Case Anak Tifoid

19
1 | BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Demam tifoid merupakan infeksi bakterial sistemik yang disebabkan ole Salmonella enterica serotype typhi (S.typhi) . Penyakit ini umumya didapat karena mengkonsumsi ai makanan yang terkontaminasi urin atau feses dari karier yang terinfeksi. Penyakit i terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk dan telah menjadi masalah kesehatan ya berbagai negara berkembang. 1,2 Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak berga keadaan iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang berkem tropis. 3 Di seluruh dunia, dilaporkan telah terjadi 17 juta kasus baru dan lebih dari meninggal setiap tahunnya. Sebanyak 80% dari data kasus baru dan kematian tersebut, terjadi di Asia. 2 Di Indonesia insidensi demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun. Di daerah demam tifoid, insidensi tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi kebal. Penyakit ini termasuk penyaki yang tercantum dalam Undang-undang No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelomp menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menye orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. 1 Penderita anak biasanya berumur di atas satu tahun Sebagian besar penderita (80%) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunku berumur di atas5 tahun. 5 Oleh karenaitudiperlukan proses diagnosa yang tepat dan penatalaksanaan yang adekuat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. 3 TUJUAN PENULISAN Penulisan laporan kasus ini ditujukan untuk mengetahui definisi, pato tanda, diagnosis, penanganan, komplikasi serta prognosis dari demam typhoid.

Transcript of Case Anak Tifoid

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Demam tifoid merupakan infeksi bakterial sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (S.typhi). Penyakit ini umumya didapat karena mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi urin atau feses dari karier yang terinfeksi. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk dan telah menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara berkembang.1,2 Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak bergantung pada keadaan iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang di daerah tropis.3 Di seluruh dunia, dilaporkan telah terjadi 17 juta kasus baru dan lebih dari 600.000 ribu meninggal setiap tahunnya. Sebanyak 80% dari data kasus baru dan kematian tersebut, terutama terjadi di Asia.2 Di Indonesia insidensi demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun. Di daerah endemik demam tifoid, insidensi tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi kebal. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.1 Penderita anak biasanya berumur di atas satu tahun. Sebagian besar penderita (80%) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta berumur di atas 5 tahun.5 Oleh karena itu diperlukan proses diagnosa yang tepat dan penatalaksanaan yang adekuat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.3 TUJUAN PENULISAN Penulisan laporan kasus ini ditujukan untuk mengetahui definisi, patogenesis, gejala, tanda, diagnosis, penanganan, komplikasi serta prognosis dari demam typhoid.

1|

BAB II LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN Pasien anak bernama W umur 12 tahun jenis kelamin perempuan beralamat desa Purwajaya, Kabupaten Cirebon. Pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 10 April 2012. Terdaftar dengan nomor rekam medis 694577. Pasien merupakan anak dari Tuan P, berumur 45 tahun bekerja sebagai petani dengan pendidikan terakhir pada sekolah menengah pertama dan ibu pasien bernama Nyonya S, berumur 40 tahun dengan pendidikan terakhir pada sekolah dasar bekerja sebagai ibu rumah tangga.

II.

ANAMNESIS Autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 14 April 2012 1. Keluhan utama : demam

