Case Poli Jiwa

34
BAB I PENDAHULUAN Gangguan schizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki fitur dua kondisi yang berbeda - skizofrenia, dan afektif (mood) gangguan yang dapat didiagnosis baik sebagai depresi berat atau gangguan bipolar. Skizofrenia adalah gangguan otak yang mendistorsi cara seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan realitas, dan berhubungan dengan orang lain. Depresi adalah penyakit yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak berharga, atau putus asa, serta masalah berkonsentrasi dan mengingat detail. Gangguan bipolar ditandai dengan bersepeda perubahan mood, termasuk tertinggi parah (mania) dan terendah (depresi). 1 Seseorang dengan gangguan schizoafektif memiliki perubahan suasana hati berat dan beberapa gejala psikotik skizofrenia, seperti halusinasi, delusi, dan cara berpikir yang tidak teratur. Salah satu gejala psikotik pada gangguan schizoaffective adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan kenyataan dan apa yang sedang dipikirkan. Gejala yang didapat pada gangguan skizoafektif bisa berdampak percobaan bunuh diri. 1 Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang 1

description

z

Transcript of Case Poli Jiwa

BAB IPENDAHULUANGangguan schizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki fitur dua kondisi yang berbeda - skizofrenia, dan afektif (mood) gangguan yang dapat didiagnosis baik sebagai depresi berat atau gangguan bipolar. Skizofrenia adalah gangguan otak yang mendistorsi cara seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan realitas, dan berhubungan dengan orang lain. Depresi adalah penyakit yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak berharga, atau putus asa, serta masalah berkonsentrasi dan mengingat detail. Gangguan bipolar ditandai dengan bersepeda perubahan mood, termasuk tertinggi parah (mania) dan terendah (depresi).1Seseorang dengan gangguan schizoafektif memiliki perubahan suasana hati berat dan beberapa gejala psikotik skizofrenia, seperti halusinasi, delusi, dan cara berpikir yang tidak teratur. Salah satu gejala psikotik pada gangguan schizoaffective adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan kenyataan dan apa yang sedang dipikirkan. Gejala yang didapat pada gangguan skizoafektif bisa berdampak percobaan bunuh diri.1Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian.Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin berkisar antara 0,5%-0,8%. Gangguan skizoafektif depresif mungkin lebih sering terjadi pada usia lanjut dari pada uisia muda, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibanding perempuan, terutama perempuan menikah. Kriteria diagnosis gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR.2

BAB IISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PAISEN

Nama : Ny. AUsia : 60 tahunAlamat : Tanjung rajaStatus : Belum menikahAgama: IslamPendidikan : Tamatan SDPekerjaan : Penjaga kebunDatang ke RSMH : 31 Agustus 2014

II. ANAMNESIS (alloanamnesis dan autoanamnesis pada tanggal 2 september 2014, pukul 10.00 WIB)Keluhan Utama Os melakukan percobaan bunuh diri seejak 2 hari yang lalu.Riwayat Gangguan Sekarang 6 bulan yang lalu os sering mendengar suara-suara ditelinganya bahwa os dan keluarga akan ditangkap polisi os merasa setres dan gelisah, mudah marah, os juga mengeluh susah tidur dan suka menutup telinga ketika tidur os masih bisa mengurus diri sendiri. Os belum berobat. 2 bulan yang lalu os mengeluh sakit perutkeluhan suara-suara didengar menjadi lebih sering os bertambah setres dan semakin suka meracau. Keluarga os juga sering merasa terganggu. Os merasa bahwa dirinya dan keluaagnya akan ditangkap polisi. Os belum berobat. 2 hari yang lalu os melakukan percobaan bunuh diri karena sudah tidak tahan lagi mendengar suara-suara-suara yang didengar berulang-ulang. Os berhasil ditolong dan dibawa ke IGD RSMH Palembang.a. Riwayat penyakit dahuluRiwayat penyakit dan keluhan yang sama disangkalb. Riwayat premorbid Bayi: lahir normal, cukup bulan, ditolong bidan. Anak : mudah bergaul, banyakteman, periang Remaja : mudah bergaul, banyakteman, periang Dewasa : pendiam, tidak banyak kawan Tua : pendiam, tidak banyak kawan, gampang tersinggung

c. Riwayat perkembangan organobiologi Riwaya tkejang disangkal Riwayat demam tinggi yang lama disangkal Riwayat trauma kepala (+) 5 tahun yang lalu Riwayat asma disangkal

d. Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarangRiwayat mengonsumsi alkohol (-), NAPZA (-)

e. Riwayat PendidikanTamatan SD

f. Riwayat pekerjaanPenjaga Kebung. Riwayat perkawinan Belum menikah.h. Keadaan sosial ekonomiMenengah kebawah

i. Riwayat keluarga Tidak ada riwayat keluarga pasien dengan keluhan maupun penyakit yang sama.

