DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK … menambahkan parameter masukan glukosa secara oral untuk...

33
DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT DIABETES TIPE 2 ANDARI PRATIWI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK … menambahkan parameter masukan glukosa secara oral untuk...

DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK MENDETEKSI

PENYAKIT DIABETES TIPE 2

ANDARI PRATIWI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Oral

Minimal Model Untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Tipe 2 adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Andari Pratiwi

NIM G74100033

ABSTRAK

ANDARI PRATIWI. Dinamika Oral Minimal Model untuk Mendeteksi Penyakit

Diabetes Tipe 2. Dibimbing oleh AGUS KARTONO.

Sebelumnya OMM telah diusulkan untuk memperkirakan Ra meal yang

merepresentasikan serapan glukosa dan SI dari perhitungan konsentrasi glukosa

dan insulin setelah gangguan glukosa secara oral. Model ini merupakan

modifikasi dari Minimal Model Bergman. Pada penelitian ini, nilai parameter-

parameter yang didapatkan dari OMM dan Minimal Model Bergman tidak terlalu

jauh. Namun SI OMM memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan

Minimal Model Bergman karena perbedaan distribusi glukosa yang masuk ke

dalam tubuh. Untuk memprediksi penyakit diabetes dari OMM dilihat dari Gb

yang didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian, subjek diabetes tipe 2 memiliki SI

paling kecil (SI diabetes data 1= 1.86x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, SI diabetes

data 2= 12.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml ). Selanjutnya untuk subjek pre-

diabetes memiliki nilai SI diantara subjek normal dan subjek diabetes tipe 2 (SI

pre-diabetes data 1= 10.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, SI pre-diabetes data

2= 12.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, SI normal data 1= 28.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, SI normal data 2= 31.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml).

Kata kunci: diabetes tipe 2, OGTT, OMM

ABSTRACT

ANDARI PRATIWI. The Oral Minimal Model Dynamics to Detect Type 2

Diabetes. Supervised by AGUS KARTONO.

Recently, OMM has been proposed to predict Ra meal that represents the rate

of appearance of absorbed glucose and SI from plasma glucose and insulin

concentration measured after an oral glucose pertubation. This model is a

modification of Minimal Model Bergman. In the research, parameters value were

obtained from the OMM and Bergman Minimal Model is not too far. However, SI

OMM has greater value than the Minimal Model Bergman due from the

distribution of glucose into the body. To predict diabetes from OMM, we can used

Gb obtained. Based on the results of the study, subjects diabetes type 2 have

smallest SI (SI diabetes data1 = 1.86x10-4

dl.kg-1

min-1

(μU/ml)- 1

.ml, SI diabetes

data 2= 12.56x10-4

dl.kg-1

min-1

(μU/ml)-1

.ml). Further, pre-diabetes subjects have

SI between normal subjects and diabetes type 2 subjects (SI pre-diabetes data 1=

10.56x10-4

dl.kg-1

min- 1

(μU/ml )-1

.ml, SI pre-diabetes data 2= 12.56x10-4

dl.kg-1

min-1

(μU/ml)-1

.ml , SI normal data 1= 28.56x10-4

dl.kg-1

min-1

(μU/ml)-1

.ml, and

SI normal data 2= 31.56x10-4

dl.kg-1

min-1

(μU/ml)-1

.ml) .

Keywords: diabetes type 2, OGTT, OMM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Fisika

DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK MEDETEKSI

PENYAKIT DIABETES TIPE 2

ANDARI PRATIWI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Dinamika Oral Minimal Model Untuk Mendeteksi Penyakit

Diabetes Tipe 2

Nama : Andari Pratiwi

NIM : G74100033

Disetujui oleh

Dr. Agus Kartono S.Si M.Si

Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si

Kepala Departemen Fisika

Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan

judul “Dinamika Oral Minimal Model Untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Tipe

2” ini sesuai dengan waktu yang diharapkan. Dalam pengerjaan skripsi ini telah

banyak pihak yang turut membantu sehingga akhirnya dapat terselesaikan dengan

baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Agus Kartono, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak

memberi motivasi dan saran.

2. Ibu, bapak, serta seluruh keluarga atas segala dukungan doa dan kasih

sayangnya.

3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dorongan baik material maupun spiritual

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dan menjadi acuan untuk penelitian

selanjutnya.

Bogor, April 2014

Andari Pratiwi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pengertian Diabetes 2

Tes diabetes mellitus secara klinis 3

Minimal Model Bergman 4

Oral Minimal Model 7

METODE 8

Peralatan 8

Metode Penelitian 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Validasi model dengan data eksperimen 10

Perbandingan parameter-parameter dari data OGTT dan IVGTT 11

Hasil simulasi data OGTT pertama 13

Hasil simulasi data OGTT kedua 14

Hasil simulasi data OGTT ketiga 15

Hasil simulasi data OGTT keempat 16

Hasil simulasi data OGTT kelima 17

Hasil simulasi data OGTT keenam 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

RIWAYAT HIDUP 23

DAFTAR TABEL

1 Variabel dan Parameter Minimal Model Bergman 6

2 Variabel dan Parameter Oral Minimal Model 7

3 Karakteristik Subjek Berdasarkan Data Statistik 9

4 Parameter-parameter tracer methode dan non-tracer methode data

OGTT 11

5 Parameter-parameter dari simulasi OGTT dan IVGT 12

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik hubungan konsentrasi glukosa (kiri) dan konsentrasi insulin

(kanan) terhadap waktu pada tes IVGTT Subjek Normal 3

2 Grafik hubungan konsentrasi glukosa (kiri) dan konsentrasi insulin

(kanan) terhadap waktu pada tes OGTT Subjek Normal 4

3 Representasi Glucose Minimal Model 5

4 Representasi Insulin Minimal Model 5

5 Hasil simulasi OMM subjek normal Dalla Man C 10

6 Hasil simulasi OMM subjek normal Denmark 13

7 Hasil simulasi OMM subjek normal Jepang 14

8 Hasil simulasi OMM subjek pre-diabetes Denmark 15

9 Hasil simulasi OMM subjek pre-diabetes Jepang 16

10 Hasil simulasi OMM subjek diabetes tipe 2 Denmark 17

11 Hasil simulasi OMM subjek diabetes tipe 2 Jepang. 18

12 Tampilan GUI Oral Minimal Model (OMM) 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram Alir Penelitian 21

2 Source Code GUI 22

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya prevalensi penyakit di beberapa negara berkembang akibat

peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti.

Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup terutama di kota-kota besar

menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit

diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang

berdampak pada produktifitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.

Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu tetapi juga pada sistem

kesehatan suatu negara.1

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 194

juta jiwa atau 5.1% dari 3.8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita

diabetes mellitus pada tahun 2003 dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta

jiwa pada tahun 2025. Di Indonesia, WHO memprediksi kenaikan penderita

diabetes dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta penderita pada tahun

2030. Indonesia sendiri menempati urutan keempat peringkat dunia dengan

jumlah diabetes terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.2

Model matematika merupakan alat yang menarik untuk mengetahui proses

kerja suatu penyakit. Dalam kasus diabetes mellitus, banyak model matematis

telah dikembangkan untuk lebih memahami mekanisme sistem pengaturan

insulin-glukosa. Namun model yang paling mencolok adalah Minimal Model

Bergman yang berisi jumlah parameter yang sedikit dan banyak digunakan dalam

pekerjaan penelitian fisiologis untuk memperkirakan efektivitas glukosa (SG) dan

sensitivitas insulin (SI) dari data tes toleransi glukosa intravena (IVGTT) selama

periode tertentu. Namun tes IVGTT tidak mencerminkan kondisi tubuh dalam

keadaan sehari-hari. Untuk itu, besar sekali keinginan untuk mempunyai metode

yang bisa digunakan untuk mengukur SI tubuh dalam keadaan normal, contohnya

selama makan. Maka digunakanlah data tes toleransi glukosa oral (OGTT) untuk

menggantikan data tes IVGTT.

Perkiraan SI setelah gangguan oral sulit ditebak karena serapan glukosa

tidak diketahui pada Minimal Model Bergman. Namun baru-baru ini telah

ditemukan model baru hasil modifikasi Minimal Model Bergman yang dapat

digunakan untuk mengetahui serapan glukosa yaitu dengan Oral Minimal Model

(OMM).3

Model ini mempunyai banyak keuntungan bila dibandingkan dengan

model sebelumnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji lebih dalam

mengenai metode OMM yang diterapkan pada data tes OGTT.

Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah hasil perbandingan antara Minimal Model Bergman yang

memakai tes IVGTT dengan OMM yang memakai tes OGTT?

2. Berapakah nilai ɑ dari OMM untuk setiap data eksperimen?

3. Berapakah nilai SG dan SI yang dihasilkan dari OMM untuk setiap data

eksperimen?

4. Bagaimanakah prediksi diabetes tipe 2 untuk setiap data eksperimen

tersebut berdasarkan pada parameter metaboliknya?

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu memodifikasi kembali Minimal Model

Bergman dengan menambahkan parameter masukan glukosa secara oral untuk

mendeteksi penyakit diabetes dan kemudian memprediksikan nilai SI dan SG nya.

Manfaat Penelitian

OMM diharapkan dapat digunakan untuk mengolah data hasil tes OGTT

sehingga didapatkan prediksi kondisi subjek dalam keadaaan normal, pre-diabetes,

ataupun diabetes tipe 2. Dengan demikian, model diharapkan dapat memberikan

pemahaman tentang kinetika glukosa dan insulin untuk menetapkan diagnosis,

pencegahan, dan perawatan untuk penanganan selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi pemahaman sistem dinamika

nonliniear, persamaan diferensial biasa (ODE), teori tentang model matematika

kinetika glukosa dan insulin dan teori Model Minimal Bergman serta OMM.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Diabetes

Diabetes mellitus atau yang dikenal sebagai penyakit gula atau penyakit

kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan konsentrasi gula tinggi

dalam darah dan urin. Konsentrasi glukosa darah normal pada manusia berada

dalam kisaran yang sempit yaitu 70-110 mg/dl. Faktor eksogen yang

mempengaruhi tingkat konsentrasi glukosa darah termasuk asupan makanan, laju

pencernaan, olahraga, dan status reproduksi. Hormon endokrin insulin pankreas

dan glukagon bertanggung jawab untuk menjaga tingkat konsentrasi glukosa.

Insulin dan glukagon yang masing-masing mengeluarkan sel β dan sel α, yang

terdapat dalam pulau Langerhans yang tersebar di pankreas. Ketika tingkat

konsentrasi glukosa darah tinggi, sel β melepaskan insulin untuk menurunkan

konsentrasi glukosa darah dengan mendorong penyerapan kelebihan glukosa oleh

hati dan sel-sel lain misalnya otot dan menghambat produksi glukosa hati. Ketika

konsentrasi glukosa darah rendah, sel α melepaskan glukagon yang menghasilkan

peningkatan konsentrasi glukosa darah dengan bertindak pada sel hati dan

menyebabkan adanya pelepasan glukosa ke dalam darah. Jika tingkat konsentrasi

glukosa seseorang selalu di luar jangkauan 70-110 mg/dl, orang ini dianggap

memiliki masalah glukosa darah yang dikenal sebagai hiperglikemia atau

hipoglikemia.4

Diabetes mellitus secara luas diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu

diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi saat sel β hancur oleh

3

reaksi imun diri dalam tubuh. Jadi orang yang memiliki konsentrasi glukosa yang

tinggi tidak dapat diturunkan konsentrasinya secara cepat karena orang tersebut

tidak dapat memproduksi insulin. Gejala yang terjadi pada diabetes tipe 1 yaitu

cepat lelah, lapar, dan kehilangan berat badan. Sementara itu pada diabetes tipe 2

terjadi saat insulin dalam tubuh dapat diproduksi seperti orang normal, tetapi

insulin tersebut tidak bekerja dengan baik dalam mengontrol konsentrasi gula

darah.5 Dikutip dari ABC News pada tahun 2012, perbandingan jumlah kasus

diabetes tipe 1 mencakup 10-15% dari jumlah seluruh pengidap diabetes,

sedangkan jumlah kasus diabetes tipe 2 terutama di negara maju dan berkembang

mencapai 85-90% dari seluruh pengidap diabetes semua tipe. Pengobatan pada

penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2 tidaklah sama. Pengidap diabetes tipe 1

membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan maupun pompa insulin sedangkan

pasien diabetes tipe 2 cukup mengkonsumsi obat oral atau obat telan.6

Tes diabetes mellitus secara klinis

IVGTT merupakan suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui glukosa

darah pada seseorang. Prosedur tes IVGTT dimulai dengan sebuah injeksi yang

mengandung 0.30 gram glukosa per kg berat tubuh. Lalu sampel darah diambil

secara bertahap dalam jangka waktu 3 jam. Sampel darah ini kemudian akan

dianalisis konsentrasi glukosa dan insulinnya. Ciri tes IVGTT dari subjek normal

dapat dilihat dari Gambar 1.

Sementara itu, OGTT merupakan tes lain yang dapat dilakukan untuk

mengetahui glukosa darah seseorang. Dalam tes ini subjek diharuskan untuk

berpuasa dalam jangka waktu 8 jam. Setelah itu glukosa darah dan konsentrasi

insulin diukur. Subjek kemudian mengkonsumsi glukosa secara oral dan

dilakukan pengukuran baru konsentrasi glukosa darah dan konsentrasi insulin

dalam jangka waktu 3 jam. Jumlah glukosa yang ditelan biasanya 75gram.5 Ciri

tes OGTT dari subjek normal dapat dilihat dari Gambar 2.

