Case Ujian (Repaired)

30
UJIAN SKIZOFRENIA PARANOID Disusun oleh: Putri Marliani, S.Ked NIM : 70 2008 009 PENGUJI : dr. Farah Shafitry Karim, Sp.KJ BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT dr. ERNALDI BAHAR PALEMBANG 1

Transcript of Case Ujian (Repaired)

UJIAN

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun oleh:

Putri Marliani, S.Ked

NIM : 70 2008 009

PENGUJI : dr. Farah Shafitry Karim, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT dr. ERNALDI BAHAR PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2013

1

BAB I

STATUS PENDERITA

I. Identifikasi Penderita

Nama : Nn. D

Usia : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum menikah

Suku / Bangsa : Sumatera / Indonesia

Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Alamat : Desa Kerinjing Dusun II Tanjung Raja, Ogan Ilir

Datang ke RS : Jum’at, 8 Februari 2013

Cara ke RS : Diantar keluarga

Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Bangsal Kenanga

RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang

II. Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri diperoleh dari:

1. Autoanamesis

a. Jum’at, 8 Februari 2013

b. Kamis, 14 Februari 2013

c. Selasa, 19 Februari 2013

2. Alloanamnesis ( Ilma, 49 tahun, ibu penderita)

a. Jum’at, 8 Februari 2013

2.1. Sebab Utama

Penderita meresahkan tetangga dengan masuk ke rumah tetangga

dan membersihkan rumah tersebut tanpa izin sejak 2 minggu sebelum

masuk rumah sakit.

2

2.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 2 bulan sebelum masuk rumah sakit penderita pulang

ke Indonesia dari bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di

Taiwan. Penderita pulang karena kontrak kerjanya di Taiwan sudah

habis. Penderita tidak memperpanjang kontrak karena tidak mau lagi

bekerja di luar negeri. Sejak pulang dari Taiwan tersebut, penderita

mengalami perubahan perilaku. Penderita menjadi lebih sensitif dan

mudah tersinggung dengan tetangga sekitar lingkungannya. Penderita

merasa bahwa tetangga membenci penderita dan memusuhi penderita,

serta sering membicarakan dirinya. Penderita juga mulai bertingkah aneh

di rumah. Penderita terkadang mengoceh sendiri. Penderita mengoceh

mengatakan bahwa dunia ini sebentar lagi akan kiamat. Penderita juga

terkadang menangis sendiri. Apabila ditanya keluarga, penderita

mengatakan menangis karena penderita merasa dirinya banyak dosa dan

penderita harus banyak beribadah untuk menghapus dosanya. Penderita

sering tidak bisa tidur di malam hari. Apabila tidak bisa tidur penderita

akan mondar mandir di dalam rumah sepanjang malam. Nafsu makan

penderita tidak terganggu. Penderita masih bisa beraktivitas seperti biasa

dan masih mau mengurus diri sendiri.

Kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita

mengatakan bahwa dirinya mendapat wahyu dari Allah SWT. Penderita

mengatakan mendapat seperti cahaya dan setelah itu penderita bisa

membaca pikiran orang lain. Penderita semakin sering mengoceh sendiri,

menagis sendiri, dan sekarang bahkan tertawa sendiri. Apabila

ditanyakan mengapa tertawa, penderita akan tertawa semakin keras.

Tidur penderita semakin terganggu. Penderita tidak bisa tidur sama

sekali. Penderita mengatakan tidak bisa tidur karena ada bisikan-bisikan

yang mengganggunya. Bisikan tersebut seperti suara perempuan yang

mengatakan bahwa penderita banyak dosa. Nafsu makan penderita mulai

terganggu, penderita terkadang tidak mau makan. Penderita masih mau

mengurus diri sendiri.

3

Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, ayah penderita

meninggal dunia karena sakit. Penderita menjadi semakin aneh. Penderita

tidak mau pulang ke rumah. Walaupun ayah penderita meninggal,

penderita hanya berdiri melihat kerumunan orang dari rumah tetangga.