Pedigree

A. AUTOANAMNESIS Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 9 September 201, pukul 10.30 s.d. 11.00 WIB di Ruang rawat inap Bedah RBE dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Sebelum wawancara dimulai pasien tamIbu tenang dan kooperatif.PemeriksaPasienInterpretasi (Psikopatologi)

Assalamualaikum, ibu(pemeriksa tersenyum sambil menatap mata pasien dan mengajak bersalaman)

Waalaikumsalam(Pasien menatap mata pemeriksa dan menyambut tangan pemeriksa) Kompos mentis Perhatian ada Kontak mata ada Kontak fisik ada Kontak verbal ada

Kami dokter muda di sini, kita ngobrol sebentar ya ,Bu?Ya

Nama lengkap ibu siapa ya?Amik

Berapa umur Ibu sekarang?60 ahun

Daya ingat baik Orientasi tempat, waktu, dan orang baik

Ibu tinggal dimana ?di tanjung raja

Ibu tahu sekarang ada di mana?Ya, di rumah sakit umum

Ibu datang ke rs dengan siapaa?Dengan keluarga

Apa keluhan Ibu ??saya mendengar bisik-bisikan dokDaya konsentrasi baik

Bu siapa yang bisikin dan apa bisikanya?

saya tidak tau dok siapa yang bikinnya, isi bisikannya mau memenjarakan adik saya dan membunuhnya

sejak kapan Ibu bisikannya muncul? 6 bulan yang lalu

awal timbulnya gimana? gara- gara saya pernah salah menangkap ayam dan memotong ekornya, tapi saya kembalikan lagi ke pemiliknya, saya minta maaf dan pemiliknya bilang mau memenjarakan saya.setelah kejadian itu saya selalu merasa bersaahDaya ingat jangka panjang baik

ada gejala yang lain bu?Idak Dok, saya sulit tidur karena gelisah, stres dan saya sering marah-marah

kenapa bu sulit tidur, gelisah, stress dan sering marah-marah?sulit tidur karena saya mendengar bisikan-bisikan yang mau membunuh dan memenjarakan adik saya, jadi saya kepikiran terus sehingga gelisah, stess dan sering marah-marah.

maaf bu ibu pernah punya ide atau ingin melakukan bunuh diri?ia, dok 2 hari yang lalu saya menusuk leher saya dengan pisau dan ini baru kemaren di oprasi sama dokter bedahTentamen suicide

kenapa ibu mau bunuh diri?saya stress dok dengar bisikan-bisikan itu terus dan saya ketakutan selalu kalau dengar bisika-bisikan itu

ibu sudah pernah berobat?belum pernah dok

Makan minumnya gimana?saya tidak nafsu

kenapa tidak nafsu makan?akhir-akhir ini bisikan-bisikan itu semakin membuat saya stres, sehingga saya tidak nafsu makan

I. PEMERIKSAANA. STATUS INTERNUS1) Keadaan UmumSensorium: kompos mentisFrekuensi nadi: 84 x/menitTekanan darah: 11/80 mmHgSuhu: 36,50CFrekuensi napas: 20 x/menit2) Sistem kardiovaskuler: dalam batas normal3) Sistem respiratori: dalam batas normal4) Sistem gastrointestinal: dalam batas normal5) Sistem urogenital: dalam batas normal6) Sistem muskuloskeletal: dalam batas normal7) Sistem integument: dalam batas normal8) Kelainan khusus: tidak ada

B. STATUS NEUROLOGIKUS1) Urat syaraf kepala (panca indera): tidak ada kelainan2) Gejala rangsang meningeal: tidak ada3) Gejala peningkatan tekanan intracranial: tidak ada4) MataGerakan: baik ke segala arahPersepsi mata: baik, diplopia tidak ada, visus normalPupil: dalam batas normalRefleks cahaya: +/+Refleks kornea: +/+Pemeriksaan oftalmoskopi: tidakdilakukan5) MotorikFungsiMotorikLenganTungkai

