CASE Anak Tifoid
-
Upload
syabrina-pratiwi-noer-dhamalia -
Category
Documents
-
view
248 -
download
3
description
Transcript of CASE Anak Tifoid
Laporan Kasus
DEMAM TIFOID
Disusun Oleh:
Rr. Pratiwi Madya Putri 1102005201
Arif Pamujumadi 1102006046
Pembimbing:
dr. Ani Ariani, Sp. A
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD KABUPATEN BEKASI
MEI 2012
1
STATUS PASIEN ANAK
RSUD KABUPATEN BEKASI
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 8 tahun
Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 01 July 2003
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Terusan
B. Identitas Orangtua
Ayah
Nama : Agus Muryanto
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kp. Terusan
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMU
Ibu
Nama : Dwi Nuraini
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kp. Terusan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung
Suku bangsa : Jawa
2
II. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesa bersama ibu dari pasien pada tanggal 10 Mei 2012 di RSUD
Kab. Bekasi Cibitung.
Keluhan Utama :
Demam sejak 6 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Mual, nyeri seluruh perut, bab cair
Riwaybagiat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan demam sejak 6 hari
SMRS. Demam dirasakan terus menerus yang makin lama makin meninggi dan
meningkat terutama saat sore dan malam hari dan kemudian membaik pada pagi hari.
Demam tidak disertai menggigil, berkeringat dan mengigau. Keluhan tersebut disertai
dengan nyeri perut pada seluruh bagian perut. Sakit dirasakan hilang timbul. Pasien
mengaku saat sakit timbul pasien mengeluh sangat kesakitan.
Lima hari SMRS pasien mengeluh BAB cair. BAB cair sebanyak 4 kali
sehari dengan ampas sewaktu mulai demam namun sekarang sudah tidak. BAB
dengan lendir , darah atau BAB hitam disangkal oleh pasien.
Setelah tiga hari panas ( tiga hari SMRS), pasien berobat ke mantri dan diberi
obat tetapi pasien lupa nama obatnya. Namun tidak ada perbaikan sehingga pasien
berobat ke RSUD Kab. Bekasi.
Ada nya mual, muntah, batuk dan pilek disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal ada nya mimisan, gusi berdarah, sakit dibelakang mata, dan bintik-bintik
merah di kulit. BAB pasien terakhir tadi pagi dan biasa, tidak cair, darah (-). BAK
normal, tidak nyeri saat BAK, berwarna jernih. Pasien menyangkal permah bepergian
ke daerah sebelum nya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
3
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
KEHAMILANMorbiditas
kehamilanTidak ditemukan kelainan
Perawatan antenatal
Setiap bulan dari 0-7 bulan ke bidan
selanjutnya dari 7 bulan-melahirkan
ke bidan
KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah Bersalin
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi 9 bulan kurang 2 minggu
Keadaan bayi
Berat lahir 2800 gram
Panjang badan 49 cm
Langsung menangis
Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan pasien baik.
Riwayat Makanan :
- Usia 0-6 bulan : ASI
- Usia 6-8 bulan : ASI + Bubur Susu + Buah
- Usia 8-12bulan : ASI + Bubur + Buah + Nasi Tim Saring
-Usia 12 bulan- sekarang : Diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk daging, telur, ikan asin, tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari
+ buah.
Riwayat Imunisasi :
4
Jenis I II III IV
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Campak
5. Hepatiti
s B
1 bulan
2 bulan
0 bulan
9 bulan
Lahir
-
4 bulan
2 bulan
-
1 bulan
-
6 bulan
4 bulan
-
6 bulan
-
18 bulan
6 bulan
-
-
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 10 Mei 2012 pada pukul 11.30 WIB.
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 96 x/menit, reguler, cukup.
Suhu : 38 °C
Pernapasan : 28 x/menit, teratur
BB : 20Kg
TB : 105 Cm
Status Gizi : BB/ TB2 = 19 , Baik.
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
normal
Kepala : Normocephal, ubun-ubun normal, rambut warna hitam,
distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping
hidung -, sekret -/-
Telinga : Membran timpani intak, serumen +/+
Mulut : Bibir merah muda, kering, sianosis (-).
Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (+),
Gigi geligi : Baik
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
5
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak
teraba membesar, trakea letak normal
Thorax
Paru
ANTERIOR POSTERIOR
KIRI KANAN KIRI KANAN
Inspeksi Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Palpasi Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil
= kiri
Fremitus taktil
= kanan
Fremitus
taktil = kiri
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)
Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)
Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)
Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpas : ictus cordis teraba di sela iga ke 5
Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga V garis midklavikula sinistra
Auskultasi : S1 normal,S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
6
Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen, hepar dan lien
tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Atas : akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Bawah : akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Refleks Patologis : Kaku kuduk (-), Brudzinksy I (-), Brudzinsky II (-). Kernig (-),
Laseque (-)
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Widal
S.typhii O 1/320 Paratyphii BO 1/160
S.typhii H 1/320 Paratyphii BH -
Paratyphii AO 1/80 Paratyphii CO 1/320
Paratyphii AH 1/80 Paratyphii CH -
Pemeriksaan Urin
Warna : Kuning jernih PH : 6
Protein Urin : - Berat Jenis : 1030
Reduksi : - Bilirubin : -
Epithel : + Urobilin : +
Leukosit : 0-2 Urobilinogen : 0-2
Eritrosit : 0-2 Keton : -
RESUME
7
JENIS
PEMERIKSAAN
9-5-2012 NILAI
NORMAL
Hemoglobin 12g/dL 12 – 14 g/dL
Hematokrit 36.9% 35 – 50 %
Lekosit 6.200/uL 3.500 – 10.000/uL
Trombosit 673.000/uL 200.000 – 500.000 /uL
Pasien an.T, umur 8 tahun datang ke RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan
demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus yang makin lama makin
meninggi dan meningkat terutama saat sore dan malam hari dan kemudian membaik
pada pagi hari. Keluhan tersebut disertai dengan nyeri perut pada seluruh perut. Sakit
dirasakan hilang timbul. Enam hari SMRS pasien mengeluh BAB cair. BAB cair
sebanyak 4 kali sehari dengan ampas sewaktu mulai demam namun sekarang sudah
tidak. Setelah tiga hari panas ( tiga hari SMRS), pasien berobat ke mantri dan diberi
obat tetapi pasien lupa nama obatnya. Namun tidak ada perbaikan sehingga pasien
berobat ke RSUD Kab. Bekasi.
Pemeriksaan Fisik
TD : Tidak dilakukan Respirasi : 28x/menit
Nadi : 96x/menit Suhu : 38oC
Bradikardi relatif (+)
Typhoid tongue (+)
Pemeriksaan Lab
Hb 12g/dl
Ht 36.9%
Trombosit 673.000
Lekosit 6.200
Widal : S.typhii O 1/320 Paratyphii BO 1/160
S.typhii H 1/320 Paratyphii CO 1/320
Paratyphii AO 1/80
Paratyphii AH 1/80
V. DIAGNOSIS KERJA
Demam Typhoid
Dasar diagnosis : Demam 7 hari, terus menerus yang semakin lama semakin meninggi
terutama pada sore hari dan malam hari, Keluhan gastrointestinal ( BAB cair),
bradikardi relative, lidah kotor, (+). Nyeri perut.
Pemeriksaan widal
S.typhii O 1/320 Paratyphii BO 1/160
8
S.typhii H 1/320 Paratyphii CO 1/320
Paratyphii AO 1/80 Paratyphii AH 1/80
VI. DIAGNOSIS BANDING
Demam Dengue
Dasar tidak mendukung: Demam terutama pada sore hingga malam hari. Terdapat
selaput putih di lidah. Tes Widal positif.
VII. USULAN PEMERIKSAAN
Kultur Empedu ( Gall Culture)
VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
i. Bed rest
ii. Diet tinggi karbohidrat, tinggi protein dan rendah lemak. Makan makanan yang
lunak seperti bubur.
