Case Referat Miop Levior

download Case Referat Miop Levior

of 20

description

miop

Transcript of Case Referat Miop Levior

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN Nama: Tn. R Agama: IslamUmur: 19 tahunSuku/Bangsa: Bugis/IndonesiaJenis Kelamin: Laki-lakiPekerjaan: Mahasiswa Tgl Pemeriksaan : 29 juli 2015Alamat: BTP blok E / 139Dokter Pemeriksa: dr. Ronald

II. ANAMNESISTeknik Anamnesis: AutoanamnesisKeluhan utama: Penglihatan kabur pada kedua mata Anamnesis terpimpin:Disadari sejak 5 tahun yang lalu pada saat sedang belajar dikelas Pasien merasa penglihatannya kabur saat melihat jauh sehingga tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan jelas. Nyeri pada mata (-), sakit kepala (-), gatal (-), silau (-), mata merah (-), riwayat mata merah (-), rasa berpasir (-), rasa mengganjal (-), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-).Riwayat penggunaan kaca mata tidak ada.Riwayat Diabetes Mellitus dan Hipertensi (-)Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-)

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIA. INSPEKSINoPemeriksaanODOS

1PalpebraEdema (-)Edema (-)

2Apparatus LakrimalisLakrimasi (-)Lakrimasi (-)

3SiliaSekret (-)Sekret (-)

4KonjungtivaHiperemis (-)Hiperemis (-)

5Bola mataNormalNormal

6Mekanisme muscular ODS OD OSKesegala arah

Kesegala arah

7KorneaJernihJernih

8Bilik mata depanKesan normal Kesan normal

9IrisCoklat, Kripte (+)Coklat, Kripte (+)

10PupilBulat, sentral, RC (+)Bulat, sentral, RC (+)

11LensaJernih Jernih

B. PALPASINoPemeriksaanODOS

1Tensi okulerTn Tn

2Nyeri tekan(-)(-)

3Massa tumor(-)(-)

4Glandula pre-aurikulerTidak ada pembesaranTdk ada pembesaran

C. TONOMETRI: NCT OD : 10 NCT OS : 10 D. VISUS: VOD = 20/70 -1,25 20/20: VOS = 20/70 -1,50 20/20E. CAMPUS VISUAL: Tidak dilakukan pemeriksaan.F. COLOR SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan.G. LIGHT SENSE: Tidak dilakukan pemeriksaan.H. PENYINARAN OBLIK:NoPemeriksaanODOS

1Konjungtiva Hiperemis (-)Hiperemis (-)

2Kornea Jernih Jernih

3Bilik Mata DepanNormalNormal

4Iris Coklat, kripte (+)Coklat, kripte (+)

5Pupil Bulat, sentral, RC (+)Bulat, sentral RC (+)

6Lensa JernihJernih

I. DIAFANOSKOPI: Tidak dilakukan pemeriksaanJ. OFTALMOSKOPI: Tidak dilakukan pemeriksaanK. SLIT LAMP :SLOD: Konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.SLOS: Konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.L. GONIOSKOPI: Tidak dilakukan pemeriksaan M. LABORATORIUM: Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUMESeorang laki-laki umur 19 tahun, datang ke Poliklinik RS. Unhas dengan keluhan utama penglihatan kabur pada kedua mata yang disadari sejak 5 tahun yang lalu pada saat sedang belajar dikelas Pasien merasa penglihatannya kabur saat melihat jauh sehingga tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan jelas. Tidak ada riwayat penggunaan kaca mata

Pada pemeriksaan visus didapatkan: VOD = 20/70 -1,25 20/20 VOS = 20/70 -1,50 20/20Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan: ODS dalam batas normalPada pemeriksaan Slit Lamp didapatkan: SLODS dalam batas normal.

