CASE 3 Wacu(Anak)
-
Upload
muhammad-wahyu-setiani -
Category
Documents
-
view
253 -
download
0
description
Transcript of CASE 3 Wacu(Anak)
KASUS III
NEONATAL INFEKSI
Oleh:
Muhammad Wahyu Setiani
Pembimbing:
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
dr. Neni Sumarni, Sp.A
KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
2015
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. Rizki kusuma
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Dadapan Tembalang
Nama ayah : Tn. Sulis Triono
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama ibu : Ny. Rizki Kusuma
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsal : Perinatologi
No RM : 343689
Lahir : 27 November
II. DATA DASAR
Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang
perinatologi RSUD Kota Semarang dilakukan pada tanggal 25 november
dan didukung catatan medis.
Keluhan utama : Aspirasi mekonium
Keluhan tambahan : -
2
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS
Ibu G3P2A0, usia 26tahun, hamil 40 minggu, riwayat haid teratur,
siklus 30 hari, lama haid + 7 hari per siklus. Selama kehamilan Ibu
memeriksakan kehamilannya di bidan 10 kali dan di dokter Sp.OG 2 kali.
Ibu sudah mendapat suntikan tetanus toxoid 2 kali selama kehamilannya.
Selama hamil, ibu mengaku merasa mual kadang disertai
muntah. Selama hamil, ibu juga mengaku sering mengkonsumsi jamu-
jamuan. Riwayat trauma saat hamil, riwayat dipijat, riwayat kencing
manis juga disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil tidak
mengalami banyak perubahan, 3 kali sehari. Ibu tidak mengkonsumsi
obat-obatan tertentu.
Setelah masuk RS
Saat usia kehamilan 40 minggu pasien datang sendiri ke IGD RSUD
Kota Semarang akibat keluhan kencang-kencang dan keluar lendir darah
sejak ±3 jam SMRS.kemudian pasien inpartu kala II dan terjadi proses
persalinan. Saat lahir, keadaan bayi menangis dan ketuban keruh
bercampur mekonium. Skor APGAR 9-10-10
Lahir bayi laki-laki di IGD RSUD Kota Semarang secara spontan
pada tanggal 25 November 2015 pukul 06.15 WIB, dengan:
- Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala
35 cm, lingkar dada 35 cm, caput suksaedenum (-), cephal
hematom (-).
- Saat lahir bayi menangis, warna kulit merah jambu, pernafasan
teratur, tonus otot baik, dan HR 130 kali/menit.
- APGAR Score 9-10-10, retraksi dada (-), nafas cuping hidung (-).
- Plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun
hematoma.
3
- Bayi kemudian dirawat di ruang Dewi Kunti bersama ibu pasien.
Kemudian pasien diambil darahnya untuk diperiksa.
- Setelah hasil darah keluar didapatkan hasil leukosit 26.500,
kemudian pasien dipindahkan oleh dokter Sp.A untuk diobservasi
di ruang perinatologi RSUD kota Semarang.
