Sharania Case Ujian

37
LAPORAN KASUS UJIAN OS ENDOPTHALMITIS ET CAUSA TRAUMA TUMPUL Pembimbing / Penguji : Dr. Djoko Heru, Sp. M Disusun oleh: Sharania Manivannan 11.2014.182 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS 1

description

n

Transcript of Sharania Case Ujian

LAPORAN KASUS UJIANOS ENDOPTHALMITIS ET CAUSA TRAUMA TUMPUL

Pembimbing / Penguji : Dr. Djoko Heru, Sp. M

Disusun oleh:Sharania Manivannan11.2014.182

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATAUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANARUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUSPERIODE 25 MEI 2015- 27 JUNI 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS KES UJIAN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDARS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Sharania ManivannanNim : 11-2014-182Tandatangan

............................................

Dr Pembimbing / Penguji : Dr Djoko Heru Sp.M

.............................................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama: Tn.BUmur: 29 tahunAgama: IslamPekerjaan: WiraswastaTanggal pemeriksaan: 15 Juni 2015Pemeriksa: Sharania ManivannanModerator: Dr Djoko Heru, Sp.M

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIFAuto anamnesis tanggal: 15 Juni 2015, jam 9.00 a.m

Keluhan utamaMata kiri kelihatan kabur karena terpukul tang waktu lagi mengepel sejak kelmarin sore jam dua.

Keluhan tambahanMata kiri terasa nyeri dan air mata keluar terus sejak kelmarin sore. Pasien juga sering pusing disertai sakit kepala di sebelah kiri sejak masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit sekarangPasien datang ke poliklinik mata RS Mardi Rahayu mengeluh mata kiri kelihatan kabur karena terpukul tang waktu lagi mengepel sejak kelmarin sore jam dua. Pasien mengatakan kelihatan seperti ada bayangan garis putih setelah terpukul tang pada kelopak mata kiri pada jam dua sore. Pasien juga mengeluh mata kirinya terasa nyeri dan air mata keluar terus sejak kelmarin sore jam lima. Pada waktu pagi hari ini, pasien mengeluh mata kirinya terasa mengganjal dan hanya kelihatan seperti ada selaput putih yang menutupi mata kiri. Pasien juga sering pusing disertai sakit kepala di sebelah kiri sejak dirawat inap di RS Mardi Rahayu. Menurut pasien tidak merasakan gatal-gatal dan tidak ada keluhan keluar darah dari mata kirinya melainkan pandangannya yang semakin buram. Riwayat pengobatan mata disangkal. Alergi obat-obatan dan makanan disangkal dan riwayat penggunaan kacamata disangkal.

Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan riwayat darah tinggi dan diabetes mellitus disangkal. Pasien juga mangatakan tidak pernah merokok maupun minum alkohol.

Riwayat Penyakit KeluargaAyah pasien menderita penyakit darah tinggi. Tidak ada ahli keluarga yang lain dengan riwayat hipertensi, diabetes mellitus, stroke maupun gangguan penglihatan.Kesimpulan Anamnesis

ODProsesTraumaLokalisasiKorneaSebabTraumaPerjalananAkutKomplikasiEndofthalmitisIII. PEMERIKSAAN FISIK

Status GeneralisKeadaan Umum: Tampak sakit sedangTanda VitalTekanan darah: 110/80 mmHgNadi: 80x/menitRespiration rate: 22x/menitSuhu: 36,7CKepala: Normosefali, rambut hitam, distribusi merataTelinga: Normotia, serumen (-), secret (-)Hidung: Deviasi septum (-), secret (-)Tenggorokkan: Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemisThoraks Jantung: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)Paru: SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)Abdomen: Nyeri tekan (-), bising usus (+) 6x/menit, supel.Ekstremitas: Akral hangat, udem -/-

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OSOD

Erosi kornea + Perdarahan subkonjunctiva + mix injeksi

ODPEMERIKSAANOS

20/20Visus1/~

Tidak dikoreksiKoreksiTidak dikoreksi

Gerak bola mata normal.Enopthalmus (-)Exopthalmus (-)Strabismus (-)Bulbus OculiGerak bola mata normal.Enopthalmus (-)Exopthalmus (-)Strabismus (-)

Nyeri tekan (-)Edema (-)Hiperemis (-)Blefarospasme (-)Lagopthalmus (-)Ektropin (-)Entropion (-)

