ORAL MALODOR

13
REFRAT PERIODONSIA ORAL MALODOR Disusun Oleh : Inneke Rachmawaty Syam, S.KG 2014-16-167 Pembimbing : drg. Yulia Rachma, Sp. Perio

description

Halitosis diderita oleh sebagian besar populasi dan menyebabkan efek sosial atau psikologis negatif yang signifikan. Bau mulut juga dapat menjadi tanda suatu penakit jika dapat dianalisa secara akurat. VSC pada poket periodontal dapat digunakan sebagai prediktor penyakit periodontal dan memonitor daerah yang dirawat. Namun alat yang sekarang tersedia belum dapat mencapai tujuan tersebut karena kurang akurat dan tidak objektif. Baru-baru ini, dokter gigi menjadi lebih menaruh perhatian terhadap bau mulut karena perhatian publik dan media terhadap penyakit ini. Maka dari itu diharapkan riset-riset mendatang dapat menyelesaikan masalah mengenai diagnosa dan perawatan penyakit ini secara efektif.

Transcript of ORAL MALODOR

Page 1: ORAL MALODOR

REFRAT PERIODONSIA

ORAL MALODOR

Disusun Oleh :

Inneke Rachmawaty Syam, S.KG

2014-16-167

Pembimbing :

drg. Yulia Rachma, Sp. Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIV. PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2015

Page 2: ORAL MALODOR

I. Pendahuluan

Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan bau yang tidak sedap dari

nafas. Istilah tersebut adalah istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan bau yang

tidak sedap, baik yang bersumber dari mulut maupun bukan dari mulut. Sedangkan oral malodor

adalah istilah yang khusus dibeikan untuk bau tidak sedap yang berasal dari rongga mulut.

Halitosis, yang merupakan sinonim dari breath malodor, foul breath, fetor oris dan bau nafas,

dimiliki oleh sebagian besar populasi dan dapat menyebabkan efek sosial dan psikologis yang

negatif bagi yang memilikinya. Penyakit umum ini telah lama diabaikan oleh periodontologis

walaupun penyebab paling umum dari penyakit ini terkait dengan mikrobiota pada daerah

subgingival dan daerah lidah. Intensitas bau nafas berbeda-beda setiap waktunya, pada saat

sedang tidak makan (stress atau berpuasa), saat setelah makan (bawang, daging, ikan dan keju),

merokok dan mengkonsumsi alkohol. Pada saat malam hari, karena mmulut kering dan tidak

aktif saat beristirahat, bau nafas menjadi tidak sedap. Bau nafas juga dapat menetap, yang mana

keadaan ini adalah keadaan yang lebih parah, dan dimiliki oleh 25% dari populasi.

II. Klasifikasi Halitosis

1. Berdasarkan etiologi

2. Berdasarkan kondisi pasien

Berdasarkan Etiologi

Halitosis desababkan oleh:

1. Faktor lokal patologis, ex: oral hygiene yang buruk, karies yang luas, penyakit

periodontal, kista dan tumor oral atau rongga pharyngeal.

Page 3: ORAL MALODOR

2. Faktor lokal non-patologis, ex: stagnasi saliva karena debris makanan, protesa dan

konsumsi rokok berlebihan

3. Faktor sistemik patologis, ex: diabetes melitus, penyakit liver, abses paru, tuberkulosis

4. Faktor sistemik non patologis, ex: makanan seperti bawang, daging dan olahan daging

dan konsumsi alkohol berlebihan.

5. Xerostomia: Salivasi yang berkurang atau terhenti seperti pada penyakit Sjogren

syndrome, atau terapi radiasi.

Berdasarkan kondisi pasien

1. Halitosis biasa.

Halitosis fisiologis

Halitosis patologis: Oral, extraoral

2. Pseudohalitosis

Bau nafas tidak dirasakan oleh orang lain, walaupun pasien terus menerus komplain

mengenai keberadaan kondisi tersebut. Kondisi ini dapat diatasi dengan konseling atau

perawatan oral hygiene sederhana.