KananKiriKananKiri

GerakanLuasLuasluasluas

Kekuatan5555

TonusEutoniEutonieutonieutoni

Klonus----

Refleks fisiologis++++

Refleks patologis--

6) Sensibilitas: normal7) Susunan syaraf vegetative: tidak ada kelainan8) Fungsi luhur: tidak ada kelainan9) Kelainan khusus: tidak ada

C. STATUS PSIKIATRIKUSKEADAAN UMUMa. Sensorium: kompos mentisb. Perhatian: adekuatc. Sikap: kooperatifd. Inisiatif: baike. Tingkah laku motorik: normoaktiff. Ekspresifasial: sesuaig. Verbalisasi: jelash. Cara bicara: lancari. Kontak psikisKontak fisik: adaKontak mata: adaKontak verbal: ada

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)a. Keadaan afektifAfek: sesuaiMood: hipotimik

b. Hidup emosiStabilitas: stabilDalam-dangkal: dalamPengendalian: terkendaliAdekuat-Inadekuat: adekuatEcht-unecht: echtSkala diferensiasi: menyempitEinfuhlung:bisa dirasakanArus emosi: labil

13

c. Keadaandanfungsi intelektualDaya ingat: baikDaya konsentrasi:baikOrientasi orang/waktu/tempat: baikLuas pengetahuan umum: sesuaiDiscriminative judgement: baikDiscriminative insight: baikDugaan taraf intelegensi: baikDepersonalisasi dan derealisasi: tidak adad. Kelainan sensasi dan persepsie. Ilusi: tidak adaHalusinasi: adaf. Keadaan proses berpikirPsikomotilitas: baikMutu: mudah dipahamiArus pikiran Flight of ideas: tidak ada Inkoherensi: tidak ada Sirkumstansial: tidak ada Tangensial : tidak ada Terhalang (blocking): tidak ada Terhambat (inhibition): tidak ada Perseverasi : tidak ada Verbigerasi: tidak ada

Isi pikiran

Waham: tidak ada Pola Sentral: tidak ada Fobia: tidak ada Konfabulasi: tidak ada Perasaan inferior: tidak ada Kecurigaan: tidak ada Rasa permusuhan/dendam: tida kada Perasaan berdosa/salah: ada Hipokondria: ada (merasa dirinya sakit) Ide bunuhdiri: ada Ide melukaidiri: ada Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran Obsesi: tidak ada Aliensi: tidak ada

Bentuk pikiran Autistik: tidak ada Simbolik: tidak ada Dereistik: tidak ada Simetrik: tidak ada Paralogik: tidak ada Konkritisasi: tidak ada Overinklusif: tidak ada

g. Keadaandorongan instinctual dan perbuatan Hipobulia: ada Vagabondage :tidak ada Stupor: tidakada Pyromania: tidakada Raptus/Impulsivitas: tidak ada Mannerisme: tidak ada Kegaduhan umum: tidak ada Autisme: tidak ada Deviasi seksual: tidak ada Logore: tidakada Ekopraksi: tidak ada Mutisme: tidak ada Ekolalia: tidak ada Lain-lain: tidak ada

h. Kecemasan: Tidak ada.

i. Dekorum Kebersihan: tidak baik Cara berpakaian: tidak rapi Sopansantun: sopan

j. Reality testing abilityteganggu.

: tidak dik

D. PEMERIKSAAN LAINa. Pemeriksaa nelektro ensefalogram:tidak dilakukanb. Pemeriksaan radiologi: dilakukan, hasilnya dalam batas normalc. c. Pemeriksaan echocardiograf: tidak dilakukanII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I : F.315 (Gangguan afektif bipolar, episode depresif kini berat dengan gejala psikotik) Aksis II : F.60.3 ( Ciri kepribadian emosional tak stabil) Aksis III : Tidak ada kelainan Aksis IV : Aksis V : GAF Scale 20-11

III. DIAGNOSIS DEFERENSIALF32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik + tentament suicide

IV. TERAPIa. Psikofarmaka Olandos (olanzapine) 10 mg 1 x 1 mg antipsikotik Merlopam 2 mg 2 x antiansietas Heximer 2 mg 2 x 1 mg b. Psikoterapi Psikoterapi Psikoterapi umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau dengan metode-metode tertentu yang dilakukan baik secara individual maupun berkelompok dengan tujuan untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.