Palpebra superior dan inferiorNyeri tekan (+)Edema (+)Hiperemis (+)Blefarospasme (-)Lagopthalmus (-)Ektropin (-)Entropion (-)

Edem (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Bangunan patologis (-)Infiltrat (-)Kemosis (-)Sekret (-)

ConjunctivaEdem (-) Injeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (+) Bangunan patologis (-)Infiltrat (-)Kemosis (-)Sekret kental berwarna putih (+)

Normal, warna putihIkterik (-)ScleraWarna merahIkterik (-)

Bulat, jernihEdem (-) Infiltrat (-)Sikatrik (-)KorneaKeruh, batas irregular, terdapat selaput putih yang menutupi seluruh kornea, erosi (+)Edem (+) Infiltrat (-)Sikatrik (-)

JernihKedalaman cukupHipopion (-)Hifema (-)Camera Oculi Anteriorkedalaman, hipopion, hifema sulit dinilai.

Kripta (-)Warna coklat Edema (-)Sinekia (-)Atrofi (-)

Iris

Sulit dinilai

RegulerLetak sentral,Diameter 3 mmRefleks pupil L/TL : (+/+)

Pupil

Sulit dinilai

jernihLensaSulit dinilai

jernihVitreusSulit dinilai

positifFundus Refleksnegatif

C/D ratio 0.3, Eksudasi (-), arteri : vena = 2:3, perdarahan (-) , neovaskularisasi(-) , eksudasi (-)RetinaSulit dinilai

NormalTekanan Intra OkulerNormal

NormalSistem LakrimasiNormal

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Lab darah rutin: dilakukan untuk mengetahui kadar leukosit apakah terjadi peningkatan sebagai tanda adanya infeksi.Hasil pemeriksaan darah lengkapHaemoglobin11.4 g/dL13.2-17.3

Lekosit9.59 10^3/ul3.6-11.0

DIFF COUNTEosinofil0.30

1-3

Basofil0.200-1

Neutrofil65.4050-70

Limfosit27.1025-40

Monosit7.002-8

Pemeriksaan kadar gula darah: dilakukan untuk memantau keadaan gula darah pasien.Hasil Gula Darah Sewaktu87 mg/dL ( N: 75-110) Pemeriksaan tonometri: dilakukan untuk memantau tekanan intraokuler pasienHasil: (+) Normal

VI. RESUMESubjektif

Pasien datang ke poliklinik mata RS Mardi Rahayu mengeluh mata kiri kelihatan kabur karena terpukul tang waktu lagi mengepel sejak kelmarin sore jam dua. Pasien mengatakan kelihatan seperti ada bayangan garis putih setelah terpukul tang pada kelopak mata kiri pada jam dua sore. Pasien juga mengeluh mata kirinya terasa nyeri dan air mata keluar terus sejak kelmarin sore jam lima. Pada waktu pagi hari ini, pasien mengeluh mata kirinya terasa mengganjal dan hanya kelihatan seperti ada selaput putih yang menutupi mata kiri. Pasien juga sering pusing disertai sakit kepala di sebelah kiri sejak dirawat inap di RS Mardi Rahayu. Menurut pasien tidak merasakan gatal-gatal dan tidak ada keluhan keluar darah dari mata kirinya melainkan pandangannya yang semakin buram. Obyektif Pada pemeriksaan ophtalmologis :OD ditemukan : dalam batas normalOS ditemukan : Visus OS: 1/~ Palpebra: edema, nyeri tekan, hiperemis Konjungtiva: hiperemis, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva, terdapat sekret kental berwarna putih. Sklera: berwarna merah Kornea: keruh, edem, batas irregular, terdapat selaput putih yang menutupi seluruh kornea, erosi (+) COA: kedalaman, hipopion, hifema sulit dinilai. Fundus refleks: negatif

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. OS Endopthalmitis et causa trauma tumpul2. OS Contusio Oculli dengan suspek ablatio retina3. OS Katarak Traumatik

VIII. DIAGNOSIS KERJA

OS Ruptur Bulbi et causa Trauma TumpulDasar diagnosis:Subjektif Nyeri pada bola mata dan air mata keluar terus Penurunan tajam penglihatan Nyeri kepala di bagian kiri mata kirinya terasa mengganjal dan ada selaput putih yang menutupi mata kiri

Objektif Visus OS: 1/~ Palpebra: edema, nyeri tekan, hiperemis Konjungtiva: hiperemis, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva, terdapat sekret kental berwarna putih. Sklera: berwarna merah Kornea: keruh, edem, batas irregular, terdapat selaput putih yang menutupi seluruh kornea, erosi(+) COA: kedalaman, hipopion, hifema sulit dinilai. Fundus refleks: negatif

