BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping...

30
BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Keperawatan Disusun Oleh: OKTAVIA MUNINGGAR WIJAYANTI J 210 134 003 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping...

Page 1: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI

EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA DI

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Program Studi Strata I pada Program Studi Keperawatan

Disusun Oleh:

OKTAVIA MUNINGGAR WIJAYANTI

J 210 134 003

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

i

Page 3: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

ii

Page 4: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

iii

Page 5: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

1

BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI

EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA DI

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ABSTRAK

Pengobatan untuk leukemia digolongkan menjadi dua, yaitu kemoterapi dan terapi

suportif. Kemoterapi adalah terapi penggunaan obat untuk membunuh sel kanker.

Efek samping kemoterapi bergantung tipe, dosis obat, serta berapa lama obat yang

didapatkan. Efek samping yang biasa muncul yaitu kerontokan rambut, sariawan,

resiko tinggi terhadap infeksi, mudah memar, kelelahan, kurangnya nafsu makan,

mual, muntah, dan diare. Hal ini membuat ketidaknyamanan pada anak, sehingga

orang tua dari pasien anak leukemia melakukan berbagai tindakan untuk

mengatasi ketidaknyamanan yang akibat efek samping kemoterapi pada anaknya.

Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui berbagai tindakan orang tua terhadap

efek samping kemoterapi pada anak dengan leukemia di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian

sebanyak 20 responden. Teknik sampling menggunakan teknik purposive

sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian: Efek

samping dari kemopterapi pada anak leukemia adalah 1). 75% anak mengalami

mual, tindakan orang tua yang dilakukan adalah memberikan minyak kayu putih,

2). 75% muntah, tindakan yang dilakukan adalah memberikan obat anti mual

muntah, diberikan air hangat, minyak kayu putih, dan diberikan jeruk, 3). 40%

kerontokan rambut, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memotong rambut,

4). 35% gangguan mulut, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan

obat Sariawan dan diberi buah jeruk, 5). 20% memar, tindakan yang dilakukan

orangtua adalah membatasi kegiatan bermain dan memberikan obat, 6). 10%

diare, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan obat anti diare. 7).

55% penurunan nafsu makan, tindakan orang tua adalah memberikan makanan

sesuai kesukaan anak dan suplemen, 8). 70% kelelahan, tindakan yang dilakukan

orangtua adalah menyuruh anak istirahat yang cukup, 9). 60% risiko infeksi

meningkat, tindakan yang dilakukan adalah menjaga kebersihan anak. 10.) 25%

anemia, tindakan yang dilakukan orang tua adalah memberikan makanan yang

mengandung zat besi seperti sayuran berdaun hijau, hati ayam, sapi, dan

meningkatkan istirahat anak, 11). 15% kulit kering, tindakan yang dilakukan

orangtua adalah memberikan body lotion dan penggunaan sabun mandi sesuai

dengan pH kulit, 12). 15% konstipasi, tindakan yang dilakukan orangtua adalah

memberikan anak makanan tinggi serat, memberikan obat laxative atau pencahar.

Kata Kunci: Tindakan orangtua, anak, leukemia, efek samping, kemoterapi

ABSTRACT

Treatment for leukemia is classified into two, namely chemotherapy and supportive

therapy. Chemotherapy is a drug use therapy to kill cancer cells. Side effects of

chemotherapy depend on type, dose of drug, and how long the drug is obtained.

Common side effects include hair loss, mouth ulcers, high risk of infection, easy

bruising, fatigue, lack of appetite, nausea, vomiting, and diarrhea. This makes the

Page 6: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

2

inconvenience to the child, so the parent of the leukemia child patient takes various

actions to overcome the discomforts that result from the side effects of

chemotherapy on her child. This study aims to know the various actions of parents

to the side effects of chemotherapy in children with leukemia in Dr. Moewardi

hospital Surakarta. The research used descriptive method. The sample of research

were 20 respondents. Sampling technique using purposive sampling. The research

instrument used questionnaire. Results: The side effect of chemopterapi in child

leukemia is 1). 75% of children experience nausea, the parent's action is to give

eucalyptus oil, 2). 75% vomiting, the action taken is to give anti-nausea and vomit