V. DIAGNOSISODS MIOPIA LEVIOR

VI. TERAPI Kacamata bifokal OD : spheris -1,25OS : spheris -1,50DP: 68/65 Protagenta A 6 x 1 Retivit plus 1 x 1 Kontrol 2 minggu kemudian untuk evaluasi terapi kacamata

VII. DISKUSIDari hasil anamnesis pada pasien ini, ditemukan adanya keluhan utama mata kabur pada kedua matanya saat melihat jauh. Awalnya pasien mengeluh penglihatan kabur pada saat sedang belajar dikelas Pasien merasa penglihatannya kabur saat melihat jauh. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus VOD = 20/70 -1,25 20/20, VOS = 20/70 -1,50 20/20. Pada pemeriksaan SLOD dan SLOS didapatkan dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, didapatkan penurunan visus yang dapat dikoreksi dengan pemberian lensa koreksi spheris minus sehingga pasien tersebut tergolong gangguan refraksi miopia dan jumlah koreksi sampai pada -1,25 dan -1,50 sehingga tergolong miopia levior. Sehingga secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien menderita ODS Miopia Levior. Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan (kornea, humor aquous, lensa, badan kaca), atau akibat dari panjang bola mata yang berlebihan atau berkurang, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat jatuh di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetrop, atau astigmatisma. Sebaliknya emetropia adalah keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau di fokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi. Pada pasien ini didapatkan adanya gejala penurunan penglihatan disaat melihat jauh. Sedangkan keluhan mata lelah saat membaca terjadi akibat gangguan akomodasi yang biasanya terjadi pada usia lanjut. Pengobatan yang dianjurkan adalah pemakaian kacamata untuk mencegah penurunan penglihatan yang lebih lanjut agar tidak mengganggu aktivitas normal pasien serta menghindari komplikasi yang ada. Selain itu dianjurkan juga untuk kontrol kembali 2 minggu kemudian untuk mengevaluasi keberhasilan terapi kacamata, baik dari kacamata itu sendiri (model dan ukuran) serta dampak pada penglihatannya.

PEMBAHASAN

I. PENDAHULUANHampir setiap saat kita menjumpai kasus kelainan refraksi di lingkungan kita dan angka ini secara teoritis meningkat terus tiap tahunnya. Di negara maju angka-angka yang menunjukkan kasus-kasus kelainan refraksi mudah didapatkan, akan tetapi di negara-negara berkembang penelitian tentang kelainan refraksi masih dalam tahap awal. Peningkatan angka kejadian kelainan refraksi ini dipicu oleh deteksi dini kelainan refraksi seiring berkembangnya teknologi kedokteran sehingga kasus yang dulu tidak terdeteksi dapat ditemukan, dan makin canggihnya teknologi visual yang merangsang penggunaan indera penglihatan terus-menerus dan gaya hidup masyarakat yang menuntut penggunaan penglihatan secara terus-menerus.1

II. ANATOMI MATA

Gambar 1 : Anatomi mata(dikutip dari kepustakaan 2)

Secara garis besar mata di bagi tiga bagian: a. Tunika fibrosaTunika fibrosa terdiri dari sklera dan kornea. Sklera berwarna putih merupakan lapisan luar yang sangat kuat dengan ketebalan 0,3-0,6 mm. Sklera juga merupakan tempat insersi otot-otot ekstraokular. Sementara itu, kornea adalah lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk dan sebagai media refrakta. Pada bagian tengah, ketebalan kornea 0,52 mm dan pada bagian perifer 0,65 mm. Diameter horizontal kornea berukuran 11,75 mm dan diameter vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior tersusun atas lapisan epitel, membrana Bowmans, stroma, membrana Descements, dan endothel. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu.3

b. Tunika Vaskulosa Tunika vaskulosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari tengah kebelakang terdiri dari iris, corpus siliaris, dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut iris. Bagian depan dari iris ini disebut pupil yang terletak di belakang kornea tengah. Pengaruh kerja dari otot iris adalah untuk melebarkan atau menyempitkan bagian pupil. Ini diibaratkan diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk pada sebuah kamera. Disebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram dan terdapat otot siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu berkerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata berkerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-benda tersebut. Pada bagian belakang dan depan lensa ini terdapat rongga yang terisi cairan bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh kedudukan bola mata.3

c. Tunika NervosaTunika nervosa (retina) merupakan bagian dari mata yang terletak pada bagian depan koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak namun tipis. Merupakan suatu struktur sangat kompleks yang terbagi menjadi 10 lapisan terpisah, tediri dari fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan neuron, diantaranya adalah sel ganglion yang bersatu membentuk serabut saraf optik. Retina tersusun dari 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima cahaya, dan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Sel kerucut bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari. Sel kerucut responsive terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau, merah). Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea yang bertanggung jawab untuk penglihatan detail seperti membaca huruf kecil. Sedangkan sel batang berfungsi untuk penglihatan malam. Sel-sel ini sensitif terhadap cahaya redup dan tidak memberikan sinyal informasi panjang gelombang (warna). Sel batang menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina daerah perifer.3