2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien anak perempuan datang ke IGD RSUD Arjawinangun dengan keluhan demam sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan timbul tidak mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu tinggi, namun berangsur-angsur meningkat setiap harinya. Oleh ibunya, anak diberi obat penurun panas, namun panas turun beberapa saat setelah minum obat, namun kemudian naik lagi. Panas terus-menerus sepanjang hari, meningkat terutama pada malam hari. Pasien juga mengeluh nyeri di daerah ulu hati kurang lebih 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak juga mengalami mual dan muntah. Muntah sering, dengan frekuensi 2 hingga 3 kali dalam sehari. Isi muntahan berupa air yang diminum, dan terkadang berisi apa yang dimakan. Buang air besar cair, dengan frekuensi 2 hingga 3 kali dalam sehari tidak ada lendir dan darah. Buang air kecil normal. Nafsu makan anak menurun sejak terjadinya demam. Anak tidak ada mengeluh nyeri otot atau nyeri pinggang, serta tidak ada riwayat bepergian ke luar kota. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Semenjak kecil pasien pernah beberapa kali mengalami BAB cair, mual, muntah dan demam namun tidak sampai dirawat inap di Rumah sakit. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. 5. Riwayat Pribadi Menurut keterangan ibu pasien selama kehamilan pasien, rutin kontrol ke bidan sebanyak 6 kali dan di imunisasi TT sebanyak 2 kali. Pada saat persalinan, anak dilahirkan pada umur kehamilan 9 bulan, spontan, di tolong oleh bidan, dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan 45 cm. Menurut ibu pasien, setelah2|

dilahirkan anak langsung menangis kuat, gerak aktif, tidak mengalami sesak dan kebiruan setelah lahir. 6. Riwayat Makanan Menurut keterangan ibu pasien pada saat pasien berusia 0 sampai dengan 6 bulan pasien hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan lainnya. Pada saat usia 6 sampai dengan 10 bulan pasien diberikan ASI ditambah dengan bubur susu 1 kali mangkuk kecil, nasi tim1 kali mangkuk kecil dan buah (pisang/jeruk/pepaya) 2 kali. Pada saat pasien berusia 10 sampai dengan 12 bulan diberi ASI ditambah PASI (SGM) 2 x 200 cc, nasi tim 3 kali dan buah 2 kali. Usia 1 tahun sampai sekarang diberi PASI (SGM) 45 x 200cc ditambah menu keluarga seperti nasi 3 kali sehari dengan setiap kali makannya berupa 1 piring kecil, sayur (bayam/katuk/labu), lauk (1 potong ikan /telur/ tempe) porsi makan dihabiskan dan buah pepaya/pisang 1 kali. 7. Perkembangan Menurut keterangan ayah dan ibu pasien pada usia 3 bulan pasien sudah dapat mengoceh spontan dan mengangkat kepala . Saat usia 5 bulan pasien bisa berbalik dari telungkup ke telentang. Pada usia 8 bulan pasien sudah mulai merangkak dan belajar berdiri. Pada usia 15 bulan pasien sudah dapat berjalan dan usia 18 bulan pasien sudah dapat memanggil ayah dan ibu. Pada usia 24 bulan pasien dapat belajar makan dan minum sendiri. Pada usia 48 bulan pasien dapat berpakaian sendiri tanpa dibantu. Pada saat berusia 72 bulan pasien dapat berhitung. Saat ini pasien sekolah dasar kelas enam dan menurut keterangan ibu, selama proses belajar tidak menunjukkan adanya hambatan dalam mengikuti kegiatan di sekolah. 8. Imunisasi Menurut keterangan ibu, pada sehari setelah anak lahir mendapat vaksinasi BCG, polio1 dan Hepatitis B1. Pada umur 1 bulan, anak dapat imunisasi Hepatitis B2. Pada umur 2 bulan anak mendapat vaksinasi DPT I dan Polio II. Pada umur 4 bulan anak mendapat vaksinasi DPT II dan Polio III. Pada umur 6 bulan anak mendapat vaksinasi DPT III, Polio IV, Hepatitis B3 III. Pada umur 9 bulan anak mendapat vaksinasi campak. DPT diberikan pada umur 18 bulan. Pada umur 6 tahun anak diberi vaksinasi DPT V.