Penderita tidak mau sama sekali menginjak rumah tersebut karena

menurut penderita rumah tersebut tidak bersih. Rumah tersebut penderita

beli dengan uang yang tidak bersih. Uang tersebut didapatkan oleh

penderita saat penderita sedang tidak sholat. Penderita juga tidak mau

memakai barang-barang yang dibelinya ketika menjadi TKW. Penderita

mandi dan beristirahat di masjid. Penderita mulai meresahkan lingkungan

dengan masuk ke rumah tetangga dan membersihkan rumah tetangga

tanpa izin. Penderita mengatakan rumah tetangga ini milik Allah SWT.

dan penderita adalah makhluk ciptaan Allah SWT. sehingga penderita

juga berhak masuk di rumah tetangga tersebut. Penderita tidak bisa tidur

dan keluyuran saat malam hari. Penderita juga tidak mau makan dan

minum sama sekali karena penderita mengatakan harus puasa setiap hari

untuk menebus dosa-dosa penderita. Penderita masih mau mengurus diri

sendiri. Penderita juga menjadi takut terlambat sholat, padahal belum

waktunya sholat tetapi penderita sudah melaksanakan sholat. Penderita

juga selalu membawa Al-qur’an.

Setelah 5 hari mendapatkan perawatan di RS dr. Ernaldi Bahar

Palembang. Penderita mengatakan tidak lagi mendengar suara-suara yang

mengganggunya. Akan tetapi penderita masih ingin berpuasa tiap hari.

Penderita mengatakan kepada pemeriksa bahwa pemeriksa tidak

mengetahui dosa penderita, penderita harus berpuasa setiap hari untuk

menebus dosa-dosanya. Penderita meminta pemeriksa memberikan izin

untuk berpuasa dan mencarikan solusi bagaimana agar penderita biasa

puasa saat meminum obat. Saat diwawancara mencari tahu penyebab

penderita merasa sangat berdosa, penderita mau menceritakan

peneybabnya. Penderita mengatakan penderita pernah punya pacar 2

tahun yang lalu saat bekerja di Taiwan dan penderita pernah melakukan

4

hubungan intim diluar nikah. Penderita ternyata hamil dan akhirnya

menggugurkan kandungannya secara diam-diam.

Setelah 11 hari mendapatkan perawatan di RS dr. Ernaldi Bahar

Palembang. Penderita mengatakan tidak mau berpuasa setiap hari lagi.

Penderita mengatakan puasa itu bisa senin kamis saja. Penderita juga

mengatakan bahwa penderita membaca Al-qur’an dan di dalamnya ada

ayat yang mengatakan Allah SWT. itu Maha Pengampun, jadi penderita

masih bisa diampuni Allah dengan bertobat sungguh-sunguh di jalan

Allah SWT. Penderita bisa pulang kerumah karena penderita akan sholat

di rumah dan berpuasa sehingga rumahnya bisa kembali suci.

2.3. Riwayat Penyakit Dahulu

A. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya (-)

B. Riwayat Trauma Kepala (-)

C. Riwayat Kejang/ Epilepsi (-)

D. Riwayat Alergi Obat (-)

E. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol disangkal

F. Riwayat Penyakit Sistemik :

1. Riwayat hipertensi (-)

2. Riwayat tumor otak (-)

3. Riwayat nyeri kepala (-)

4. Riwayat demam lama (-)

5. Riwayat DM (-)

6. Riwayat asma (-)

2.4. Riwayat Kehidupan Pribadi

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan

normal saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun.

5

B. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)

Tumbuh kembang penderita sama dengan anak sebayanya.

Penderita diurus oleh kedua orang tuanya sejak kecil.

C. Masa Pertengahan (3-11 tahun)

Penderita tumbuh seperti anak seusianya. Penderita merupakan

anak yang ramah dan mudah bergaul. Penderita memiliki banyak

teman dan aktif dalam kegiatan sosial.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Penderita tumbuh seperti anak seusianya. Penderita berubah

menjadi anak pendiam. Penderita juga sering murung dan melamun.

Penderita tidak mau melakukan interaksi dengan orang-orang sekitar.

Penderita cenderung menaruh curiga orang lain. Penderita terkadang

merasa orang lain mengejek dirinya.

E. Masa Dewasa

1. Riwayat pendidikan

Penderita sekolah sampai tamat Sekolah Menengah Atas

(SMA).