III. KELAINAN REFRAKSIKelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan (kornea, humor aquous, lensa, badan kaca), atau akibat dari panjang bola mata yang berlebihan atau berkurang, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat jatuh di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetrop, atau astigmatisma. Sebaliknya emetropia adalah keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau di fokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi.4,5Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut presbiopia.5

Gambar 2 : Emetropia; sinar yang sejajar dibiaskan atau difokuskan tepat pada retina tanpa akomodasi(Dikutip dari kepustakaan 8)

Mata mengubah-ubah daya bias untuk memfokuskan benda dekat melalui proses yang disebut akomodasi. Pada keadaan normal, cahaya yang berasal dari jarak tak terhingga akan terfokus pada retina. Demikian pula bila benda jauh tersebut di dekatkan akan tepat jatuh di retina, hal ini terjadi akibat adanya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina.6,7Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda, makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat.2,7,8Mata akan berakomodasi bila bayangan benda difokuskan di belakang retina. Bila sinar jauh tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan kelainan refraksi hipermetropia maka mata tersebut akan berakomodasi terus-menerus walaupun letak bendanya jauh, dan pada keadaan ini diperlukan fungsi akomodasi yang baik.5Anakanak dapat berakomodasi dengan kuat sekali sehingga memberikan kesukaran pada pemeriksaan kelainan refraksi. Daya akomodasi kuat pada anak-anak dapat mencapai +12,0 - 18,0 D. Akibatnya, pada anak-anak yang sedang dilakukan pemeriksaan kelainan refraksinya untuk melihat jauh mungkin terjadi koreksi miopia yang lebih tinggi akibat akomodasi sahingga mata tersebut memerlukan lensa negatif yang berlebihan (koreksi lebih). Untuk pemeriksaan kelainan refraksi anak sebaiknya diberikan sikloplegik yang melumpuhkan otot akomodasi sehingga pemeriksaan kelainan refraksi murni, dilakukan pada mata beristirahat. Biasanya diberikan sikloplegik atau sulfas atropin tetes mata selama 3 hari. Sulfas atropin bersifat parasimpatolitik, yang bekerja selain untuk melumpuhkan otot siliar juga melumpuhkan otot sfingter pupil. Dengan bertambahnya usia, maka akan berkurang pula daya akomodasi akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa sukar mencembung.5Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea, serta panjangnya bola mata. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung), atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, dan astigmat.3,5,6,8,9Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan retina. Keadaan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda terseger ke belakang dan diatur tepat jatuh di retina. Sedangkan hipermetropia adalah mata dengan kekuatan lensa positif yang kurang sehingga sinar sejajar tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Keadaan ini dikoreksi dengan penggunaan lensa positif, sehingga bayangan benda tergeser ke depan dan diatur jatuh tepat di retina. Sementara itu, astigmatisma adalah mata dengan kekuatan pembiasan yang berbeda-beda dalam dua bidang utama, biasanya tegak lurus satu sama lainnya. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa silinder.4,5,6,7Adapun jenis kelainan refraksi yang akan dibahas dalam referat ini adalah kelainan refraksi berupa miopia. Juga akan dibahas mengenai gangguan akomodasi berupa presbiopia.