III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Umum ( Tanggal 14 April 2012 ) Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dan kompos mentis, tanda vital pasien seperti tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 92 x/menit, nadi teratur, dan isi cukup, suhu 38,70C, dan pernapasan 22 x / menit. Berat badan 40 kg dan tinggi badan 144 cm. Status gizi pada pasien ini dilihat dari berat badan dibandingkan dengan tinggi badan. Badan terlihat proporsional. Berdasarkan kurva CDC BB/TB= 40/34 x 100% = 117%. Kesimpulan status gizi pasien ini adalah gizi baik. 1.

3|

Pemeriksaan Khusus Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit pasien berwarna sawo matang, tidak ada sikatrik, tidak tampak ikterus, dan tidak ada petechiae. Bentuk kepala normal, rambut hitam, tidak mudah rontok. Mata bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak edema, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya positif. Telinga bentuk normal, simetris kanan dan kiri, dan tidak tampak serumen. Bentuk hidung simetris, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada. Mulut bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis tidak ada, lidah tremor dan hiperemis, tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, gigi geligi tidak ada karies. Leher tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea di tengah, tidak ada kaku kuduk. Pada pemeriksaan thorax, didapatkan inspeksi bentuk dada normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada palpasi ditemukan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, tidak ada krepitasi, tidak ada fraktur, tidak ada massa. Pada perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Sedangkan pada auskultasi suara napas terdengar vesikuler tanpa ronki maupun wheezing. Pada pemeriksaan Jantung, didapatkan inspeksi tidak tampak pulsasi ictus cordis. Pada palpasi teraba pulsasi ictus cordis. Pada perkusi terdengar redup, sedangkan pada auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, tidak ada murmur dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi perut datar, tidak tampak gambaran vena kolateral. Pada palpasi teraba supel, nyeri tekan epigastrium, undulasi tidak ada, lingkar perut 45 cm. Pada Perkusi terdengar timpani diseluruh lapang abdomen, shifting dullness tidak ada. Pada auskultasi terdengar bising usus dan terdengar pula pulsasi aorta abdominalis. Pada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin pasien perempuan, tidak ada tanda radang. Sedangkan pada pemeriksaan kedua ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema, lutut teraba hangat. IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 10 April 2012 didapatkan kadar Leukosit 4900 l, Hemoglobin 9,9 gr/dl, Limfosit 6,6%, Monosit 0,6%, Granulosit 75,3%, Hematokrit 12,7 %, Trombosit 137 103/l, Kadar Gula Darah Sewaktu 110 mg/dl. Pada pemeriksaan laboratorium faeces rutin tanggal 12 April 2012 didapatkan warna faeces kecoklatan, konsistensi lembek, lendir negatif, darah negatif, pus negatif, amuba negatif, telur cacing negatif, leukosit (+) 2-3, eritrosit (+) 3-5, protein (+) 2, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif. Pada pemeriksaan sedimen urin leukosit (+) 20-25/LPB, eritrosit (+) 8-10/LPB, epitel (+) 1-3/LPB, kristal (+) 0-1 Triple Phospate, silinder (+) Sil. Hvalin. Pada pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan ureum 34,1 mg/dl dan kreatinin 0,65 mg/dl. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan albumin 3,41 gr/dl. Pada pemeriksaan lipid cholesterol total 139 mg/dl. V. RESUME Seorang pasien laki-laki berumur 10 tahun datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 21 Februari 2012 diantar oleh ibunya dengan keluhan bengkak pada wajah,4|

2.

sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan bengkak ini diawali pada kelopak mata kemudian menjalar ke pipi. Keluhan bengkak disertai perut kembung dan semakin membesar. Buang air kecil dengan frekuensi normal dan berwarna kuning keruh. Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dan kompos mentis, tanda vital pasien seperti tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 120 x/menit, nadi teratur, dan isi cukup, suhu 36,20C, dan pernapasan 20 x / menit. Status gizi pada pasien ini dilihat dari lingkar lengan atas dibandingkan dengan umur. Badan terlihat gemuk, dan tampak edema. Berdasarkan kurva CDC LLA/U: 16 / 20 x 100% = 80%. Kesimpulan status gizi pasien ini adalah gizi normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 65 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (+), pada auskultasi tidak terdengar bising usus. Pada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 21 Februari 2012 didapatkan kadar Leukosit 10.600 l, Hemoglobin 9.8 gr/dl, Limfosit 43.9%, Monosit 9.9%, Granulosit 46.2%, Hematokrit 31.1 %, Trombosit 507 103/l. Pada pemeriksaan laboratorium urin didapatkan protein (+) 2. Pada pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan ureum 34,1 mg/dl, kreatinin 0,65 mg/dl. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan albumin 3,41 gr/dl. Pada pemeriksaan lipid didapatkan cholesterol total 139 mg/dl. VI. DIAGNOSIS KERJA Demam typhoid VII. DIAGNOSIS BANDING

VIII. RENCANA PENGELOLAAN 1. Rencana Pemeriksaan Pada kasus ini rencana pemeriksaan yang dilakukan pemeriksaan urin rutin, sedimen urin, fungsi ginjal, fungsi hati, kolesterol. 2. Rencana Pengobatan dan Diit Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg. Captropil 2 x 4 mg tab. Diet makanan biasa 2560 kkal/hari.

IX. PROGNOSIS Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam

: dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam5|

PEMANTAUAN

Tanggal 21/2/2012 Pasien masih mengeluh bengkak pada wajah. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 120 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36,2 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 61 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (+), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema. Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin tanggal 21 Februari 2012 didapatkan warna urin kuning, PH 6,0 , berat jenis 1.020, nitrit negatif, protein (+) 2, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif. Pada pemeriksaan sedimen urin leukosit (+) 20-25/LPB, eritrosit (+) 8-10/LPB, epitel (+) 1-3/LPB, kristal (+) 0-1 Triple Phospate, silinder (+) Sil. Hvalin. Pada pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan ureum 34,1 mg/dl, kreatinin 0,65 mg/dl. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan albumin 3,41 gr/dl. Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, captropil 2 x 4 mg tab.

Tanggal 22/2/2012 Keluhan bengkak dirasakan sudah berkurang. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 120 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36,4 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar.

6|

Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 65 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (+), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema. Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, captropil 2 x 4 mg tab. Tanggal 23/2/2012 Keluhan bengkak dirasakan sudah berkurang. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 129 x/menit, Respirasi 24 x/menit, dan suhu aksila 36,3 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 64 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (+), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema tetapi berkurang. Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, captropil 2 x 4 mg tab.

Tanggal 24/2/2012 Keluhan bengkak dirasakan berkurang. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 108 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36 0C. Pada pemeriksaan7|

khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 63 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema minimal. Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin tanggal 24 Februari 2012 didapatkan warna urin kuning, PH 8,0 , berat jenis 1.015, nitrit negatif, protein (+) 2, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen (+). Pada pemeriksaan sedimen urin leukosit (+) 4-5/LPB, eritrosit (+) penuh/LPB, epitel (+) 1-2/LPB, kristal (-), silinder (-). Pada pemeriksaan serologi ASTO (+). Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, Captropil 2 x 4 mg tab. Tanggal 25/2/2012 Keluhan bengkak dirasakan berkurang. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 108 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 63 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema minimal. Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin tanggal 24 Februari 2012 didapatkan warna urin kuning, PH 8,0 , berat jenis 1.015, nitrit negatif, protein (+) 3, glukosa negatif, keton negatif,8|

bilirubin negatif, urobilinogen negatif. Pada pemeriksaan sedimen urin leukosit (+) 2-3/LPB, eritrosit (+) penuh/LPB, epitel (+) 2-3/LPB, kristal (-), silinder (-). Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, Captropil 2 x 4 mg tab. Tanggal 26/2/2012 Keluhan bengkak dirasakan berkurang. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 116 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 62 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema minimal. Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, Captropil 2 x 4 mg tab. Tanggal 27/2/2012 Tidak ada keluhan yang di alami pasien. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 108 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 61 cm, pada perkusi terdengar redup9|

diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema minimal. Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin tanggal 27 Februari 2012 didapatkan warna urin kuning, PH 5,0 , berat jenis 1.000, nitrit negatif, protein (+) 1, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif. Pada pemeriksaan sedimen urin leukosit (+) 1-3/LPB, eritrosit (+) 3-6/LPB, epitel (-), kristal (-), silinder (-). Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, Captropil 2 x 4 mg tab.

