Dermatitis Herpetiformis 2
-
Upload
vandi-dwi-putra -
Category
Documents
-
view
96 -
download
13
description
Transcript of Dermatitis Herpetiformis 2
DERMATITIS HERPETIFORMIS
A. DEFINISI
Dermatitis herpetiformis (DH) adalah penyakit kulit kronik jarang, yang ditandai
dengan vesikel gatal, rasa terbakar yang berhubungan dalam banyak hal, dengan suatu
enteropati subklinis sensitif gluten serta deposit IgA di dermis bagian atas. Ingesti gluten
(protein yang terkandung dalam gandum, rye dan barley) memicu respon sistem
kekebalan tubuh yang mendeposit antibodi IgA dilapisan kulit bagian paling atas. DH
adalah penyakit autoimun turun temurun terkait dengan intoleransi gluten. DH adalah
penyakit autoimmune Herediter yang terkait dengan Intoleransi Gluten.1
B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis herpetiformis sering ditemukan pada penduduk asli Eropa. Sangat jarang
terjadi pada penduduk Amerika-Afrika dan Asia. Dermatitis herpetiformis terjadi pada 10%
pasien dengan celiac disease dan mempengaruhi 1 dari 100-200 orang di Kanada. Onset dari
dermatitis herpetiformis adalah biasanya dewasa awal sampai dewasa sedang tetapi dapat
terjadi pada anak-anak dan usia lanjut. Ratio antara pria dan wanita adalah 2:1. Penelitian
di USA menunjukkan prevalensi sebesar 11,2 kasus per 100.000 penduduk.2,3
C. ETIOPATOGENESIS
Etiologi DH belum diketahui secara pasti. Terdapat predisposisi genetik berupa
ditemukannya HLA B8 pada 58-87%, HLA DR3 90-95% dan HLA DQ2 95-100%.4
Pathogenesis DH berhubungan dengan Gluten Sensitive Enteropathy (GSE). GSE adalah
kelainan gastrointestinal yang disebabkan oleh gluten. Gluten adalah suatu protein yang
terdapat pada gandum. Pada lebih dari 90% kasus DH didapati enteropati sensitive terhadap
gluten pada jejenum dan ileum. Kelainan yang terjadi bervariasi dari atopi vili yang minimal
hingga sel-selepitel mukosa usus halus yang mendatar. Sejumlah 1/3 kasus disertai
steatorea.3,4
GSE kemungkinan berhubungan dengan deposit IgA pada kulit penderita DH, meskipun
mekanismanya belum diketahui secara pasti apakah IgA terikat pada antigen yang
ditemukan pada gastrointestinal kemudian beredar dan tertimbun pada kulit atau apakah
IgA yang tebentuk khas untuk antigen kulit yang belum diketahui.3,4
Ditemukannya IgA dan komplemen diseluruh kulit menimbulkan perkiraan bahwa
diperlukan faKtor tambahan untuk menerangkan permulaan lesi. Dengan faktor tambahan
ini, IgA mengakifkan komplemen (mungkin melalui jalur alternative) sehingga terjadi
kemotaksis neutrophil yang melepaskan enzimnya dan mengakibatkan lesi yang disebut
dengan DH.3,4
Selain gluten, yodium juga disebutkan dapat mempengaruhi timbulnya remisi dan
eksaserbasi penyakit.4
D. GEJALA KLINIS
Keadaan umum penderita biasanya baik. Keluhannya sangat gatal, seperti rasa
terbakar atau rasa tersengat tetapi bisa junga asimptomatik walaupun jarang. Ruam berupa
eritema, papulo vesikel, vesikel/bula yang berkelompok. Kelainan yang utama ialah vesikel,
oleh sebab itu disebut juga herpetiformis yang berarti seperti Herpes Zoster atau Herpes
Simpleks. Dinding vesikel/bula tegang. Bula jarang dijumpai. Dapat juga dijumpai erosi atau
krusta jika vesikel atau bula pecah.4
Distribusi lesi biasanya simetris pada permukaan ekstensor seperti siku, lutut,
sakrum, bokong, punggung. Lesi jarang terjadi pada mukosa mulut, telapak tangan dan kaki.
Penderita biasanya dapat memperkirakan tempat timbulnya lesi baru 8-12 jam sebelumnya
karena daerah tersebut terasa sangat tersengat atau terbakar atau gatal.4
Gambar 1 : Dermatitis Herpetiformis, extensive eruption with grouped papules, vesicles, and crusts on the back
Gambar 2 : Dermatitis Hepretiformis, papules, vesicles, and crust on knees
Gambar 3 : Dermatitis Hepretiformis, this patient has many firm-topped vesicles and bullae, some erosions, and residual hyperpigmentation. Some of the vesicles are
arranged in annular patterns.E. HISTOPATOLOGI
Histologi dari lesi awal kulit (non vesikuler) mempunyai karakteristik papilla dermal
berupa neutrofil (mikroabses), neutrofil fragmen, berbagai jumlah dari eosinofil, fibrin.