3. Halitophobia

Setelah perawatan halitosis biasa/pseudohalitosis pasien masih merasa memiliki halitosis.

Page 4: ORAL MALODOR

Patogenesis oral malodor

Protein turunan dari makanan, bakteri atau sel epitel yag mengalami hidrolisis untuk

membentuk asam amino. Asam amino mengalami degradasi yang mana sebagiannya memilki

bau yang tidak sedap.

III. Etiologi

Paling tidak 90% dari seluruh oral malodor berasal dari rongga mulut, sedangkan 10%

lainnya memiliki penyebab sistemik atau oral. Oral malodor pada umumnya adalah hasil

pembusukan mikrobial dari sisa makanan, sel, saliva dan darah pada rongga mulut. VSC

(Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsur utama penyebab halitosis. VSC merupakan hasil

produksi dari akrivitas bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut yang berupa senyawa berbau yang

tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang

lain disekitarnya.

Tabel 1

Patogenesis Oral Malodor

Page 5: ORAL MALODOR

Penyebab fisiologis halitosis:

1. Nafas melalui mulut

2. Medikasi

3. Penuaan dan dental hygiene yang buruk

4. Puasa/lapar

5. Tembakau

6. Makanan (bawang, bawang putih, dll) dan alkohol

Penyebab Patologis Halitosis

Faktor oral:

1. Infeksi periodontal: Bau dari biofilm subgingival. Penyakit spesifik seperti ANUG dan

perikoronitis.

2. Lekukan lidah yang menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme.

3. Stomatitis, xerostomia

4. Restorasi gigi yang buruk yang menyebabkan retensi makanan dan bakteria

5. Protesa yang kotor

6. Lesi patologis seperti kanker oral, kandidiasis

7. Parotitis, cleft palate

8. Ulser aftae, abses dental

Faktor sistemik dan ekstraoral:

1. Infeksi nasal seperti rinitis, sinusitis, tumor dan benda luar.

2. Penyakit gastrointestinal seperti hernia, karsinoma, dll

Page 6: ORAL MALODOR

3. Infeksi paru seperti bronkitis, pneumonia, tuberkulosis dan karsinoma

4. Perubahan hormonal saat ovulasi, menstruasi, kehamilan dan menopaus

5. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, kegagalan liver, uremia, penyakit rematik,

dehidrasi dan demam.

Diagnosis

1. Evaluasi riwayat medis dan dental

2. Pemeriksaan klinis

Pemeriksan intraoral: Lekukan lidah, nafas melalui mulut, xerostomia, penyebab

lainnya.

Pemeriksaan periodontal lengkap: Kebersihan mulut, oral hygiene, probing

pemeriksaan perlekatan dan kedalaman.

3. Pengukuran bau mulut: Pasien diinstruksikan untuk tidak  makan dan mengunyah selama

2 jam sebelum pemeriksaan. Pasien yang sedang mengkonsumsi antibiotik dilakukan

pemeriksaan 2 minggu setelah konsumsi obat selesai.Tes yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Metode organoleptic subjektif : Tes ni digunakan sebagai pembanding pengukuran

oral malodor.

b. Gas chromatography : Untuk dapat mengukur bau mulut secara objektif,

dikembangkan sebuah alat untuk memonitor. Mesin ini digunakan untuk mengukur

kandungan sulfur secara digital level molekul dari tiga volatile sulfur compounds

(VSCs) pada sampel udara dalam mulut (hydrogen sulfida, methyl mercaptan dan

Page 7: ORAL MALODOR

dimethyl sulfida). Ini akurat mengukur komponen sulfur dari napas dan memproduksi

hasil dalam bentuk grafik melalui komputer.