medicine, given warm water, eucalyptus oil, and given oranges, 3). 40% hair loss,

the action that parents do is cut hair, 4). 35% of mouth disorders, the action that

parents do is to give medicine and canker syrup granted fruit, 5). 20% bruising,

the action that parents do is to limit play activities and provide medicine, 6). 10%

of diarrhea, the action that parents do is to give anti-diarrhea drugs. 7). 55%

decrease appetite, parental action is to provide food according to child's favorite

and supplement, 8). 70% fatigue, the action the parent does is tell the child to rest

enough, 9). 60% increased risk of infection, the action taken is to keep the child

clean. 10.) 25% anemia, the actions of parents are to provide foods containing

iron such as green leafy vegetables, chicken liver, cows, and improve child rest,

11). 15% dry skin, the action that parents do is to provide body lotion and the use

of bath soap in accordance with skin pH, 12). 15% constipation, parental action is

to provide children with high fiber foods, giving laxative or laxative drugs.

Keywords: Parent, child, leukemia, side effects, chemotherapy

1. PENDAHULUAN

Kanker merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Kanker

menyebabkan kematian sekitar 7,6 juta orang pada tahun 2008 (WHO,2012).

Kasus leukemia sebagian besar terjadi pada masa kanak-kanak adalah LLA dan

sekitar 25 % kanker ini terjadi pada anak yang berusia dibawah 15 tahun, dengan

insiden yang paling tinggi terjadi pada usia antara 2-4 tahun. LLA lebih sering

terjadi pada anak laki-laki dan orang kulit putih dibandingkan orang kulit hitam

(Axton & Fugate, 2014). Sedangkan di Indonesia, menurut Riskesdas (2007)

kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 di Indonesia, dengan presentasi

sebesar 5,7%. Angka kejadian kanker adalah 4,3% per 1000 penduduk, ini berarti

setiap 1000 orang ada sekitar 4 orang yang terkena kanker. Prevalensi leukemia

adalah yang tertinggi yaitu 2,8 per 100.000. Gejala leukemia antara lain pucat,

lemah, anak rewel, napsu makan menurun, demam tanpa sebab yang jelas,

pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, kejang sampai penurunan

Page 7: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

3

kesadaran, pendarahan kulit dan atau pendarahan spontan, nyeri tulang, seringkali

ditandai dengan anak tidak mau berdiri dan berjalan, dan lebih nyaman

digendong, pembesaran buah zakar dengan konsistensi keras.

Delapan puluh persen dari seluruh kasus leukemia adalah Acute Lymphoid

Leukemia (ALL), 15% adalah Acute Myelogenous Leukemia (AML) dan sisanya

adalah Chronic Myelogenous Leukemia (CML). Acute Lymphoid Leukemia

mempunyai angka insidensi tertinggi diantara penyakit leukemia karena gangguan

genetik pada pasien yang akan meningkatkan resiko terkena ALL. Acute

Lymphoid Leukemia menyerang anak rerata pada usia 2 – 6 tahun dan lebih sering

terjadi pada anak laki-laki. Prognosis akan lebih baik bila terjadinya pada usia 2 –

9 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009).

Penanganan anak dengan leukemia menggunakan kemoterapi, dengan atau

tanpa radiasi cranial atau menggunakan hematopoietic stem cell transplantation.

Kemoterapi merupakan terapi yang paling sering digunakan untuk penanganan

anak dengan leukemia karena cara kerjanya yang unik dimana program ini sangat

efektif untuk kanker sistemik yang tidak dapat ditangani dengan pembedahan

maupun radiasi. Pengobatan dengan kemoterapi merupakan terapi kuratif utama

pada leukimia (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2008).

Penggunaan kemoterapi multi agen memberikan keuntungan bagi pasien

dengan leukemia yaitu kemoterapi banyak memberikan keberhasilan dalam

penanganan pasien dengan leukemia, sehingga dapat menyelamatkan banyak

pasien anak dengan kanker (Potts, & Mandleco, 2007). Namun, kemoterapi juga

memiliki kelemahan yaitu tidak hanya mematikan sel malignan tetapi juga

mematikan sel-sel normal lain yang tumbuh secara cepat, misalnya sel mukosa

usus, sel darah maupun folikel rambut. Hal ini mengakibatkan adanya efek

samping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal,

hepatik, renal, integumen dan reproduksi (Potts, & Mandleco, 2007).