IX. PENATALAKSANAANMedica Mentosa.1. Kompres mata kiri dengan Nacl steril2. Infus mannitol 100cc dan ringer laktat (20 tetes per menit)3. Tobro ed 61 tts ODS merupakan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi sekunder.4. SA 1% 31 OS sebagai sikloplegik untuk merelaksasikan iris sehingga mengurangi nyeri dan mencegah sinekia posterior.5. Timolol 0,5% 21 OS sebagai agen penghambat beta adrenergik yang mengurangi efek saraf simpatis dalam mendilatasi pupil.6. Doksisiklin 2100 mg merupakan antibiotik sistemik untuk memperkuat efek antibiotik topikal.7. Vit C 2000 mg untuk membantu reepitelialisasi kornea dan mempercapat penyembuhan.8. Oculotect eg 41 ODS untuk mencegah kekeringan mata dan mempercepat reepitelialisasi kornea.9. Repithel eo 41 ODS merupakan air mata buatan dengan kandungan vitamin A untuk mempercepat reepitelialisasi kornea.10. Glaukon 2250 mg merupakan agen antiglaukoma yang bekerja sebagai inhibitor karbonik anhidrase sehingga dapat mengurangi produksi humor aqueous.

Sosial Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibatRasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi, biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas. Operatif Eviserasi Bulbi

X. PROGNOSISODOS Ad Vitam ad bonam dubia ad malam Ad Fungsionamad bonamad malam Ad Sanationamad bonam dubia ad malamAd Cosmetikumad bonamdubia ad malam XI. USUL

a) Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak.b) USG orbita pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan informasi tentang status dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda asing intraokuler, deteksi benda asing non metalik, deteksi perdarahan koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub retina.c) CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita, deteksi adanya benda asing intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya atau derajat kerusakan periokuler, keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan subdural.d) MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi pada benda asing yang terbuat dari metal.XII. SARAN

Awasi tanda-tanda vital dan skala nyeri Anjurkan tirah baring Pemberian alat pelindung pada mata untuk menghindari trauma dan tekanan lebih lanjut. Jika pasien belum menerima imunisasi tetanus dalam 5 tahun terakhir, perlu diberi imunisasi tetanus. Tindakan bedah, jika persepsi cahaya pasien nol (0) dan temuan yang ada mengarah pada trauma okuler ekstrim atau infeksi seperti endofthalmitis. Hindari pekerjaan berat dan gunakan obat secara rutinJaga kebersihan mata dan hindari mata dari air, debu, sinar matahari, mengucak mata.

