Case DS Skizoafektif
-
Upload
bernardus-mario-vito -
Category
Documents
-
view
225 -
download
5
Embed Size (px)
description
Transcript of Case DS Skizoafektif

STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 37 tahun
Status Perkawinan: Sudah menikah, suami meninggal
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Sudah tidak bekerja, pernah bekerja sebagai pelayan dan pengamen
Agama : Islam
Alamat : Kp Cemplang Baru
II. RIWAYAT PSIKIATRIK (autoanamnesis)
A. Keluhan utama: Telanjang-telanjang
B. Keluhan tambahan:
1. Menciumi teman wanitanya
2. Mendengar suara-suara yang mengingatkan dia
3. Menganggap dirinya nabi yang dapat menyembuhkan orang
4. Pasien suka marah-marah secara tiba-tiba dan bicara tidak jelas
C. Riwayat Gangguan Sekarang:
Sebelas hari yang lalu pasien diantar petugas panti karena petugas panti melihat
pasien mulai suka telanjang dan marah-marah terhadap teman sepantinya. Saat
diwawancara pasien mengatakan bahwa dirinya melihat kolam renang sehingga pasien
segera melepas pakaiannya untuk berenang.
Selain itu, pasien juga mendengar suara-suara yang memperingatkan dia. Suara-
suara yang muncul menurut pasien seperti suara ibunya yang sudah tidak ada yang
memperingatkan dia akan suatu musibah. Pasien juga meyakini bahwa orang-orang
1

sekitarnya tidak mempercayai dirinya akan musibah tersebut. Suara-suara itu juga
memberi tahu pasien bahwa dia dapat menyembuhkan orang yang sakit. Selain itu pasien
juga suka menciumi teman-teman wanitanya. Pasien mengaku tidak ingat akan hal itu
dan merasa dikatakan lesbi jika berbicara berdua dengan teman wanitanya.
Pasien jadi sering marah-marah kepada orang di sekitarnya. Pasien marah-marah
jika dilarang melakukan sesuatu seperti merokok. Kata-kata yang dikeluarkan pasien
tidak jelas dan tidak menyambung. Semua ini dialami pasien setelah pasien tidak minum
obat secara rutin. Karena pasien merasa bosan minum obat yang tidak jelas sampai kapan
harus tetap meminum obat tersebut meskipun kadang-kadang gejala suara-suara tersebut
masih ada.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pada tahun 2006 saat pasien berusia 29 tahun pasien pernah dirawat di
rumah sakit jiwa di Bogor. Menurut pasien, pasien dibawa ke rumah sakit jiwa
oleh adiknya karena pasien tidak mau makan, banyak bicara, dan kurang tidur
karena pasien tidak merasa mengantuk dan merasa tidak lelah beraktivitas terus..
Menurut pasien hal ini disebabkan karena suami pasien meninggalkannya dengan
banyak hutang. Pasien merasa lebih tenang setelah suaminya meninggalkannya
karena suaminya berbohong tentang penghasilannya dan sering membawa wanita
lain ke rumahnya. Pasien dirawat selama 3 bulan dan setelah itu pasien diijinkan
pulang. Pasien juga mendengar suara-suara yang menurut pasien seperti suara
ibunya yang mengingatkan akan terjadinya suatu musibah seperti tsunami di Aceh
dan memberitahukan bahwa ia dapat menyembuhkan orang sakit. Pasien juga
sering melihat sosok yang menurut pasien menyerupai nabi. Pasien juga melihat
sosok seperti nabi yang menghampirinya dan ia merasa setiap orang mempunyai
penglihatan khusus dalam dirinya.
Pada tahun 2007, usia 30 tahun, keluhan muncul kembali karena pasien
jarang minum obat karena pasien bekerja di pinggir jalan dan lupa membawa
obat. Pasien bekerja mengamen sembunyi-sembunyi dan yang mengetahui hanya
adiknya yang laki-laki. Kemudian pasien dirawat di rumah sakit jiwa di Bogor.
2