Efek samping yang timbul sesuai dengan agen kemoterapi yang diberikan.

Penelitian tentang pengelompokan gejala pada anak dan remaja yang

mendapatkan terapi cisplatin, doxorubicin atau ifosfamide didapatkan bahwa agen

kemoterapi tersebut menyebabkan kelemahan, gangguan tidur dan mual muntah

paska kemoterapi. Kelemahan pada tubuh merupakan efek samping yang paling

Page 8: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

4

sering dirasakan oleh anak dengan kemoterapi yang berdampak pada aktivitas

keseharian anak (Wu, Chin, Haase, & Chen, 2009).

Beberapa orang khawatir tentang harus kemoterapi, karena dapat

menimbulkan efek samping yang membuat merasa sakit (Change, 2016). Anak

dengan penyakit kanker membutuhkan perawatan jangka panjang dengan

melibatkan orang tua. Peranan orangtua sangat penting tetapi hal ini tidak mudah

bagi orang tua, karena orang tua juga mengalami dampak psikososial pada saat

anak terdiagnosa kanker sampai dengan anak menjalani program pengobatan.

Dampak tersebut antara lain terjadinya perubahan peran dan tanggung jawab,

yaitu orang tua berusaha melindungi anaknya, mendukung anak untuk kooperatif

terhadap pengobatan, merasa tidak mampu mengasuh anaknya yang lain, berusaha

untuk mencari informasi sehubungan dengan penyakit yang diderita anaknya

serta berusaha mencari dukungan emosional terkait situasi yang dihadapi. Ibu

merasa harus lebih kuat dalam menghadapi hidup bagi anak dan keluarga;

sedangkan ayah merasa pengobatan anak merupakan hal yang utama (Neil &

Clark, 2010).

Orang tua memiliki koping yang berbeda dalam memberikan perawatan

pada anak dengan penyakit kronis (McKenzie, Pinger, & Kotecki, 2011).

Keluarga juga akan mengalami beban berat psikologis maupun ekonomis serta

meningkatnya peran dan tanggungjawab orang tua. Setiap orang tua akan

berupaya untuk mempertahankan kualitas hidup anaknya, dengan

mempertahankan dan meningkatkan upaya penyembuhan dan adaptasi anak

(Wong, 2009). Orang tua merupakan orang terdekat anak yang akan mendampingi

anak dalam menghadapi penyakit dan pengobatan. Orang tua harus menghadapi

distress pada anak serta reaksi akibat pemberian kemoterapi. Efek samping

kemoterapi perlu dikomunikasikan dengan baik kepada anak dan orang tua

melalui pemberian pendidikan kesehatan karena pasien dan keluarga

membutuhkan informasi dan dukungan emosional selama fase kemoterapi,

sehingga terjadi peningkatan kemampuan orang tua dalam merawat anak dengan

kemoterapi (Flury, Caflisch, Ullmann & Spichiger, 2011).

RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit yang terletak di

Surakarta, Jawa tengah. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa pasien

anak dengan leukemia yang terdapat di RSUD Dr. Moewardi pada Januari 2016 –

Page 9: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

5

Februari 2017 terdapat sebanyak 30 anak. Pasien anak dengan leukemia yang

dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta berada pada Bangsal Melati II. Setiap

anak yang datang untuk kemoterapi tentu saja didampingi orang tua masing-

masing. Penatalaksanaan kemoterapi memiliki berbagai macam efek samping

seperti mual, muntah, kerontokan rambut, sariawan, memar, diare, penurunan

nafsu makan, kelelahan, peningkatan resiko infeksi, anemia, kulit kering,

mimisan, konstipasi, dan lain-lain. Hal ini membuat ketidaknyamanan pada anak,

sehingga setiap orang tua dari pasien anak leukemia tersebut melakukan berbagai

tindakan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang terjadi akibat efek samping

kemoterapi pada anaknya.

