brpn

18
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. 2.2 Klasifikasi Pneumonia 2.2.1 Berdasarkan Sumber Infeksi a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.) 1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa 2.) Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak 3.) Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa) b. Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia ) 1.) Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif 2.) Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.) 3.) Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta c. Pneumonia aspirasi 1.) Sering terjadi pada bayi dan anak-anak

Transcript of brpn

Page 1: brpn

Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

 

2.2 Klasifikasi Pneumonia

2.2.1 Berdasarkan Sumber Infeksi

a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired  pneumonia.)

1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa

2.)    Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak

3.)    Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)

b. Pneumonia  yg didapat di RS  (Hospital-acquired pneumonia )

1.)    Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif

2.)    Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired  pneumonia.)

3.)    Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta

c. Pneumonia  aspirasi

1.)    Sering terjadi pada bayi dan anak-anak

2.)     Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob

d. Pneumonia Immunocompromise host

1.)    Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai patogenesis yang rendah

2.)    Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya pertahanan tubuh 

 

2.2.2 Berdasarkan Kuman Penyebab

Page 2: brpn

a.   Pneumonia bakterial

1.) Sering terjadi pada semua usia

2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka,  misal; Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza

1. Pneumonia  Atipikal

1.)    Disebabkan: Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

2.)    Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda 

1. Pneumonia yang disebabkan virus

1.) Sering pada bayi dan anak-anak

2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah

1. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya

1.)    Seringkali merupakan infeksi sekunder

2.)    Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah

 

2.2.3 Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi

a. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)

1.)    Sering pada pneumonia bakterial

2.)    Jarang pada bayi dan orang tua

3.)    Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang dewasa

b. Bronchopneumonia

1.)    Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru

2.)    Dapat disebabkan bakteri maupun virus

3.)    Sering pada bayi dan orang tua

4.)    Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus  

c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia

Page 3: brpn

1.)    Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki

2.)    Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus, Pneumocystis carinii)

 

2.3. Etiologi

Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

2.3.1 Faktor Infeksi

            - Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

            - Pada bayi :

         Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.

  Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

                        Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.

            - Pada anak-anak :

                        Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

                        Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

                        Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.

            - Pada anak besar – dewasa muda :

                        Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

                        Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.

2.3.2 Faktor Non Infeksi

            Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

1. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

Page 4: brpn

2. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

 

2.4 Faktor Resiko

            Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Faktor host (diri)1. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.

1. Status Gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi.

1. Riwayat penyakit terdahulu

Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.

1. Faktor Lingkungan1. Rumah

Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).

Page 5: brpn

1. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.

1. Status sosioekonomi

Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.

 

2.5  Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2. 2.       Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

 

2.6  Manifestasi Klinis

1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit         2.) Batuk, mula-mula mukoid  lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis 

3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi pleuropneumonia)                                                                                                           

4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,    mual & muntah.

 

2.7 Pemeriksaan 

2.7.1 Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal

Page 6: brpn

b. Palpasi / Perkusi / Auskultasi

tanda-tanda konsolidasi  : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara napas bronkovesikuler – bronchial, suara bisik, krepitasi

2.7.2 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan dahak

1.)    Mempunyai banyak keterbatasan

2.)     Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :

1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah2. kavum orofaring  dibersihkan dulu dengan cara berkumur3. aspirasi trakeal 4. memakai bronkosokopi5. pungsi transtorakal

3.)    spesimen yg diperoleh lalu dilakukan pengecatan gram dan  kultur

 

b. Pemeriksaan darah

1. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi2. 2.       Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)3.  LED dapat juga tinggi 4.  Kultur darah dapat positif 20-25 %  pada penderita yang tidak diobati

c. Foto thorax PA/lateral

1. Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan  karena pengisian alveoli oleh cairan radang  berupa :  opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai dengan gambaran air bronchogram

2.  Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka ulangan foto toraks  harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.

3. Pemeriksaan gas darah1. Hipoksemia & hipokarbia2. Asidosis respiratorik pada stadium lanjut

e.  Tampilan klinis pneumonia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bacterial dan non bacterial (atipikal)

KARAKTER KLINIS  PNEUMONIA BAKTERIALPNEUMONIA NON BAKTERIAL (ATIPIKAL)

Timbulnya gejala Mendadak sebagian besar di paru Berangsur-angsur, sering bersifat umum selain di paru

Batuk Produktif dengan banyak Tidak produktif, sputum sedikit

Page 7: brpn

sputum, purulen/mukopurulen

Pengecatan gram Sering ditemukan mikroba Non diagnostik, baik pada pengecatan gram maupun kultur

Leukositosis Ada dan tinggi, leukopeni pada kasus yang jelek

Biasanya tidak ada, atau leukopeni

Nyeri dada Ada, bervariasi dari yang ringan sampai berat

Jarang

Foto paru Tanda konsolidasi lobar, segen atau bronkopneumonia

Tidak mengikuti batas anatomis, kelainan interstitial

 

 

2.8  Penatalaksanaan

Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup :

1. Tindakan umum ( general suportif )

2. Koreksi kelainan tubuh yang ada

3. Pemilihan antibiotik

Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya  S. pneumoniae yang resisten terhadap penesilin.