IV.MIOPIAa. Defenisi MiopiaApabila bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi, maka mata tersebut mengalami miopia, atau penglihatan dekat (nearsighted). Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.5,7,8

Gambar 3 : Miopia; sinar yang sejajar dibiaskan atau di fokuskan di depan retina tanpa akomodasi.(Dikutip dari kepustakaan 8)

Apabila mata berukuran lebih panjang daripada normal, maka kesalahan terjadi di sebut miopia aksial, (untuk setiap millimeter tambahan panjang sumbu, maka mata kira-kira lebih miopik sebesar 3 dioptri). Apabila unsur pembiasan lebih refraktif dibandingkan dengan rerata, maka kesalahan yang terjadi disebut miopia kelengkungan atau miopia refraktif, suatu benda digeser lebih dekat dari 6 meter, maka bayangan bergerak mendekati retina, dan fokusnya menjadi lebih tajam. Titik tempat bayangan paling tajam fokusnya di retina disebut titik jauh, derajat miopia dapat diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik jauh tersebut. Dengan demikian titik jauh sebesar 0,25 m menandakan perlunya lensa koreksi sekitar minus 4 dioptri. Orang miopik memiliki keuntungan dapat membaca di titik jauh tanpa kaca mata bahkan pada usia presbiopik. Miopia derajat tinggi menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap gangguan-gangguan retina degeneratif, termasuk pelepasan retina.5,6,7

b. Jenis MiopiaDi kenal beberapa bentuk miopia seperti :5,7 Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesan dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat sama dengan myopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. 5,7 Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, engan kelengkungan kornea dan lensa yang normal. 5,7Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam: 5,7 Miopia levior, dimana miopia kecil dari pada 1-3 dioptri Miopia moderat, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri Miopia gravior, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptriMenurut perjalanan miopia dikenal bentuk : 5,7 Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa. 5,7 Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata. 5,7 Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif , yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = maligna = miopia degeneratif.5,7

c. Gejala Klinis MiopiaPasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai juling dan kelopak bola mata sempit. Seorang miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). 5,7Pasien miopia mempunyai pungtum renotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia. 5,7d. Diagnosis MiopiaDiagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis yaitu pasien dapat melihat jarak dekat dengan jelas namun penglihatannya kabur saat melihat jauh, dan hasil tes refraksi dapat diperoleh keadaan visus yang menurun atau tidak normal ( pada pemeriksaan visus dengan menggunakan Snellen Chart tajam penglihatan pasien miopia tidak mencapai 6/6 atau tidak dapat membaca seluruh huruf dalam Snellen Chart), namun setelah dikoreksi dengan lensa sferis minus visusnya meningkat.4,9 Sementara itu, pada pemeriksaan funduskopi dapat dijumpai keadaan miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sclera atau koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer.5,7e. Penanganan MiopiaAdapun penanganan miopia antara lain;1. Penggunaan lensa kacamataKacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki gangguan refraksi. Pengobatan pasien miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal . Lensa ini memindahkan bayangan mundur ke retina. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3,0 memberikan tajam penglihatan 6/6 ,dan demikian juga bila diberi S-3,25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3,0 Tujuannya agar mata tidak berakomodasi jika diberi lensa ukuran terkecil.3,5,6,7,9

Gambar 3 : Koreksi dengan kacamata lensa negatif pada miopia; bayangan jatuh tepat pada retina(Dikutip dari kepustakaan 7)

2. Penggunaan lensa kontak Lensa kontak pertama adalah lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang dan menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada mata. Lensa kontak keras yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar berhasil dan memperoleh penerimaan yang luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara, yang terbuat dari asetat biurat selulosa, silikon atau berbagai polimer plastik dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari bermacam-macam plastikhidrogel, yang semuanya menghasilkan kenyamanan yang lebih baik tetapi resiko penyulit yang lebih besar. 5,7,8