Tinjauan PustakaEndopthalmitis et causa Trauma tumpulLatar BelakangTrauma okuli bisa merupakan penyebab kebutaan unilateral yang umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, mereka yang termasuk dalam golongan umur ini merupakan bagian terbesar penderita cidera. World Health Organization (WHO) memperkirakan 55 juta trauma okuli terjadi setiap tahun. Dari jumlah ini, 750 ribu membutuhkan perawatan di bangsal rumah sakit, kira-kira 200 ribu merupakan trauma bola mata terbuka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 10 % pasien rawat inap di bangsal mata, disebabkan oleh trauma (Supartoto, 2007).Secara umum trauma mata dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam), trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa) (Rahman, 2009). Trauma tumpul sering terjadi pada kasus-kasus trauma okuli. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa kontusio (trauma tertutup) atau jika gaya yang mengenai orbita sangat kuat dapat mengakibatkan ruptur bola mata (trauma terbuka) (Supartoto, 2007). Trauma tumpul pada mata yang berupa kontusio dapat disertai dengan hifema. Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata. (Sankar, 2002). 1Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.Trauma tumpul, meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang berat, tetapi transfer energi yang dihasilkan dapat memberi konsekuensi cedera yang fatal. Kerusakan yang terjadi bergantung kekuatan dan arah gaya, sehingga memberikan dampak bagi setiap jaringan sesuai sumbu arah trauma. Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan disekitar mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata. Baik kontusio maupun konkusio dapat menimbulkan kerusakan jaringan berupa kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. Menurut Duke-Elder, kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak kerusakan mata, dari palpebra sampai dengan saraf optikus.2 Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa, luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur koroid, serta avulsi papil saraf optik. Jika komplikasi tersebut keluar maka terapi yang diberikan juga meliputi penanganan terhadap komplikasi yang timbul.Anatomi dan FisiologiA.KorneaKornea adalah selaput bening mata yang dapat tembus cahaya, dan merupakan jaringan penutup bola mata sebelah depan yang terdiri dari :1. Epitel, terdiri dari 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih. Satu lapis sel basal, sel polygonal, dan sel gepeng.2. MembraneBowman, merupakan kolagen yang tersusun tidakteratursepertistroma.MembraneBowmaniniterletakdibawah membrane basal epitel kornea.3. Stroma, terdiriatas lamel yang merupakansusunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya.4. Membranedescement,merupakanmembraneaseluler,bersifat sangat elastik.5. Endotel,yangberasaldarimesotelium,berlapissatu,berbentuk heksagonal. Korneadisarafiolehbanyaksarafsensoristerutamaberasal dari saraf siliar longus dan saraf nasosiliar,masukkedalamstromakornea, menembusmembranebowmanmelepaskanselubungschwannya.Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu3bulan.Traumaataupenyakityangmerusakendotelakanmengakibatkansistempompaendotelterganggusehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakantempatpembiasansinarterkuat,dimana40dioptridari50dioptripembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1Fisiologi KorneaKornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air sekaligus.1,2Konjungtiva Konjungtiva adalah membran yang tipis dan transparan yang melapisi permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Arteri konjungtiva berasal dari arteri cilliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas, dan bersama banyak vena konjungtiva membentuk jaring-jaring vaskular konjungtiva yang sangat banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan oftalmik pertama nervus V. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit. Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan non spesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA. Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu:1. Penghasil musin.a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal. b.Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas darikonjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.c.Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.22. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik.Lensa MataLensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi. Lensa berbentuk cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa secara terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya seat di bagian sentral sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang paling tua. Di bagian luar nukleus terdapat serat yang lebih muda disebut korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus disebut korteks anterior, sedangkan yang di belakang nukleus disebut korteks posterior. Nukleus memiliki konsistensi yang lebih keras dibandingkan korteks. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh equatornya pada badan siliar. Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu:a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung.b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.c. Terletak di tempatnyaKeadaan patologik lensa dapat berupa:1. Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi.2. Keruh atau disebut katarak.3. Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi.3Trauma KorneaTrauma kornea adalah segala bentuk perlukaan yang mengenai kornea, yang menyebabkan kerusakan baik sebagian maupun keseluruhan lapisan kornea. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata, mulai dari erosi kornea, laserasi sampai perforasi kornea.3Erosi korneaErosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel kornea memudahkan kuman menyerang kornea sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder. Erosi kornea sering kali diawali dengan trauma pada mata. Segera sesudah trauma atau masuknya benda asing, penderita akan merasa sakit sekali, akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata menjadi berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Dapat pula disertai dengan blefarospasme, yaitu kelopak mata menjadi kaku dan sulit dibuka. Kornea memiliki sifat penyembuhan yang luar biasa. Epitel yang berdekatan dapat mengembang untuk mengisi daerah yang luka, biasanya dalam waktu 24-48 jam. Lesi yang murni pada epitel sering sembuh dengan cepat dan tanpa jaringan parut, sementara lesi yang menembus hingga lapisan Bowman lebih cenderung meninggalkan bekas luka permanen. Penegakkan diagnosis