Dr.prasila-laporan Kasus Skizoafektif

43
LAPORAN KASUS SKIZOAFEKTIF DEPRESI Disusun oleh : Leonyta Garnis (1102008137) Pembimbing: Dr. Prasila Darwin,SpKJ KEPANITERAAN KLINIK STASE KEDOKTERAN JIWA RS. JIWA ISLAM KLENDER 2013

description

psikiatri skizoaktif

Transcript of Dr.prasila-laporan Kasus Skizoafektif

LAPORAN KASUSSKIZOAFEKTIF DEPRESI

Disusun oleh :Leonyta Garnis (1102008137)

Pembimbing:Dr. Prasila Darwin,SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK STASE KEDOKTERAN JIWA RS. JIWA ISLAM KLENDER

2013

STATUS PSIKIATRI• IDENTITAS PASIEN

Nama : NN. LAJenis Kelamin : PerempuanTempat/Tanggal Lahir : Purworejo/ 05 September 1993Usia : 20 tahunAgama : IslamSuku bangsa : Jawa Pendidikan : SMAStatus pernikahan : Belum menikahAlamat : Puri Juanda Regency blok S no 2. BekasiPekerjaan : PelajarDatang Ke Rumah Sakit : 14 September 2013 pukul 10.00 WIBRiwayat perawatan

• Rawat Jalan : Pernah dengan Dr. M • Rawat Inap : Belum Pernah

RIWAYAT PSIKIATRIBerdasarkan • Autoanamnesa: Diambil tanggal 17 September

2013• Alloanamnesis : Diambil tanggal 17

September 2013

Keluhan Utama• Pasien terlihat murung, pendiam, lebih senang

menyendiri dan tidak bersemangat.

Riwayat Gangguan Sekarang

• Pasien datang ke RSJIK diantar oleh ibunya pada tanggal 14 September 2013 berniat untuk kontrol karena beberapa terakhir pasien terlihat murung dan lebih pendiam serta berbicara kadang-kadang tidak nyambung. Pasien mengaku sejak satu tahun ini sering mendapat bisikan dari seseorang yang kadang dia kenal suaranya (Mas Nando) dan ada juga yang pasien tidak kenal suaranya. Bisiskan tersebut ada yang bersifat positif dan negative. Yang bersifat positif seperti memerintah untuk solat malam, sedangklan bisikan negative nya seperti memerintah untuk keluar dari rumah dan pergi ke Palestina untuk berjihad sebagai usaha untuk menebus dosa. Pasien juga mengaku pernah mencoba ingin bunuh diri dengan cara melompat dari atap rumah tetapi kemudian digagalkan oleh ibu pasien.pasien juga merasa bahwa pasien mempunyai banyak dosa dan sering menyalahkan diri sendiri, khususnya tentang putusnya hubungan pasien dengan pacarnya. Menurut ibu pasien, pasien juga sering melihat benda yang tidak ada wujudnya seperti mengaku melihat ular.

• Menurut cerita ibu pasien, sebelum pasien mengalami kejadian-kejadian tersebut pasien sempat dipaksa untuk putus dari pacarnya sejak dari SMA. Karena ibu pasien merasa tidak terima karena pasien selalu disalah-salah kan oleh ibu pacarnya jika pacar pasien tidak masuk kuliah atau nilai nya turun.

• Setelah pasien putus dari pacarnya, pasien bercerita kepada teman kelasnya yang bernama Risda yang mengaku memiliki indra ke 6. Setelah bercerita kemudian pasien diberi buku yang berisi doa-doa untuk menangkan hati. Tetapi setelah pasien membaca buku itu, pasien justru mulai merasa ketakutan dan kemudian mulai timbul bisikan. Bisikan itu diakui pasien timbul saat pasien melamun dan sendiri.

• Riwayat Gangguan Sebelumnya• Gangguan Psikiatri

Pada pertengahan oktober pasien pernah dibawa berobat ke RSIJK karena hal yang sama dan hanya dianjurkan untuk melakukan rawat jalan dan diberi obat anti depresi. Tetapi karena ibu pasien pernah lupa untuk mengingatkan pasien meminum obat selama 3 hari kemudian pasien mulai mendengar bisikan-bisikan dan terlihat murung kembali, sehingga ibu pasien membawa pasien kembali ke RSIJK kemudian dokter menyarankan untuk dirawat inap.