Tanggal 28/2/2012 Keluhan bengkak dirasakan berkurang. Pada pemeriksaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 108 x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan suhu aksila 36 0C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae tidak ada, ikterik tidak ada. Kepala normosefal, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, edema palpebra ada tetapi berkurang. Pada pemeriksaan leher kelenjar getah bening tidak teraba membesar. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. Pada Palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung, inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, palpasi teraba pulsasi iktus kordis, perkusi redup, dan auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, murmur dan gallop tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut membuncit, pada palpasi teraba supel, nyeri tekan tidak ada, undulasi (+), lingkar perut 60 cm, pada perkusi terdengar redup diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-), pada auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna laki-laki, tidak ada tanda-tanda radang. Ekstremitas didapat akral hangat, dan ada edema minimal. Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin tanggal 24 Februari 2012 didapatkan warna urin kuning, PH 6,0 , berat jenis 1.015, nitrit negatif, protein (+) 1, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif. Pada pemeriksaan sedimen urin leukosit (+) 4-6/LPB, eritrosit (+) penuh/LPB, epitel (+) 0-1/LPB, kristal (-), silinder (-). Diagnosis kerja Glomerulonefritis Akut. Pasien diberikan IVFD KAEN 1B 12 tpm/makro, Cefotaxime 2 x 750 mg iv, furosemid 1 x 20 mg, Captropil 2 x 4 mg tab.

10 |

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI Fungsi Ginjal FISIOLOGI

DEMAM TIFOID DEFINISI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI PREVALENSI GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

11 |

BAB IV PEMBAHASAN

Pasien datang dengan bengkak pada wajah. Bengkak atau edema adalah penimbunan cairan yang berlebihan di antara sel-sel tubuh atau dalam berbagai rongga tubuh yang disebabkan oleh perpindahan cairan ekstrasel ke kompartemen cairan interstitial. Edema berdasarkan lokasi dibagi menjadi edema terlokalisir dan generalisata. Pada edema terlokalisir, disebut efusi bila terdapat cairan pada sebuah rongga, asites bila cairan terdapat pada rongga peritoneum. Pada edema generalisata, terjadi edema umum yang masif. Penyebab edema dibagi seperti pada bagan di bawah

12 |

Empat mekanisme dasar yang terjadi pada edema : 1. Peningkatan tekanan hidrostatik (mis. gagal jantung kongestif) 2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah (mis. radang akut) 3. Penurunan tekanan osmotik (mis. hipoalbuminemia) 4. Obstruksi limfatik (mis. mastektomi dengan pengangkatan kelenjar getah bening) Penambahan berat badan secara cepat yang terjadi pada edema , bila penambahan 2% = kelebihan ringan , penambahan 5% = kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat. Pada pasien penambahan berat badan 5 kg (25-30 kg) sekitar 8%, yang berarti terjadi kelebihan cairan berat. Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan pasien mengalami infeksi radang tenggorokan pada 2 minggu sebelum timbulnya edema, dan juga pasien semenjak sekolah sering berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk, pilek, dan radang tenggorokan. Menunjukkan suatu infeksi streptokokus sebelumnya. Dan terdapat periode laten yaitu periode antara infeksi streptokokus pertama kali dan saat muncul onset, periode ini sekitar 1-2 minggu. Keluhan yang pertama timbul pada pasien adalah edema periorbital, yang disebut pasien mata sembab. Muncul tiba-tiba, biasanya pada pagi hari. Menunjukkan sudah adanya manifestasi edema akibat ekstravasasi cairan ke ekstra sel. Keluhan selanjutnya adalah adanya BAK yang berwarna keruh kemerahan, dan adanya mual muntah.