pada kasus erosi kornea dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik terutama pada mata, serta pemeriksaan tambahan seperti tes fluoresein. Kertas tes fluoresein dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea.4Laserasi korneaLaserasi kornea adalah luka pada keseluruhan tebal dinding kornea yang disebabkan oleh benda tajam. Bila sampai terjadi robekan kornea, akan terjadi pengeluaran isi bola mata dimulai dari lapisan yang paling depan. Keluarnya bagian bola mata di sebut dengan prolaps. Bila yang keluar iris maka disebut prolaps iris. Robekan kornea bila sembuh akan menimbulkan sikatrik yang disebut Lekoma cornea, apabila iris ikut melekat kearah cornea karena proses penyembuhan disebut lekoma adheren. Synechia anterior yang terjadi dapat menyebabkan aliran aquos terganggu, menyebabkan glaucoma sekunder. Kenaikan TIO yang terjadi selama proses penyembuhan akan di teruskan ke seluruh penjuru, karena bagian lekoma paling lemah, maka peningkatan TIO menimbulkan penonjolan disebut stapyloma cornea. Penatalaksanaan laserasi berdasarkan beratnya laserasi dan komplikasi: Laserasi kornea kecil: tidak membutuhkan penjahitan karena bisa menyembuh sempurna atau dengan bantuan lensa kontak yang seperti perban lembut. Laserasi kornea ukuran medium: biasanya membutuhkan jahitan terutama jika COA datar. COA yang datar dapat kembali berubah semula secara spontan jika kornea telah dijahit, jika tidak, harus dikembalikan dengan solusio garam seimbang. Bandage contact lens post operatif juga berguna selama beberapa hari untuk meyakinkan bahwa COA tetap dalam. Laserasi kornea dengan inkarserasi irisManajemen tergantung dari durasi dan luasnya inkarserasi.Kebocoran kecil dari inkarserasi yang baru terjadi dapat digantikanoleh konstriksi pupil dengan intrakamera Miochol. Inkarserasi irisyang besar harus di absisi terutama jika iris terlihat non-viabel. Laserasi tanpa prolaps jaringanJika bola mata ditembus dari depan tanpa adanya bukti prolaps intraocular dan jika lukanya bersih dan kelihatan bebas dari kontaminasi, biasanya dapat diperbaiki dengan jahitan interrupted menggunakan benang silk atau catgut. Bekuan darah dapat dibersihkan dengan mudah dari bilik depan dengan irigasi kemudian bilik di bentuk kembali setelah kornea diperbaiki dengan injeksi dari larutan salin atau air. Midriatik sebaiknya diberikan dan larutan antibiotic harus dimasukkan ke dalam kantung konjungtiva lalu pinggir mata diplester. Pasien harus tirah baring untuk beberapa hari dan antibiotik sistemik diberikan untuk mengurangi infeksi intraocular.4 Laserasi dengan prolapsJika sebagian kecil dari iris prolaps melalui luka, maka harus dipegang dengan forsep dan dipotong tepat pada batas luka. Jaringan uveadalam jumlah yang sedikit juga dapat dibuang dengan cara yang sama. Luka harus ditutup dengan cara yang sama seperti menutup luka pada laserasi tanpa prolaps. Jika jaringan uvea mengalami cedera, maka ophtalmia simpatetik kemungkinan akan muncul. Jika lukanya luas dan kehilangan isi intraocular berat sehingga prognosis fungsi mata buruk, maka eviserasi dan enukleasi diindikasikan sebagai prosedur pembedahan utama.3,4 Laserasi kornea dengan kerusakan lensaDiterapi dengan menjahit laserasi dan memindahkan lensa dengan phacoemulsification atau dengan vitreus cutter jika vitreus terlibat.Laserasi sklera anterior yang tidak melewati bagian posterior terhadap insersi otot ekstraokular mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada lesi yang lebih posterior dan melibatkan retina. Luka pada sklera anterior dapat berhubungan dengan komplikasi serius seperti prolaps uvea dan inkarserasi vitreus. Inkarserasi vitreus meskipun dengan manajemen yang tepat, dapat menimbulkan traksi vitreoretina dan ablasio retina. Setiap usaha harus dikerjakan untuk reposit jaringan uvea viabel yang terekspos dan memotong vitreus yang prolaps.4ENDOFTHALMITISPendahuluanEndophthalmitis merupakan inflamasi atau radang pada bagian dalam bola mata termasuk rongga orbita yang diisi oleh cairan seperti gel yang bersifat transparan yang disebut Vitreus Humor dan juga mengenai Aqueous Humor. Inflamasi juga melibatkan jaringan disekitarnya yang berpengaruh terhadap fungsi penglihatan. Pada banyak kasus, penyebab dari inflamasi ini adalah infeksi (dapat oleh bakteri, jamur,virus ataupunparasit). Noninfectious(sterile)endophthalmitisdapatdisebabkan olehberbagai faktor seperti post operasi katarak atau adanya agen toksik. Di Amerika, penyebab endophthalmitis terbanyak adalah infeksi bakteri post operasi mata, sepertioperasikatarak atauglaukoma.Bakterijugadapatmasukbilaterjaditraumayang menembus pada mata. Yang jarang terjadi adalah penyebaran infeksi dari darah yang dapat menuju ke matadisebut hematogenous endophthalmitis. Ada 2 tipe endophthalmitis : Endogenous endophthalmitisPenyebaraninfeksi secara hematogen dari tempat asalatau sumber infeksi (contohendocarditis).5 Exogenous endophthalmitisPatofisiologiInokulasi langsung infeksi sebagai komplikasi dari operasi mata, adanya benda asing, taruma tumpul atau trauma tajam pada mata. Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi karena respon imun. Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat menyebar ke jaringn lunak dari mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari bola mata dapat menyebabkan Exogenous endophthalmitis (misalnya : operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy).6EpidemiologiEndophthalmitis endogenous jarang ditemukan, terjadi 2 15 % dari seluruh kasus endophthalmitis. Insiden rata-rata pertahun adalah 5 dari 10.000 pasien yang dirawat. Biasanya mata kanan lebih sering terkena daripada mata kiri karena terletak lebih proximal atau lebih dekat denagn peredaran darah arteri Inominata kanan yang juga menuju arteri carotis kanan. Sejak tahun 1980, terjadi peningkatan infeksi candida pada pengobatan dengan yang dilakukan secara IV. Pada saat ini peningkatan resiko terjadinya infeksi disebabkan antara lain oleh penyakit AIDS, peningkatan penggunaaan obat-obat imunosupresan dan prosedur operasi yang invasif (seperti transplantasi sumsum tulang). Sekitar 60 % kasus Exogenous endophthalmitis terjadi setelah intraocular surgery. Pada 3 tahun terakhir ini di Amerika terjadi peningkatan komplikasi post cataract endophthlamits. Post traumatic endophthalimitis terjadi pada 4 13 % dari seluruh kasus trauma tajam mata. Gangguan atau perlambatan penyembuhan pada trauma tajam mata meningkatan resiko terjadinya endophthlamitis. Insiden endophthalmitis karena adanya intraocular foreign body adalah 7 31 %.6Gambar ini menunjukkan edema kornea akibat trauma tumpul.