Gambar 4: Koreksi dengan lensa kontak pada miopia; bayangan jatuh tepat pada retina(Dikutip dari kepustakaan 7)Lensa keras dan permeabel mengoreksi kesalahan refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi total terdiri dari daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa. Kelengkungan dasar, bersama dengan daya lensa sebenarnya yang disebabkan oleh perbedaan antara kelengkungan di depan dan belakang. Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan kontak. Lensa keras dan yang permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea dengan memodifikasi permukaan anterior mata menjadi bentuk yang benar-benar sferis. Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian daya refraksinya terdapat hanya pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea kecuali apabila disertakan koreksi silinder. Kelengkungan dasar lensa kontak di pilih sesuai dengan kelengkungan kornea, seperti di tentukan oleh keratometri. Lensa kontak keras secara spesifik di indikasikan untuk koreksi astigmatisme ireguler, seperti pada keratokonus. 5,7Sementara itu, lensa kontak lunak di gunakan untuk mengobati gangguan permukaan kornea. Tetapi untuk mengontrol gejala dan bukan untuk alasan refraksi. Lensa kontak digunakan untuk melakukan koreksi refraksi afakia. Terutama untuk mengatasi aniseikoniaafakia monokuler, dan koreksi miopia tinggi. Dan lensa ini menghasilkan kualitas bayangan yang lebih baik dari pada kacamata. Tetapi sebagian besar pengguna lensa kontak adalah untuk koreksi kosmetik kesalahan refraktif ringan. Hal ini menimbulkan dampak penting pada resiko yang dapat diterima dalam penggunaan lensa kontak. 3,5,7,93. Tindakan operatifProsedur bedah dan laser (bedah refraktif) dapat digunakan untuk mengoreksi rabun jauh (miopia). Prosedur ini digunakan untuk membentuk kembali kornea lebih mampu memfokuskan cahaya pada retina. Tujuan pembedahan ini adalah untuk mengurangi ketergantungan dalam penggunaan kacamata dan lensa kontak.Prosedur pembedahan adalah orang-orang yang tidak dapat mentoleransi lensa kontak dan mereka yang menikmati kegiatan, seperti berenang atau ski, yang sulit untuk dilakukan dengan kacamata atau lensa kontak. Banyak orang menjalani operasi ini untuk kenyamanan dan tujuan kosmetik. Namun, operasi ini tidak dianjurkan untuk semua orang dengan gangguan refraksi. Misalnya, orang-orang yang ukuran kacamata atau kontak lensa telah berubah dalam satu tahun terakhir dan mereka dengan penyakit autoimun atau penyakit jaringan ikat, dengan kornea berbentuk kerucut (keratoconus), dengan mata kering yang parah, yang menggunakan obat-obat tertentu (misalnya, isotretinoin dan amiodaron, serta penderita usia 18 tahun, tidak dianjurkan untuk dioperasi).Beberapa teknik pembedahan, antara lain: Laser in Situ Keratomileusis (LASIK)LASIK merupakan prosedur bedah refraksi yang paling umum digunakan untuk mengoreksi rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme. Pada LASIK, flap sangat tipis dibuat di bagian tengah dari kornea dengan laser atau perangkat pemotong yang disebut microkeratome. Flap diangkat, dan getaran dari laser excimer menguapkan sejumlah kecil dari jaringan kornea yang terletak di bawah flap untuk membentuk kembali kornea. Flap ini kemudian diletakkan kembali pada tempatnya dan menyembuh selama beberapa hari.10

Gambar 5: Laser In-Situ Keratomielusis (LASIK). A: flap kornea. B: Spot laser multipel.Dikutip dari kepustakaan no. 11

Photorefractive keratectomy (PRK) Prosedur ini juga menggunakan laser excimer untuk membentuk kembali kornea. Hal ini digunakan terutama untuk mengoreksi rabun jauh moderat, silindris, dan rabun dekat. Tidak seperti LASIK, flap tidak dibuat. Sel-sel pada permukaan kornea akan diangkat pada awal prosedur. Seperti pada LASIK, getaran yang dikendalikan oleh komputer dari cahaya ultraviolet yang sangat terfokus menghilangkan sejumlah kecil kornea sehingga bentuknya berubah untuk lebih memfokuskan cahaya ke retina dan memperbaiki penglihatan tanpa kacamata. Prosedur ini biasanya memakan waktu kurang dari 1 menit per mata. Meskipun tindakan ini memiliki waktu penyembuhan lebih lama dibandingkan dengan LASIK (karena sel-sel permukaan yang diangkat perlu tumbuh kembali), PRK dapat dilakukan pada orang yang tidak dapat menggunakan LASIK, seperti pasien yang dengan sel permukaan kornea yang longgar atau kornea yang tipis. 10

