Prisca - Status Psikiatri Ujian (Repaired)

25
STATUS PSIKIATRI Nama : Prisca Ockta Putri NPM : 110.2009.220 Tanda Tangan ……………………… Pembimbing : dr. Ismoyowati, Sp.KJ Penguji : 1. dr. Priyanto, Sp.KJ 2. dr. Galianti, Sp,KJ ……………………... ……………………... Nomor Rekam Medis : 02-xx-xx Nama Pasien : Nn. S Nama dokter yang merawat : dr. Salikur Kartono, Sp.KJ Tanggal masuk : 18 Februari 2015 Rujukan/datang sendiri/keluarga : Diantar oleh keluarga pasien I. IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Nn. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 20 tahun Status Perkawinan : Belum menikah Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan : Mahasiswi Bangsa/ Suku : Indonesia / Betawi 1

description

sa

Transcript of Prisca - Status Psikiatri Ujian (Repaired)

STATUS PSIKIATRI

Nama : Prisca Ockta Putri

NPM : 110.2009.220

Tanda Tangan

………………………

Pembimbing : dr. Ismoyowati, Sp.KJ

Penguji : 1. dr. Priyanto, Sp.KJ

2. dr. Galianti, Sp,KJ

……………………...

……………………...

Nomor Rekam Medis : 02-xx-xx

Nama Pasien : Nn. S

Nama dokter yang merawat : dr. Salikur Kartono, Sp.KJ

Tanggal masuk : 18 Februari 2015

Rujukan/datang sendiri/keluarga : Diantar oleh keluarga pasien

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Nn. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 20 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Mahasiswi

Bangsa/ Suku : Indonesia / Betawi

Agama : Islam

Alamat : DKI Jakarta

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Autoanamnesis:

Hari Kamis, tanggal 26 Februari 2015, pukul 10.00, di ruang Cempaka RSJSH.

Alloanamnesis:

Alloanamnesis dilakukan dengan Ny. T (Ibu kandung pasien) pada hari Kamis,

tanggal 26 Februari 2015, pukul 17.30 di ruang Cempaka RSJSH.

1

A. Keluhan Utama

Pasien datang diantar oleh keluarganya karena mengamuk dengan merusak

barang-barang yang ada di dalam rumah sejak 1 hari SMRS.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang diantar oleh keluarganya ke RSJSH pada tanggal 18 Februari 2015

karena pasien mengamuk dengan merusak barang-barang yang ada di dalam rumah

sejak 1 hari SMRS. Pasien juga mengalami susah tidur, tidak mau makan, tidak mau

mandi, berbicara sendiri, bicara nya kacau, dan marah-marah tanpa sebab yang jelas

serta curigaan. Gejala seperti ini mulai terlihat 2 minggu terakhir, namun menurut

pengakuan ibu pasien, semakin hari kondisi pasien semakin parah dan tidak

terkendali.

Pasien mengaku sering mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk

menghilangkan semua nafsu dunia dan menyuruh pasien untuk tidak melakukan

kegiatan apapun seperti mandi, makan, dan sholat. Pasien mengatakan sering

melihat setan yang wujud nya mirip dengannya. Pasien merasa dibicarakan oleh

banyak tetangga dekat rumah karena pasien dianggap sombong dan tidak mau

bergaul. Pasien juga merasa kalau tetangganya iri terhadap pasien karena pasien

berasal dari keluarga yang kaya dan memiliki rumah besar. Pasien juga merasa kalau

teman-teman di kampus sering membicarakan hal buruk tentang dirinya. Pasien

menganggap teman-temannya tidak suka terhadap pasien karena pasien sering diajak

bercanda oleh teman-teman lelaki di kampus. Pasien mengaku kalau pikiran pasien

bisa dibaca oleh Mr. Zawawi yang merupakan ahli kitab dan orang pintar. Menurut

pasien, Mr. Zawawi bisa membaca pikirannya karena menyayangi dan ingin

melindunginya.

Pasien mengatakan kalau di rumah memiliki kamar rahasia yang tidak boleh

ditempati oleh orang lain dan diisi barang-barang. Pasien merasa ada yang suka

mengintip dan memasuki kamar rahasianya. Pasien mengaku kalau tidak suka

keramaian dan lebih suka menyendiri di kamar rahasianya. Pasien mengatakan

bahwa dirinya sakit seperti saat ini karena tetangga pasien yang suka membicarakan

hal buruk tentang dirinya dan tidak menyukainya. Pasien mengaku suka menulis

cerita pendek dan ingin membuat sebuah tulisan.