Gejala KlinikEndophtalmitis dapat memberikan gejala yang dikeluhkan secara subyektif seperti : Penurunan tajam penglihatan. Sakit pada mata dan iritasi. Mata merah. Sakit kepala. Fotofobia. Adanya sekret.Gejala yang paling sering ditemukan pada endophtalmitis adalah kehilangan penglihatan. Biasanya gejala yang timbul tergantung dari penyebab-penyebabnya. Postoperative endophthalmitis.Pada kasus ini problem yang serius adalah kehilangan penglihatan yang permanen. Gejala biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan terjadinya infeksi, dini (6 minggu ataukurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi. Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis pada mata yang terlibat, sakit pada mata setelah operasi, mata merah dan pembengkakan kelopak. Gejala pada stadium lanjut biasnya lebih berat pada stadium dini. Seperti penglihatan buram, penurunan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan sakit yang berat pada mata.5,6 Post traumatic endophthalmitisGejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan pembengkakan kelopak. Hematogenous endophthalmitisPada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan masuk ke dalam mata, gejalanya akan timbul perlahan-lahan/ bertahap dan lebih ringan. Sebagai contoh, pasien mungkin tidak akan mengeluh penglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya akan terlihat floaters berwarna hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan. Penemuan dari pemeriksaan fisik berhubungan dengan struktur mata yang terlibat dan derajat dari infeksi atau inflamasi. Pemeriksaan mata harus dilakukan dengan cermat termasuk pemeriksaan visus, pemeriksaan external, pemeriksaan dengan funduskopi, dan slit lamp biomicroscpy. Penemuan-penemuan yang dapat ditemukan secara objektif adalah : Pembengkakkan dan eritema kelopak mata. Injeksi conjungtiva dan siliar . Cornea oedema. Hipopion ( adanya sel dan exudat karena inflamasi pada bilik mata depan). Tanda dini berupa Roths spot (bercak bulat, putih paad retina yang dikelilingi perdarahan). Retinal periphlebitis. Vitreitis. Chemosis. Penurunan atau hilangnya red refleks. Proptosis. Papilitis. Cotton-wool spots. White lesion di koroid dan retina. Uveitis kronis. Vitreal mass dan debris.