Gangguan MedikPasien tidak memiliki kelainan bawan sejak

lahir. Pasien pernah melakukan operasi usus buntu (appendicitis) di RS Mitra Keluarga Bekasi Barat saat usia ± 18 tahun. Pasien tidak memiliki riwayat kejang dan trauma kepala.

Gangguan Zat Psikoaktif

Pasien bukan perokok. Pasien tidak pernah minum minuman beralkohol. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang maupun zat psikotropika jenis apapun.

Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum SakitRiwayat Prenatal dan PerinatalSelama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit atau hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien lahir dari pernikahan yang sah, cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir secara normal dan saat lahir bayi langsung menangis. Tidak ada penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan.

• Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya serta adik-adiknya yang lain. Pasien bisa bicara usia 2 tahun, dan berjalan usia 1,5 tahun. Pasien merupakan anak yang pendiam sehingga tidak banyak bicara.

• Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien termasuk anak yang baik, pendiam dan tertutup serta kurang memiliki banyak teman.

Masa Pubertas dan RemajaHubungan Sosial

Pasien termasuk orang tertutup dan pendiam yang tidak mudah dekat dan bergaul dengan orang lain. Pasien lebih suka bermain dengan anak yang usianya lebih muda darinya. Pasien cukup dekat dengan ibu nya. Karena pasien menganggap bahwa ibu pasien adalah teman nya.

• Riwayat Pendidikan Formal Pasien bersekolah SDN Sumber Jaya 04 di daerah Bekasi, lalu melanjutkan ke SMPN 5 Tambun Selatan. Dan melanjutkan ke SMA Bani Saleh. Saat ini pasien melanjutkan pendidikan di UNJ jurusan kimia semester 5.

• Perkembangan Motorik dan KognitifDalam Perkembangan motorik dan kognitif pasien tidak ada gangguan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam hal keterampilan intelektual maupun motorik.

• Riwayat PsikoseksualPasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikoseksual. Pasien memiliki sifat tertutup.

Pasien adalah anak pertama dari empat bersaudara. Terdiri dari dua adik laki-laki, dan satu adik perempuan. Pekerjaan ayah pasien adalah karyawan dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita gangguan jiwa.

STATUS MENTAL• Deskripsi Umum

PenampilanPasien seorang perempuan, berbadan gemuk, berkulit coklat, menggunakan kerudung, kuku rapi, tidak berbau, tampak ramah dan tangan lembab saat bersalaman, dengan tinggi sekitar 155 cm dan berat 70 kg.Saat ini pasien berumur 20 tahun dan pasien terlihat sesuai dengan usianya.Ketika wawancara pasien mengenakan baju kaos tanpa kerah berlengan pendek berwarna merah muda, dan celana pendek berwarna merah muda.

• Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSelama wawancara pasien duduk dengan tenang. Pasien langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Saat berbicara pasien menatap dokter muda, tidak ada gerakan yang tidak disadari selama wawancara. Setelah wawancara dokter muda berpamitan dengan pasien, bersalaman dan pasien menerima dengan baik.

Sikap terhadap PemeriksaPasien cukup kooperatif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika wawancara. Pasien bersikap tenang dan berprilaku sopan.

Keadaan Afektif• Suasana Perasaan / Mood: Hipotin/Depresi• Afek : Datar• Keserasian : Serasi

Pembicaraan• Volume : sedang• Irama : teratur• Kelancaran : kata-kata lancar,

artikulasio dan intonasi jelas

• Kecepatan : sedang• Gaya berbicara : sedikit tegang• Gangguan berbicara :tidak ada afasia, tidak ada

disartria, tidak ada ekolalia.

Gangguan Persepsi• Halusinasi • Auditorik : Ada

(pasien sering mendengar suara-suara dari seseorang yang merasa dia kenal (Mas Nando) dan yang tidak dia kenal yang memerintah hal positif dan negative, dan negative seperti bisikan untuk keluar dari rumah, untuk bunuh diri, dan jihad ke palestina.