Menurut pengakuan ibu pasien, tetangga di rumah tidak ada yang suka

membicarakan pasien, mereka baik dan tidak pernah bermasalah dengan keluarga

2

pasien. Ibu pasien juga mengatakan kalau pasien suka berbicara sendiri dan marah-

marah, dan curiga terhadap orang lain.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Gangguan Psikiatrik

Pada bulan Februari 2014, pasien pernah mengalami keluhan dan gejala yang

sama seperti sekarang ini. Awalnya pasien mengikuti kegiatan kampus dengan

teman-temannya ke gunung. Namun setelah pulang dari kegiatan kampus

tersebut, pasien mengalami perubahan perilaku. Menurut pengakuan ibunya,

pasien sering berbicara sendiri, marah-marah dan mengamuk, mendengar suara-

suara bisikan yang tidak tahu asalnya dari mana dan pasien juga mengalami sulit

tidur serta tidak mau makan. Pasien dibawa ke pengobatan alternatif untuk

diobati, namun tidak ada perubahan. Kemudian pasien dibawa ke RSJSH untuk

berobat dan pasien sempat dirawat inap selama 5 hari. Setelah pulang dari rawat

inap, pasien rajin kontrol ke poliklinik dan rutin meminum obat. Keluhan pun

berkurang dan semakin lama menghilang. Karena sudah capek minum obat dan

merasa sudah sembuh, pasien tidak mau lagi meminum obat. Pasien putus obat

sejak bulan Agustus 2014. Pada bulan November 2014, pasien kambuh dan

mengalami gejala yang sama seperti sebelumnya. Akhirnya pasien dibawa ke

poliklinik untuk berobat namun pasien hanya bertahan minum obat selama dua

minggu. Begitu obat habis, pasien tidak mau kontrol ke poliklinik lagi. Pada

bulan Februari 2015, gejala pasien kambuh lagi. Pasien mengamuk-ngamuk

hingga merusak barang-barang yang ada di rumah, akhirnya pasien di bawa

kembali ke RSJSH untuk dirawat. Riwayat gangguan depresi seperti mengurung

diri,, merasa murung dan sedih yang menyebabkan menurunnya aktifitas pasien

sehari-hari yang terjadi selama lebih 2 minggu disangkal.

2. Riwayat Gangguan Medik

Pasien tidak pernah menderita sakit yang serius. Riwayat kecelakaan, trauma

kepala dan kejang disangkal. Riwayat penyakit diabetes, hipertensi, demam

tinggi disangkal.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien sebelumnya tidak pernah merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol

dan menggunakan obat-obatan terlarang.

3

D. Riwayat Perjalanan Penyakit

Februari 2014 Agustus 2014 November 2014 Februari 2015

Sering bicara dan

tertawa sendiri.

Marah-marah, bicara

kacau, tidak bisa tidur,

tidak mau makan, ada

mendengar bisikan,

ada rasa curiga

terhadap orang lain.

Pasien dibawa ke

pengobatan alternatif

namun gejala tidak

berkurang, kemudian

pasien di rawat di

RSJSH selama 5 hari.

Kemudian pasien rutin

kontro ke poliklinik

dan minum obat

teratur.

Pasien tidak

mau lagi

minum obat.

Menurut

pengakuan ibu

pasien karena

pasien sudah

capek

mengkonsumsi

obat terus

menerus dan

sudah merasa

sembuh.

Pasien mulai kembali sering

bicara dan tertawa sendiri,

bicara kacau, tidak bisa tidur,

tidak mau makan, sering

mengamuk dan mendengar

bisikan yang tidak jelas, sering

marah-marah, ada rasa curiga

dengan tetangganya. Merasa

dikejar-kejar oleh orang yang

tidak dikenal. Kemudian

dibawa ke poliklinik untuk

berobat kembali. Namun

setelah obat habis, pasien tidak

mau kontrol ke poliklinik lagi

karena merasa sudah sembuh.

