Oral Crohn’s Disease
description
Transcript of Oral Crohn’s Disease
Oral Crohn’s disease
CASE REPORT
Pria berusia 34th, dilaporkan dengan adanya pembengkakan pada wajah.
Pembengkakan pada wajah ini pertama kali disadari semenjak 13 tahun yang lalu, dan
sedikit demi sedikit bertambah besar diikuti dengan pembengkakan pada bibir bagian
atas dan bawah. Dokter telah meresepkan obat, yang tidak diketahui oleh pasien,
dimana obat tersebut memperburuk pembengkakan tersebut. Pasien telah
memberhentikan obat tersebut tanpa memberitahukannya kepada dokter.
Pembengkakan secara bertahap berkurang tanpa adanya pengobatan namun tidak
hilang seluruhnya. Pasien menghindari konsumsi buah asam dan mangga mentah
karena tampak memperburuk pembengkakan. Meskipun begitu, pembengkakan telah
bertambah besar lebih dari 6 bulan terakhir. Tidak ada riwayat medis yang terkait
kecuali adanya konstipasi secara berkala dalam riwayat 6 bulan.
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya pembengkakan difus pada sepertiga
bagian bawah wajah dan pembesaran secara tidak teratur pada bagian atas dan bawah
bibir [Figure 1]. Pembengkakannya difus, tidak lunak dan tanpa adanya bruit atau
denyut. Angular cheilits serta erythema yang menyebar juga nampak terlihat di dekat
sudut kanan mulut. Tidak tampak adanya kelainan pada pemeriksaan kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya multiple hyperplastic,
pembengkakan lipatan mukosa pada kanan dan kiri mukosa bukal yang membentuk
tampilan Cobble stone [Figure 2], bead-like gingival hyperplasia secara menyeluruh
pada aspek labial dan bukal [Figure 3], serta hiperplasia palatal yang melibatkan area
rugae terlihat jelas [Figure 4]. Dengan mempertimbangkan riwayat pasien dan
pemeriksaan klinis, maka dipilih suspek diagnosa yang mendekati yaitu meliputi
Crohn’s disease, sarkoidosis, dan orofacial granulomatosis (OFG).
Pemeriksaan hematologi memperlihatkan adanya pertambahan tingkat
endapan eritrosit ((ESR) 25mm dalam 1 jam pertama). Rontgen pada dada tidak
menunjukkan sesuatu yang signifikan. Biopsi insisi pada kanan dan kiri mukosa
bukal menunjukkan adanya edema superfisial lamina propria dengan dilatasi
pembuluh limfa. Limfosit tersebar secara difus dan berkelompok disertai dengan
agregat fibrosa granuloma non-caseating yang tersebar [Figure 5]. Pewarnaan
hematoxylin dan eosin fotomikrograf menunjukkan adanya parakeratin epitel
skuamosa berlapis seiring dengan pembentukan granuloma yang mendasarinya di
bawah tampilan scanner dan low power view (5b dan c). High power view
memperlihatkan tersebarnya agregat-agregat dari non-caseating granuloma (5d dan
e), dimana biasanya terdiri dari makrofag-makrofag kecil, sel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit yang tersebar dan sel plasma (5f) memberi kesan dari lesi
granulomatosa.
Kolonoskopi dianjurkan pada konsultasi dengan seorang gastroenterologist
dimana menunjukkan daerah yang tersebar dari peradangan dan eritem yang
melibatkan caecum dan ascending colon [Figure 6] Pada tahap lebih lanjut, beberapa
daerah di bipsi dan ditemukannya berbagai sel inflamasi kronis seperti limfosit dan
sel plasma yang mengindikasikan colitis.
Figure 1: Fotograf klinis memperlihatkan adanya pembesaran secara difus pada
wajah serta bibir.
Figure 2: Fotograf intra oral memperlihatkan adanya penampakan cobble stone
dengan hiperplastik lipatan mukosa pada bagian kiri dari mukosa bukal.
Figure 3: Fotograf intra oral memperlihatkan adanya pembesaran gingiva yang
menyerupai manik-manik bulat.
Figure 4: Fotograf intra oral memperlihatkan adanya hiperplasia mukosa palatum.
Figure 5: Fotomikrograf memperlihatkan ada parakeratinisasi epitel skuamosa
berlapis dengan pembentukan granuloma. (a – pewarnaan H&E, x40. B dan c –
pewarnaan H&E, x100). Fotomikrograf memperlihatkan agregat-agregat dari non-
caseating granuloma yang tersebar (d dan e – pewarnaan H&E, x200) dimana
biasanya terdiri dari makrofag-makrofag kecil, sel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit yang tersebar dan sel plasma (f – pewarnaan H&E, x400)
Figure 6: Colonoscopy memperlihatkan secara klinis adanya inflamasi usus besar.
Buccal localization of Crohn’s disease
with long-term infliximab theraphy: a case repot
DISCUSSION
Penyakit usus, Crohn’s disease, ini disertai dengan sejumlah lesi penyakit
mulut yang spesifik, seperti pembengkakan pada bibir, pembengkakan pada mukosa
bukal atau cobble stoning, muco-gingivitis, ulserasi linear yang dalam, eritema
perioral dengan adanya scaling, abses bukal rekuren, angular cheilitis, dan mucosal
tags. Lesi ini rekuren dan umumnya membaik dengan seiring-nya terapi
imunosupresan (dari sekitar 70% dari kasus yang ada).
Ada kemungkinan bahwa dalam laporan kasus kami Crohn’s disease sudah
ada pada tahun 2009 dimana pertama kali ia dirawat untuk anal fissure. Secara
bersamaan, terlihat adanya pembengkakan pada bibir dan diagnosa dari CG dibuat,
seperti yang telah dijelaskan dari laporan sebelumnya [11]. Pada saat itu, perhatian
penuh dilakukan terhadap penampilan dari mulut nya dan mengabaikan penyakit anal
nya. Pasien kami menyatakan bahwa CG, lebih menyebabkan masalah secara
psikologis dibandingkan manifestasi anal, psikoterapi sudah dilakukan sebagaimana
telah ditunjukkan [12]. Dalam laporan kasus kami, semua lokalisasi Crohn’s disease
ini telah berhasil diobati dengan infliximab. Juga, adanya penurunan kondisi psikologi
seiring dengan kesembuhan lesi pada mulut.
Remisi spontan jarang terjadi, dan beberapa kasus dilakukan pengobatan
dengan exclusion diet [13]. Tabel 1 meringkaskan beberapa treatment paling popular
dari CG termasuk antibiotik seperti tetracycline dan clofazimine tranilast, benzocaine
topical atau intralesional steroids, dan cheiloplasty, dengan hasil yang berbeda dalam
kaitannya dengan periode tindak lanjut. Tentu saja dengan kurangnya uji coba
terkontrol, pendekatan terapi yang berbeda telah digunakan berkaitan dengan etiologi
utama dari CG dan pengalaman pribadi dari dokter.
Orofacial granulomatosis seperti CG dapat menjadi tantangan bagi
gastroenterologists dan dokter lainnya. Ketika CG disertai dengan penyakit imun
mayor, seperti penyakit radang usus atau arthritis, adalah wajar untuk
mempertimbangkan terapi anti-TNF yang akan mengendalikan penyakit mayor dan
meningkatkan dan/atau menyembuhkan CG. Dalam kasus oral Crohn’s disease ini
juga, cheiloplasty sejauh ini belum digunakan karena takut adanya komplikasi dari
pembedahan.