Jenis-jenis psikoterapi: Psikoterapi suportif Berupa katarsis, persuasif, sugesti, bimbingan dan konseling (perbaikan hubungan, wawancara), terapi kerja, hipniterapi dan narkoterapi, psikoterapi kelompok, dan terapi perilaku. Psikoterapi reedukatif Untuk memahami konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam bawah sadar dengan usaha terencana untuk menyesuaikan diri, memodifikasi tujuan, membangkitkan serta menggunakan potensi kreatif yang dimiliki pasien. Psikoterapi rekonstruktif Untuk memahami konflik-konflik yang letaknya di alam sadar dengan usaha untuk mendapat perubahan yang luas dari struktur kepribadian dan perluasan dari pertumbuhan kepribadian dengan potensi penyesuaian diri yang baru.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA3.1 SKIZOAFEKTIF3.1.1 Definisi Gangguan schizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki fitur dua kondisi yang berbeda - skizofrenia, dan afektif (mood) gangguan yang dapat didiagnosis baik sebagai depresi berat atau gangguan bipolar. Skizofrenia adalah gangguan otak yang mendistorsi cara seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan realitas, dan berhubungan dengan orang lain. Depresi adalah penyakit yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak berharga, atau putus asa, serta masalah berkonsentrasi dan mengingat detail. Gangguan bipolar ditandai dengan bersepeda perubahan mood, termasuk tertinggi parah (mania) dan terendah (depresi).3.1.2 EpidemiologiPrevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%, berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih merupakan perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki engan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisocial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan diagnose skizofrenia, 81% perna didiagnosa gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.3.1.3 EtiologiSulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu banyak dari waktu ke waktu.Duaan saai ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetic dan lingkungan.Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual telah diajukan, yaitu:1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan afektif3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun gangguan afektif4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobtanan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang..3.1.4 Manifentasi Klinis.Seseorang dengan gangguan schizoafektif memiliki perubahan suasana hati berat dan beberapa gejala psikotik skizofrenia, seperti halusinasi, delusi, dan cara berpikir yang tidak teratur. Salah satu gejala psikotik pada gangguan schizoaffective adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan kenyataan dan apa yang sedang dipikirkan. Gejala gangguan skizoafektif mungkin sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain dan mungkin ringan atau berat. Gejala gangguan skizoafektif mungkin termasuk :Depresi Nafsu makan yang berkurang Pengurangan berat badan Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur ) Agitasi Merasa tidak ada semangat Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari Merasa tidak ada harapan Selalu merasa bersalah Tidak dapat berkonsentrasi Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diriMania Peningkatan aktivitas Bicara cepat Pikiran yang meloncat-loncat Sedikit tidur Agitasi Percaya diri meningkat Mudah teralihkanSchizophrenia Delusi (strange beliefs that are not based in reality and that the person refuses to give up, even when presented with factual information) Halusinasi (the perception of sensations that aren't real, such as hearing voices) Pemikiran yang tidak teratur Kebiasaan yang aneh Pergerakan yang lambat Tidak dapat menunjukkan emosi baik pada saat berbicara atau berkativitas Tidak memiliki motivasi Memiliki masalah dalam berkomunikasi3.1.5 DiagnosisKonsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostic baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa elvolusi dalam kriteria diagnostic untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manic, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofreniaCatatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresiB. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjolC. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakitD. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu za (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum

Sebutkan tipe:Tipe bipolar: Jika gangguan termasuk suatu episode manic atau campuran (atau suatu manik suatu episode campuran dan episode depresi berat)Tipe depresif: Jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat

Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorders.Ed. 4.Hak cipta American Psychiatric Association. Washington. 1994DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif tipe depresif.Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manic atau suatu episode campuran dan episode depresif berat.Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitiu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali dalam F20-F29.Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif dama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbedah. Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia) Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manic (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manic atau depresi (F30-F33)

3.2 PERCOBAAN BUNUH DIRI (SUICIDE ATTEMPT)

3.2.1 Definisi Percobaan Bunuh Diri (Suicide Attempt)

Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin suicidium, dengan sui yang berarti sendiri dan cidium yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului , misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup.

Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri

memiliki 4 pengertian, antara lain:

1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

1. Bunuh diri dilakukan dengan intensi

1. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

1. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

3.2.2 Metode Bunuh Diri

Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu.

Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:

1. obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)

1. menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)

1. senjata api dan peledak

1. menenggelamkan diri

1. melompat

1. memotong (menyayat dan menusuk)

3.2.3 FaktorTidak ada faktor tunggal pada kasus bunuh diri, setiap faktor yang ada saling berinteraksi.Namun demikian, tidak berarti bahwa seorang individu yang melakukan bunuh diri memiliki semua karakteristik di bawah ini. Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (Maris, dalam Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):

1. Major-depressive illness, affective disorder

1. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah yang positif)

1. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri

1. Sejarah percobaan bunuh diri

1. Sejarah bunuh diri dalam keluarga

1. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan

1. Hopelessness dan cognitive rigidity

1. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, suicidal).1. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas

1. Rendahnya tingkat 5-HIAA

1. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global,halusinasi perintah)

1. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapanbunuh diri)

1. Akses pada media untuk melukai diri sendiri

1. Penyakit fisik dan komplikasinya

1. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas

3.2.4 Penjelasan Bunuh Diri

Penjelasan-penjelasan dari perspektif yang berbeda berikut hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan dalam memahami perilaku bunuh diri yang kompleks.

1. Penjelasan Psikologis

Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa suicide is murder turned around 180degrees, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorangatau objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut.Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi.2. Penjelasan Biologis

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri.

3. Penjelasan Sosiologis

Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu:

1. Egoistic Suicide

Inidividu yang bunuh diri di sini adalah individu yang terisolasi dengan masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement dan underintegration.Individu menemukan bahwa sumber daya yang dimilikinyatidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dia lebih beresiko melakukan perilaku bunuh diri.

2. Altruistic Suicide

Individu di sini mengalami overinvolvement dan overintegration.Pada situasi demikian, hubungan yang menciptakan kesatuan antara individu dengan masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan bunuh diri yang dilakukan demi kelompok.Identitas personal didapatkan dari identifikasi dengan kesejahteraan kelompok, dan individu menemukan makna hidupnya dari luar dirinya.Pada masyarakat yang sangat terintegrasi, bunuh diri demi kelompok dapat dipandang sebagai suatu tugas.

3. Anomic Suicide

Bunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur anggotanya.Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya (misalnya hasrat terhadap materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika masyarakat gagal membantu mengatur individu karena perubahan yang radikal, kondisi anomie (tanpa hukum atau norma) akan terbentuk. Individu yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan mempersepsikannya sebagai kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan melakukan bunuh diri. Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak oleh kelompok teman sebayanya.4. Fatalistic SuicideTipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari anomic suicide, dimana individu mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat.Misalnya ketika seseorang dipenjara atau menjadi budak.

BAB IVANALISIS KASUS

Ny. A umur 60 tahun datang ke IGD dengan keluhan sering mendengar suara-suara sejak 6 bulan yang lalu dan os melakukan percobaan bunuh diri 2 hari yang lalu.Dari anamnesis didapatkan juga os merasa gelisah, mudah marah os juga mengeluh susah tidur dan suka menutup telinga ketika tidur. Keluhan ini pertama kali muncul disebabkan karena os pernah salah menagkap ayam dan kemudian memotong buntut ayamnya kemudian tetangga os menegur dan mengatakan ingin memenjarakan os, os meminta maaf kepada tetangganya tetapi os masih merasa bersalah, os juga merasa gelisah dan sulit tidur karena mendengar suara-suara yang ingin memenjara dan membunuh os dan adik kandungnya, keluarga os juga mengatakan os tinggal sendiri di rumah kebun karena di janjikan kebun yang dijaga os akan menjadi miliknya tapi yang punya kebun mengingkari sehingaa os kecewa.Os pernah melakukan percobaan bunuh diri karena sudah tidak tahan lagi mendengar suara-suara-suara yang didengar berulang-ulang. Os berhasil ditolong dan dibawa ke IGD RSMH Palembang.Dari keluhan utama dan riwayat gangguan sekarang kemungkinan diagnosis pada pasien ini yaitu gangguan afektif dan tentamen suicide.Skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif. Gejala yang khas pada pasien dengan gangguan skizoafektif berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi, disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manic maupun depresif.Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb Ja. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003 3. Benjamin J. sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadocks pocket handbook of psychiatric drug treatment4. Kaplan HI,Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 33-465. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. 4 th ed. Indonesia; Gaya baru jakarta. 1995