• Visual : Tidak Ada • Taktil : Tidak Ada.• Olfaktorik : Tidak Ada.• Gustatorik : Tidak Ada.• Ilusi : Tidak Ada• Derealisasi : Ada (karena pasien lebih suka sendiri di tempat yang

sepi dari pada harus berada di tempat yang ramai)• Depersonalisasi : Tidak Ada

Proses Pikir1. Proses PikirProduktivitas : Cukup IdeKontinuitas • Assosiasi longgar : Tidak Ada• Inkoherensia : Tidak Ada• Flight of ideas : Tidak Ada• Neologisme : Tidak Ada

Isi pikir

• Preokupasi : Tidak Ada• Waham

– Waham kebesaran : Tidak Ada – Waham kejar : Tidak Ada– Waham refensi : Tidak Ada

• Thought echo : Ada (Bisikan-bisikan yang menyuruhnya keluar dari rumah terus berulang, bunuh diri, solat,

dan berjihad ke palestina). • Thought broadcasting : Tidak Ada.• Thought withdrawal : Tidak Ada • Thought insertion : Tidak Ada• Thought control : Ada (karena pernah beberapa kali pasien

mengikuti apa yang diperintahkan pada bisikan)• Delusion of passivity : Ada (Pasien tidak dapat melawan bisikan-

bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja).• Gagasan bunuh diri dan membunuh : Ada (Pasien ingin bunuh diri)• Obsesi dan konvulsi : Ada (Pasien ingin ke Palestina)• Fobia : Tidak Ada

Sensorium dan Kognitif • Kesadaran : Kompos Mentis• Orientasi – Waktu Baik (pasien tahu dan dengan benar

menyebutkan tanggal, bulan, tahun, dan musim saat di wawancara)

– Tempat Baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, Negara Indonesia, kota jakarta, dan ruangan perawatannya)

– Orang Baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda dan mengenali beberapa pasien lainnya)

• Daya ingat : – Daya ingat jangka panjang Baik (pasien dapat mengingat

kejadian yang terjadi saat ia SD)– Daya ingat jangka pendek Baik (pasien dapat mengingat

hari pasien masuk rumah sakit) – Daya ingat yang baru-baru ini terjadi Baik (pasien dapat

mengingat menu sarapan tadi pagi, pukul berapa bangun tadi pagi)

– Daya ingat segera Baik (pasiendapat mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan)

• Konsentrasi : Baik Pasien mampu mengurangi penjumlahan seratus kurang tujuh sebanyak 5 kali berturut-turut

• Kemampuan Visuospasial : BaikPasien dapat menggambar jam segi lima berhimpitan

• Pikiran abstrak : Baik

Pasien dapat mengetahui arti panjang tangan dan tong kosong nyaring bunyinya.

• Pengetahuan umum dan intelegensi : Baik– Pasien mengetahui nama presiden RI sekarang – Pasien dapat menghitung uang kembalian dari Rp.10.000 setelah dibelanjakan

Rp.3500

• Pengendalian ImpulsKemampuan mengendalikan impuls kehendak dan keinginan pada pasien baik, pasien bersedia mendengarkan dan menjawab pertanyaan pewawancara dengan baik.

• Pertimbangan dan Tilikan

– Pertimbangan : BaikMisalnya bila menemukan dompet di jalan dan didalam dompet tersebut terdapat KTP pemilik dompet, dia akan mengembalikannya kepada pemiliknya.

– Tilikan : derajat 3 (pasien sadar dan mengaku sakit tapi menyalahkan orang lain).

• Reabilitas ― Reabilitas pasien terganggu― Taraf dapat DipercayaKurang dapat dipercaya (terdapat

beberapa jawaban tertentu yang setelah dilakukan alloanamnesa ternyata berbeda dengan pernyataan yang diungkapkan oleh pihak keluarga).

STATUS FISIK• Status Interna

Keadaan umum : BaikKesadaran : Compos MentisTanda vital > Tekanan Darah : 110/80 mmHg > Nadi : 88 x/menit > Suhu : Afebris> Pernapasan : 20 x/menit Kepala : NormosefalMata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung +/+,

konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.Telinga : NormotiaHidung : Bentuk normal, sekret -/-Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1/T1 tenang Thoraks : Cor : S1S2 Reguler, Murmur -/-, Gallop -/- Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), H/L tidak membesar Ekstremitas : Akral hangat

• Status Neurologik :– Tanda Rangsang Meningeal :Tidak ada–Refleks Fisiologis :Normal–Refleks Patologis :Tidak ada

»Tonus : Baik»Turgor : Baik»Kekuatan : Baik»Koordinasi : Baik»Sensibilitas : Baik»Kelainan khusus: Tidak ada

• IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNARTA : TergangguKesadaran : Compos MentisMood : Hipotin/DepresiAfek : DatarKesesuaian : SerasiGangguan persepsi : Halusinasi auditorik.Gangguan isi pikir : Waham pengendalian (Thought echo, Thought control, Delusion

of passivity)Gangguan proses pikir : Tidak AdaTilikan : derajat 3Reabilitas : Kurang dapat dipercaya