13 |

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema pada wajah. BAK yang berwarna keruh. Peningkatan tekanan darah mencapai 130 pada sistolik, dimana tidak ada riwayat hipertensi pada pasien maupun keluarga sebelumnya.

Patofisiologi terjadinya beberapa keluhan pada pasien adalah :Aktivitas vasodepresor meningkat Proliferasi dan kerusakan glomerulus

vasospasme

GFR menurun

Kerusakan kapiler generalisata

Aldosteron meningkat

Retensi Na+ Hipertensi Retensi H2O ECF meningkat Edema

Albuminuria hematuria (silinder)

Pada pemeriksaan laboratorium, terdapat peningktan leukosit. Pada urinalisa terdapat hematuria, proteinuria, pada sedimen urin terdapat leukosit, eritrosit, epitel, kristal dan silinder. Dan pada pemeriksaan serologi , ASTO positif. Titer ASTO positif hanya pada 50% pasien. Diagnosa banding pada pasien ini adalah Sindrom Nefrotik dan Glomerulopati IgA. Pada sindroma nefrotik edema yang terjadi generalisata, namun tidak ada riwayat infeksi streptokokus sebelumnya. Sedangkan pada pasien terdapat riwayat infeksi streptokokus.

14 |

Pada pasien ini, gejala yang sangat mencolok adalah adanya hipertensi yang mencapai 130/80 mmHg. Diterapi dengan obat antihipertensi captopril dengan dosis 2 x 4 mg, dan untuk mengurangi edema yang terjadi diberikan furosemid dengan dosis 1 x 20 mg dan diberikan antibiotik cefotaxim karena infeksi pada faring diduga penyebabnya. Dosis cefotaxim yang diberikan adalah 2 x 750 mg, Terjadinya hipertensi7 :

Adanya penurunan aliran darah inrarenal Penurunan GFR Aparatus juxta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin Merubah angiotensinogen menjai angiotensin I Angiotensin I dirubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzym Angiotensin II menimbulkan vasokonstriksi pada pembuluh darah tepi Hipertensi Merangsang korteks adrenal Sekresi aldosteron peningkatan retensi Na

Hipertensi pada anak adalah keadaan dimana rata-rata TD sistolik dan diastolik >95 persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut. Tabel di bawah, menunjukkan klasifikasi hipertensi7 : Batasan Normal TD sistolik dan diastolik 95 persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut Menurut The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children *Jika tekanan darah yang terbaca normal-tinggi untuk umur, tetapi anak lebih tinggi atau massa otot berlebih untuk umurnya, maka anak ini dianggap mempunyai nilai tekanan darah yang normal. Istilah

15 |

Kurve Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik menurut Umur dan Jenis kelamin7

Tabel Kriteria Derajat Hipertensi berdasarkan Kenaikan Tekanan Diastolik diatas Tekana Diastolik Normal sesuai dengan Umur7 Presentase kenaikan di atas batas normal 5-15% 15-30% 30-50% >50% Umur (tahun) 1-5 Td D (mmHg) 75-85 85-95 95-112 >112 6-12 Td D (mmHg) 90-100 100-110 110-120 >120

Derajat Hipertensi Ringan Sedang Berat Krisis

Pengobatan hipertensi non-krisis: (1) bila tekanan Diastolik 90-100 mmHg diberikan Furosemid (2) pada tekanan diastolik 100-120 mmHg diberikan furosemid ditambah captopril (3) jika tekanan darah diastolik belum turun, ditambah dengan pengobatan antihipertensi golongan beta bloker atau golongan lain.7