2. Riwayat pekerjaan

Penderita sekarang tidak bekerja lagi sejak 2 bulan sebelum

masuk rumah sakit. Sebelumnya penderita sempat bekerja sebagai

Tenaga Kerja Wanita (TKW) selama kurang lebih 9 tahun.

Penderita bekerja selama 2 tahun di Arab Saudi sebagai pembantu

rumah tangga, selama 2 tahun di Malaysia sebagai pegawai salon,

dan selama 5 tahun di Taiwan. Selama di Taiwan penderita bekerja

selama 3 tahun sebagai pembantu rumah tangga dan 2 tahun

sebagai pengasuh orang tua.

3. Riwayat pernikahan

Penderita belum menikah.

6

4. Agama

Penderita beragama islam dan semenjak sakit penderita

menjadi lebih giat beribadah daripada sebelumnya. Penderita

menjadi lebih rajin sholat dan puasa tiap hari.

5. Aktivitas sosial

Menurut ibu penderita, penderita adalah anak yang baik,

penurut dan penyayang. Penderita sejak remaja menjadi anak yang

pendiam. Penderita juga sering murung dan melamun. Penderita

tidak mau melakukan interaksi dengan orang-orang sekitar.

Menurut ibu penderita, penderita cenderung menaruh curiga orang

lain. Penderita terkadang merasa orang lain mengejek diriya.

Padahal terkadang tetangga itu malah menyapa penderita.

6. Riwayat keluarga

Penderita merupakan anak ketiga dari 7 bersaudara, memiliki 2

orang kakak perempuan, 2 orang adik perempuan, dan 2 orang adik

laki-laki. 1 orang kakak perempuan penderita sudah meninggal

dunia dikarenakan sakit ketika masih kecil. Ayah penderita baru

saja meninggal sekitar kurang lebih 2 minggu sebelum penderita

masuk rumah sakit. Tidak terdapat anggota keluarga penderita yang

memiliki gangguan jiwa yang sama.

: Penderita, 29 tahun.

7. Situasi kehidupan sekarang

Sekarang penderita tinggal dengan ibu dan 4 orang adik

penderita. Status ekonomi penderita menengah ke bawah.

7

8. Persepsi penderita tentang diri dan lingkungannya

Penderita merasa dirinya tidak sakit. Penderita Penderita

merasa bahwa tetangga membenci penderita dan memusuhi

penderita, serta sering membicarakan dirinya. Penderita

mengatakan bahwa dunia ini sebentar lagi akan kiamat. Penderita

merasa dirinya banyak dosa dan penderita harus banyak beribadah

untuk menghapus dosanya. Penderita mengatakan bahwa dirinya

mendapat wahyu dari Allah SWT. dan bisa membaca pikiran orang

lain.

9. Persepsi keluarga tentang diri penderita

Menurut ibu penderita, penderita adalah anak yang baik,

penurut dan penyayang. Penderita sejak remaja menjadi anak yang

pendiam. Penderita juga sering murung dan melamun. Penderita

tidak mau melakukan interaksi dengan orang-orang sekitar.

Menurut ibu penderita, penderita cenderung menaruh curiga orang

lain. Penderita terkadang merasa orang lain mengejek diriya.

Padahal terkadang tetangga itu malah menyapa penderita.

10.Riwayat pelanggaran hukum

Penderita tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran

hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib.

III. Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 Februari 2013

3.1. Gambaran Umum :

A. Penampilan

Penderita berjenis kelamin perempuan berusia 29 tahun dengan

penampilan sesuai dengan usia. Pada saat wawancara penderita

menggunakan pakaian muslimah dan jilbab panjang berwarna hijau

8

serta menggunakan kaus kaki berwarna putih dan sandal berwarna

hitam. Perawatan diri cukup baik.

B. Perilaku dan Akitivitas psikomotor

Selama wawancara penderita duduk dengan gelisah di kursi.

Kontak mata penderita dengan pemeriksa cukup, emosinya labil.

C. Sikap terhadap pemeriksa

Penderita cukup kooperatif dalam bercerita dan menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa, tetapi penderita terkadang

malas menjawab pertanyaan dan berkata ingin sholat ashar karena

sebentar lagi adzan. Saat sedang diwawancara, penderita sempat kabur

untuk sholat selama kurang lebih setengah jam dan kembali lagi ke

IGD.