c. Halimeter : Mesin ini digunakan untuk mengukur tingkat gas sulfida yang ditemukan

pada nafas seseorang. Tetapi tes ini memiliki beberapa kekurangan dalam aplikasi

klinis; beberapa sulfida yang umum ditemui seperti mercaptan tidak mudah di

tercatat dan seringkali terjadi kesalahan hasil pemeriksaan. Halimeter ini sangat

sensitif terhadap alkohol, maka dari itu orang yang akan melakukan tes ini dianjurnan

untuk tidak meminum alkohol atau menggunakan obat kumur yang mengandung

alkohol setidaknya dalam waktu 12 jam sebelum melakukan tes.

d. Tes Benzoyl-DL-arginine-naphthylamide (BANA) : Sejumlah bakteri seperti

Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola dan Bacteroides forsythus

memproduksi zat sisa yang berbau tidak sedap dan dapat menghasilkan bau mulut.

Bakteri ini mempunyai karakteristik yang dapat memproduksi enzim yang dapat

menguraikan senyawa Benzoyl-DL-arginine-naphthylamide. Ketika sampel  dari air

liur pasien yang mengandung bakteri ini diletakan pada tes BANA, senyawa tersebut

akan memecah. Hasil dari penguraian ini, tes senyawa akan berubah warna yang

menunjukan reaksi positif.

e. Chemiluminescence : Tes ini melibatkan campuran dari sampel yang mengandung

senyawa sulfur (VSCs) dengan senyawa merkuri dan hasil dari reaksi tersebut

menghasilkan fluoresensce. Tes ini sangat sensitif karena tes ini dapat mengukur

senyawa sulfur terkecil, dimana hal tersebut berlawanan dengan tes Halimeter.

Page 8: ORAL MALODOR

Gambar 1

Halimeter

Gambar 2

Gas chromatography

Perawatan dan manajemen oral malodor

Perawatan oral malodor memiliki prosedur selangkah demi selangkah. Sebelum

menentukan perawatan, dokter harus terlebih dahulu menentukan sumbernya. Cara paling

sederhana membedakan sumber oral dan non oral adalah membandingkan bau dari mulut dan

hidung. Jika sumbernya adalah dari hidung atau karena etiologi medis lainnya, pasien harus

dirujuk ke spesialis lain. Bau yang berasal dari mulut harus menjalani perawatan dental. 

Page 9: ORAL MALODOR

Perawatan halitosis:

1. Reduksi zat anaerobik dengan meningkatkan oral hygiene dan kesehatan periodontal

melalui perawatan dental dasar.

2. Jika bau masih ada setelah perawatan, dianjurkan untuk menykiat lidah

3. Reduksi kimia dari benda mikrobial dengan berkumur dengan zat pencuci mulut. Cara

untuk merawat bau mulut dari periodontitis adalah dengan mengkombinasikan perawatan

periodontal dan pencuci mulut klorheksidin.

4. Perawatan lain untuk oral malodor adalah dengan cara mengubah volatile sulfur

compounds (VSCs) dengan menggunakan beberapa ion metal. Halita™ adalah larutan

baru yang mengandung 0.05% chlorhexidine, 0.05% cetylpyridinium chloride (CPC) dan

0.14% zinc lactat tanpa alkohol dimana lebih efisien dari 0.2% chlorhexidine yang

mengurangi nilai VSC. Efek spesial dari Halita™ dapat dihasilkan dari kemampuan

konfersi VSC dari zinc, disamping kemampuan antimikrobal.

Kesimpulan

Halitosis diderita oleh sebagian besar populasi dan menyebabkan efek sosial atau

psikologis negatif yang signifikan. Bau mulut juga dapat menjadi tanda suatu penakit jika dapat

dianalisa secara akurat. VSC pada poket periodontal dapat digunakan sebagai prediktor penyakit

periodontal dan memonitor daerah yang dirawat. Namun alat yang sekarang tersedia belum dapat

mencapai tujuan tersebut karena kurang akurat dan tidak objektif. Baru-baru ini, dokter gigi

menjadi lebih menaruh perhatian terhadap bau mulut karena perhatian publik dan media terhadap

penyakit ini. Maka dari itu diharapkan riset-riset mendatang dapat menyelesaikan masalah

mengenai diagnosa dan perawatan penyakit ini secara efektif.