Pasien mulai kembali sering

bicara sendiri, bicara kacau,

tidak bisa tidur, tidak mau

makan, sering mengamuk

dan merusak barang-barang

di dalam rumah, mendengar

bisikan yang menyuruhnya

untuk menghilangkan semua

nafsu dunia dan tidak

melakukan apapun. Pasien

juga sering merasa curiga

terhadap orang lain. Teralhir

pasien mengamuk hingga

merusak barang-barang yang

ada di rumah sehingga pasien

dibawa ke RSJSH untuk

dirawat.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Perkembangan Fisik :

Pasien dilahirkan normal dan tidak ada komplikasi selama kehamilan. Pasien

merupakan anak yang diinginkan, dan merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan di rumah bersalin. Tidak

ada komplikasi persalinan, trauma lahir dan cacat bawaan. Selama

perkembangannya pasien tidak pernah sakit yang berat, kecelakaan, kejang, atau

trauma kepala. Ibu pasien mengatakan pasien tumbuh dan berkembang dengan

baik dan normal seperti anak yang lainnya.

4

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian

a. Masa Kanak

Pasien sejak kecil diasuh oleh kedua orang tuanya dan mendapatkan ASI.

Pasien tidak pernah mengalami kejang ataupun trauma pada kepala saat

kecil. Pasien merupakan anak yang penurut dan tidak melawan orang tua.

Pasien mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik terhadap

lingkungan sekitar. Pasien tidak memiliki masalah di lingkungan sosial nya.

b. Masa Remaja

Saat pasien menjadi siswi SMP, pasien mulai lebih suka menyendiri, tidak

memiliki banyak teman karena pasien malas bergaul dengan lingkungan

sekolah maupun lingkungan sekitar rumahnya. Semenjak menjadi siswi

SMP, pasien menjadi pribadi yang tertutup. Namun pasien termasuk anak

yang rajin belajar dan berprestasi di sekolah nya.

c. Masa Dewasa

Pribadi pasien yang tertutup berlanjut hingga saat ini. Pasien mulai

mengalami sakit sejak memasuki bangku kuliah pada saat sedang menjalani

semester awal. Hubungan pasien dengan teman-teman dan tetangga

lingkungan sekitar kurang baik karena sikap pasien tidak mau bergaul dan

lebih suka menyendiri.

3. Riwayat Pendidikan

Saat SD pasien tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar pasien bagus di

sekolah, memiliki hubungan yang baik dengan guru dan teman-teman seusianya.

Saat SMP, pasien mulai suka menyendiri dan tidak suka bergaul dengan teman-

temannya di sekolah. Perilaku ini berlanjut hingga pasien kuliah. Meskipun

demikian, pasien tetap memiliki prestasi belajar yang bagus dan sering

mendapatkan ranking di kelas. Saat memasuki perkuliahan di awal semester,

pasien merasa terbebani menjalani aktivitas perkuliahan di universitas tersebut,

sehingga pasien minta berhenti dan melanjutkan kuliah di universitas yang lain.

Hal ini dirasakan pasien setelah mengikuti kegiatan kampus bersama teman-

teman nya di gunung. Sejak saat itu pasien mulai menunjukkan perilaku aneh.

4. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja.

5

5. Kehidupan Beragama

Pasien beragama Islam. Taat menjalankan sholat wajib 5 waktu, membaca Al -

Qur’an setiap selesai sholat magrib dan sering melakukan sholat tahajud.

6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual

Pasien belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Pasien

mengatakan belum pernah punya pacar, hanya sekedar teman dekat saja.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, dan tidak pernah

terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

F. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah dan ibu pasien masih

hidup. Hubungan pasien dengan ayahnya dari dulu hingga sekarang kurang baik dan

jarang berkomunikasi. Karena ayahnya suka berbicara kasar dan memaksakan

kehendaknya terhadap pasien. Pasien lebih sering berkomunikasi dengan ibunya

dibandingkan dengan ayahnya. Hubungan pasien dengan adik-adiknya cukup baik.

Paman pasien (adik dari ayah pasien) juga memiliki riwayat gangguan jiwa seperti

pasien.