Pada tahun 2008, usia 31 tahun, gejala yang sama muncul kembali. Pasien
sering dibilang orang gila oleh orang-orang yang ditemuinya di jalan. Pasien
dirawat kembali dan diperbolehkan pulang.
Pada tahun 2012, usia 35 tahun pasien ditangkap satpol pp. Menurut
pasien, pasien tersasar dan tidak membawa ktp sehingga satpol pp membawanya
ke panti. Pasien juga mengaku sering melihat kolam renang sehingga pasien
sering telanjang di tempat umum. Semenjak itu pasien dibawa ke panti dan
tinggal di panti.
2. Riwayat Gangguan Medik
Riwayat gangguan medik tidak ditemukan.
3. Riwayat Penggunaan Zat
Pasien sering merokok namun tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif
lainnya maupun alkohol.
Grafik Perjalanan Penyakit
2006 2007 2008 2012 2014
Onset 29 tahun 30 tahun 31 tahun 35 tahun 37 tahun
3

Stresor Pasien ditinggal oleh suaminya dan memiliki hutang
Pasien jarang minum obat
Pasien jarang minum obat dan sering dihina orang gila oleh orang sekitarnya
Pasien ditangkap satpol pp karena tersasar dan tidak membawa identitas
Pasien sudah merasa bosan minum obat dan minum tidak teratur.
Klinis - Pasien
banyak
bicara, tidak
merasa
mengantuk,
energi yang
meluap-luap
- Halusinasi
auditorik
dan visual
- Waham
kebesaran
- Pasien
banyak
bicara, tidak
merasa
mengantuk,
energi yang
meluap-luap
- Halusinasi
auditorik
dan visual
- Waham
kebesaran
- Pasien banyak
bicara, tidak
merasa
mengantuk,
energi yang
meluap-luap
- Halusinasi
auditorik dan
visual
- Waham
kebesaran
- Perilaku
banyak bicara,
tidak merasa
mengantuk,
energi yang
meluap-luap
- Halusinasi
auditorik dan
visual. Visual
ditambah
dengan
penglihatan
kolam renang.
- Waham
kebesaran
- Mood
hipertim
- Afek
terbatas
- Perilaku
banyak
bicara, tidak
merasa
mengantuk,
energi yang
meluap-luap
- Halusinasi
auditorik dan
visual
- Waham
kebesaran
Terapi Berobat ke RS
Berobat ke RS
Berobat ke RS Berobat ke RS - Scabimite sekali pakai- Loratadin 1x1- Asam salisilat +Fuson sekali pakai- Injeksi seftriaxon dosis tunggal- Frimania 200mg 2x11/2
4

- Hexymer 2mg 3x1- Risperidone 2mg 2x1- Clozapin 2,5mg 1x1
Efek
samping
- - - - -
Lama terapi
3 bulan 3 bulan 4 tahun(tidak rutin)
2 tahun (tidak rutin)
Saat ini
- Interaksi
sosial
- Perawatan
diri
- Fungsi
sosial
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓
↓↓↓
↓↓↓
↓↓↓
↓
↓
↓
E. Riwayat Perkembangan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Riwayat kelahiran pasien tidak diketahui. Pasien tinggal bersama keluarganya.
2. Riwayat Masa Kanak Awal
Pasien tinggal bersama keluarganya. Riwayat perkembangan pasien di rumah
tidak diketahui.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan
Pasien memiliki banyak teman sebaya di sekolahnya. Pasien mengaku tidak
memilki masalah dengan temannya dan tidak pernah tidak naik kelas. Ayahnya
meninggal karena sakit dan pasien tinggal bersama ibunya.
4. Riwayat Masa Remaja
Pada saat 3 SMP ibu pasien meninggal karena sakit dan pasien tidak melanjutkan
ke SMA. Pasien memiliki banyak teman bermain. Selain di sekolah pasien juga
5