Gambar 1 Grafik hubungan konsentrasi glukosa (kiri) dan konsentrasi insulin

(kanan) terhadap waktu pada tes IVGTT Subjek Normal.5

4

Minimal model Bergman

Untuk merepresentasikan penyakit diabetes mellitus, setiap orang dapat

mendesain model yang rumit dengan banyak parameter untuk menjelaskan

metabolisme glukosa-insulin. Akan tetapi dalam banyak kasus, sebuah model

sederhana rasanya cukup untuk membuat analisis yang baik. Sebuah metode

sederhana dengan beberapa parameter diperkenalkan oleh Ricard N. Bergman dan

disebut dengan Minimal Model Bergman. Minimal model Bergman adalah satu

model terpisah, dalam artian bahwa tubuh dideskripsikan sebagai ruang dengan

konsentrasi dasar glukosa dan insulin. Minimal model sebenarnya mengandung

dua minimal model. Salah satunya menjelaskan kinetik glukosa (Glucose Minimal

Model), bagaimana konsentrasi glukosa darah bereaksi terhadap konsentrasi

insulin darah. Sedangkan model kedua menjelaskan kinetik insulin (Insulin

Minimal Model), bagaimana konsentrasi insulin darah bereaksi terhadap glukosa

darah. Dua model ini secara berturut-turut menerima data insulin dan glukosa

sebagai masukan. Dua model ini lebih sering digunakan untuk

menginterpretasikan tes IVGTT.

Glucose minimal model diibaratkan sebuah ruang yang terbagi menjadi dua

bagian. Bagian pertama adalah bagian yang menjelaskan keluaran dan serapan

glukosa. Bagian kedua menjelaskan delay dalam insulin aktif yang merupakan

sebuah interaktor pengkontrol akibat adanya serapan glukosa oleh jaringan serta

serapan dan produksi oleh liver. Model ini direpresentasikan bagaikan sebuah

ruang/kompartemen seperti pada Gambar 3. Glukosa mengalir masuk dan keluar

dalam kompartemen dalam keadaan setimbang menghasilkan konsentrasi basal Gb.

Meskipun keadaan setimbang ini dapat berubah saat glukosa diinjeksikan, namun

dengan menggunakan hukum kekekalan massa akan mungkin untuk menjelaskan

apa yang terjadi dalam kompartemen ini secara matematika. Akumulasi bagian

dari kompartemen glukosa dibedakan antara massa mula-mula dan akhir.

Gambar 2 Grafik hubungan konsentrasi glukosa (kiri) dan konsentrasi insulin

(kanan) terhadap waktu pada tes OGTT Subjek Normal.7

5

Seperti halnya glucose minimal model, insulin minimal model juga

berdasarkan pada kesetimbangan massa. Untuk penderita diabetes selain tipe 1,

insulin minimal model ini dapat digunakan. Untuk orang normal produksi glukosa

dan keluaran insulin proporsional untuk konsentrasi insulin darah, apabila

konsentrasi insulin di atas nilai konsentrasi basal keluaran akan meningkat,

sedangkan apabila konsentrasi insulin di bawah konsentrasi basal produksi akan

meningkat. Dengan konsentrasi glukosa yang tinggi pankreas bereksi dengan

mengeluarkan lebih banyak insulin pada keadaan ini. Untuk menjelaskan

fenomena ini secara matematika, persamaan diturunkan menjadi Pankreas(t)=

[G(t) – p5]+

t, dengan persamaan akan bernilai G(t) – p5 saat bernilai positif dan 0

saat bernilai negatif. Jadi p5 merupakan batas penentuan saat pankreas harus

memproduksi lebih banyak insulin dan saat untuk berhenti. Model ini

direpresentasikan bagaikan sebuah ruang/kompartemen seperti pada Gambar 4.

Gambar 3 Representasi Glucose Minimal Model.5

Gambar 4 Representasi Insulin Minimal Model.5

6

Berikut ini persamaan differensial yang menggambarkan Minimal Model

Bergman:

= −[𝑝1+𝑋(𝑡)]𝐺(𝑡) + 𝑝1𝐺𝑏, G0 = G0 (1)

= −𝑝2 (𝑡) + 𝑝3[𝐼(𝑡) − 𝐼𝑏] , X0 = I0 (2)

= 𝑝6[G(𝑡) – 𝑝5]

+t – 𝑝4[𝐼(𝑡) − 𝐼𝑏] , I(0) = I0 (3)

Tabel 1 Variabel dan Parameter Minimal Model Bergman

Simbol Satuan Keterangan

G(t) mg/dL konsentrasi glukosa pada saat t setelah

diberi masukan glukosa secara oral

I(t) μU/ml konsentrasi insulin pada saat t setelah

diberi masukan glukosa secara oral

X(t) menit-1

aksi insulin mengembalikan konsentrasi

glukosa ke tingkat basal pada saat t setelah

diberi masukan glukosa secara oral

Gb mg/dL konsentrasi glukosa basal sebelum diberi

masukan glukosa secara oral

Ib μU/mL konsentrasi insulin basal sebelum diberi

masukan glukosa secara oral

G0 mg/dL konsentrasi glukosa teoritis dalam plasma

pada saat t sama dengan nol yaitu segera

setelah diberi masukan glukosa secara oral

I0 μU/mL konsentrasi insulin teoritis dalam plasma

pada saat t sama dengan nol, di atas Ib,

yaitu segera setelah diberi masukan glukosa

secara oral

p1 menit-1

Sg = efektivitas glukosa, yaitu penyerapan

glukosa tanpa bantuan insulin pada jaringan

p2 menit-1

konstanta laju penurunan kemampuan

penyerapan glukosa atau dengan kata lain

laju fraksi insulin yang muncul dalam

plasma interstitial

p3 menit-2

(μU/mL)-1

peningkatan kemampuan penyerapan

glukosa-tergantung insulin dalam jaringan

per Unit konsentrasi insulin di atas insulin

basal, dengan kata lain fraksi pembersihan

insulin dari kompartemen interstitial

p6 / γ menit-2

(μU/mL).(mg/dL)-1

laju insulin dari pankreas setelah diberi

masukan glukosa secara oral, per menit dan

per mg/dl dari kadar di atas “target”

glikemia

p4 / k menit-1

konstanta waktu penghilangan insulin atau

konstanta laju fraksi penghilangan insulin

endogen

Gambar 2 Grafik hubungan konsentrasi glukosa (atas) dan konsentrasi

insulin (bawah) terhadap waktu pada tes IVGTT Subjek Normal5

7

Oral Minimal Model

Ada dua metode terpercaya untuk memprediksi SI pada tes OGTT. Metode

pertama, dengan mengkontruksi ulang nilai serapan glukosa seteliti mungkin

dengan tracer methode. Untuk tracer methode biasanya menggunakan tracer-to-

tracer clamp technique dengan sebuah model kinetik glukosa dalam keadaan tidak

tetap. Minimal dua perunut dibutuhkan dalam metode ini, salah satunya diberikan

melalui pembuluh darah untuk menyuplai nilai serapan glukosa dan yang lainnya

bersamaan dengan makanan. Metode ini termasuk mahal dan prosedurnya rumit,

maka diperlukan upaya pendekatan alternatif yang mampu mengurangi biaya

untuk mendukung penerapan tes oral untuk memperkirakan SI. Untuk itu

dimunculkan metode kedua yaitu dengan non-tracer methode atau OMM.3 OMM

sebenarnya merupakan modifikasi dari Minimal Model Bergman. Namun

perbedaan antara model ini dengan model Bergman yaitu pada tes yang dilakukan.