6

G. Situasi Kehidupan Sosial Ekonomi SekarangPasien tinggal bersama ayah, ibu, dan dua orang adik perempuan pasien. Tinggal di

rumah milik sendiri. Biaya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga berasal dari ayah

pasien yang bekerja sebagai buruh. Keseharian pasien sebelum masuk rumah sakit

adalah kuliah dan membantu ibu mengurus rumah. Ibu pasien bekerja sebagai ibu

rumah tangga. Adik pasien yang pertama bersekolah kelas 2 SMA dan adik kedua

pasien berumur 5 tahun belum bersekolah. Kesan kondisi sosial ekonomi keluarga

adalah menengah ke bawah, dan biaya pengobatan pasien menggunakan biaya

sendiri karena belum mengurus BPJS.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 26 Februari 2015 Pukul 10.00)

A. Deskripsi Umum

Kesadaran Neurologis : Compos Mentis

Kesadaran Psikiatri : Tampak terganggu

1. Penampilan Umum

Pasien seorang perempuan, berusia 20 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya

postur tubuh sedang, cukup tinggi, berkulit sawo matang, berambut hitam

panjang, pada saat wawancara pasien menggunakan baju coklat dengan celana

pendek selutut berwarna coklat. Pasien tidak menggunakan alas kaki.

2. Perilaku dan Aktivitas Motorik

Sebelum Wawancara : Pasien sedang duduk bersama beberapa pasien yang lain

di bangsal Cempaka RSJSH.

Selama Wawancara : Pasien duduk dengan tenang di depan pemeriksa, tidak

ada perlambatan gerakan ataupun kekakuan gerakan.

Pasien dapat menjawab sesuai dengan semua

pertanyaan, namun cenderung hanya menjelaskan hal

yang ditanyakan saja. Kontak mata dengan pemeriksa

kurang pada saat wawancara berlangsung, pasien

sesekali membalikkan badan untuk melihat orang atau

lingkungan sekitar. Terkadang menanyakan pertanyaan

yang sama berulang kali kepada pewawancara karena

pasien merasa curiga dan tidak percaya.

7

Sesudah Wawancara : Pasien bersalaman dengan pewawancara

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif, bersahabat saat wawancara.

4. Pembicaraan

Cara berbicara : Spontan, intonasi cukup jelas.

Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

B. Alam Perasaan (Emosi)

1. Suasana Perasaan (mood) : Hipertym

2. Afek : Terbatas

3. Keserasian : Tidak serasi

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi :

Halusinasi auditorik (+), pasien mengaku mendengar suara bisikan untuk

menghilangkan segala nafsu dunianya dan tidak melakukan apapun.

Halusinasi visual (+), pasien mengaku melihat wujud setan menyeramkan yang

wajahnya mirip dengan dirinya.

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

D. Fungsi Intelektual

1. Taraf Pendidikan Pasien bersekolah sampai kuliah dan sekarang akan

memasuki semester dua.

2. Pengetahuan Umum Baik

(pasien dapat menyebutkan nama presiden dengan benar)

3. Kecerdasan Cukup

(pasien hanya mampu menghitung sampai 100-7-7-7-7)

4. Konsentrasi dan

Perhatian

Cukup (pasien dapat memusatkan perhatian dan fokus

selama wawancara)

8

5. Orientasi

Waktu Baik (pasien dapat membedakan siang dan malam).

Tempat Baik (Pasien dapat menyebutkan tempat sekarang

dimana ia berada dan dirawat).

Orang Baik (Pasien mengetahui sedang diwawancara oleh

dokter muda).

Situasi Baik (Pasien mengetahui situasi sekitar, saat wawancara

berlangsung).

6. Daya Ingat

Jangka Panjang Baik (Pasien dapat mengingat nama sekolahnya dulu).

Jangka Pendek Baik (Pasien masih mengingat menu sarapan tadi pagi).

Segera Baik (Pasien dapat menyebutkan kembali 3 benda yang

disebutkan oleh pemeriksa).

7. Pikiran Abstrak Baik (Pasien dapat menyebutkan makna peribahasa “air

susu dibalas air tuba” serta dapat menyebutkan

perbedaan dan persamaan bola dan jeruk)

8. Visuospasial Baik (pasien mampu menggambar jam 12.15 dan

menggambar segilima)

9. Bakat dan kreativitas Menulis

10. Kemampuan

Menolong Diri

Baik

(pasien makan, mandi, dan berpakaian sendiri).