sering pergi berkumpul dengan teman sekampungnya. Pasien mulai mencoba
merokok karena diajak teman-temannya.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien mengikuti jenjang pendidikan hingga SMP dan tuntas. Pasien tidak
pernah tinggal kelas sebelumnya. Pasien berhenti sekolah karena masalah
biaya dan memilih untuk mulai bekerja.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe. Pasien bekerja sejak
tahun 1992 sampai tahun 2000. Kadang pasien juga bernyanyi di panggung
cafe. Setelah menikah pasien tidak bekerja lagi dan mulai mengamen sejak
ditinggal suami yaitu pada tahun 2005.
c. Riwayat Perkawinan / Berpacaran / Berpasangan
Pasien menikah tahun 2000 dan suaminya meninggal karena sakit pada tahun
2005. Pasien belum menikah atau berpacaran lagi semenjak 2005.
d. Riwayat Agama / Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, tetapi jarang shalat dan pergi ke masjid.
e. Aktivitas Sosial
Pasien sering berinteraksi dengan teman sekolahnya. Pasien sering bepergian
bersama teman-temannya. Teman-temannya menyukai pasien.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah memiliki riwayat pelanggaran hukum sebelumnya.
g. Riwayat Militer
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dan pembelajaran
mengenai militer.
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di panti laras dan mengikuti aktivitas rutin di panti.
G. Riwayat Psikoseksual
6

Pasien pernah berhubungan seksual sebelumnya baik suami dan pasien menyukai lawan
jenis.
H. Riwayat Keluarga
I. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
Harapan pasien saat ini adalah ingin bisa sembuh dan kembali menjalani hidup normal
seperti orang pada umumnya.
III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 4 Desember 2014)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan :
Wanita, usia 37 tahun, berpenampilan sesuai usia dengan higienitas dan perawatan
diri buruk. Penampilan rapi dan pakaian serasi menggunakan seragam RSKD Duren
Sawit.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien tampak tenang saat diwawancarai. Pasien melakukan kontak mata dengan
pewawancara.
3. Sikap terhadap pemeriksa :
Pasien bersikap kooperatif dan terbuka terhadap pemeriksa
B. MOOD DAN AFEK
Mood : Hipertim
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi
7

C. PEMBICARAAN
Pasien bicara spontan, artikulasi jelas, lancar, dan menjawab sesuai pertanyaan
D. GANGGUAN PERSEPSI
Ilusi : Tidak ditemukan
Halusinasi : Auditorik (mendengar suara yang memperingatkan dirinya)
Visual (melihat kolam renang dan nabi)
Depersonalisasi : Tidak ditemukan
Derealisasi : Tidak ditemukan
E. PIKIRAN
1. Proses pikir / bentuk pikiran: Koheren
2. Isi pikiran :
Preokupasi : Tidak ditemukan
Obsesi : Tidak ditemukan
Waham : Waham kebesaran (merasa dirinya nabi)
Ide bunuh diri : Tidak ditemukan
F. SENSORIUM DAN KOGNISI
1. Kesiagaan dan taraf kesadaran: Baik (compos mentis)
2. Orientasi:
Waktu : Tidak terganggu (pasien mengetahui hari dan tanggal saat wawancara)
Tempat : Tidak terganggu (pasien mengetahui sedang berada dimana)
Orang : Tidak terganggu(pasien dapat mengenali dokter muda)
3. Ingatan:
Jangka panjang : Tidak terganggu (pasien dapat mengingat masa kecilnya)
Jangka menengah: Tidak terganggu (pasien ingat kegiatan menari bersama di panti 3
bulan yang lalu)
Jangka pendek : Tidak terganggu (pasien ingat apa yang dilakukan dan apa yang
dimakan pada pagi hari)
8