Setelah masuk perinatologi
Tanggal Keterangan TTV
25 November 2015
Usia : 0 hari
BBL : 3300 gram
Keadaan bayi:
Gerakan bayi cukup aktif
Menangis keras (+)
Reflex hisap (+) lemah
Ikterik (-)
Terapi :
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Inj.vit K 1x1mg
Chloramphenicol s.u.e ODS
Rawat perinatologi:
Pasang INT
Inj Ampisulbactam 2x250
mg
HR : 152x/mnt
RR : 56x/mnt
T : 36.5oC
N : i/t cukup
NCH (+)
Thorax:
simetris (+)
Retraksi dada (-)
Pulmo/ snv +/+ rh -/-
Cor/ bj I/II reg, m(-), g
(-)
Abd : supel, BU (+)
Ekstremitas
Akral sianosis (-)
Laboratorium:
Hemoglobin : 18.9g/dl
Hematokrit : 51.60%
Trombosit : 414
10^3/µl
4
Leukosit : 26.5
10^3/µl
GDS : 107 g/dl
26 November 2015
Usia : 1 hari
BB : 3300 gram
Keadaan bayi
Gerak bayi cukup aktif
Menangis keras (+)
Reflex hisap (+) kuat
Ikterik (-)
Terapi :
Pasang INT
Ampisulbactam 2x250 mg
Diet ASI
Ass:
N. Aterm
BBLN
Neonatal infeksi
HR : 140x/mnt
RR : 44x/mnt
T : 37.1oC
N : i/t cukup
NCH (-)
Thorax:
simetris (+)
Retraksi dada (-)
Pulmo/ snv +/+ rh -/-
Cor/ bj I/II reg, m(-), g
(-)
Abd : supel, BU (+)
Ekstremitas
Akral sianosis (-)
27 November 2015
Usia : 2 hari
BB : 3300 gram
Keadaan bayi
Gerak bayi aktif (+)
Menangis keras (+)
Reflex hisap (+) kuat
Ikterik (-)
Terapi :
Ampisulbactam 2x250 mg
Ass:
N. Aterm
BBLN
HR : 144x/mnt
RR : 44x/mnt
T : 37.0oC
N : i/t cukup
5
Neonatal infeksi
28 November 2015
Usia : 3 hari
BB : 3300 gram
Keadaan Bayi :
Gerak bayi aktif (+)
Menangis keras (+)
Reflex hisap (+) kuat
Ikterik (-)
Terapi :
Ampisulbactam 2x250 mg
Ass:
N. Aterm
BBLN
Neonatal infeksi
HR : 140x/m
RR : 40x/m
T: 36.8 oC
N: i/t cukup
Riwayat Penyakit Ibu
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, asma, penyakit jantung,
penyakit ginjal, alergi, anemia dan penyakit kelainan darah sebelum hamil
disangkal.
Riwayat Pemeriksaan Prenatal
Ibu memeriksakan kehamilannya di bidan 10 kali dan di dokter
Sp.OG 2 kali. Ibu sudah mendapat suntikan tetanus toxoid 2 kali selama
kehamilannya.
Selama hamil, ibu mengaku merasa mual kadang disertai
muntah. Selama hamil, ibu juga mengaku sering mengkonsumsi jamu-
jamuan. Riwayat trauma saat hamil, riwayat dipijat, riwayat kencing
manis juga disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil tidak
6
mengalami banyak perubahan, 3 kali sehari. Ibu tidak mengkonsumsi
obat-obatan tertentu.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Saat usia kehamilan 40 minggu pasien datang sendiri ke IGD
RSUD Kota Semarang akibat keluhan kencang-kencang dan keluar lendir
darah sejak ±3 jam SMRS. Saat lahir, keadaan bayi langsung menangis
dan ketuban keruh bercampur mekonium. Skor APGAR 9-10-10
Lahir bayi laki-laki di IGD RSUD Kota Semarang secara spontan
pada tanggal 25 November 2015 pukul 06.15 WIB, dengan:
- Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala
35 cm, lingkar dada 35 cm, caput suksaedenum (-), cephal
hematom (-).
- Saat lahir bayi menangis, warna kulit merah jambu, pernafasan
teratur, tonus otot baik, dan HR 130 kali/menit.
- APGAR Score 9-10-10, retraksi dada (-), nafas cuping hidung (-).
- Plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun
hematoma.
- Bayi kemudian dirawat di ruang Dewi Kunti bersama ibu pasien.
Kemudian pasien diambil darahnya untuk diperiksa.
Setelah hasil darah keluar didapatkan hasil leukosit 26.500, kemudian
pasien dipindahkan oleh dokter Sp.A untuk diobservasi di ruang
perinatologi RSUD kota Semarang
Kesan : Neonatus aterm, bayi berat lahir normal
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan:
Berat badan lahir : 3300 gram
Berat badan sekarang : 3300 gram
Panjang badan : 53 cm
7
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada : 35 cm
Perkembangan:
Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi
Riwayat Makan dan Minum Anak
(-)
8
Riwayat Imunisasi
(-)
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien KB Suntik
Riwayat Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung Sendiri
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 25 November 2015 Di
ruang perinatologi. Bayi Laki-laki usia 0 hari, berat badan lahir 3300 gram,
panjang badan 53 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 35 cm.