Pada Minimal Model Bergman model diterapkan pada tes IVGTT, sedangkan

pada OMM diterapkan padates OGTT.

OMM dapat digunakan untuk memperkirakan SI bersamaan dengan

konsentrasi glukosa (Ra meal) dari plasma glukosa dan konsentrasi insulin yang

diukur setelah makan atau dengan menggunakan pengujian tes OGTT. Model dari

pengujian ini diberikan oleh persamaan berikut :

= -[𝑝1+ X(t)] G(t) + 𝑝1Gb +

, G0 = Gb (4)

= −𝑝2(𝑡) + 𝑝3[𝐼(𝑡) − 𝐼𝑏] , X0 = I0 (5)

Deskripsi parametrik dari Ra meal yang diusulkan dalam fungsi linear dengan break

point yang dikenal ti dan amplitudo yang diketahui ɑi.3

Ra meal(t) = {

𝑡 𝑡 𝑡 𝑡 𝑡

(6)

Untuk keterangan variabel dan parameter pada OMM dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Variabel dan Parameter Oral Minimal Model

Simbol Satuan Keterangan

Rα meal(t) mg. kg-1

menit-1

tingkat masuknya glukosa endogen ke dalam

sirkulasi sistemik per unit BW (mg. kg-1

menit-1

)

terhadap waktu

V dL/kg volume distribusi glukosa per unit BW

αi mg. kg-1

menit-1

amplitudo serapan glukosa ke i

ti menit waktu serapan glukosa ke i

8

Profil metabolik sebagai parameter deskriptif dapat muncul dari pemodelan

yang berguna untuk menetapkan resiko diabetes mellitus. Faktor resiko penting

untuk diabetes tipe 2 adalah resistensi insulin atau kebalikannya sensitivitas

insulin yang didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai pengaruh insulin untuk

mengkatalisis hilangnya glukosa dari plasma sehingga dengan mudah resistensi

insulin dapat dihitung dari parameter model minimal.

Indeks metabolik berdasarkan Minimal Model 5, yaitu :

1. SI adalah sensitivitas insulin: kemampuan insulin untuk mempercepat

hilangnya glukosa dari plasma (SI=

).

2. SG adalah efektivitas glukosa: kemampuan glukosa untuk menurunkan

konsentrasi sendiri dalam plasma tanpa bantuan insulin (SG= p1).

METODE

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa laptop Asus

dengan spesifikasi: HDD (Harddisk Drive) 259 GB, Prosesor Intel (R) Atom

(TM) CPU N570 1.66 GHz, RAM 2 GB, dan windows 8.1 Enterprise 32-bit

Operating System. Software yang digunakan untuk proses komputasi adalah

bahasa pemprograman Matlab R2008a dari Mathwork, Inc. Pendukung penelitian

ini berupa sumber pustaka, yaitu jurnal-jurnal ilmiah Model Minimal juga

berbagai informasi yang diperoleh dari internet.

Metode Penelitian

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memahami proses kinetika glukosa dan

insulin sehingga memudahkan perancangan program simulasinya. Studi pustaka

diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai

dalam bidang yang diteliti. Selain itu, data eksperimen yang digunakan dalam

penelitian diperoleh dari jurnal yang telah dipublikasi.

2. Perumusan Modifikasi Minimal Model

Perumusan modifikasi Minimal Model Bergman dilakukan dengan

mempertimbangkan masukkan glukosa secara oral. Perumusan tersebut telah

dikembangkan dalam studi sebelumnya. Modifikasi dilakukan dengan

menambahkan bagian baru yaitu

dari OMM ke dalam persamaan (1)

Minimal Model Bergman. Dimana bagian baru tersebut mewakili masukan

glukosa secara oral. Namun dalam OMM hanya terdapat persamaan laju glukosa

(4) dan persamaan laju aksi insulin (5), sementara persamaan laju insulin tidak

dicantumkan. Maka untuk melengkapi OMM, diambil laju persamaan insulin dari

sumber lain8, yaitu :

9

= γ(G(𝑡) – Gb)t − k[𝐼(𝑡) − 𝐼𝑏], jika G(t)>Gb, I(t0) = I0 (7)

= − k[𝐼(𝑡) − 𝐼𝑏], jika G(t)<Gb, I(t0) = I0 (8)

3. Pembuatan Program

Program simulasi dari model minimal glukosa dan insulin yang diusulkan

dibuat menggunakan software Matlab R2008a. Bahasa pemrograman Matlab

R2008a diperlukan untuk memudahkan perhitungan secara numerik dan juga

memudahkan dalam pembuatan grafik solusi persamaan laju perubahan

konsentrasi glukosa dan insulin dari model yang dibuat. Analisis numerik

dilakukan karena model ini sulit untuk diselesaikan secara analitik. Model

matematika pada penelitian ini merupakan persamaan diferensial biasa, maka

metode numerik yang paling akurat ialah Runge Kutta orde 45 atau ode45.

Program divalidasi dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari simulasi

dengan eksperimen hingga didapatkan kurva yang fit. Analisa nilai koefisien

deterministik (r) dibutuhkan untuk mengetahui korelasi antara data hasil

pemodelan terhadap data hasil eksperimen yang di rumuskan sebagai:

R2 = 1 −

(9)

dengan nilai didapatkan dari :

=

(10)

dimana merupakan data hasil eksperimen, merupakan data hasil pemodelan,

N merupakan banyak data. Data eksperimen yang dipakai hanya data konsentrasi

glukosa, sementara data konsentrasi insulin tidak disimulasikan.

4. Pendeteksian penyakit diabetes

Untuk mendeteksi penyakit diabetes mellitus, Gb dari simulasi dicocokan

dengan Gb dari data eksperimen tes OGTT. Data eksperimen tersebut diambil dari

sebuah jurnal9, dimana tes OGTT diterapkan pada 741 subjek di Rumah Sakit

Renji di Shanghai, Cina. Subjek terdiri dari 441 subjek terkena diabetes, 167

subjek pre-diabetes, dan 133 subjek normal. Karakteristik data eksperimen

ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik Subjek Berdasarkan Data Statistik

Subjek

Normal

Subjek

Pre-Diabetes

Subjek Diabetes

Tipe 2

Gb (mg/dL) 80.9 - 99.5 92.4 - 117.2 139.3 - 147.3

Ib (µU/mL) 4.7 - 11.7 1.9 - 21.1 2.9 - 24.1

10

5. Analisa α, SI dan SG

Parameter α, SI dan SG didapatkan dari simulasi OMM. Parameter-parameter

tersebut kemudian dianalisa berdasarkan karakteristik masing-masing subjek.