Rawat inap tirah baring dengan medikamentosa:
IVFD KaEn 3B 20 tpm
Paracetamol 10-15mg/kgbb/kali : 3 x 2 cth
Ceftriaxon 50-100mg/kgbb/hari : 1x1,5 g
Ranitidin 2-4mg/kgbb/hari : 2x20 mg
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
VIII. FOLLOW UP
9
10-Mei-12 11-Mei-12 12-Mei-12 13-Mei-12 14-Mei-12S/ Sakit perutP/ Kesadaran CM CM CM CM CM
Keadaan Umum Sedang Sedang Sedang Sedang Sedangtanda vitalTekanan darah 100x/mntNadi 98x/mnt 100x/mnt 100x/mnt 105x/mnt 100x/mntSuhu 37' c 36' c 36' c 35,8 36,4Respirasi 28x/mnt 26x/mnt 26x/mnt 24x/mnt 24xmnt
O/P/ IVFD Tridex 27 B 20 tpm
Ceftriaxone 1 x 1,5 grRanitidin 20 mg / 12jam
ANALISA KASUS
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica serotype paratyphi A,
B, atau C (demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain dengan demam tinggi yang
terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi yang relatif lambat, kadang
gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung, splenomegali dan lekopeni.
Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju seperti
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan lingkungan,
pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih yang cukup,
mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis. Di abad ke 19 demam tifoid
masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama di Amerika, namun sekarang
kasusnya sudah sangat berkurang. Tingginya jumlah penderita demam tifoid tentu menjadi
beban ekonomi bagi keluraga dan masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit
dihitung dengan pasti mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak dapat
diperoleh.
Insidensi demam tifoid secara tepat tidaklah diketahui mengingat tampilan kliniknya
yang bervariasi sehingga bila tanpa konfirmasi laboratorium, terbaurkan dengan penyakit
10
infeksi lainnya. Kultur darah sebagai pemeriksaan untuk mencari kuman penyebab tidak
selalu tersedia di setiap daerah dan setiap fasilitas kesehatan.
Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering juga berupa kasus
impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan karier kronik. Di negara
berkembang kasus ini endemik. Diperkirakan sampai dengan 90 - 95 % penderita dikelola
sebagai penderita rawat jalan. Jadi data penderita yang dirawat di rumah sakit dapat lebih
rendah 15 – 25 kali dari keadaan yang sebenarnya. Diseluruh dunia diperkirakan antara 16 –
16, 6 juta kasus baru demam tifoid ditemukan dan 600.000 diantaranya meninggal dunia. Di
Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus setiap tahunnya.
Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310 – 800 per 100.000 sehingga setiap tahun
didapatkan antara 620.000 – 1.600.000 kasus. Di Jawa Barat menurut laporan tahun 2000
ditemukan 38.668 kasus baru yang terdiri atas 18.949 kasus rawat jalan dan 19.719 kasus
rawat inap.
DEFINISI
Tifoid Abdominalis adalah penyakit infeksi sistemik oleh Salmonella typhi yang semula
menyerang usus halus & klinis antara lain ditandai demam remitten lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan splenomegali, limfadenopati intestinal, roseola dan
gangguan kesadaran
Penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada
sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus
Payeri di distal ileum .4
EPIDEMIOLOGI
Salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia prevalensi
91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5
tahun. Penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ada 2 sumber
penularan S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan orang yang telah sembuh dari
demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun.
ETIOLOGI
Salmonella typhi.
11
Basil, gram negatif, tidak berspora, motile, berflagela, berkapsul, bersifat fakultatif anaerob,
dan hidup subur pada media yang mengandung empedu. Mempunyai karakteristik fermentasi
terhadap glukosa dan manosa. Dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam
sampah, bahan makanan kering, agen farmakeutika dan bahan tinja.
KRITERIA DIAGNOSIS
• Demam naik secara bertangga lalu menentap selama beberapa hari, demam terutama pada
sore/malam hari.
• Sulit buang air besar atau diare, sakit kepala.
• Kesadaran berkabut, bradikardia relatif, lidah kotor, nyeri abdomen, hepatomegali, atau
splenomegali.
• Kriteria Zulkarnaen:
o Febris > 7 hari, naik perlahan, seperti anak tangga bisa remitten atau kontinua, disertai
delirium/apatis, gangguan defekasi.
o Terdapat 2 atau lebih :
Lekopeni.
Malaria -.