Gambar 6: Photorefractive Keratectomy (PRK).Dikutip dari kepustakaan no. 12

Implantasi lensa phakic intraokular Bagi orang dengan miopia yang tinggi, lensa plastik dapat ditempatkan di dalam mata, di depan atau di belakang iris. Kadang-kadang lensa alami akan diangkat, dan lensa plastik ditempatkan di belakang iris (clear lensectomy with intraocular lens implantation). Clear lensectomy with intraocular lens implantation mungkin lebih baik bagi orang-orang dengan hyperopia dan yang membutuhkan kacamata baca (presbyopia). Karena teknik ini membuat sebuah lubang ke mata, ada resiko yang sangat kecil (tetapi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan LASIK) yaitu infeksi ke dalam mata. Risiko lainnya termasuk pembentukan katarak, glaukoma, dan pembengkakan pada kornea dari waktu ke waktu. Clear lensectomy harus dihindari pada orang muda dengan miopia yang tinggi karena mereka memiliki risiko ablasio retina yang tinggi. 10

Gambar 7: Phakic IOL pada Miopia.Dikutip dari kepustakaan no. 13

Intracorneal ring segments (INTACS)Prosedur ini digunakan untuk orang dengan rabun jauh ringan tanpa astigmatisme. Plastik kecil ditanamkan ke dalam lapisan tengah kornea. 10

Gambar 8: microthin INTACS.Dikutip dari kepustakaan no. 14

f. Komplikasi MiopiaPenyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasio retina dan strabismus (juling). Strabismus biasanya esotopia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Disamping itu, mata pasien dengan miopia akan jarang berakomodasi sehingga dapat menyebabkan atrofi musculus siliaris. Pasien dengan miopia yang tinggi dapat terjadi komplikasi seperti stafiloma posterior dan glaukoma, dan ablasio retina.5,8

V.PRESBIOPIAa. Defenisi PresbiopiaPresbiopia (gangguan penglihatan akibat usia lanjut) hadir ketika kemampuan akomodasi tidak lagi cukup untuk menghasilkan ketajaman penglihatan untuk penglihatan dekat.15

b. Etiologi/patogenesis PresbiopiaDengan bertambahnya usia, elastisitas lensa berkurang sebagai akibat sklerosis lensa. Kontraksi otot siliaris juga berkurang akibat perubahan struktural dari otot itu sendiri. 15

Gambar 9: Diagram separuh bagian atas: mata dalam kondisi tidak berakomodasi (melihat jauh), muskulus siliaris kendur, serat zonular diregangkan, lensa menjadi datar (kekuatan konvergensi lemah).Diagram separuh bagian bawah: mata dalam kondisi berakomodasi (melihat objek dekat), kontraksi muskulus siliaris menonjol berbentuk cincin, mengakibatkan relaksasi serat zonular dan hal ini meningkatkan kurvatur lensa akibat elaastisitas intrinsiknya (kekuatan konvergensi meningkat)Dikutip dari kepustakaan no. 15

c. Gambaran Klinis PresbiopiaKemampuan untuk fokus dekat (jarak akomodasi) pada lensa okular semakin berkurang, jika berlanjut penglihatan dekat semakin tidak jelas atau titik dekat harus berpindah ke jarak yang jauh dengan memindahkan objek yang diamati (contoh, koran dijauhkan sampai jarak yang dibutuhkan, bahkan melebihi panjang lengan). Akibat gangguan akomodasi ini, maka pada pasien berusia lebih 40 tahun, akan memberikan keluhan berupa mata lelah, berair dan sering terasa perih setelah membaca. Pasien hipermetrop biasanya lebih cepat berkembang menjadi presbiopia dibandingkan pasien miop. Presbiopia tidak berpengaruh pada ketajaman penglihatan jauh.5,15

d. Penanganan PresbiopiaPresbiopia dikoreksi dengan penambahan lensa konvergen (lensa positif). Biasanya dimulai dengan penambahan +1 D, yang akan semakin meningkat hingga +3 D seiring pertambahan usia. Hal yang juga penting adalah menanyakan jarak membaca atau bekerja keran kekuatan lensa kacamata bergantung pada hal ini. Pada pasien ametrop, kacamata untuk fokus dekat dapat diintegrasikan dengan kacamata untuk fokus jauhnya (dengan lensa bifokal atau multifokal).15

1