Segera : Tidak terganggu (pasien ingat nama dokter muda yang sedang
berkunjung setelah berkenalan)
4. Konsentrasi dan perhatian:
Normal (pasien dapat menghitung 100 dikurang 7, menyebut 5 benda dari huruf k)
5. Kemampuan membaca dan menulis:
Tidak terganggu (pasien mampu menulis nama dan membaca huruf yang ditulis oleh
dokter muda)
6. Kemampuan visuospasial:
Tidak terganggu (pasien mampu menggambar jam dan menyalin gambar pentagon)
7. Pikiran abstrak:
Tidak terganggu (pasien mampu memahami peribahasa)
8. Inteligensi dan daya informasi:
Baik (pasien mampu berhitung, membaca, berbahasa)
G. PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls tidak terganggu
H. DAYA NILAI DAN TILIKAN
Daya nilai sosial : tidak terganggu
Uji daya nilai sosial : tidak terganggu
Uji nilai realita : tidak terganggu
Tilikan 3 (pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan faktor eksternal yaitu
suaminya yang tidak dapat membahagiakan)
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Secara keseluruhan pembicaraan pasien dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status internus
Keadaan Umum : tampak tenang
9

Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 16x/menit
Suhu : 36,00C
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan : 59 kg
Kepala : normocephali
Mata :konjungitva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor
3mm/3mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/+.
Hidung : septum nasi di tengah, secret -/-
Mulut : mukosa oral basah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks Pulmo :
I : Simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Suara nafas Vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Thoraks Cor :
I : Iktus cordis tidak nampak
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas : ICS III
Batas kanan : Linea parasternal dextra
Batas kiri : Linea midklavikularis sinistra
A : Bunyi jantung 1 & 2 reguler, murmur -, gallop -
Abdomen :
I : Datar
A :BU 8 x/menit
P : Supel, nyeri tekan -, organomegali -
P : Timpani pada seluruh kuadran
10

Kulit : Turgor baik, pucat -, sianosis -, terdapat lesi kulit pada daerah
tangan dan kaki berupa skuama, erosi, ekskoriasi, likenifikasi
Ekstremitas : CRT <2s, akral hangat, edema -/-, tremor -/-
Motorik : Normotonus, koordinasi baik
Refleks : Refleks fisiologis +/+/+/+, refleks patologis -/-
Kelainan khusus : Skabies
B. Status neurologik
GCS : E4V5M6
Pemeriksaan saraf kranial : kesan dalam batas normal
Rangsang Meningeal : Tidak ada
Refleks : Fisiologis +/+/+/+
Patologis -/-
Motorik dan sensorik : Dalam batas normal
Otonom : Dalam batas normal
C. Test psikologik, neurologik, laboratorium sesuai indikasi
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Leukosit 9.8 ribu/mm3 3.6-11
Eritrosit 4.6 juta/mm3 4.4-5.9
Hemoglobin 13.4 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 42.1 % 35-47
MCV 89.4 Fl 80-100
MCH 28.5 Pg 26-34
MCHC 33.6 g/dl 32-36
Trombosit 350 ribu/mm3 150-400
11

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Anamnesis
Pasien wanita berusia 37 tahun dibawa ke RSKD Duren Sawit 11 hari yang lalu karena
petugas panti melihat pasien mulai telanjang-telanjang dan suka menciumi teman sesama
jenisnya. Pasien memiliki halusinasi visual, halusinasi auditorik. Pasien jadi banyak bicara,
waktu tidur berkurang, suka marah-marah kalau dilarang melakukan sesuatu seperti
merokok. Pasien juga suka marah-marah dan bicara tidak jelas. Semua ini dialami pasien
setelah pasien tidak minum obat secara rutin. Karena menurut pasien walaupun sudah minum
obat, gejala pasien masih tidak membaik. Keluhan ini pernah dialami pasien dari tahun 2006
saat pasien berusia 29 tahun dan berulang lagi pada tahun 2007, 2008, 2012 dan 2014. Pasien
mengatakan hal ini disebabkan karena ditinggal suami pasien dan hutang yang banyak akibat
suaminya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik secara umum dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan.
Status Mental
Pada pemeriksaan status mental ditemukan:
Mood: hipertim ; Afek: terbatas ; Keserasian: serasi
Gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan visual
Gangguan pikir : waham kebesaran
Tilikan: derajat 3.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ditemukan sindrom atau pola perilaku atau psikologi yang bermakna secara klinis
yang menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan
aktivitas kehidupannya sehari-hari untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa adanya gangguan jiwa pada pasien yang sesuai dengan definisi
gangguan jiwa yang tercantum dalam PPDGJ III.
a) Diagnosis aksis I
F00-F09 : Pasien tidak memiliki gangguan mental yang disebabkan gangguan
organik. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan cedera/trauma pada otak
12