Kesan umum
Bayi tampak cukup aktif, menangis kuat, dan refleks hisap kuat.
Tanda vital
Frekuensi nadi : 140 x/menit
Pernafasan : 44 x/menit
Suhu : 37.1oC
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Status generalis
Kepala
Normocephali, ukuran lingkar kepala 35 cm, ubun-ubun besar masih terbuka,
tidak tegang dan tidak menonjol
Mata
9
Pupil bulat , isokor, reflex cahaya +/+ normal, kornea jernih, konjungtiva anemis
-/-, sclera ikterik -/-
Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-)
Telinga
Normotia, secret (-)
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
o Paru
Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam
keadaan inspirasi dan ekspirasi, retraksi suprasternal (-),
intercostal (-)
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, rhonchi -/-, wheezing
-/-
Palpasi : areola mamae teraba, papilla mamae (+/+)
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
o Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tampak
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, insersi tali pusat di tengah
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Perkusi : timpani di seluruh abdomen
Vertebra
10
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia : Laki-Laki
Anorektal
Anus (+) dalam batas normal
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Ikterik - -
CRT < 2” < 2”
Tonus Normotonus normotonus
Kulit
Lanugo (-), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)
Refleks primitif
o Refleks hisap : (+) kuat
o Refleks rooting : (+) kuat
o Refleks moro : (+)
11
APGAR score
Klinis 1 menit 5 menit 10menit
Appearance ( warna ) 2 2 2
Pulse ( denyut jantung ) 2 2 2
Grimace ( peka rangsang ) 2 2 2
Activity ( tonus otot ) 2 2 2
Respiratory effort ( pernafasan ) 1 2 2
Total 9 10 10
Kesan : tidak ada asfiksia
bell squash score
- Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)
- Ketuban tidak normal 1
- Kelainan bawaan
- Asfiksia
- Preterm
- BBLR
- Infeksi tali pusat
- Riwayat penyakit ibu
- Riwayat penyakit kehamilan
III. RESUME
Lahir bayi laki-laki di IGD RSUD Kota Semarang dari ibu G3P2A0 hamil
40 minggu, secara spontan pada tanggal 25 November 2015 pukul 06.15 WIB,
dengan berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala 35 cm,
lingkar dada 35 cm dan APGAR score 9-10-10. Bayi cukup aktif, HR 152x/mnt,
RR 56x/menit, nafas cuping hidung (-), retraksi dada (-), kemudian dirawat di
perinatologi. Hari pertama perawatan didapatkan bayi cukup aktif, nafas cuping
12
Hasil: 1
<4 : obs NI
>4 : NI
hidung (-), retraksi (-). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis
(leukosit 26.500) dan diberikan terapi antibiotik. Hasil bell squash score +1.
IV. DIAGNOSIS BANDING
Neonatus aterm
o SMK ( Sesuai Masa Kehamilan )
o BMK ( Besar Masa Kehamilan )
o KMK ( Kecil Masa Kehamilan )
Berat badan lahir
o Bayi berat lahir cukup
o Bayi berat lahir rendah
o Bayi berat lahir sangat rendah
o Bayi berat lahir lebih
Neonatal infeksi
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
Neonatus aterm, BBLN, dan neonatal infeksi.
13
TERAPI
Non medikamentosa
- Jaga jalan nafas
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat
Medikamentosa
- Ampisulbactam 2x250 mg
VI. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Sanationam : ad bonam
Quo Ad Fungtionam : ad bonam
14
TINJAUAN PUSTAKANEONATAL INFEKSI
A. .DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection
(infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena
infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan, sementara infeksi
lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau
tertular dari orang lain.7
B. PATOGENESIS
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi
lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan
bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau
imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir,
bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap
kuman dari orang lain.
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya
dalam 3 golongan, yaitu :8
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini
kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya
infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat
menyerang janin melalui jalan ini ialah :7,8
a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion.
b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ).