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a. Produktifitas : Cukup

b. Kontinuitas : Asosiasi longgar

c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir

a. Preokupasi : Tidak ada

b. Waham :Waham kejar (+) Waham rujukan (+)

Waham kebesaran (+)

c. Obsesi : Tidak ada

d. Fobia : Tidak ada

9

F. Pengendalian Impuls

Baik (saat pemeriksaan)

G. Daya Nilai

Daya Nilai Sosial

Baik (pasien mengetahui kalau marah-marah dan mengamuk merupakan

perbuatan yang tidak baik).

Uji Daya Nilai

Baik (pasien akan mengembalikan dompet ke kantor polisi apabila menemukan

dompet yang terjatuh di jalanan)

Daya Nilai Realita

Terganggu (terdapat halusinasi auditorik, halusinasi visual dan waham)

H. Tilikan

Derajat 3, pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebabnya.

I. ReliabilitasTaraf dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK

(Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 26 Februari 2015 Pukul 10.00)

A. Status Internus

Keadaan Umum : Baik, tampak tidak sakit

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/ menit

Suhu : 36,6 oC

Pernafasan : 20x/ menit

TB/BB : 156 cm / 56 kg

Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,

kelembaban normal, efloresensi primer/sekunder (-)

10

Kepala : Normocephali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak

mudah dicabut

Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-

Telinga : Tidak dilakukan

Mulut : Warna bibir normal, sianosis (-), sariawan (-), uvula di

tengah, tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis

Leher : Tidak teraba KGB, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

B. Status Neurologis

Saraf kranial (I-XII) : Baik

Tanda rangsang meningeal : Tidak ada

Refleks fisiologis : (+) normal

Refleks patologis : Tidak ada

Motorik : Baik

Sensorik : Baik

Fungsi luhur : Baik

Gangguan khusus : Tidak ada

Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus

otot (N), resting tremor (-), distonia (-),

occulogyric (-), tremor lidah (-),

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 18 Februari 2015

Hb : 13.3 g/dl GDS : 101 mg/dL

Ht : 40 g% Ur : 31 mg/dL

LED : 17 mm/1jam Cr : 0.7 mg/dL

SGOT : 33 U/L Eritrosit : 5.5 juta/mm3

SGPT : 19 U/L Leukosit : 6.300 mm3

Trombosit : 352. 000 U/L Kalium : 4.0 mmol/L

Natrium : 142 mmol/L Chlorida : 101 mmol/L

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

11

Pasien memiliki riwayat yang sama sebelumnya (+). Putus obat (+). Pasien

merupakan pribadi yang suka menyendiri dan tidak suka bergaul sejak masa remaja

hingga sekarang. Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayahnya karena

ayahnya sering berbicara kasar dan memaksakan kehendaknya terhadap pasien. Dalam

keluarga pasien ada juga yang memiliki riwayat gangguan jiwa seperti pasien, yaitu

paman pasien (adik dari ayah). Saat wawancara berlangsung, kontak mata dengan

pemeriksa kurang, pasien sesekali membalikkan badan untuk melihat orang atau

lingkungan sekitar. Terkadang menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali kepada

pewawancara karena pasien merasa curiga dan tidak percaya.

Suasana Perasaan (mood) hipertym, afek terbatas, keserasian tidak serasi.

Halusinasi auditorik (+) karena pasien mengaku mendengar suara bisikan untuk

menghilangkan segala nafsu dunia nya dan tidak melakukan apapun, halusinasi visual

(+) karena pasien mengaku melihat wujud setan menyeramkan yang wajahnya mirip

dengan dirinya. Waham rujukan (+) karena pasien merasa dibicarakan oleh teman-

temannya dan banyak tetangga yang ada di lingkungan rumahnya. Waham kejar (+)

karena pasien merasa ada yang suka mengintip dan memasuki kamar rahasianya dan

merasa curiga terhadap orang lain. Waham kebesaran (+) karena pasien merasa dirinya

dari keluarga kaya dan memiliki rumah besar. Daya nilai realita terganggu (+). Tilikan

derajat 3, karena pasien menyalahkan tetangga di lingkungan sekitar rumahnya sebagai

penyebab sakitnya.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

1. Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian

Khusus

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke

dalam:

a. Gangguan kejiwaan karena adanya :

Gangguan fungsi / hendaya dan disabilitas : gangguan dalam fungsi sosial

Distress/penderitaan: bicara sendiri, marah-marah dan mengamuk yang

dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

b. Gangguan jiwa sebagai GMNO, karena:

12

Tidak ada gangguan kesadaran neurologik.