Kelainan urine -.
o Terdapat 2 atau lebih :
Penurunan kesadaran.
Rangsang meningeal -.
Perdarahan usus +.
Bradikardi relatif.
Splenomegali +.
o Dengan pemberian chloramfenicol 4 x 500mg, suhu akan lisis dalam 3 - 5 hari.
o Temperatur turun, nadi naik : “Toten creutz”.
• Diagnosa ditegakkan dari :
o Riwayat dan gejala klinik sesuai untuk typhus (5 gejala kardinal dianggap sebagai
positif, 3 gejala kardinal sign).
12
5 cardinal sign (Manson-Bahr (1985))
1. Demam
2. Ratio frekuensi nadi = suhu yang rendah (bradikardi relatif).
3. Toxemia yang karakteristik.
4. Splenomegali
5. Rose spot
Sign lainnya :
1. Distensi abdomen.
2. Pea soup stool.
3. Perdarahan intestinal
o Biakkan Salmonella typhi +
o Tes widal meningkat atau peninggian ≥ 4x pada 2 kali pemeriksaan.
o Gall kultur+, Media SS agar.
PATOGENESIS
Benda tercemar kuman (tinja, muntah, keringat) => sistem pencernaan => lambung,
kuman akan berkurang oleh karena HCl => pada usus kecil, melakukan penetrasi & berbiak
di kelenjar limfoid mesenterik => masuk ductus thoracicus =>masuk ke peredaran darah
(bakteriemi I) => ditangkap oleh RES (sampai disini disebebut silent period/masa tunas) =>
kemudian di RES akan bermultiplikasi intraseluler => masuk ke dalam peredaran darah
(bakteriemi II) => beredar di seluruh tubuh => masuk ke dalam empedu & usus, di usus akan
13
membuat luka di plaque payeri. Bila Salmonella typhi menetap di empedu/limpa dapat terjadi
relaps/carrier.
Terjadinya febris diduga disebabkan oleh endotoksin (suatu lipopolisakarida penyebab
leukopeni) yang bersama-sama Salmonella typhi merangsang leukosit di jaringan. Inflamasi
merangsang pengeluaran zat pirogen.
Pada fase bakteriemi (minggu ke I, 7 hari pertama) Salmonella ada di hati, limpa, ginjal,
sumsum tulang, kantung empedu => bermanifestasi di usus (plaque payeri) dimana akan
terjadi :
• Minggu I => membuat luka hiperemis pada plaque payeri.
• Minggu II => terjadi necrosis pada plaque payeri.
• Minggu III => terbentuk tukak/ulcus yang ukurannya bervariasi dimana dapat terjadi
perdarahan dan perforasi.
• Minggu IV => dapat sembuh dengan sendirinya.
GEJALA KLINIS
1. Masa inkubasi : 10 -14 hari (mungkin kurang dari 7 hari atau lebih dari 21 hari)
2. Keluhan utama yang mencolok:
1. Panas yang makin tinggi terutama pada malam hari dan pagi hari, bila panas sering
disertai delirium, demam dapat bersifat remitten dapat pula kontinua. Suhu meningkat
dan bertahap seperti tangga, mencapai puncaknya pada hari ke 5, dapat mencapai 39o -
40oC.
2. Lemah badan, nyeri kepala di frontal.
3. Mual - anoreksia.
4. Gangguan defekasi :
Obstipasi pada minggu I.
Diare pada minggu II (peas soup diare). Karena peradangan kataral dari usus, sering
disertai dengan perdarahan dari selaput lendir usus, terutama ileum.
5. Insomnia.
6. Muntah.
7. Nyeri perut.
8..Apatis/bingung dapat diakibatkan toksik menjadi delirium yang akan menjadi
meningismus (akhir minggu ke I).