serta tidak ada penyakit sistemik. Tidak ada gangguan pada fungsi kognitif, daya
ingat, daya pikir, dan kesadaran atau perhatian. Oleh karena itu, pasien ini tidak
digolongkan ke dalam F00-F09.
F10-F19 : Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan NAPZA
pada pasien, hanya saja pasien merupakan perokok tetapi tidak memenuhi kriteria
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan nikotin. Oleh karena itu, pasien
ini tidak digolongkan ke dalam F10-F19
F20-F29 : Pasien memiliki gejala-gejala berikut
o Halusinasi auditorik : pasien mendengar suara-suara yang
memperingatkan dirinya akan suatu musibah.
o Halusinasi visual : pasien melihat kolam renang di jalan dan
melihat sosok seperti nabi
o Waham kebesaran : pasien meyakini dirinya adalah nabi yang
dapat menyembuhkan
o Gejala-gejala tersebut terjadi lebih dari 1 bulan
o Ada perubahan dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
pribadi seperti hidup tak bertujuan.
o Disertai adanya gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada
saat bersamaan
o Gangguan afek seperti aktivitas berlebihan, banyak bicara, dan
tidur kurang.
Memenuhi kriteria diagnosis F25.0 skizoafektif tipe manik karena :
o Memenuhi kriteria umum skizofrenia
o Afek meningkat secara menonjol ditambah dengan iritabilitas
o Skizoafektif tipe manik yang berulang
b) Diagnosis aksis II
Diagnosis sulit ditegakkan
c) Diagnosis aksis III
Skabies.
d) Diagnosis aksis IV
13

Pada aksis ini ditemukan masalah dengan primary support group (keluarga) dan
ekonomi. Ayah dan ibunya meninggalkannya sejak kecil dan keluarganya yang lain tidak
pernah berkunjung. Pasien juga memiliki masalah ekonomi karena ditinggal suaminya
dengan hutang.
e) Diagnosis aksis V
Highest GAF level past year : 55 (gejala sedang, disabilitas sedang)
Current GAF : 35 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)
VII. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F.25.0)
Aksis II : Tidak dapat ditentukan
Aksis III : Skabies
Aksis IV : Masalah dukungan keluarga dan ekonomi
Aksis V : GAF current: 35
GAF highest level past year: 55
VIII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Sakit kronis, berkelanjutan
2. Psikologik
Gejala psikotik
o Gejala (+) : halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham kebesaran
Kepatuhan minum obat buruk
3. Lingkungan dan sosial
Keluarga : orang tua pasien sudah tidak ada dan tidak ada anggota keluarga lain
yang menjenguk
Masyarakat : pasien mengalami stigma dan diskriminasi
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
14

Quo ad Functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad malam
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non Farmakologis
a. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya serta perjalanan
penyakitnya yang mengharuskan pasien minum obat terus-menerus
b. Memotivasi pasien untuk memahami manfaat minum obat secara rutin
c. Memperbaiki fungsi sosial pasien
2. Terapi Farmakologis
a. - Loratadin 10 mg 1x1 p.o
b. - Frimania 200mg 2x11/2 p.o
c. - Risperidone 2mg 2x1 p.o
XI. FOLLOW UP
Pantau gejala-gejala psikis yang ada
Pantau kemungkinan munculnya efek samping terutama gejala ekstrapiramidal
15