6. Penulisan Hasil Penelitian

Penulisan hasil penelitian dilakukan untuk dokumentasi dan bahan acuan

bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Validasi model dengan data eksperimen

Dalam penelitian ini, solusi numerik diperoleh dengan cara mensubtitusikan

nilai-nilai parameter ke persamaan (4), (5), (6), (7) dan (8) sehingga diperoleh

grafik hubungan antara konsentrasi glukosa terhadap waktu t. Selanjutnya validasi

model dilakukan dengan membandingkan antara hasil simulasi dengan data

eksperimen yang diperoleh dari jurnal. Dalam jurnal tersebut data diambil dari 88

subjek (46 laki-laki dan 42 perempuan; usia 58 tahun ± 2 tahun; berat badan 77 ±

2 kg) yang menerima tiga perunut yang dicampur dengan makanan yang

mengandung glukosa. Makanan diberi label glukosa [13

C] (sebagai perunut I)

untuk memisahkan glukosa eksogen dari glukosa endogen. Dua perunut tambahan

yaitu glukosa [6,6-2H2] (sebagai perunut II) dan glukosa [6-

3H] (sebagai perunut

III) yang merupakan infus memalui intravena yang meniru produksi glukosa

endogen. Sampel darah diambil dalam waktu 0, 5, 10, 15, 20, 30, 40, 50, 60, 75,

90, 120, 150, 180, 210, 240, 260, 280, 300, 360, dan 420 menit.

Hasil fit data ditunjukkan pada Gambar 5 dengan nilai R2 sebesar 0.9358.

Gambar 5 Hasil simulasi OMM subjek normal Dalla Man C. Gb= 89 mg/dL,

r= 0.9358.

11

Nilai R2 yang mendekati satu menunjukkan bahwa hasil simulasi sudah dapat

merepsentasikan profil glukosa dari data eksperimen dengan baik. Namun untuk

memastikan kebenaran parameter-parameter yang didapatkan dari simulasi,

parameter-parameter tersebut akan dibandingkan dengan hasil tracer methode dari

studi sebelumnya3 yang telah terbukti akurat untuk mengetahui parameter-

parameter OMM.

Nilai SI berdasarkan non-tracer methode didapatkan sebesar 11.86x10-4

dL.kg-1

menit-1

(µU/mL)-1

.mL, sedangkan berdasarkan tracer methode didapatkan

sebesar 11.55x10-4

dL.kg-1

menit-1

(µU/mL)-1

.mL. Nilai SI dari kedua metode

tersebut tidak terpaut jauh dengan persen error hanya sebesar 2.68%, begitupun

dengan nilai parameter SG, dan 𝑝2 nya. Maka hasil simulasi yang dilakukan dalam

penelitian ini telah terbukti valid.

Berbeda dengan tracer methode, berdasarkan hasil simulasi dengan non-

tracer methode dapat diketahui nilai serapan glukosa saat masuk ke dalam tubuh.

Nilai amplitudo-amplitudo serapan glukosa (α) tersebut yaitu α1= 5.36 mg. kg-

1.menit

-1, α2= 7.78 mg. kg

-1.menit

-1, α = 6 mg. kg

-1.menit

-1, α4= 5.05 mg. kg

-

1.menit

-1, α5 = 4.77 mg. kg

-1.menit

-1, α6= 3.52 mg. kg

-1.menit

-1, α7= 2.09 mg. kg

-

1.menit

-1, dan α8= 0.34 mg. kg

-1.menit

-1. Berdasarkan nilai amplitudo-amplitudo

serapan tersebut dapat diketahui bahwa saat glukosa dicerna oleh tubuh, laju

serapan glukosa awalnya meningkat dan kemudian lama kelamaan akan menurun.

Perbandingan parameter-parameter dari data OGTT dan IVGTT

Simulasi OMM dalam penelitian ini menggunakan data tes OGTT. Berbeda

dengan model sebelumnya yang diusulkan oleh Bergman yang menggunakan data

tes IVGTT. Untuk sekedar perbandingan, bila simulasi dari tes OGTT

disandingkan dengan dengan tes IVGTT maka profil parameter-parameter

tersebut akan terlihat pada Tabel 5.

Tabel 4 Parameter-parameter tracer methode dan non-tracer methode data

OGTT

Non-tracer

methode Tracer methode

SI (dL.kg-1

menit-1

(µU/mL)-1

.mL) 11.86x10-4

11.55x10-4

SG (menit-1

) 0.0405 0.031

p2 (menit-1

) 0.0115 0.013

12

Ternyata parameter SI pada tes OGTT dan pada tes IVGTT nilainya tidak

jauh berbeda. Namun bila kedua SI tersebut dijadikan per satuan volume, maka

akan terlihat sedikit perbedaan. Dimana SI/V OGTT memiliki nilai lebih besar

daripada SI/V IVGTT. Hal tersebut dikarenakan distribusi volume glukosa yang

masuk antara tes OGTT dan tes IVGTT yang berbeda. Pada tes IVGTT glukosa

masuk ke dalam tubuh dengan cara disuntik sehingga distribusinya lebih cepat,

namun pada tes OGTT glukosa masuk dengan cara oral sehingga dibutuhkan jeda

waktu untuk penyerapan. Kemudian karena model minimal didasarkan pada

konsep kompartemen glukosa tunggal sederhana, maka menyebabkan terjadinya

kesulitan perubahan yang cepat dalam konsentrasi glukosa alami setelah suntikan

glukosa pada tes IVGTT. Sebaliknya selama OGTT konsentrasi glukosa

bertambah secara lambat, sehingga representasi kompartemen tunggal cukup

memadai untuk perubahan konsentrasi yang lebih cepat.10

Selain itu, perbedaan

juga terlihat dari nilai SG dan 𝑝2 nya. Nilai Efektivitas glukosa tes OGTT lebih

besar daripada tes IVGTT, sementara nilai p2nya lebih kecil.

Selanjutnya untuk mendeteksi subjek normal, pre-diabetes ataupun yang

terkena penyakit diabetes tipe 2, data ekperimen tes OGTT diambil dari tesis11

.