14
9. Myalgi/atralgi.
10. Batuk.
3. Nadi terjadi bradicardi relatif (normalnya frekuensi nadi akan meningkat sebanyak
18x/menit pada setiap peningkatan suhu tubuh sebanyak 1o C, pada demam typoid denyut
nadi akan lebih lambat dari perhitungan yang seharusnya), hal ini disebabkan oleh karena
efek endotoksin pada miokard.
o Lidah, typhoid tongue, dengan warna lidah putih kotor kecoklatan dengan ujung dan
tepi hiperemis dan terdapat tremor.
o Thoraks, paru-paru dapat terjadi bronchitis/pneumonia, pada umumnya bersifat tidak
produktif, terjadi pada minggu ke II atau minggu ke III, yang disebabkan oleh
pneumococcus atau yang lainnya.
o Abdomen, agak cembung dan meteorismus.
1. Splenomegali pada 70% dari kasus, dengan perabaan keras, mulai teraba pada akhir
minggu ke I sampai minggu ke III, akan tetapi dapat juga lunak dan nyeri tekan
positif.
2. Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu ke II sampai dengan masa
konvalesens.
3. Kantung empedu, merupakan sumber kuman yang dapat tetap utuh, dapat terjadi
kholesistitis akut terutama pada wanita tua dan gemuk. Karier sering terjadi pada
penderita dengan kholesistitis kronik dan batu empedu. Meteorismus, kita harus hati-
hati untuk tanda perforasi/adanya perdarahan pada usus.
4. Perubahan terjadi pada bagian distal dari Ileum, Plaque payeri menunjukkan :
Hiperplasti pada minggu ke I.
Nekrose pada minggu ke II.
Ulcerasi pada minggu ke III.
Penyembuhan pada minggu ke IV.
o Kulit, Rose spot, adalah suatu rash yang khas untuk tipoid, terjadi pada akhir minggu
ke I sampai minggu ke III terutama pada dinding dada dan perut. Hal ini terjadi karena
infiltrasi oleh sel monosit pada ujung-ujung kapiler yang disebabkan oleh infiltrasi
kuman Salmonella typhi pada kulit, yang menyebabkan terjadinya proses radang,
sehingga terjadi perembesan dari sel eritrosit, karena permeabilitas kapiler meningkat.
o Ginjal, karena 25% - 30% dari penderita demam tifoid mengeksresikan Salmonella
typhi dalam air kemih pada stadium akut dari penyakit, maka dianggap bahwa ginjal
15
sering terjangkit. Tetapi kelainan ginjal yang menetap jarang terjadi, seperti juga
jarangnya karier air kemih.
o Sistim syaraf pusat, dapat timbul encephalopathy dengan ring haemorrhagic, trombus
kapiler, demyelinasi perivaskuler, transverse myelitis dan Guillain Barre syndrome.
Meningitis purulenta telah dilaporkan. Penurunan pendengaran juga sering ditemukan.
o Lesi-lesi fokal, abses tifoid dapat terjadi dimana-mana:
1. Osteomyelitis.
2. Abses otak.
3. Abses limfa.
4. Eksudat pada kasus-kasus ini merupakan suatu PMN dan bukan mononuklear.
o Status typhosa :
1. Toxic
2. Mengantuk
3. Apatis
4. Delirium
5. Incontinentia urine et alvi
6. Tremor halus: tangan dan lidah.
7. Gejala psikose sampai koma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin.
o Leukopeni (47% dari kasus) 2000 - 3000 sampai dengan 5000/mm3. Bila ada
leukositosis (4% dari kasus) hati-hati ada penyulit, perforasi atau infeksi sekunder.
o Limfositosis relatif (pasien tetap leukopeni tetapi persentasi limfosit lebih banyak dari
normal).
o Aneosinofilia.
2. Pemeriksaan bakteriologik
o Biakan Gall, untuk diagnosa pasti! Biakan dapat diambil dari :
Sumsum tulang (90% ketelitian) pada minggu ke I dan minggu ke II.
Darah pada minggu ke I dan minggu ke II (70% - 90%) minggu ke II sampai minggu
ke III (30% - 40%).
o Biakan pada agar SS bahan diambil dari :
Tinja pada minggu ke II sampai minggu ke III.
Urine pada minggu ke III sampai minggu ke IV.
16
Jangan menggunakan Gall culture, Rose spot boleh di Gall kultur.
o Bila Gall positif diagnosa pasti dari tiphoid abdominalis, tetapi bila negatif belum tentu
bebas tiphoid abdominalis tergantung dari teknik pengambilan bahan, waktu perjalanan
penyakit, post vaksinasi.