Tidak ada gangguan defisit kognitif.

Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif yang

berefek pada episode saat ini.

Tidak ada penyakit organik spesifik yang diduga berkaitan dengan

gangguan jiwanya.

c. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang

dibuktikan dengan adanya :

Halusinasi : auditorik dan visual

Waham : kejar, rujukan, dan kebesaran

Perilaku terdisorganisasi: berbicara sendiri, marah-marah, mengamuk

d. Skizofrenia Paranoid F.20.0 karena memenuhi kriteria diagnostik sebagai

berikut:

Memenuhi kriteria skizofrenia secara umum

Adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham kejar, waham

rujukan dan waham kebesaran.

Onset lebih dari 1 bulan

2. Aksis II: Gangguan Kepribadian

Tidak terdapat retardasi mental namun terdapat gangguan keperibadian skizoid

karena pasien:

Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan

Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (pacaran) dengan

orang lain.

Pasien bersikap hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendri.

Pasien juga tidak mempunyai teman dekat (kalau ada hanya satu) dan tidak

tertarik untuk menjalin hubungan seperti itu. Pasien lebih suka menyendiri di

kamar dan malas bergaul.

Hal-hal tersebut diatas termasuk dalam kriteria diagnosis untuk gangguan

keperibadian skizoid, menurut PPDGJ-III.

3. Aksis III: Kondisi Medis Umum

Tidak ada diagnosis

4. Aksis IV: Problem Psikososial dan Lingkungan

13

Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang perjalanan penyakit yang

dialaminya, khususnya dalam hal penyebab dan cara mencegah timbulnya gejala.

Kurangnya komunikasi antara pasien dengan ayah pasien yang berpengaruh

terhadap proses penyembuhan pasien, dimana dukungan keluarga sangat berperan

penting.

5. Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global

GAF current : 70 – 61 (Gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik)

GAF saat masuk RS : 40 – 31 (Beberapa hendaya dalam hubungan dengan realitas

dan komunikasi seperti: pembicaraan yang tidak logis, tidak

jelas dan tidak relevan)

GAF HLPY : 40 – 31 (Beberapa hendaya dalam hubungan dengan realitas

dan komunikasi seperti: pembicaraan yang tidak logis, tidak

jelas dan tidak relevan)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid (F60.1)

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah keluarga (primary support group) dan pendidikan

Aksis V : GAF current : 70 - 61

GAF saat masuk RS : 40 - 31

GAF HLPY : 40 - 31

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik: Terdapat faktor herediter dimana adik dari ayah pasien

menderita hal yang sama

B. Psikologik : Halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham kejar, waham

rujukan dan waham kebesaran

C. Sosiobudaya : Masalah keluarga (primary support group)

X. DIAGNOSIS BANDING

14

Skizoafektif (F.25). Untuk menegakkan diagnosis skizoafektif, maka dibutuhkan

gejala-gejala definitif adanya gejala skizofrenia bersamaan dengan adanya episode depresi

mayor (kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi atau mudah lelah padahal

aktifitas fisik yang dilakukan sedikit sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas) yang

berlangsung paling sedikit 2 minggu dan episode manik (rasa senang yang berlebihan) yang

berlangsung paling sedikit 1 minggu.

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam

XII. PENATALAKSANAAN

1. Psikofarmaka

Risperidone 2 x 2 mg tab per oral

Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada pasien dengan skizofrenia.

Risperidon merupakan obat anti psikotik generasi 2 (atipikal), yang bekerja pada

reseptor D2, 5HT2A, dengan efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat

antipsikotik generasi pertama. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 2-4mg

per hari, dan pada pasien ini di berikan 2x2mg = 4mg per hari.

2. Psikoedukasi

Memberi nasihat kepada pasien untuk teratur minum obat.

Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang

dideritanya, gejala-gejala, penyebab, dampak, pengobatan dan efek sampingnya

Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien,

agar keluarga ikut membantu mengawasi pasien untuk minum obat.

Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga.

Memotivasi keluarga untuk bisa berperan dalam pengawasan pasien,

memberikan pengertian bahwa dukungan keluarga terhadap pasien akan

membantu kesembuhan pasien secara optimal.

3. Sosioterapi

15

Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok dan keagamaan di RSJSH

Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain untuk membina

hubungan yang akrab

LAMPIRAN

16

17