Dalam tesis tersebut data diambil dari 150 subjek kulit putih yang terdaftar di

Rumah Sakit Universitas Copenhagen, Denmark dan 120 subjek Jepang yang

terdaftar di rumah Sakit Universitas Tokyo, Jepang. Untuk setiap subjek, tes

OGTT dilakukan dengan memberikan 75 gram glukosa secara oral. Sampel

plasma untuk pengukuran konsentrasi glukosa dan insulin diambil pada waktu 0,

10, 20, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 240, dan 300 menit relatif terhadap waktu

setelah menelan glukosa. 11

Tabel 5 Parameter-parameter dari simulasi OGTT dan IVGT

Simulasi

OGTT

Simulasi

IVGTT

SI (dL.kg-1

menit-1

(µU/mL)-1

.mL) 11.86x10-4

11.82x10-4

V (dL/kg) 1.56 1.7

SI / V(menit-1

(µU/mL)-1

.mL) 7.6x10-4

6.95x10-4

SG (menit-1

) 0.0405 0.014

𝑝2 (menit-1

) 0.0115 0.03

Gambar 3 Grafik hubungan konsentrasi glukosa (atas) dan konsentrasi

insulin (bawah) terhadap waktu pada tes IVGTT Subjek Normal5

13

Hasil simulasi data OGTT pertama

Hasil fit kurva data tes OGTT pertama menunjukkan hasil yang baik dengan

R2 sebesar 0.9494. Nilai Gb yang diperoleh dari simulasi sebesar 85 mg/dL. Bila

nilai tersebut dicocokan dengan Gb referensi, maka dapat diprediksikan bahwa set

data tersebut sesuai dengan profil subjek dalam keadaan normal. Nilai SI dari tes

OGTT pertama didapatkan sebesar 28.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml.

Dengan kata lain pada indeks ini pengaruh insulin sangat baik untuk mengkatalis

berkurangnya konsentrasi glukosa yang tinggi dalam darah sehingga

konsentrasinya dapat kembali normal. Selain itu didapatkan pula nilai SG sebesar

0.046 menit-1

. Pada indeks ini kemampuan glukosa untuk meningkatkan laju

pengurangan kadar glukosa dalam darah tanpa bantuan insulin sangat baik, ini

terjadi ketika glukosa diserap dengan baik untuk menghasilkan energi tanpa

bantuan insulin seperti pada otak dan sel darah merah.

Dalam OMM nilai serapan glukosa yang masuk ke dalam tubuh dapat

diprediksikan. Nilai amplitudo-amplitudo serapan glukosa (α) tersebut yaitu α1=

5.36 mg. kg-1

.menit-1

, α = 7.78 mg. kg-1

.menit-1

, α = 6 mg. kg-1

.menit-1

, α4= 5.05

mg. kg-1

.menit-1

, α5= 4.77 mg. kg-1

.menit-1

, α6= 3.52 mg. kg-1

.menit-1

, α7= 5.56 mg.

kg-1

.menit-1

, dan α8= 5.29 mg. kg-1

.menit-1

. Dari nilai amplitudo-amplitudo

tersebut, diprediksikan bahwa serapan glukosa pada subjek ini awalnya naik

selama 15 menit. Setelah itu serapan glukosanya turun mulai dari rentang 15-120

menit. Serapan glukosa kembali naik pada rentang 120 hingga 200 menit dan

kembali turun pada rentang 200 sampai 280 menit.

Gambar 6 Hasil simulasi OMM subjek normal Denmark. Gb= 85 mg/dl,

SG = 0.046 menit-1

, 𝑝2 = 0.0013 menit-1

, SI= 28.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, R2=0.9494.

14

Hasil simulasi data OGTT kedua

Berdasarkan data tes OGTT kedua, hasil fit kurva menunjukkan hasil yang

baik dengan R2

sebesar 0.9367. Nilai Gb yang diperoleh dari simulasi sebesar 84

mg/dL. Bila nilai tersebut dicocokan dengan Gb referensi, maka dapat

diprediksikan bahwa set data tersebut sesuai dengan profil subjek dalam keadaan

normal sama seperti kondisi set data OGTT pertama. Sementara untuk nilai SI dan

SG pada set data OGTT kedua didapatkan masing-masing sebesar 31.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml dan 0.049 menit-1

. Nilai parameter tersebut pun tidak

berbeda jauh dengan set data OGTT pertama. Namun Nilai SI dan Sg pada set data

kedua sedikit lebih besar dibandingkan dengan set data pertama. Berdasarkan uji

klinis yang telah dilakukan. Sensitivitas insulin antara bangsa kulit putih dan

Jepang memang sedikit berbeda, dimana nilai SI orang jepang akan lebih besar

dibandingkan dengan orang kulit putih. Selanjutnya untuk nilai amplitudo-

amplitudo serapan glukosa (α) didapatkan sebesar α = 5.36 mg. kg-1

.menit-1

, α2=

7.78 mg. kg-1

.menit-1

, α3= 6 mg. kg-1

.menit-1

, α4= 5.05 mg. kg-1

.menit-1

, α5= 4.77

mg. kg-1

.menit-1

, α6= 3.52 mg. kg-1

.menit-1

, α7= 5.65 mg. kg-1

.menit-1

, dan α8=

5.59 mg. kg-1

.menit-1

. Pada set data ini, serapan glukosa akan meningkat pada

rentang 0-15 menit. Setelah rentang tersebut serapannya akan turun hingga menit

ke 120 dan kembali meningkat pada rentang 120-200 menit. Setelah 200 menit,

serapan glukosa turun kembali.

Gambar 7 Hasil simulasi OMM subjek normal Jepang. Gb= 84 mg/dl,

SG= 0.049 menit-1

, 𝑝2= 0.0013 menit-1

, SI= 31.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, R2=0.9367.

15

Hasil simulasi data OGTT ketiga

Hasil fit kurva set data OGTT ketiga menunjukkan hasil yang baik dengan

R2 sebesar 0.9529. Nilai Gb yang diperoleh dari simulasi sebesar 104 mg/dL. Bila

nilai tersebut dicocokan dengan Gb referensi, maka dapat diprediksikan bahwa set

data tersebut sesuai dengan profil subjek dalam keadaan pre-diabetes. Nilai SI

pada set data ini diperoleh sebesar 10.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml. Nilai

tersebut bila dibandingkan dengan SI subjek normal pada set data sebelumnya

nilainya ternyata lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pada keadaan pre-

diabetes kemampuan insulin untuk mengurangi konsentrasi glukosa dalam tubuh

lebih lambat dibandingkan dengan orang normal. Nilai SG nya pun lebih kecil bila

dibandingkan dengan profil subjek normal dengan nilai sebesar 0.028 menit-1

.

Memang berdasarkan uji klinis, subjek pre-diabetes mempunyai gejala

metabolisme glukosa yang terganggu.

Selanjutnya untuk nilai amplitudo-amplitudo serapan glukosa (α) yang

didapat pada set data ketiga yaitu α1= 5.36 mg. kg-1

.menit-1

, α2= 7.78 mg. kg-

1.menit

-1, α3= 36 mg. kg

-1.menit

-1, α4= 5.05 mg. kg

-1.menit

-1, α5= 4.77 mg. kg

-

1.menit

-1, α6= 3.52 mg. kg

-1.menit

-1, α7= 3.17 mg. kg

-1.menit

-1, dan α8= 1.86 mg.

kg-1

.menit-1

. Berdasarkan amplitudo serapan glukosa yang didapatkan, nilai

serapan glukosa akan meningkat pada rentang 0-15 menit. Setelah itu, serapan

glukosa akan turun. Nilai serapan glukosa subjek pre-diabetes ini bila

dibandingkan dengan subjek normal mempunyai nilai amplitudo serapan yang

lebih kecil.