16 |

Kriteria krisis hipertensi adalah : (1) Tekanan sistolik 180mmHg dan/atau (2) Diastolik 120mmHg, atau (3) setiap kenaikan tekanan darah yang mendadak dan disertai gejala ensefalopati hipertensif, gagal ginjal, gagal jantung maupun retinopati.7 Pengobatan pada krisis hipertensi dapat diberika (1) Nifedipin dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali peroral. Bila tekanan darah tidak turun dinaikkan 0,1/mg/kgBB/kali setiap 30 menit dengan dosis maksimal 10 mg/kali. Bila belum turun ditambahkan furosemid 1 mg/kgBB/kali sebanyak 2x/hari. Pemberian harus disertai pemberian captopril 0,3 mg/kgBB/kali sebanyak 2-3 kali/hari. (2) klonidin drip diberikan sebanyak 0,002 mg/kgBB/ba jam dalam 100ml Dekstrosa 5%. Deberikan dengan tetesan awal 12 mirkodrip.menit, bila belum turun dinaikkan 6 mikrodrip/menit setiap 30 meniti, dengan maksimum pemberian 36 mikrodrip/menit.7 Bila belum turun ditambah captopril 0,3 mg/kgBB/kali sebanyak 2-3x/hari, maksimum pemberian 2 mg/kg/kali. Diberikan bersama furosemid 1 mg/kgBB/kali sebanyak 2x/hari.7 Hematuri terjadi pada pasien rawat RS sebanyak 60-85%, dan akan hilang dalam 3-6 bulan atau bertahan 18 bulan. Proteinuri dapat mencapai nila +1 sampai +4 akan hilang dalam 6 bulan.7

BAB IV KESIMPULAN

Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Glomerulonefritis akut paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat juga terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wnita 2:1. GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang17 |

sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus akan menjadi glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen dari pada yang lain tidak di ketahui. Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalh rasa lelah, anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling sering ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi. Tujuan utama dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan kerusakan pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan fungsi ginjal. Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan glomerulus. Pemberian pinisilin untuk membrantas semua sisa infeksi,tirah baring selama stadium akut, diet bebas bila terjadi edema atau gejala gagal jantung danantihipertensi kalau perlu,sementara kortikosteroid tidak mempunyai efek pada glomerulofritis akut pasca infeksi strepkokus. Pronosis penyakit pada anak-anak baik sedangkan prognosisnya pada orang dewasa tidak begitu baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta. 2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Glomerulonefritis akut, 835839, Infomedika, Jakarta. 3. Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta. 4. http://www/.5mcc.com/ Assets/ SUMMARY/TP0373.html. Accessed Maret 8th, 2012. 5. http://www.Findarticles.com/cf0/g2601/0005/2601000596/pi/article.jhtm?term=g lomerunopritis+salt+dialysis. Accessed Maret 8th, 2012.18 |

6. markum. M.S, Wiguno .P, Siregar.P,1990, Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II, 274-281, Balai Penerbit FKUI,Jakarta. 7. Donna J. Lager, M.D.http;//www.vh.org/adult/provider/pathologi/GN/GNHP.html. Accessed Maret 8th, 2012. 8. http;//www.enh.org/encyclopedia/ency/article/000475.asp. Accessed Maret 8th, 2012. 9. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08_KlarifikasiHistopatologik.pdf/08_ KlarifikasiHistopatologik.html. Accessed Maret 8th, 2012. 10. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_HematuriPadaAnak.pdf/11_HematuriPa daAnak.html. Accessed Maret 8th, 2012. 11. http://pkukmweb.ukm.my/~danial/Streptococcus.html. Accessed Maret 8th, 2012. 12. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/glomerulonephritis-akut.html. Accessed Maret 8th, 2012. 13. http://www.uam.es/departamentos/medicina/patologia/19-20x.JPG. Accessed Maret 8th, 2012.

19 |