3. Pemeriksaan serologik
o Test aglutinasi mikroskopik cepat, nilai positif bila terjadi penggumpalan, pemeriksaan
ini berguna untuk identifiksai pendahuluan pada biakan kuman.
o Test Widal (Aglutinasi pengenceran pada tabung)
Yang diukur adalah aglutinasi antigen H (flagela, suatu protein yang spesies
spesifik), dan antigen O (somatik, suatu lipopolisakarida (endotoksin) group
spesifik)
Interpretasi hasil pemeriksaan:
Positif bila titer O meningkat lebih dari 1/160 atau peningkatan > 4x pada
pengambilan serum yang berangkaian.
Nilai O 1/80 menunjukkan suggestif tifoid. sedangkan untuk titer H nilai positif
adalah > 1/800 semua hasil tersebut dengan syarat tidak menerima vaksinasi
typhoid dalam 6 bulan terakhir.
Peninggian titer H > 1/160 menunjukkan bahwa penderita pernah divaksinasi atau
terinfeksi Salmonella typhi.
Titer Vi (antigen kapsul) meninggi pada pembawa kuman atau karier.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Paratiphoid.
2. Malaria.
3. TBC millier.
4. Influenza.
5. Dengue.
6. Rheumatic fever.
7. Sistemic lupus erimatosus.
8. Hepatitis.
KOMPLIKASI
1. Relaps, febris timbul kembali setelah ± 10 hari afebris atau setelah 3 minggu diberikan
terapi kloramfenikol. Relaps kronik jarang terjadi tetapi dapat ditemukan setelah beberapa
17
bulan, terutama dengan penderita yang mendapat terapi tidak adekuat (Manson-Bahr,
1985), limfa yang tetap teraba adalah gejala penting dari impending relaps.
o Insidensi 10% - 20%.
o Patogenesa :
Penderita diserang oleh banyak strain tetapi hanya satu strain yang bermanifestasi,
sedang strain yang lainnya bersembunyi, waktu relaps disebabkan oleh kuman yang
tersembunyi.
Chloramfenikol menghambat atau memperlambat pembentukkan antibodi, sehingga
memudahkan relaps tapi justru relaps pada titer antibodi yang tinggi hal ini
dibuktikan dengan titer widal, yaitu penularan bukan oleh karena kekebalan.
Salmonella typhi istirahat dalam sel dan baru aktif pada saat sel tubuh tersebut mati.
2. Perdarahan usus, biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan penyakit. Dapat
berupa perdarahan yang minimal sampai perdarahan tersembunyi yang masif. Yang
ditandai dengan :
o Penurunan suhu mendadak.
o Tanda-tanda shock.
Tensi turun mendadak sampai dibawah normal.
Nadi cepat dan kecil.
Sianosis.
Tachypnoe.
Kulit dingin dan lembab.
o Perdarahan per ani yang tidak selalu tampak.
3. Perforasi usus, biasanya muncul pada akhir minggu ke III, umumnya terjadi di daerah
sekitar 60cm dari bagian akhir ileum. Dengan gejala yang kita dapatkan adalah:
o KU buruk.
o Reaksi tubuh dan mental menjadi lambat.
o Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri perut.
o Muntah-muntah.
o Suhu tiba-tiba turun.
o Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-otot intercostal.
o Dinding perut tegang, defence musculare, terutama di perut sebelah kanan (pada lokasi
ileum).
o Pekak hati menghilang.
o Perkusi menjadi tympani.
18
o Bising usus menurun sampai hilang.
o Foto RÖ BNO : tampak udara bebas dalam rongga perut terutama dibawah diafragma.
Preperitoneal fat hilang karena terdapat oedem dan pengumpulan exudat.
4. Miokarditis, keluhan klinis terjadi pada minggu ke II sampai minggu ke III, berupa :
o Takikardia.
o Nadi kecil dan lemah.
o Bunyi jantung redup.
o Gallop rhythm.
o Tekanan darah turun atau peningkatan tekanan vena tanpa ada gejala dekompresi lain.