Gambar 8 Hasil simulasi OMM subjek pre-diabetes Denmark. Gb= 104 mg/dl,

SG= 0.028 menit-1

, 𝑝2= 0.0014 menit-1

, SI= 10.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, R2=0.9529.

16

Hasil simulasi data OGTT keempat

Selanjutnya untuk hasil fit kurva set data OGTT keempat menunjukkan hasil

yang baik dengan R2 sebesar 0.9248. Nilai Gb yang diperoleh dari simulasi

sebesar 105 mg/dL. Bila nilai tersebut dicocokan dengan Gb referensi, maka dapat

diprediksikan bahwa set data tersebut sesuai dengan profil subjek dalam keadaan

pre-diabetes. Nilai SI didapatkan sebesar 12.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

, sementara

nilai SG nya sebesar 0.026 menit-1

. Sama seperti profil subjek pre-diabetes

sebelumnya, kedua parameter ini pun lebih kecil bila dibandingkan dengan

parameter subjek normal. Dimana metabolisme glukosa subjek tersebut dalam

keadaan terganggu. Nilai amplitudo-amplitudo serapan glukosa (α) set data ini

didapatkan sebesar α1= 5.36 mg. kg-1

.menit-1

, α2= 7.78 mg. kg-1

.menit-1

, α3= 36

mg. kg-1

.menit-1

, α4= 5.05 mg. kg-1

.menit-1

, α5= 4.77 mg. kg-1

.menit-1

, α6= 3.52 mg.

kg-1

.menit-1

, α7= 2.87 mg. kg-1

.menit-1

, dan α8= 1.86 mg. kg-1

.menit-1

. Nilai

amplitudo serapan glukosa yang didapatkan pun profilnya mirip dengan set data

sebelumnya. Dimana serapan glukosa akan naik di awal pengujian hingga menit

ke 15 dan kemudian turun hingga 1.86 mg. kg-1

menit-1

pada rentang 200-280

menit di akhir pengujian.

Gambar 9 Hasil simulasi OMM subjek pre-diabetes Jepang. Gb= 105 mg/dl,

SG= 0.026 menit-1

, 𝑝2= 0.0014 menit-1

, SI= 12.56x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, R2=0.9248.

17

Hasil simulasi data OGTT kelima

Hasil fit kurva set data OGTT kelima menunjukkan hasil yang baik dengan

R2 sebesar 0.9578. Nilai Gb yang diperoleh dari simulasi sebesar 143 mg/dL. Bila

nilai tersebut dicocokan dengan Gb referensi, maka dapat diprediksikan bahwa

data tersebut sesuai dengan profil subjek terkena diabetes. Sementara itu untuk

memprediksikan tipe diabetes subjek tersebut, bisa dilihat dari parameter SI nya.

Penderita diabetes tipe 1 mempunyai nilai SI yang selalu nol, dimana subjek

dengan kondisi tersebut tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Berbeda

halnya dengan penderita diabetes tipe 2 yang masih dapat menghasilkan insulin

walaupun insulin tersebut tidak dapat secara efektif menurunkan konsentrasi

glukosa dalam tubuh. Dalam set data OGGT kelima didapatkan nilai SI nya

sebesar 1.86x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml. Nilai SI pada set data ini memang

sangat kecil namun tidak mencapai nol, maka dapat disimpulkan bahwa subjek ini

terkena diabetes tipe 2. Pada subjek diabetes tipe 2 mempunyai resistansi insulin

yang tinggi. Selanjutnya untuk nilai SG nya didapatkan sebesar 0.011 menit-1

.

Pada set data ini subjek tidak dapat secara efektif menurunkan kadar glukosanya

sendiri karena respon dari sel β nya terganggu.

Nilai amplitudo-amplitudo serapan glukosa (α) dari set data kelima

didapakan sebedar α1= 5.36 mg. kg-1

.menit-1

, α2= 7.78 mg. kg-1

.menit-1

, α3= 36 mg.

kg-1

.menit-1

, α4= 5.05 mg. kg-1

.menit-1

, α5= 4.77 mg. kg-1

.menit-1

, α6= 3.52 mg. kg-

1.menit

-1, α7= 1.79 mg. kg

-1.menit

-1, dan α8= 0.01 mg. kg

-1.menit

-1.

Gambar 10 Hasil simulasi OMM subjek diabetes tipe 2 Denmark. Gb= 143 mg/dl,

SG= 0.011 menit-1

, 𝑝2= 0.034 menit-1

, SI= 1.86x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, R2=0.9578.

18

Hasil simulasi data OGTT keenam

Terakhir untuk hasil fit kurva data OGTT keenam menunjukkan hasil yang

baik dengan R2 dengan 0.9362. Nilai Gb yang diperoleh dari simulasi sebesar 141

mg/dL. Bila nilai tersebut dicocokan dengan Gb referensi, maka dapat

diprediksikan bahwa data tersebut sesuai dengan profil subjek dalam keadaan

diabetes. Tipe diabetes untuk set data ini masih tipe 2 karena nilai sensitivitasnya

tidak bernilai nol. Nilai sensitivitas glukosa dan efektivitasnya didapatkan masing-

masing sebesar 2.14x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.m dan 0.010 menit-1. Profil

subjek diabetes tipe 2 pada set data kelima dan keenam bila dibandingkan dengan

subjek normal dan pre-diabetes memiliki nilai sensitivitas dan efektivitas glukosa

yang paling kecil. Pada kondisi diabetes tipe ke 2, saat makanan masuk ke dalam

tubuh konsentrasi glukosa awal dalam tubuh tinggi dan terus meningkat secara

teratur sampai akhirnya kembali turun ke keadaaan normal. Penurunan

konsentrasi glukosanya pun sangat lambat. Terlihat dari kedua profil kurva subjek

diabetes tipe 2 yang landai. Nilai amplitudo-amplitudo serapan glukosa (α)

didapatkan sebesar α1= 5.36 mg. kg-1

.menit-1

, α2= 7.78 mg. kg-1

.menit-1

, α3= 36

mg. kg-1

.menit-1

, α4= 5.05 mg. kg-1

.menit-1

, α5= 4.77 mg. kg-1

.menit-1

, α6= 3.52 mg.

kg-1

.menit-1

, α7= 1.30 mg. kg-1

.menit-1

, dan α8= 0.01 mg. kg-1

.menit-1

.