• EVALUASI MULTIAKSIAL₋ Aksis I : Skizoafektif tipe depresi Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik yang

berlangsung selama 1 tahun. Di temukan juga gangguan kearah depresi berupa murung, suka menyendiri,

menyalahkan diri sendiri dan pernah mencoba untuk bunuh diri.₋ Aksis II : Tidak ditemukan gangguan kepribadian ₋ Aksis III : Tidak ditemukan kelainan organobiologik₋ Aksis IV : Terdapat konflik percintaan dan halusinasi yang mulai

setelah membaca buku yang diberikan oloeh teman yang mengaku punya indra ke 6.

₋ Aksis V : GAF scale 75 (80-71), gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan, sekolah, dll.

• DIAGNOSA

Diagnosa Banding– Depresi berat dengan gejala psikotik

Diagnosa kerja : Skizoafektif tipe depresi

• Psikoterapi :– Psikoterapi Suportif

Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur agar gejala penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat.

– Psikoterapi Ventilasi Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya agar pasien merasa lega serta keluhannya berkurang.

– Terapi berorientasi keluarga Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhn pasien.

– Sosial budaya• Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan

yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.

• Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.– Religius

Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan berdzikir.

• Farmakoterapi :₋ Antipsikosis₋ Anti depresan

• PROGNOSISDubia ad bonam

• Faktor yang memperberat :» Perekonomian yang sulit» Terjadi pada usia muda» Etiologi tidak jelas

• Faktor yang memperingan : » Tidak adanya faktor genetik» Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat

baik» Kepatuhan minum obat secara teratur.

TINJAUAN PUSTAKA

• GANGUAN SKIZOAFEKTIFDEFENISI• Ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala

skizofrenia dan gejala gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada saat bersamaan (simultaneously).

• Adanya gabungan gejala-gejala dari spektrum divergen ini, membuat terapi pasien dengan gangguan skizoafektif ini menjadi sulit.

• Onset yang tiba-tiba pada masa remaja ; fungsi pramorbid baik ; terdapat stresor yang jelas ; riwayat keluarga dan gangguan afektif.

ETIOLOGI• Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan

skizofrenia dan gangguan afektif mungkin berhubungan secara genetic.

• Ada peningkatan resiko terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan skizoafektif.

KRITERIA DIAGNOSTIK• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat

apabila gejala-gejala definitif adanya skizifrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain , dalam episode yang sama.

• Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik , depresif atau campuran keduanya.

GANGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF• Pada episode yang sama terdapat gejala-gejala skizofrenia maupun

depresif yang sama-sama menonjol.• Gejala depresi disini ditandai dengan adanya perilaku yang retardasi,

insomnia, hilangnya enersi, perubahan nafsu makan, kurang minat, gangguan konsentrasi, perasaan bersalah, keputusasaan, dan ide-ide bunuh diri

Secara bersamaan dalam satu epsode terdapat gejala- gejala skizofrenia yg khas antara lain :

• Merasa pikirannya sedang disiarkan, atau diganggu, ada kekuatan2 yang mengendalikan pikirannya. Pasien yakin sedang di mata-matai, sedang diincar .

• Mendengar suara2 yang menghina, mengutuk dirinya, atau akan membunuhnya. Bahkan seperti ada yang mendiskusikan dirinya.

• Episode berlangsung lebih lama dari pada episode manik, dan bisa sembuh sempurna.

• Namun ada sebagian yang akhirnya berkembang menjadi defek skizofrenik.

PENATALAKSANAAN SKIZOAFEKTIF

1. Indikasi rawat nginap – Menditeksi penyebab nonpsikiatrik – Mengamati kemampuan mengendalikan impuls kekerasan – Menstabilkan hubungan sosial/ kerja

2. Farmakoterapi – Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan gangguan waham menetap. – Mulai dengan dosis rendah anti psikotik

(Haloperidol 2 mg) dan naikan bertahap.– Dosis maintenance biasanya rendah. – Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan.

3. Psikoterapi

– Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok. – Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering afektif.– Bina hubungan dan kepercayaan. – Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh meremehkan ataupun mendukung isi waham

tersebut.4. Terapi Keluarga – Target hubungan sosial yang baik.

DAFTAR PUSTAKA• Kaplan & Sadock: ”Skizofrenia” dalam Sinopsis Psikiatri Jilid

1, edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.

• Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51.

• W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980, hal:215-35

• Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23.

• Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.

TERIMA KASIH