Gambaran histopatologi DH yang khas paling terlihat pada daerah eritem disekitar vesikel
yang baru muncul. Pada daerah ini terdapat akumulasi netrofil dan beberapa
eosinophil pada ujung papilla dermis yang semakin lama semakin bertambah besar
membentuk mikorabses. Pembentukan mikroabses mengakibatkan pemisah antara ujung
papilla dermis dan epidermis sehingga terbentuk vesikel.4
Histologi dari lesi yang lebih lama menunjukkan vesikel pada sub epidermal yang
mungkin tidak dapat dibedakan dengan erupsi bulla lainnya pada sub epidermal, seperti
eritema multiform, bullous drug eruption, dan pemphigoid gestationis.4
Gambar 4 : Dermatitis Herpetiformis. Biopsy of an eraly lession showing dermal papillary collections of neuthrophils and eosinophils and sub-epidermal vesiculation at low (Left) and
high (Right) magnification.
F. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa
Obat obatan utama yang digunakan pada pengobatan DH diantaranya adalah
sulfon {diaminodiphenylsulfone (dapsone)}, sulfapiridin, antihistamin, ACTH,
kortikosteroid, dan asam nikotinat. Dari semuanya, sulfon {diaminodiphenylsulfone
(dapson)} adalah yang paling efektif untuk menangani DH. Mekanisme kerja dapson
untuk menangani DH belum jelas. Diduga berhubungan dengan inhibisi migrasi netrofil
ke area lesi dan juga menurunkan respon inflamasi. Gejala berkurang dalam 3 jam
sampai beberapa hari segera setelah meminum dapson untuk pertama kali dan lesi lesi
baru pecah setelah satu sampai dua hari pengobatan, dan berulang dengan cepat bila
pemberian dapson ini dihentikan. Untuk dewasa dosis awalnya 25-50 mg dan
0,5mg/kgBB untuk anak anak. Bila respon yang diinginkan tercapai, penderita pasien
sebaiknya diberitahukan untuk memakai dosis minimal yang dibutuhkan dalam
menekan tanda dan gejala sehingga tidak berulang. Dosis maksimal terapi dapat
mencapai 300-400 mg per hari. Bila terjadi toleransi terhadap dapson maka diberikan
Sulfapiridin dengan dosis 1 sampai 1,5 gr perhari.4,5
Penting untuk diketahui bahwa penggunaan NSAID atau obat anti inflamasi non
steroid sering mengeksaserbasi timbulnya DH, walaupun pasien menggunakan
Dapson.4,5
- Non medikamentosa
Diet bebas Gulten adalah komitmen seumur hidup dan tidak boleh dimulai sebelum
benar didiagnosis dengan DH. Memulai diet tanpa pengujian lengkap tidak
direkomendasikan dan membuat diagnosis kemudian menjadi sulit. Tes untuk
mengkonfirmasi DH bisa negatif jika seseorang sedang diet GF untuk jangka waktu.
Untuk diagnosis yang valid, gluten perlu diperkenalkan kembali selama beberapa
minggu sebelum pengujian. Infeksi kulit herpetiformis adalah penyakit pencernaan
diwariskan autoimun dan konfirmasi DH akan membantu generasi masa depan
menyadari risiko dalam keluarga.4,5
G. PROGNOSIS
Prognosa Sangat baik, jika Anda tetap pada diet bebas gluten. Tingkat keparahan
dan frekuensi letusan akan berkurang ketika Anda melanjutkan dengan diet. Yodium
dan matahari dapat memicu letusan pada beberapa orang. Namun, yodium merupakan
nutrisi penting dan tidak harus dihilangkan dari diet tanpa pengawasan dokter.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Gluten Intolerance Group. Dermatitis Herpetimorfis. [online]. 2011 . [cited 2012 April 17]. Available from URL : http://www.gluten.net
2. Canadian Celliac Association. Dermatitis herpetiformis. [online]. 2007. [cited 2012 April 17]. Available from URL : http://www.celiac.ca
3. Elston DM. Dermatitis herpetiformis. [online]. 2011. [cited 2012 April 19]. Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/1062640-overview#a0199
4. Hall RP, Katz SI. Dermatitis Herpetiformis. Wolf K, Goldsmith LA, et al. In : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th Edition. New york : Mc Graw Hill Inc, 2008 ; 500-4
5. Elston DM. Dermatitis Herpetiformis Treatment and Management. [online]. 2011. [cited 2012 April 19]. Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/1062640-treatment