3.2. Mood dan afek

A. Mood : iritabel

B. Afek : tidak sesuai (inappropriate)

C. Keserasian : serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku

3.3. Pembicaraan

Bicara lancar, spontan, jumlah cukup, volume suara cukup, intonasi

terkadang naik dan terkadang turun, artikulasi jelas dan isi pembicaraan

terkadang tidak bisa dimengerti.

3.4. Gangguan Persepsi

Dari hasil wawancara didapatakan halusinasi auditorik (+) dan

halusinasi visual (+).

9

3.5. Pikiran

A. Bentuk pikiran

1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan

cepat

2. Kontinuitas : Normal

3. Hendaya berbahasa : Tidak ada

B. Isi pikiran

Ditemukan waham curiga (+), waham kebesaran (+), waham

agama (+), dan waham menyalahkan diri sendiri (waham berdosa) (+)

III.6. Sensorium dan kognitif

A. Taraf kesadaran : Compos mentis, kesiagaan baik.

B. Orientasi

1. Waktu : Baik, penderita dapat membedakan waktu saat pagi,

siang dan malam.

2. Tempat : Baik, penderita mengetahui bahwa dirinya berada di

rumah sakit, tetapi tidak mengetahui dimana persisnya.

3. Personal : Baik, penderita dapat mengenali dokter pemeriksa, koas,

perawat

C. Daya ingat

1. Jangka Panjang :

Baik penderita dapat mengingat keluarga besarnya.

2. Jangka sedang :

Baik, penderita dapat mengingat dengan siapa ia datang ke RS.

dr. Ernaldi Bahar Palembang.

3. Jangka pendek :

Baik, penderita dapat mengingat kemana ia pergi sebelum

dibawa ke RS ERBA Palembang.

10

4. Jangka Segera :

Baik, penderita tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6

angka maju dan selanjutnya mundur.

D. Konsentrasi dan perhatian

Baik, penderita tidak mengalami kesalahan saat melakukan

pengurangan 100-7 dan seterusnya.

E. Kemampuan membaca dan menulis

Penderita dapat membaca dan menulis.

F. Kemampuan visuospasial

Baik, penderita dapat mengambarkan arah perjalanannya dari

rumah sampai ke rumah sakit.

G. Pikiran abstrak

Baik, penderita dapat menyebutkan perbedaan dan dan

persaamaan pena dan pensil, dan mengartikan peribahasa sederhana

yang diberikan oleh pemeriksa “Tak ada gading yang tak retak”

maupun peribahasa lain.

H. Intelegenesia dan kemampuan informasi

Baik, penderita dapat menjawab dengan benar nama presiden RI

dan nama presiden pertama RI.

I. Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, penderita masih bisa berpakaian serta masih dapat makan,

minum, dan mandi sendiri.

III.7. Pengendalian impuls

Selama wawancara yang penderita tidak dapat mengendalikan diri

dan berperilaku. Penderita kabur sesukanya dan kembali lagi sesukanya.

11

III.8. Daya Nilai dan tilikan

A. Daya Nilai Sosial

Baik, penderita bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat

dan seluruh penghuni bangsal kenanga.

B. Penilaian Realita

Terganggu, karena penderita kurang mampu membedakan

antara hal yang nyata dan tidak nyata.

C. Tilikan

Derajat 1, penderita menyangkal menderita penyakit.

III.9. Reliabilitas

Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun

autoanamnesis.

IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 Februari 2013.

4.1. Status Interna

A. Keadaan Umum : Baik

B. Kesadaran : Compos Mentis

C. Status Gizi : terlihat cukup

D. Tanda Vital

1. TD : 120/80 mmHg

2. Pulse : 90x/menit

3. RR : 20x/menit

4. Suhu : 36,50 C

D. Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

E. Thorax

1. Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

12

2. Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)

F. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal

G. Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema (-)

H. Kulit : dalam batas normal

4.2. Status Neurologis

A. GCS 15

1. E : membuka mata spontan (4)

2. V : berbicara spontan (5)

3. M : gerakan sesuai perintah (6)

B. Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif

C. Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-), dan

rigiditas (-)