A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :

1. Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin :

a. Usia  > 65 tahun

b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir

c. Pecandu alkohol                                                               

d. Penyakit gangguan imunitas  (tms tx steroid)                                     

e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain                             

Page 8: brpn

f. Kontak dengan anak-anak                          

1.  Enterik  gram-negative :1. Penghuni rumah jompo                               2. Adanya dasar  penyakit kardiopulmoner            3. Adanya penyakit ko-morbid yang lain                     4. Pengobatan antibiotika sebelumnya                          5. 3.        Pseudomonas  aeruginosa :

1. Kerusakan jaringan paru  (bronkiektasis)                    2. Terapi kortikosteroid  (>10 mg pednison/hari)            3. Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari

sebelumnya                                                      4. Malnutrisi

B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan etiologi dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus mempertimbangkan :

1. kecenderungan  epidemiologis setempat2. usia penderita 3. penyakit penyerta / komorbid4. faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)5. temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis)

2.8.1 Penatalaksanaan rawat jalan

a. Pengobatan suportif / simtomatik

1.   Istirahat di tempat tidur

2.   Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

1. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas2. Bila perlu dapat diberikan mukolitik  dan ekspektoran3. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam

2.8.2 Penatalaksanaan rawat inap

a. Pengobatan suportif / simtomatik

1. Pemberian terapi oksigen

2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit

3. Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik

1.  1. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam

2.8.3 Penatalaksanaan rawat inap di ruang rawat intensif

Page 9: brpn

a. Pengobatan suportif / simtomatik

1. Pemberian terapi oksigen

2. Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit

3. Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik

b. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang darti 4 jam

c.  Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

 

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

Menurut dokter spesialis paru dari RSIA Hermina Jatinegara, Dr. Bambang Supriyatno SpA(K), perbedaan mendasar antara pneumonia dengan TBC terletak pada jenis mikroorganisme yang menginfeksi. ‘’Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus ),’’ katanya. Bambang menyebutkan, bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp. Sedangkan, vIrus misalnya virus influensa. “Pada TBC, jenis mikroorganisme yang menginfeksinya adalah mikrobakterium tuberculosis,’’ sambungnya. Rentannya anak terkena penyakit pneumonia umumnya dikarenakan lemahnya atau belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh balita. Oleh sebab itu, mikrorganisme atau kuman lebih mudah menembus pertahanan tubuh.

Page 10: brpn

Jenis bakteri pneumococcus atau pneumokok belakangan semakin populer seiring kian dikenalnya jenis penyakit Invasive Pneumococcal Disease (IPD). Selain pneumonia, yang termasuk IPD adalah radang selaput otak (meningitis) atau infeksi darah (bakteremia). “Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokok, kerap menimbulkan komplikasi dan mengakibatkan penderita juga terkena meningitis atau bakteremia,” kata Bambang.

Dokter spesialis anak dari RSAB Harapan Kita, Dr. Attila Dewanti SpA menjelaskan bahwa bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak. “Akibatnya, timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak,” tambahnya.

Gejala khususnya adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.

Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat orangtua kurang waspada terhadap penyakit ini. “Orang tua sering datang terlambat membawa anaknya ke dokter. Karena gejala awal panas dan batuk, orang tua sering mengobati sendiri dirumah dengan obat biasa, bila sudah sesak baru dibawa ke dokter, ” jelas Atilla. Karenanya dokter spesialins bagian neurologi anak ini menyatakan sebaiknya bila anak sakit panas tinggi dan batuk, segeralah ke dokter untuk dicari tahu penyebabnya.

Diagnosa dan Pengobatan

Diagnosis pneumonia dilakukan dengan berbagai cara. Pertama dengan pemeriksaan fisik secara umum. Setelah itu ada pula pemeriksaan penunjuang seperti rontgen paru dan pemeriksaan darah. Penanganan pneumonia pun dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya pengobatan dengan pemberian antibiotik. “Penderita pneumonia dapat sembuh bila diberikan antibiotik yg sesuai dengan jenis kumannya, hanya saja perlu dosis tinggi dan waktu yg lama,” papar Atilla.

Namun, bakteri Streptococcus pneumoniae mulai resisten atau kebal terhadap beberapa jenis antibiotik. Bahkan kawasan Asia dinyatakan sebagai hot zone, yakni daerah dengan tingkat resistensi tinggi untuk bakteri pneumokok. Oleh sebab itu apabila pneumonia yang dialami cukup parah, penanganannya juga dilakukan dengan cara opname. Dengan perawatan khusus di rumah sakit, pasien bisa mendapatkan istirahat dan pengobatan yang lebih intensif, atau bahkan terapi oksigen sebagai penunjang. Selain itu penderita pneumonia juga membutuhkan banyak cairan untuk mencegahnya dari dehidrasi. Cairan ini bisa diperoleh dengan cara banyak minum air putih maupun melalui infus.

Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski beberapa obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati dirumah. Biasanya dokter yang menangani pneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Soalnya, serangan berikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.

Page 11: brpn

Pada beberapa kasus, Atilla menerangkan bahwa pneumonia yang sudah mengalami komplikasi tersebut bisa meninggalkan berbagai efek samping. “Anak dapat mengalami berbagai efek samping seperti gangguan kecerdasan, gangguan perkembangan motorik, gangguan pendengaran dan keterlambatan bicara,” paparnya. Walaupun demikian, Bambang tetap meyakinkan bahwa anak dengan pneumonia juga bisa sembuh total dan hidup dengan normal.

Pencegahan

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangannya. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia. Yaitu, usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) dan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain batuk-pilek biasa, pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Ungkapan klasik bahwa “mencegah lebih baik daripada mengobati” benar-benar relevan dengan penyakit pneumonia ini. Mengingat pengobatannya yang semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatkan resistensi bakteri pneumokokus, maka tindakan pencegahan sangatlah dianjurkan.

Pencegahan penyakit IPD, termasuk pneumonia, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD. Menurut Atilla yang juga bertugas di klinik khusus tumbuh kembang anak RSAB Harapan kita, peluang mencegah Pneumonia dengan vaksin IPD adalah sekitar 80-90%.

Adapun mengenai waktu ideal pemberian vaksin IPD, menurut penjelasan Atilla adalah sebanyak 4 kali, yakni pada saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan diulang lagi pada usia 12 bulan. Atilla menguatkan bahwa vaksin itu aman dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti Hib, MMR maupun Hepatitis B. Selain imunisasi, pencegahan pneumonia menurut Bambang adalah dengan menjaga keseimbangan nutrisi anak. “Selain itu, upayakan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, antara lain dengan cara cukup istirahat juga olahraga,” jelasnya.

Pneumonia oleh Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang eksterm, pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.

Page 12: brpn

Pneumonia oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 – 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.

Pneumonia mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ). Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati. Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.

Pneumonia Jenis Lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya kecuali dioabati sejak dini.

Informasi Terkait:

Gejala Faringitis Pengobatan Pada Penyakit Impetigo

Posted in Kesehatan Anak :: Kata Kunci: bakteri, Diagnosa dan Pengobatan, Kekurangan oksigen, oksigen, paru-paru meradang, Penyakit Pneumonia Pada Anak, Pneumonia, Pneumonia berat, bronchopneumonia pada anak, bronchopneumonia anak, cara pencegahan dan pengobata penyakit infeksi paru-paru pada bayi usia 5 bulan, gambar penyakit ispa, gambar ispa, bronchopneumoni pada anak, gambar orang sedang makan, artikel imun, tanda-tanda ispa, penyakit pneumonia bakteri pada anak, bronchopneumoni anak, gambar makanan

Page 13: brpn

tidak sehat, penyakit meningitis tb filetype pdf, contoh brosur ispa, penyakit manusia akibat bakteri pneumoni jurnal, penyebab penyakit broncho pneumonia, penyakit bronchopneumonia pada anak, penyakit bronchopneumonia, memek ditindik, membedakan pnemonia dengan tbc, gambar pneumonia pd anak, perbedaan pneumonia dan bronchopneumonia, gambar organ tubuh bagian dalam, perbedaan tb paru bronchopneumonia, bronchopneumonia sakit berbahaya tidak, gambar organ tubuh manusia bagian dalam, beda pneumonia dengan tbc, gambar gambar penyakit ispa, apa bedanya pneumonia dengan tbc, bagan patofisiologi pneumonia pada bayi umur 5 bulan, youtube cara pencegahan pneumonia / ispa, pdf perbedaan ispa dengan asma, jurnal penyakit akibat bakteri pada manusia, macam - macam penumonia, artikel imun manusia, apa itu bronchoponemonia pada anak?, gambar bakteri steptokokus, macam-macam pemberian oksigen, mengobati batuk pada bronkhopneumonia, gambar cara makan yang baik, gambar bronchopneumonia pada anak, mitos kempot karena cabut gigi, patofisiologi pneumonia karena imunitas rendah, nutrisi mikroorganisme, patofisiologi demam pada broncopneumonia pada anak, patofisiologi bronkhopneumonia, oksigenasi pada pasien meningitis, patofisiollogi bronkopneumonia, mycobacterium tuberculosis menyebabkan bronkopneumonia, olahraga untuk pneumonia 0 Comm