5. Cholecystitis
6. Thypoid toxic, secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi,
kebingungan, delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa munculnya gejala
neurologis : afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-lainnya. Thypoid toxic
dapat dibagi menjadi :
o Meningocerebral
Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak sadar.
Selalu ada kaku kuduk.
Tanda kernig dapat positif atau negatif.
Refleks tendo menjadi meninggi terutama APR.
Liquor cerebro spinal normal.
Prognosa: dapat sembuh sempurna
o Encephalitis diffus
Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran.
Refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut negatif.
Rangsang meningen negatif.
Setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna.
o Encephalitis akut
Tiba-tiba hiperpireksia.
Tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset.
Bisa timbul kejang ulang.
Prognosa : buruk
o Meningitis akut
Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan.
Electro encephalograph : gambaran encephalopati.
19
o Bisa terjadi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalan seseorang.
o Dapat dikaitkan pula dengan kepribadian seseorang, orang yang gampang histeris, akan
lebih gampang jatuh ke dalam toxic typhoid.
o Pasien dalam keadaan delirium / bicara ngaco / berteriak-teriak dan mengalami agitasi.
o Terdapat gerakan-gerakan seperti menarik-narik seprei.
7. Hepatitis typhosa
8. Pneumotyphoid
9. Pankreatitis typhosa
10. Carrier typhosa, setelah 6 bulan diperiksa 3 x berturut-turut selang 1 bulan masih tetap
positif (pada pemeriksaan faeces yang dibiakkan).
PENATALAKSANAAN
Terapi secara umum
1. Non medikamentosa
Perawatan :
Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi sebaiknya sampai akhir
minggu ke III oleh karena bahaya perdarahan dan perforasi, tujuannya untuk :
Mempercepat penyembuhan.
Mencegah perforasi usus.
Karena banyak gerak akan menyebabkan gerakan peristaltik meningkat, dengan
peningkatan peristaltik maka akan terjadi peningkatan dari aktifitas pembuluh
darah, hal ini akan meningkatkan kadar toksin yang masuk ke dalam darah,
dapat menyebabkan peningatan dari suhu tubuh.
Mobilisasi berangsur-angsur dilakukan setelah pasien 3 hari bebas demam.
Dietetik :
Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit.
Mudah dicerna dan halus.
Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan.
Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada pasien yang demam tanpa
komplikasi.
Typhoid diet II : Bubur saring.
20
Typhoid diet III : Bubur biasa.
Typhoid diet IV : Nasi tim.
Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoid padat dini, rendah serat / rendah
selulosa.
Typoid diet biasanya dimulai dari TD II, setelah 3 hari bebas demam menjadi TD
III, sampai 3 hari kemudian dapat diganti kembali menjadi TD IV.
Harus diberikan rendah serat karena pada typoid abdominalis ada luka di ileum
terminale bila banyak selulosa maka akan menyebabkan peningkatan kerja usus,
hal ini menyebabkan luka makin hebat.
2. Medika mentosa:
a. Antibiotik
1. Drug of Choice adalah Chloramfenicol dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 7
hari afebris atau sampai 1 minggu bebas demam.
Kontra indikasi :
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil trisemester 3.
Grey baby syndrome.
Partus premature.
Kematian intrauterine (IUFD).
Jangan berikan pada pasien yang leukositnya kurang dari 2000.
Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicol resisten) bila dalam 10 hari
pemberian pasien tetap demam, gunakan antibiotik yang lain.
2. Cotrimoxazole,
dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari sampai 7 hari afebris. RSHS 2 x 3 tablet.
Waktu yang diperlukan untuk penurunan suhu sama dengan chloramfenicol.
Tidak terjadi krisis toksik.
Gejala lebih cepat hilang.
Dapat digunakan untuk pasien yang toksik dan delirium.
Lebih unggul dalam mencegah relaps.
Efek samping yang perlu diperhatikan adalah trombositopenia, untuk
menghindarkannya kita berikan asam folic.
3. Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15 hari (RSHS)
Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan dan untuk karier.
21
4. Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr (untuk ukuran besar)/hari.
Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6 minggu
5. Golongan Quinolon.
Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu, untuk menanggulangi
karier, karena pasien dapat menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan usia kurang dari 15 tahun, karena
bisa menyebabkan penutupan epifise tulang lebih cepat.