D. Motorik : 5/5/5/5

E. Sensorik : Baik

F. Refleks fisiologis : normal

G. Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa penderita seorang

perempuan berusia 29 tahun, agama islam, suku Sumatera, tidak bekerja lagi

dan masih tinggal serumah dengan ibu dan 4 orang adik, status belum

menikah. Penderita dirawat dengan keluhan meresahkan tetangga dengan

masuk ke rumah tetangga dan membersihkan rumah tersebut tanpa izin sejak

2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 8 Februari didapatkan

seseorang perempuan, penampilan sesuai dengan usia, berbadan kurus,

perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik penderita selama

wawancara penderita duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata penderita

dengan pemeriksa cukup, emosinya labil. Sikap terhadap pemeriksa cukup

kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

pemeriksa, tetapi penderita terkadang malas menjawab pertanyaan dan

13

berkata ingin sholat ashar karena sebentar lagi adzan. Saat sedang

diwawancara, penderita sempat kabur untuk sholat selama kurang lebih

setengah jam dan kembali lagi ke IGD.

Mood iritabel, afek inappropriate, pembicaraan dengan afek tidak

sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan halusinasi auditorik dan halusinasi

visual. Bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham curiga, waham

kebesaran, waham agama, dan waham menyalahkan diri sendiri (waham

berdosa), RTA terganggu dengan tilikan derajat satu. Pada pemeriksaan fisik

Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan kelainan.

VI. Formulasi Diagnosis

Aksis I :

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,

pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang

secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan

hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian

berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami

suatu gangguan jiwa.

Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien

tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara

fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala

gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat

disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan

alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang

menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya

gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat

disingkirkan (F10-19).

Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena

adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan

visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga, waham kebesaran, dan

waham agama, dan waham menyalahkan diri sendiri (waham berdosa). Juga

14

tidak pernah mengalami perasaan sedih atau senang yang berlebihan dan

menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut dialami pasien selama

kurang lebih 2 bulan, sehingga dapat digolongkan kedalam gangguan

psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka berdasarkan PPDGJ III

ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia Paranoid (F20.0).

Aksis II

Pada penderita ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat

premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa

yaitu penderita berubah menjadi anak pendiam pada masa remaja. Penderita

juga sering murung dan melamun. Penderita tidak mau melakukan interaksi

dengan orang-orang sekitar. Penderita cenderung menaruh curiga orang lain.

Penderita terkadang merasa orang lain mengejek dirinya sehingga untuk

aksis II F 60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid.

Aksis III

Pada penderita ini berdasarkan anamnesis tidak didapatkan bahwa

penderita memiliki riwayat penyakit dan pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan kelainan sehinggga untuk aksis III tidak ada diagnosis.

Aksis IV

Pada penderita untuk aksis IV yaitu Masalah berkaitan dengan

lingkungan sosial.

Aksis V

GAF pada saat MRS adalah 50-41, gejala berat (serious), disabilitas

berat.

VII. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid

15

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial.

Aksis V : GAF 50-41 (saat masuk RS)

VIII. Daftar Masalah

8.1. Organobiologik

A. Tidak ada faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Tidak ada faktor kerusakan dan disfungsi otak yang menyebabkan

gangguan kejiwaan.

8.2. Psikologik

A. Mood : iritabel

B. Afek : inappropriate

C. Keserasian : Sesuai

D. Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+)

E. Isi Pikir : waham curiga, waham kebesaran, waham

agama, dan waham menyalahkan diri sendiri (waham berdosa)

F. RTA : Terganggu

G. Tilikan : Derajat 1

8.3. Lingkungan dan Sosioekonomi

Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit penderita,

gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan lainnya. Selain itu,

masalah lingkungan sosial, bagaimana hubungan penderita dengan para

tetangganya. Sekarang penderita tinggal dengan ibu dan 4 orang

adiknya. Status ekonomi penderita menengah ke bawah.

IX. Prognosis

9.1. Ad vitam : dubia ad bonam

9.2. Ad Sanationam : dubia ad bonam

9.3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam

16

X. Rencana Terapi

10.1. Psikofarmaka

A. Anti psikotik atipikal golongan benzis oxazole

Risperidone 2 x 2 mg

B. Anti ekstrapiramidal untuk efek samping antipsikotik

Triheksifenicil (THP) 2x2 mg (apabila diperlukan)

10.2. Psikoterapi

A. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada penderita yang

tentang keadaan penderita, bahwa penderita harus teratur minum

obat dan kontrol ke dokter sebelum obat habis.