Penyulit endophthalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retinakoroid dan sklera) dan badan kaca akan mengakibatkan panophthalmitis. Panophthalmitis sendiri mempunyai penyulit yaitu terbentuknya jaringan granulasi disertai vaskularisasi dari koroid. Panophthlamitis dapat berakhir dengan terbentuknya fibrosis yang akan menyebabkan phtisis bulbi. Biasanya pada kasus ini membutuhkan terapi enukleasi.7

Tabel 1 menunjukan perbedaan antara endofthalmitis dan panopthalmitis.EtiologiOrganisme gram-positif merupakan penyebab 56 90 % dari seluruh endophthalmitis. Organisme yang merupakan penyebab terbanyak adalah Staphylococcus epidermitis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus. Gram-negatif seperti Pseudomonas, Escherichiacoli dan Enterococcus biasanya ditemukan pada trama tajam mata.7 Endogenous endophthlamitisPada penderita Diabetes Melitus, gagal ginjal kronik, kelainan katup jantung, sistemik lupus eritematosus, AIDS, leukimia, keganasan gsartointestinal, neutropenia, lymphoma, hepatitis alkoholik, transplantasi sumsum tulang meningkatkan resiko terjadinya Endogenous endophthalmitis. Prosedur-prosedur invasif yang dapat menyebabkan bakterimia seperti hemodialisis,kateterisasi vesika urinaria, endoskopi gastrointestinal, total perenteral nutrition, kemoterapi, dan dental prosedur dapat menyebabkan endophthalmitis. Operasi atau trauma nonocular yang baru terjadi, prostetic katup jantung, imunosupresan, dan pemakaian obat-obat IV merupakan predisposisi terjadinya endogenous endophthalmitis. Sumber infeksi endogen pada endophthlamitis adalah meningitis, endocarditis,infeksi saluran kemih, dan infeksi berat. Faringitis, infeksi paru, septik artritis, pielonefris, dan intraabdominal abses juga terlibat sebagai sumber infeksi. Organisme jamur terdapat pada 50% dari seluruh kasus endogenous endophthlamitis. Frekuensi Candida albicans adalah 78 80 % dari kasus penyebab jamur. Penyebab terbanyak ke-2 adalah Aspergilosis, terutama pada pengobatan secara IV. Penyebab yang jarang adalah Torulopsis, Sporotrichum, Cryptococcus, Coccidiodes, dan spesies Mucor. Organisme gram-positif merupakan penyebab tersering dari endogenous endopthlamitis. Bakteri tersering adalah Staphylococcus aureus yang biasanya trelibat pada infeksi kulit atau penyalit sistemik kronis seperti Diabetes Melitus atau gagal ginjal. Spesies Streptococcus seperti Streptococcus pneumonia, streptococcus viridans dan group A Streptococcus juga sering sebagai penyebab. Spesies Streptococcal lain, misalnya group B pada bayi baru lahir dengan meningitis atau group G pada pasien dewasa dengan infeksi berat atau keganasan, juga telah diisolasi. Bacillus cereus terlibat dalam infeksi melalui penggunaan obat-obatan secara IV. Spesies Clostridium mempunyai hubungan dengan keganasan usus. Bakteri Gram-negatif merupakan bakteri penyebab yang lain. E coli adalah yang tersering. Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Klebsiela pneumonia, Serratia spesies dan Pseudomonas aeruginosa juga dapat menyebabkan endogenuos endophthlamitis.6,7 Exogenous endophthlamitisOrganisme yang normal berada di conjungtiva, kelopak mata, ataupun bulu matayang terlibat sewaktu operasi dapat menyebabkan postoperative endophthalmitis. Pada banyak kasus exogenous endophthalmitis terjadi karena komplikasi dari postoperasi atau trauma pada mata. Pada kasus ini, organisme gram-positif merupakan penyebab terbanyak sekitar 56-90% yaitu Staphylococcus yang merupakan flora conjungtiva yang normal; organisme gram-negatif terdapat pada 7-29 %; dan jamur ditemukan pada 3-13 % kasus. Penyebab tersering pada exogenous endophthalmitis adalah Staphylococcus epidermitis, yang merupakan flora normal dari kulit dan conjungtiva. Bakteri garm-negatif lainnya adalah S aureus dan Streptococcal species. Penyebab terbanyak organisme gram-negatif yang berhubungan dengan postoperativeendophthalimitis adalah P aueruginosa, Proteus dan Haemophils species. Walaupun jarang, berbagai macam jamur dapat menyebabkan postoperative endophtalmitis termasuk Candida, Aspergillus dan Penicillium species. Pada traumatic endophthalmitis, bakteri atau jamur biasanya terlibat sewaktu trauma. Pada trauma biasanya benda-benda sekitar yang menjadi penyebab sudah terkontaminasi oleh berbagai agen yang infeksius. Staphylococcal, Streptococcal dan Bacillus species biasanya merupakan penyebab dari traumatic endophthalmitis. Baureus terlibat dalam 25 % kasus traumatic