateral was 0.49 ms

(SD 0.14), 73 Hz (SD 23), 7.4 s (SD 0.83),

840 (SD 53) mA and 451 (SD 186) mC. The

mean number of ECT sessions was 8.0 (SD

3.2)”

ECT dilakukan dalam waktu 0,49 ms dengan

frekuensi 73 Hz.

Outcome 7 Clearly defined primary and

secondary outcome

measures and, when

applicable, any methods

used to enhance the quality

of measurements (e.g.,

multiple observations,

training of assessors).

Menjelaskan pengukuran

outcome, baik utama maupun

sekunder,

Pada halaman 3.

“ECT was administered using a bidirectional

constant current, brief pulse device. The

Mecta Spectrum 5000Q device (Mecta Corp,

Lake Oswego, Ore) was used at six hospitals

and a Thymatron system IV and”

Pengukuran menggunakan CGI-I. Clinical

Global Impression-Improvement Scale

Besar

sampel

8 Subject number used in the

study

Jumlah subyek penelitian.

Pada halaman 2

“In this study, 990 patients treated with ECT

for major depression or schizoaffective

disorder, depressed type between January 1,

2008 and December 31, 2010 in eight

hospitals in the middle of Sweden were

identified. Information about the clinical

outcome was available for 936 patients”

“ pada studi ini, 990 pasien diterapi

dengan ECT untuk gangguan 31

Page 32: laporan kasus skizofrenia

skizoaktif dan depresi mayor….”

Metode

statistik

9 Statistical methods used to

compare groups for primary

outcome(s) and other

outcome

Metode statistik yang

digunakan untuk

membandingkan hasil

kelompok satu dengan yang

kelompok

Halaman 3

“Frequency distributions were tested by

means of chisquare tests. Differences

between means were tested by the Student's

t-test. To assess the relative importance of

certain factors, a logistic regression, forward

conditional, with improved as dependent

variable and factors with a trend toward

statistical significance in the univariate

analysis entered (p < 0.10). The tests

performed were two sided and alpha was set

to 0.05. SPSS version 15.0 (SPSS Inc,

Chicago, Ill) was used for the statistical

analyses”

Metode dilakukan dengan program SPSS

versi 15.0 (SPSS Inc, Chicago, Ill).

Hasil

Alur

penelitia

n

10 D efining the periods of

study and follow-up

Menjelaskan waktu

penelitian dan follow-up

Halaman 2

“Six hospitals started reporting data in 2008,

one hospital started in 2009 and one hospital

in 2010.”

6 rumah sakit memulai pada tahun 28, satu

rumah sakit pada tahun 2009 dan satu yang

lainnya pada tahun 2010

Outcome

dan

estimasi

11 For each primary and

secondary outcome, a

summary of results for each

group .

Untuk tiap outcome utama

dan sekunder, ringkasan

atas hasil bagi tiap

kelompok.

Halaman 3.

“Out of 936 patients, 750 were improved

according to CGI-I corresponding to an

overall responder rate of 80.1%.”

Dari 936 pasien, 750 membaik sesuai

dengan skala CGI-I dengan responder rate

80,1%

Diskusi

Interpret 12 Interpretation of the results, Halaman 5.

32

Page 33: laporan kasus skizofrenia

asi taking into account study

hypotheses, sources of

potential bias or imprecision

and the dangers associated

with multiplicity of analyses

and outcomes.

Interpretasi hasil,

memperhitungkan hipotesis

penelitian, sumber bias atau

ketidaktepatan dan bahaya

yang berhubungan dengan

keragaman analisis dan

outcome.

“Four out of five patients in a consecutive

clinical sample were improved by ECT similar

to earlier reports from clinical trials [3,4] and

from clinical routine [5]. More severe forms of

depression were associated”

4 dari 5 pasien yang mendapat terapi TEK

memiliki respon yang baik terhadap terapi.

Dan pasien rawat inap lebih berespon

terhadap terapi dibanding pasien rawat jalan,

ini bisa dikarenakan karena pasien rawat

inap bisa lebih dikontrol. Dan perubahan

kepribadian tidak bisa dengan mudah

dirubah dengan TEK tapi ini juga karena

pada penilitian ini tidak dilakukan interview

untuk mengumpulkan data mengenai

kelainan kepribadian.

Generali

zability

13 Generalizability (external

validity) of the trial findings.

Apakah hasil penelitian

dapat digeneralisasikan di

masyarakat.

Pada halaman 4

“Older age, absence of schizoaffective

disorder, psychotic symptoms and inpatient

status were independent significant

predictors of response in a forward

conditional logistic regression analysis.

Improvement was the dependent variable

and age, diagnosis, severity of depression

and in/out patient status were independent

variables.”

Dapat dilakukan karena sudah dilakukan di 8

rumah sakit dan pasien terdiri dari laki-laki

perempuan, umur diatas dan dibawah 50

tahun, dan pasien rawat inap serta rawat

jalan.

Overall

evidence

14 General interpretation of the

results in the context of

current evidence.

Interpretasi umum terhadap

hasil dalam konteks bukti

“Our results show that psychotically

depressed patients have a very high

probability of benefit from ECT. We further

conclude that the responder rate to ECT

tends to be high for all groups investigated. 33

Page 34: laporan kasus skizofrenia

terkini. Even in the least responsive groups most

patients responded to ECT. Furthermore,

inpatient ECT may be more effective than

outpatient ECT.”

Pada pasien depresi psikotik menunjukkan

respon yang baik terhadap ECT, pasien

rawat inap mersepon lebih baik disbanding

pasien rawat jalan.

34