XII. DISKUSI
Gangguan skizoafektif memiliki gejala skizofrenia dan gangguan mood.
Gangguan tersebut harus terjadi secara bersamaan atau selang beberapa hari. Menurut
PPDGJ III kriteria diagnosis untuk skizoafektif sebagai berikut :
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsukuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode
manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Paska-skizofrenia).
Beberapa pasien dapat mengalami episode psikotik berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2).
Pasien lain mengalami satu atau 2 episode skizoafektif terselip di antara
episode manik atau depresif (F30-F33).
Kriteria diagnosis untuk gangguan skizoafektif tipe manik adalah:
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang
tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sesuai kriteria diagnosis untuk
skizofrenia)
16

. Pedoman diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ III yaitu:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2 gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)
a. – “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
- “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
17

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikitnya dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme,
dan stupor;
d. Gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
3. Adapun gejala-gejala tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna salam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.
Pasien mengalami gangguan persepsi yaitu berupa adanya halusinasi auditorik tipe
discussion dan visual. Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi
informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.
Sedangkan, halusinasi merupakan persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan
18

dengan stimuli eksternal yang nyata; pengalaman perseptif yang terjadi tanpa stimulus
eksternal. Untuk dikatakan sebagai halusinasi, pasien harus dalam keadaan sensorium yang
jernih, tidak saat tertidur atau ketika bangun tidur. Terdapat berbagai jenis halusinasi yaitu
antara lain halusinasi dengar (auditorik), halusinasi visual, halusinasi cium (olfaktoris),
halusinasi kecap (gustatorik), dan halusinasi raba (taktil). Pada pasien terdapat gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual.
o Halusinasi auditorik adalah persepsi bunyi palsu, bisa dalam bentuk suara maupun
bunyi lain seperti musik. Hal ini terdapat pada pasien dimana ia dapat mendengar dan
berbincang dengan malaikat dan arwah yang mengikutinya dan memintanya untuk
menjaga anak yatim, menjaga saudara-saudarannya, dan mengingatkan bahwa kiamat
sudah dekat. Malaikat ini juga yang membisikkan kepada dirinya untuk memukul
kaca karena sebal dengan tetangga yang mabuk.
o Halusinasi visual adalah persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk seperti orang maupun citra yang tidak berbentuk. Pasien melihat malaikat
dari langit dan arwah orang meninggal mengikutinya.
Pada pasien juga ditemukan gangguan isi pikir berupa waham, waham adalah
keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal,
tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat
dikoreksi dengan suatu alasan. Pada pasien, terdapat waham kebesaran.
Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara
subyektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain contohnya disforik,
eutimik, mood yang meninggi. Pada pasien ditemukan mood yang hipertimik. Mood yang
hipertimik adalah mood yang meningkat dan juga irritable. Sehingga dengan gejala yang
dialami pasien, Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis pasien ini adalah F25.0 Skizoafektif
Tipe Manik.
19