endophthalmitis. Adanya riwayat trauma tajam dengan benda asing intraokular yang terkontaminasi oleh bahan-bahan organik dapat melibatkan Bacillus species.8PenatalaksanaanKetika diagnosa sudah dapat ditetapkan, konsultasi ke ahli mata atau ophthalmologist sangat diperlukan. Penatalaksanaan tergantung pada penyebab utama dari endophthalmitis. Walaupun banyak sumber yang mengungkapkan tentang berbagai pengobatan, pada umumnya semua menggunakan prinsip yang sama. Penatalaksanaan pada postoperative endophtalmitis terdiri dari, Pars plana vitrectomy atau aspirasi vitreous mungkin akan dianjurkan oleh ophthalmologist yang diikuti dengan injeksi antibiotik intravitreal (misalnya :vancomycin, amikacin, ceftazidine) Dipertimbangkan antibotik sistemik atau steroid intravitreal. Pasien dengan postoperative endophthalmitis mungkin tidak dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Tetapi keputusan tersebut sangat tergantung dari ophthalmologist.Penatalaksanaan pada traumatic Endophthalmitis adalah Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit Tangani ruptur bola mata (bila ada) Antibiotik sistemik termasuk vancomycin, aminoglikosid atau cefalosporin generasike-3. pertimbangkan clindamycin bila ditemukan Bacillus spasies. Antibotik topikal Antibiotik intravitreal mungkin diperlukan. Pertimbangkan pars plana vitrektomi Imunisasi tetanus bila sebelumnya belum pernah diimunisasi. Siklopegik mungkin diperlukan.8PencegahanJika anda pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak, anda dapat menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah operasi dan melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur. Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, gunakan pelindung mata saat bekerja dan pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari debris industri yang dapat menembus mata.7.8PrognosisPrognosisnya sangat bervariasi karena banyaknya organisme yang terlibat. Ketajaman visus saat pertama kali di diagnosa dan agen penyebab dapat memprediksi prognosis. Prognosis dari endogenous endophthalmitis biasanya lebih buruk dibandingkan exogenous endophthalmitis, karena organisme yang menyebabkannya lebih virulen,terjadi keterlambatan diagnosis, dan biasanya terjadi pada pasien yang imunokompromise. Pada penelitian retrospective, hanya sekitar 40 % pasien mengalami perbaikan visus menjadi dapat menghitung jari atau lebih. Pada endophthalmitis vitrectomy study group, 74 % pasien mengalami perbaikan visus menjadi 20/100 atau lebih. Prognosis juga bergantung pada adanya penyakit yang mendasari, dimana pada suatu penelitian terbukti prognosis yang buruk pada pasien dengan diabetes melitus. Prognosis endophthalmitis sangat buruk bila disebabkan jamur atau parasit.KesimpulanEndoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intraokular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera, dan kapsula tenon. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi supuratif, non supuratif dan endoftalmitis fakoanafilaktik,Penyebab endoftalmitis dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu infeksi yang dapat bersifat endogen dan eksogen serta yang disebabkan oleh imunologis. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam penglihatan, nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea.8DAFTAR PUSTAKA1. Doyle J. 2009. Patient options after a ruptured globe in JournalofOphthalmicMedical Technology : Vol 5 Number 2 August 2009.2. Acerra J.R. 2012. Globe Rupture. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/798223-overview#a0104 pada 16 Juni 20153. Acerra J.R. 2012. Globe Rupture Clinical Presentation. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/798223-clinical#a0217pada 16 Juni 2015.4. Gerstenblith A.T dan Rabinowitz M.P. 2012.The Wills eye manual: office andemergency room diagnosis and treatment of eye disease sixth edition.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Pp: 46-75. Schueler, S.J. Beckett J.H. Gettings D.S. 2011. Ruptured Globe Symptoms. Diunduh dari http://www.freemd.com/ruptured-globe/symptoms.htm pada 16 Juni 2015.6. Schueler, S.J. Beckett J.H. Gettings D.S. 2011. Ruptured Globe Symptoms.http://www.freemd.com/ruptured-globe/symptoms.htm7. Smiddy W.E. 2002. Ruptured Globe in Singh K. Smiddy W.E. Lee A.G.Ophthalmology Review: A Case-Study Approach. New York: Thieme Medical Publishing. Pp: 223-6.8. Miller, JW. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com pada tanggal 15 Juni 2015.

18