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria
monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi
plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin
mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
15
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban
dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap
timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun
ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan
manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik
sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan
septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan
kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.7,8
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah.
Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.
Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap
semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.9
C. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu di samping untuk
kepentingan bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan
ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas
seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya
diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan,
persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium.1,2
Infeksi lokal pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi
umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian
diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum.
16
Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi
tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba –
tiba tingkah lakunya berubah, atau ” Not Doing Well ”, hendaknya harus selalu
diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.4
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting,
terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan
menimbulkan angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi
pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :
- Malas minum, bayi tertidur, tampak gelisah.
- Pernapasan cepat, pergerakan aktivitas bayi makin menurun.
- Terjadi muntah dan diare, berat badan turun drastis.
- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas
normal.
- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran
hepar, purpura (bercak darah di bawah kulit) dan kejang-kejang.
- Terjadi edema, sklerema.
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
:7,8
a. Bell Squash Score
1. Partus tindakan (SC, Forcep, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
17
Hasil :
< 4 : Observasi NI
≥ 4 : NI
b. Gupte Score
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
D. KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
a. Infeksi berat (major infection) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan (minor infection) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum,
infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.9
a. Infeksi Berat
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum atau meningitis sering didahului oleh keadaan
hamil dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat
pada neonatus dengan gejala-gejala sistemik.8,9
Faktor resiko :
o Persalinan (partus) lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi/febris pada ibu
o Air ketuban bau, warna hijau
o KPD lebih dari 24 jam
18
Hasil :
3-5 : Screening NI
≥ 5 : NI
o Prematuritas dan BBLR
o Fetal distress
Tanda dan gejala :
Bayi tampak sakit, tidak aktif, dan sangat lemah
Reflek hisap lemah
Hipotermia atau hipertermia
Merintih, kesulitan bernapas
Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus.
Prinsip pengobatan:
Metabolisme tubuh dipertahankan, kebutuhan nutrisi dipenuhi.
Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik.
Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x pemberian & gentamisin 5
mg/kg/hr 2x pemberian.
Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian.
Pemeriksaan laboratorium rutin.
Biakan darah dan uji resistensi.
Tindakan dan pengobatan lain diberikan atas indikasi.
2. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala :
o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis.
o Kejang, Ubun-ubun besar menonjol.
o Kaku kuduk (+).
Pengobatan :
Gunakan antibiotik yang dapat menembus sawar darah otak dan
diberikan dalam waktu minimal 3 minggu.
Pungsi lumbal (atas indikasi).9
3. Aspirasi pneumonia
Aspirasi pneumonia terjadi pada intrauterin karena inhalasi likuor
amnion yang septik dan menyebabkan kematian terutama bayi dengan
BBLR karena reflex menelan dan batuk yang belum sempurna.
19
Gejala :
o Sering tidur atau letargia, berat badan turun drastis, kurang minum.
o Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal).
o Dicurigai bila ketuban pecah lama, keruh, bau.
Pengobatan :
Resusitasi pada bayi baru lahir, pertahankan suhu tubuh.
Beri antibiotika spektrum luas.
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan rontgen atau konsultasi
dokter ahli anak.
4. Osteitis Akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus.
Gejala :
o Suhu tubuh tinggi, bayi tampak sakit berat.
o Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang
terkena digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis.
Pengobatan :
Pemberian antibiotika kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara
parenteral.
Lokal ditemukan aspirasi pada pus.
5. Diare
Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan
cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti kematian yang tinggi.
Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk dapat langsung minum
kolostrum yang banyak mengandung protein, kasein, kalsium sehingga
dapat beradaptasi dengan ASI. Jika bayi aterm dan pemberian ASI benar,
sangat kecil kemungkinan terjadi penyakit diare. Kuman yang sering
menyebabkan diare yaitu E. coli yang mempunyai sifat pathogen dalam
tubuh manusia. Adapun gejala klinis diare yaitu : tinja/feses yang
jumlahnya banyak, cair, berwarna hijau/kuning dan berbau khas.
