Lp Brpn dewii

24
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG DI SUSUN OLEH : UMI ULFAH APRILLIANI 13.0176.N PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Transcript of Lp Brpn dewii

Page 1: Lp Brpn dewii

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

BRONCHOPNEUMONIA

DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

DI SUSUN OLEH :

UMI ULFAH APRILLIANI

13.0176.N

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN-PEKALONGAN

2013

Page 2: Lp Brpn dewii

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area

terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya.

Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang

berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga

melibatkan bronchi. Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia

adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian

menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat

lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang

disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar

alveoli.

B. ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia

diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap

virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai

mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :

reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,

jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

Page 3: Lp Brpn dewii

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam

paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi

pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora

normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis

cranii, Mycoplasma.

C. PATHOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus

influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut

masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya

infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah

dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu

dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara

kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat

usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang

beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 4: Lp Brpn dewii

PATHWAYBakteri Stafilokokus aureus

Bakteri Haemofilus influezae

Penderita akit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi

sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di bronkus

Proses peradangan

Akumulasi sekret di bronkus

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

Mukus bronkus meningkat

Bau mulut tidak sedap

Anoreksia

Intake kurang

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kuman terbawa di saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal dalam usus

Peningkatan peristaltik usus

Malabsorbrsi

Diare

Gangguan keseimbangan

cairan dan eletrolit

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Dilatasi pembuluh darah

Eksudat plasma masuk alveoli

Gangguan difusi dalam plasma

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan suhu

Septikimia

Peningkatan metabolisme

Evaporasi meningkat

Edema antara kaplier dan

alveoli

Iritasi PMN eritrosit pecah

Edema paru

Pengerasan dinding paru

Penurunan compliance paru

Suplai O2 menurun

Hipoksia

Metabolisme anaeraob meningkat

Akumulasi asam laktat

Fatigue

Intoleransi aktivitas

Hiperventilasi

Dispneu

Retraksi dada / nafas cuping hidung

Gangguan pola nafas

Page 5: Lp Brpn dewii

D. MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di

saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,

penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas

seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung

kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul

sianosis.

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar

ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan

cara:

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).

Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis

dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen

infeksius.

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status

asam basa.

Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba.

2. Pemeriksaan Radiologi

Rontgenogram Thoraks

Page 6: Lp Brpn dewii

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.

Laringoskopi/ bronkoskopi untuk

menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah,

ganggguan pengiriman oksigen.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam

alveoli.

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia

yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi

abdomen atau gas.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk

aktifitas sehari-hari.

G. FOKUS INTERVENSI

1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :

- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas

Page 7: Lp Brpn dewii

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya:

mengi, krekels dan ronki.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat

dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius

b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya

proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi

fowler

Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk

bernafas

d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara

e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki

keefektifan upaya batuk.

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling

efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah

setelah perkusi dada.

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan

mempermudah pengeluaran.

2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen

darah, gangguan pengiriman oksigen.

Tujuan :

Page 8: Lp Brpn dewii

- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam

rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya

sianosis

Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh

terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.

c. Kaji status mental

Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan

hipoksemia.

d. Awsi frekuensi jantung/ irama

Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/

dehidrasi.

e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi

demam dan menggigil

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan

metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler.

f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas

dalam, dan batuk efektif

Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki

ventilasi.

g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan

indikasi

Page 9: Lp Brpn dewii

Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

dalam alveoli

Tujuan:

- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang

normal dan paru jelas/ bersih

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi

peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi

dada terbatas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat

obstruksi kecil.

c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan

memudahkan pernafasan.

d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan

mengindikasikan adanya kelainan.

e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

g. Berikan humidifikasi tambahan

Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan

membantu pengenceran sekret untuk memudahkan

pembersihan.

h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage

Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan

drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

Page 10: Lp Brpn dewii

4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,,

hipotensi.

Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

c. Catat lapporan mual/ muntah.

Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

d. Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan

proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan :

- Menunjukkan peningkatan nafsu makan

- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.

Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering

mungkin, bantu kebersihan mulut.

Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien

dan dapat menurunkan mual

c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum

makan.

Page 11: Lp Brpn dewii

Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan

pengobatan ini

d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.

Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat,

distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara

dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran

gastro intestinal

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering

atau makanan yang menarik untuk pasien.

Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun

nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,

rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya

responterhadap terapi

6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen

untuk aktifitas hidup sehari-hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :

a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi

b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama

fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat

c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.

Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan

kebutuhan metabolik

d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Page 12: Lp Brpn dewii

Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

Page 13: Lp Brpn dewii

DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. (2002). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(2004). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :

Salemba Medica.

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (2001). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosa

Keperawatan Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC edisi

9. Jakarta : 2011

Page 14: Lp Brpn dewii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada usia anak-anak, bronkopneumonia merupakan penyebab

kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.

Angka kematian Pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan

mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka kesakitan diperkirakan

mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Fakta

yang sangat mencengangkan. Karenanya, kita patut mewaspadai setiap

keluhan panas, batuk, sesak pada anak dengan memeriksakannya secara

dini (Setiowulan, 2000).

Bronkopneumonia adalah inflamasi akut bronklolus dan jaringan

paru penyakit infeksi mengenai bagian-bagian yang tersebar dalam paru

yang sering dijumpai pada orangtua dan anak kecil. Pneumonia

disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia, jamur, aspirasi

bronkopneumonia ( masuknya cairan atau benda padat ke dalam saluran

pernafasana ) dan bakteri streptococcus pneumonia. Hal ini sering ditandai

dengan deman 39,5 – 40,5 C. Sesak nafas, nyeri dada, napas dan nadi

cepat, dahak berwarna kehijauan, Retraksi dinding torak, pernafasan

cuping hidung, patuk proksimal mirip perfusi.

Dilihat dari keadan kota Jakarta yang padat penduduk serta

kemacetan kota Jakarta dan banyaknya kendaraan serta pabrik-pabrik yang

aktivitasnya selalu mengeluarkan asap yang sangat banyak, seringnya

beraktifitas diluar rumah mengakibatkan kita selalu bertataap langsung

dengan debu dan asap kendaraan, karena kekebalan tubuh anak masih

sedikit atau belum kuat maka anak yang paling sering terjangkit. Jika

bronkopneunomia ini tidak ditangani maka bisa terjadi emplema, otitis

media akut, emfisema, meningitis. Dalam kasus ini peran perawat sangat

Page 15: Lp Brpn dewii

penting dalam penyembuhan klien. Perawat berperan secara promotif ,

preventif, rehabilitative, advokasi dan sebagainya.

B. Tujuan

1. Tujuan Intruksional Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan

bronkopneumonia .

2. Tujuan Intruksional Khusus

a. Menjelaskan pengertian bronkopneumonia

b. Menjelaskan penyebab bronkopneumonia

c. Mengidentifikasi tanda dan gejala bronkopneumonia

d. Menjelaskan patofisiologi bronkopneumonia

e. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada kasus

bronkopneumonia

f. Mengetahui komplikasi bronkopneumonia

g. Mengetahui penanganan bronkopneumonia

Page 16: Lp Brpn dewii