Gambar 11 Hasil simulasi OMM subjek diabetes tipe 2 Jepang. Gb= 141 mg/dl,

SG= 0.010 menit-1

, 𝑝2= 0.010 menit-1

, SI =2.14x10-4

dl.kg-1

menit-1

(µU/ml)-1

.ml, R2=0.9362.

19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Profil metabolisme glukosa dalam tubuh dapat diketahui dengan melakukan

simulasi model berdasarkan uji klinis. Banyak model yang diusulkan untuk

memprediksi sensitivitas insulin dan efektivitas glukosa, namun model yang

paling sederhana dan dapat mewakili metabolisme glukosa tersebut yaitu Minimal

Model Bergman. Dengan melakukan modifikasi Model Minimal Bergman dengan

mempertimbangkan masukkan glukosa secara oral, dihasilkanlah model baru yaitu

OMM. Model ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan Minimal

Model Bergman, yaitu OMM menggunakan data tes OGTT yang dapat

merepsentasikan proses metabolisme glukosa tubuh dalam keadaan normal saat

makan. Berbeda dengan Minimal Model Bergman yang menggunakan tes IVGTT

dengan melakukan pengujian setelah injeksi glukosa melalui intravena. Selain itu,

dalam simulasi OMM dapat diketahui nilai serapan yang masuk ke dalam tubuh.

Nilai sensitivitas insulin dan efektivitas glukosa dapat diketahui dengan

menggunakan kedua model tersebut, namun perbedaan distribusi volume glukosa

menyebabkan sensitivitas insulin dari tes IVGTT lebih besar dibandingkan

dengan tes OGTT. Untuk memprediksikan keadaan subjek normal, pre-diabetes

dan yang terkena diabetes, digunakan parameter Gb yang dihasilkan dari simulasi

OMM. Subjek yang terkena diabetes akan memiliki Gb yang paling tinggi.

Sedangkan untuk memprediksikan tipe diabetesnya dilihat dari paramer SI.

Diabetes tipe 2 memiliki SI yang paling kecil bila dibandingkan dengan subjek

pre-diabetes dan subjek normal namun nilainya tidak sampai ke nol.

Saran

Dalam data eksperimen terdapat konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin

terhadap waktu. Seharusnya kedua data tersebut simulasikan secara bersamaan

hingga memilki hasil plot yang baik. Namun dalam penelitian ini belum

didapatkan hasil yang memuaskan untuk simulasi grafik hubungan antara

konsentrasi insulin terhadap waktu. Oleh karena itu grafik hubungan tersebut tidak

ditampilkan. Bila persamaan differensial laju insulin dimodifikasi kembali dengan

meninjau beberapa aspek lain, mungkin grafik hubungan konsentrasi insulin

tersebut dapat disimulasikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suyono. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes. Jakarta :

FKUI, 2007.

2. Departeman Kesehatan RI. Laporan Nasional Riskesdas 2007. Jakarta:

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departeman Kesehatan,

2008.

20

3. Chiara Dalla Man et al. Minimal model estimation of glucose absorption

and insulin sensitivity from oral test: validation with a tracer method. Am

J Physiol Endocrinol Metab. 287: E637-E643, 2004.

4. Makroglou A, Li j, Kuang Y. Mathematical models and software tools for

the glucose-insulin regulatory system and diabetes: an overview. Applied

Numerical Mathematics. 56:559-573, 2006.

5. Esben FJ. Modeling and Simulation of Glucose-Insulin Metabolism. Tesis,

Denmark: Technical University of Denmark, 2007.

6. Uyung Pramudiarja. Ini Bedanya Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2. [terhubung

berkala]. http://health.detik.com. [20 September 2013]. 2012.

7. Chiara Dalla Man et al. Insulin sensitivity by oral glucose minimal models:

validation against clamp. Am J Physiol Endocrinol Metab. 289: E954-

E959, 2005.

8. Agus Kartono. Modified minimal model for effect of physical exercise on

insulin sensitivity and glucose effectiveness in type 2 diabetes and healthy

human. Theory in Biosciences. Springer, 2013.

9. Jiayin Lu et al. Extrapolation of Clinical Data from an Oral Glucose

Tolerance Test Using a Support Vector Machine.World Academy of

Science, Engineering and Technology. 53: 1271-1274, 2009.

10. Masafumi Matsuda and Ralph A. Defronzo. Insulin Sensitivity Indices

Obtained From Oral Glucose Tolerance Testing. Diabetes Care. 22(9):

1462-1470, 1999.

11. Jonas Bech Møller. Model Based Analysis of Ethnic Differences in Type 2

Diabetes. Tesis, Denmark: Technical University of Denmark, 2012.

21

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Ya

Studi Pustaka

Perumusan Persamaan

Pembuatan Program

Penentuan

SI dan SG

Penulisan Hasil

Penelitian

Sudah

Siap?

Sesuai dengan

Literatur?

22

Lampiran 2 Source Code GUI

%%---------------------------------------------------------------- %% Header GUI

%%---------------------------------------------------------------- win1=figure ('units','points','position', ...

[180 140 720 400],'color',[1 .8 1],'menubar','none','resize', ...

'off','numbertitle','off','name','Oral Minimal Model : Andari

Pratiwi'); %%---------------------------------------------------------------- %% Frame %%---------------------------------------------------------------- frame1=uicontrol('parent',win1,'units','points','position', ...

[0 340 720 340],'backgroundcolor',[.3 .3 .4],'style','frame'); frame2=uicontrol('parent',win1,'units','points','position', ...

[0 0 720 40],'backgroundcolor',[.3 .3 .4],'style','frame'); Judul=uicontrol('parent',win1,'units','points','position', ...

[250 350 250 30],'style','text','string','Oral Minimal Model',... 'fontname','Broadway','backgroundcolor',[.3 .3 .4], ...

'foregroundcolor',[1 1 1],'fontweight','bold','fontsize',16); %%---------------------------------------------------------------- %% Button Proses %%---------------------------------------------------------------- validasi_data=uicontrol('parent',win1,'units','points', ...

'position',[10 300 60

15],'style','pushbutton','string','Validasi','callback', ...

'eksekusi_validasi','fontname','Berlin Sans FB','fontsize',10, ...

'foregroundcolor',[0 0 0]);

Gambar 14 Tampilan GUI Oral Minimal Model (OMM)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 April 1992

dari ayah Adirin dan ibu Haryunah Zein. Penulis merupakan

putri kelima dari enam bersaudara. Tahun 2010 Penulis lulus

dari SMA Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama pula

lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undangan Seleksi

Masuk IPB dan diterima di Departemen Fisika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten

praktikum Fisika TPB pada tahun ajaran 2012/2013 dan

2013/2014. Penulias juga aktif mengajar mata kuliah Fisika

TPB di bimbingan belajar Gemilang Excellent serta mengajar mata pelajaran

Fisika dan Matematika di bimbingan belajar BTA. Penulis juga pernah aktif di

dalam organisasi Aikido IPB dan tergabung dalam beberapa kepanitiaan di

kampus.