Epidemiologi dan faktor resiko
Insidensi per tahun terjadinya skizoafektif kurang dari 1% yaitu berkisar 0,5-0,8%
per 10.000. Tipe depresif lebih sering terjadi pada pria dan tipe bipolar lebih sering
mengenai dewasa muda daripada orang tua. Rata- rata angka kejadian skizoafektif
umumnya lebih sering terjadi pada wanita, dan usianya lebih tua dibandingkan pria.
Penyebab skizoafektif masih belum diketahu secara pasti. Namun beberapa teori
menunjukkan pengaruh genetik sebagai faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
skizoafektif. Skizoafektif memiliki kecenderungan untuk diturunkan. Keturunan dari
derajat pertama keluarga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena Skizoafektif.
Tatalaksana
Antipsikotik diberikan pada pasien dengan skizoafektif. Walaupun demikian,
beberapa penelitian telah membuktikan bahwa intervensi psikososial seperti psikoterapi
dapat meningkatkan perbaikan klinis. Pasien skizoafektif akan mengalami perbaikan klinis
lebih baik jika diberikan terapi antipsikosis dan psikoterapi bersama-sama, ketimbang
hanya salah satu terapi saja.
Untuk skizoafektik tipe manik diperlukan pemberian mood stabilizer. Dapat pula
diberikan anti mania seperti lithium.
Perawatan di rumah sakit diindikasikan untuk kepentingan diagnosis,
menstabilisasi pasien, dan untuk keselamatan pasien bila terdapat gagasan bunuh diri, juga
bila terdapat gangguan perilaku termasuk ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
dasar (makan, perawatan diri, berpakaian, dsb). Perawatan singkat di rumah sakit selama 4-
6 minggu sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang.
Prinsip pengobatan pasien dengan skizoafektif ialah dengan pemberian obat-
obatan untuk mengurangi gejalanya (symtomps remissions) psikotiknya dan untuk mood
stabilizer pasien. Dapat digunakan obat-obat dari golongan antipsikotik dan benzodiazepin
contohnya; haloperidol, olanzapine, fluphenazine, risperidone, atau lorazepam. Umumnya
rute pemberian yang digunakan ialah intramuskular, terutama pada pasien agitasi efeknya
lebih cepat untuk menenangkan pasien. Fase pengobatan ini berlangsung kurang lebih
selama 4-8 minggu. Setelahnya dilanjutkan dengan fase stabilisasi dan pemeliharaan
(maintenance). Tujuan dari fase ini ialah untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan
20

meningkatkan fungsi hidup mereka. Pada pasien ini diberikan anti psikotik atipikal yaitu
risperidone. Pemilihan anti psikotik atipikal karena hubungannya dengan efek samping
berupa gejala ekstrapiramidal yang lebih rendah. Antipsikosis atipikal bekerja dengan
memblokade dopamin pada reseptor D2 dan serotonin 5-HT-1A dan 5-HT-2A, histamin H1,
serta reseptor adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya sangat rendah terhadap reseptor D2 dan
relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT-2A. Afinitasnya yang rendah terhadap kolinergik
muskarinik (sehingga kurangnya efek samping antikolinergik).
Pemberian antipsikotik memiliki efek samping yang juga harus diperhatikan.
Extrapyramidal symtomps (EPS) merupakan salah satu efek samping yang umum
ditemukan dan dapat menimbulkan gangguan kepada pasien dalam pengobatan dengan
antipsikosis. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan penurunan dosis antipsikotik atau
ditambahkan obat anti-Parkinson contohnya trihexyphenidyl. Namun perlu diperhatikan
juga bahwa pemberian THP juga memiliki efek samping bila berlebih, diantaranya ialah
pandangan buram, mulut kering, konstipasi, dan terkadang gangguan memori. Oleh karena
itu penting untuk mem-follow-up pasien untuk mengetahui perkembangan gejalanya.
Pasien juga memiliki masalah “primary support group” (keluarga) oleh sebab itu
diperlukan terapi keluarga yang berdasarkan pada pendekatan psiko-edukasi yang meliputi
informasi mengenai gangguan, terapi, dan faktor apa saja yang mempengaruhi perjalan
penyakit.
Pada pasien ini diberikan mood stabilizer berupa lithium karbonat (Frimania).
Pemberian lithium ini mengurangi supersensitivits dopamin reseptor dengan meningkatkan
aktivitas kolinergik-muskarinik dan menghambat cyclic AMP. Efek lithium baru muncul 7-
10 hari. Harus diperhatikan efek samping dari lithium ini seperti mulut kering, haus, GI
distress, tremor halus. Dosis teurapeutiknya 0,8-1,2 mEq/L atau 2-3 x 500 mg/hari. Kadar
toksisnya di atas 1,5mEq/L.
Prognosis
Lebih dari 50% pasien memiliki prognosis yang kurang baik, dengan berulang
kali dirawat di rumah sakit, kekambuhan gejala, episode gangguan mood yang berat dan
percobaan bunuh diri. Namun demikian, tidak semua kasus memiliki prognosis yang sama.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi prognosis sehingga menjadi lebih baik.
21

22