B. Menyarankan penderita untuk mengikuti kegiatan yang positif,

misalnya pengajian di lingkungan sekitar guna menjalin hubungan

penderita dengan tetangga dan agar penderita mengetahui mengenai

ajaran Islam yang benar.

C. Memberitahu penderita bahwa rumah yang penderita beli merupakan

hasil keringat penderita jadi rumah tersebut berhak dihuni. Apabila

penderita merasa masih kotor, penderita bisa membersihkannya

dengan bersedekah kepada orang tidak mampu.

D. Memotivasi penderita bahwa penderita bisa mencari pekerjaan lain

tanpa harus menjadi TKW, misalnya berjualan sehingga penderita

bisa membantu ekonomi keluarga.

E. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit yang

dialami penderita. Sehingga keluarga bisa mendukung proses terapi

dengan mengawasi penderita minum obat dan mencegah

kekambuhan dengan mengajak penderita kontrol teratur ke dokter

sebelum obat habis.

XI. Pandangan Islam

Allah memberikan ujian berupa penyakit dan memberikan tuntunan

dalam Islam untuk menyikapinya.

17

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan

Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang

menggugurkan daun-daunnya." ( HR. Bukhari no 5660 dan Muslim no.2571)

Allah menganjurkan manusia untuk berobat sebagaimana dari hadits

riwayat Bukhari, bahwa Rasulullah bersabda,

“Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan

juga obat untuk penyakit itu.” (HR Bukhari no.5678)

18

BAB II

DISKUSI

Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gangguan

persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir berupa waham

curiga, waham kebesaran, waham agama, dan waham menyalahkan diri sendiri

(waham berdosa), hal ini telah berlangsung sekitar 2 bulan yang lalu.

Pengobatan pada penderita ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg

diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal

dengan efek samping yang minimal.

Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta

pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;

halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau

dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik

diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala

afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan

skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap

reseptor serotonin dan dopamine.

Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang

menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :

- 2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi

- 4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi

- 6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.

Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.

Dosis rentang harian umum untuk mengobati gejala ekstrapiramidal yang

diinduksi obat 5-15 mg. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek

samping ekstra piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas

dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap

reseptor D2.

Selain menggunakan terapi psikofarmaka, penderita juga ditunjang dengan

psikoterapi. Psikoterapi suportif berujuan agar penderita merasa aman, diterima,

19

dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada penderita yang

mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan

proses pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang

lain.

Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam dan gejala ini bisa berulang

apabila penderita tidak kontrol dan minum obat teratur. Bila penderita taat

menjalani terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan

dari keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan penderita.

20

2 bulan SMRS

lebih sensitif dan mudah tersinggung dengan tetanggamerasa bahwa tetangga membenci penderita dan memusuhi penderita, serta sering membicarakan dirinyabertingkah aneh di rumahterkadang mengoceh sendiriterkadang menangis sendiri.tidak bisa tidur penderita akan mondar mandir di dalam rumah.

tidak mau pulang ke rumah mandi dan beristirahat di masjid.masuk ke rumah tetangga dan membersihkan rumah tetangga tanpa izin. tidak bisa tidur dan keluyuran saat malam hari.tidak mau makan dan minum sama sekali karena puasatakut terlambat sholat

2 minggu SMRS 1 bulan SMRS

mendapat wahyu dari Allah SWT, mendapat seperti cahaya dan setelah itu bisa membaca pikiran orang lain.semakin sering mengoceh sendiri, menagis sendiri, dan sekarang bahkan tertawa sendiri.tidak bisa tidur sama sekali karena ada bisikan yang mengganggunya.nafsu makan mulai tergangguita terkadang tidak mau makan.

tidak lagi mendengar suara-suara masih ingin berpuasa tiap hari untuk menebus dosa-dosanya.mau menceritakan penyebab merasa berdosa.

5 hari dirawat 11 hari dirawat

Tidak mau berpuasa setiap hari lagi.masih bisa diampuni Allah dengan bertobatakan sholat di rumah dan berpuasa sehingga rumahnya bisa kembali suci.

DIAGRAMRIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

21