Keuntungan dari Quinolon:
Waktu yang diperlukan untuk terapi lebih pendek.
Bersifat bakterisida.
Hati-hati akan terjadi reaksi “harxheimer reaction” yang merupakan reaksi
yang hebat dari pemberian awal dari antibiotic pada perderita typhoid, oleh
karena dilepaskannya secara mendadak dalam jumlah besar, antigen dari
kuman typhoid.(reaksi seperti anafilaktik syok, dimana pasien dapat jatuh
kedalam keadaan komatous)
b. Simptomatik:
c. Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol)
Jangan menggunakan asam salisilat, karena bisa menyebabkan hiperhidrosis.
Jangan pada penderita hepatitis.
Dapat merangsang mukosa usus.
Efek anti piretik dapat berlebihan.
Menghambat efek dari chloramfenicol.
Laxantia dan enema, untuk memudahkan buang air besar.
Hati-hati perdarahan dan perforasi.
Muntah-muntah
Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg atau 3 x 10 mg.
Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25 mg.
Diare
Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x 2 tab
Meteorismus
22
Intake diganti dengan parenteral
Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam.
Supportif
Kortikosteroid
Hanya dianjurkan untuk penderita dengan toksemia berat dan hiperpireksi berat.
Tidak boleh dipergunakan secara rutin.
Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena bila ada perdarahan kita tidak tahu
dari penyakit atau dari kortikosteroid.
Memperpendek deman dan gejala cepat hilang.
Menghambat pembentukkan immunitas sehingga mudah untuk relaps.
Dosis :
Hari ke I : Hidrokortison 200 mg im
Prednison 3 x 15 mg
Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg
Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg
Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg
Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg.
Roborantia
Vitamin B dan vitamin C.
Terapi untuk karier yang gagal pengobatan dengan medikamentosa kita lakukan
cholecystectomy.
o Perforasi usus.
1. Cito operasi !
2. Persiapan :
Puasakan pasien.
Infus dengan Ringer Lactat.
Berikan Antibiotika dosis tinggi.
Gunakan gastric suction untuk kompresi.
3. Prognosa :
Mortalitas 20% - 50%, dimana hal ini dipengaruhi oleh:
Umur.
Keadaan umum sebelum pembedahan.
23
Diagnosa yang lambat (>24 jam).
Terdapat sepsis intraperitoneal.
Perforasi ulang atau penyulit lainnya.
o Toxic typhoid
1. Pasang maag slang (NGT) dan akan digunakan untuk pemberian nutrisi :
Untuk keadaan yang berat sekali gunakan TD I.
Untuk keadaan yang tidak berat kita gunakan TD II yang telah diblender
dahulu.
2. Pasang infus, untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/hari secara IV, bila sudah
membaik berikan peroral dengna dosis 4 x 2 tablet selama 2 minggu.
3. Kortikosteroid
Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau dextran 5% atau
Ringer Lactat.
1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan.
8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV.
30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan selanjutnya diberikan 1
mg/kgBB diberikan 6 x (1 ampul kalmethasone = 4 ml) dalam waktu 2 hari.
Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke III karena bisa merangsang
gaster menambah bahaya terjadinya perforasi.
Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melena pada minggu ke I pasti
oleh kortikosteroid, sedangkan pada minggu ke II atau ke III, kita tidak tahu
penyebab dari melena karena bisa dari perforasi atau karena obat.
Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp = 200 mg) larutkan
dalam dextrose 5% dengan kecepatan 8 tetes permenit sampai shock teratasi
ganti dengan Dextran saja 10 tetes per menit.
Prognosa,
sangat bervariasi, dapat menjadi jelek dan angka kematian tinggi bila terdapat gangguan SSP
KESIMPULAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella
typhi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi.
Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua penampakan klinis. Dalam
minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti
24
demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sulit buang
air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan
menetap. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari.
Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus,
nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah /terkupas, lidah
ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor, pembesaran hati dan
limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Anak nampak sakit berat, disertai
gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, acuh tak acuh (apatis) sampai berat
(delirium, koma).
DAFTAR PUSTAKA
Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan
Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI: 367-375
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update. Cetakan
pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143
http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html
25