20
Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare dengan
cepat menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh dalam
keadaan dehidrasi, sianosis dan syok. Untuk dapat mengatasi dan
menurunkan angka kematian karena diare pada bayi dapat dilakukan
tindakan sebagai berikut :
- Minum bayi tidak perlu dikurangi.
- Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin.
- Bila keadaan lebih membahayakan perlu dipasang infus.
- Konsultasi pada dokter.9
6. Tetanus neonatorum
Etiologi : - Perawatan tali pusat yang tidak steril.
- Pembantu persalinan yang tidak steril.
Gejala :
Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena
kejang otot rahang dan faring (tenggorok).
Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus).
Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan
epistotonus, tangan mengepal (boxer hand).
Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan
sentuhan.
Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru.
Sering timbul komplikasi terutama bronco pneumonia, asfiksia,
dan sianosis akibat obstruksi jalan napas oleh lendir atau sekret
dan sepsis.
Tindakan :
o Segeran berikan antikonvulsan dan bawa ke rumah sakit (hindari
pemberian i.m karena dapat merangsang muscular spasm).
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia.
o Pasang IV line dan OGT.
21
o Pemberian ATS 3000-6000 unit i.m.
o Beri penisilin prokain G 200.000 unit/kgbb/24 jam i.v selama 10
hari.
o Rawat tali pusat, observasi dilakukan untuk mengurangi sekecil
mungkin terjadinya rangsangan.9
b. Infeksi Ringan
1. Oftalmia Neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir.
Dibagi menjadi 3 stadium yaitu :
1) Stadium infiltrative
- Berlangsung 1-3 hari.
- Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkin terdapat
pseudomembran.
2) Stadium supuratif
- Berlangsung 2-3 minggu.
- Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur darah, yang
khas sekret akan keluar dengan mendadak (muncrat) saat palpebra
dibuka.
3) Stadium konvalesen
- Berlangsung 2-3 minggu.
- Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi.9
Penatalaksanaan :
Bayi harus diisolasi
Cuci mata bayi dengan larutan garam fisiologis setiap ¼ jam
disusul dengan pemberian salep mata penisilin.
Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari.
Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb i.m.
Obati orang tua bayi dari gonorrhoeae.
22
23
2. Infeksi Umbilikus (Omfalitis)
Merupakan infeksi pada pangkal umbilikus yang disebabkan oleh
infeksi Staphylococcus aureu.
Gejala :
o Terdapat radang dan mengeluarkan nanah, merah, ada edema.
o Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar.
o Pada keadaan kronik terjadi granuloma.
Pengobatan :
Berikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin, serta
salep gentamisin.
Bila terdapat granuloma diberi Argentinitras 3%.
Pencegahan :
- Perawatan tali pusat yg baik
- Tali pusat ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari.
3. Monialisis
Disebabkan jamur Candida albicans.
Tidak menimbulkan gejala
Pada kondisi tubuh yang menurun atau pada penggunaan
antibiotika / kortikosteroid yang lama dapat terjadi pertumbuhan
berlebihan jamur yang kemudian menyebabkan terjadinya
stomatitis pada neonatus dan pada akhirnya mengakibatkan
kematian.9
24
E. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain :9
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi
menularkan infeksi.
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.
Gunakan teknik aseptik.
Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan, jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi
nosokomial.
25
DAFTAR PUSTAKA1. Aurora S, Snyder EY. Perinatal Asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of
Neonatal Care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.
2. Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal
Resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 – 2-25.
3. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance: Neonatologi. In: Safitri, Amalia (editors). Jakarta:
Balai Penerbit Erlangga; 2009.p.96-9
4. Duke T, Kelly J, Weber M, English M, Campbell H. Hospital Care for Children in
Developing Country. Available at:
http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/Indonesia.pdf Accessed on: June 2014
5. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri
Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI,2006; 69-79.
6. Stell BJ. The High-Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 17 th edition. Dalam Kliegman
RM, editor. Philadelphia, USA : Saunders 2004; hal 547-59.
7. Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan
Kesehatan yang berkaitan di Indonesia, http://www.litbang.depkes.go.id.
8. Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
26