Orangtua dapat mencari informasi tentang cara merawat ke dokter atau

perawat agar dapat melakukan perawatan sendiri. Informasi tentang efek samping

kemoterapi tidak hanya bisa didapatkan dari penjelasan dokter maupun perawat

secara lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan, yaitu diberikannya booklet tentang

efek samping kemoterapi. Selain itu, orang tua juga mencari informasi dari

sumber yang lain seperti: tiga ibu bertanya tentang efek samping kemoterapi

kepada orang tua pasien yang lain, dua ibu mendapatkan informasi dari buku dan

internet selain bertanya pada orang tua pasien yang lain.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Berbagai Tindakan Orang tua dalam Mengatasi Efek Samping

Kemoterapi Pada Anak Leukemia di RSUD dr. Moewardi surakarta”.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan metode

deskriptif analitik dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta dan waktu penelitian dilaksanakan pada 01 Oktober 2016

– Juni 2017. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua yang

memiliki anak mengalami efek samping kemoterapi pada leukemia di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dengan sampel sebanyak 20 responden. Teknik sampling

menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitiani menggunakan

kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif.

Page 10: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

1) Orang tua

Karakteristik orang tua pasien anak anak dengan leukemia di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Karakteristik Responden Orang Tua

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Umur orang tua

a. < 20 tahun

b. 21 – 30 tahun

c. 31 – 40 tahun

d. > 40 tahun

0

5

12

3

0

25,0

60,0

15,0

Jumlah 20 100

2 Pendidikan terakhir

a. Lulus SD/Sederajat

b. Lulus SMP/Sederajat

c. Lulus SMA/Sederajat

d. Lulus Perguruan Tinggi

5

1

13

1

25,0

5,0

65,0

5,0

Jumlah 20 100

3 Pekerjaan

a. Buruh/ Petani

b. Tidak Bekerja/IRT

c. Wiraswasta/pedagang

d. Pegawai Swasta/Karyawan

1

12

5

2

5,0

60,0

25,0

10,0

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi karakteristik umur orang tua pasien anak anak dengan

leukemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar

berumur 31 - 40 tahun sebanyak 12 responden (60%). Tingkat pendidikan

responden sebagian besar adalah lulus SMA/sederajat sebanyak 13 responden

(65%), dan sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga

sebanyak 12 responden (60%).

2) Anak

Karakteristik pasien anak anak dengan leukemia di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta ditampilkan pada tabel berikut.

Page 11: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

7

Tabel 2. Karakteristik Responden Anak

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Umur Anak

a. 1-3 tahun

b. 3,1-6 tahun

c. 6,1-12 tahun

2

6

12

10,0

30,0

60,0

Jumlah 20 100

3 Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

16

4

80,0

20,0

Jumlah 20 100

4. Fase Kemoterapi

a. Induksi

b. Konsolidasi

c. Maintenance

9

2

9

45,0

10,0

45,0

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi karakteristik pasien anak dengan leukemia di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar berumur 6,1-12

tahun sebanyak 12 responden (60%). Pasien anak dengan leukemia sebangian

besar dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (80%). Pasien anak

sebagian besar tahap atau fase kemoterapi yang dilakui adalah tahap induksi

sebanyak 9 orang (45%) dan tahap maintenance sebabanyak 9 orang (45%).

b. Tindakan Orang Tua terhadap Efek Samping Kemoterapi pada Anak dengan

Leukemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

1) Efek samping

Beberapa efek samping kemoterapi yang dapat terjadi dalam jangka

pendek, dapat dilihat pada hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 3. Efek Samping Kemoterapi

No Efek samping Frekuensi Presentase

1 Mual 15 75%

2 Muntah 15 75%

3 Rambut rontok 8 40%

4 Sariawan 7 35%

5 Memar 4 20%

6 Diare 2 10%

7 Kehilangan selera makan 11 55%

8 Kelelahan 14 70%

9 Peningkatan risiko infeksi 12 60%

10 Anemia 5 25%

11 Kulit kering 3 15%

12 Konstipasi 3 15%

Page 12: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

8

Mual dan muntah telah lama diketahui menjadi yang paling ditakutkan

dalam efek samping kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan 75% anak

mengalami mual dan 75 % anak mengalami muntah. Rambut rontok merupakan

salah satu efek samping dari kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan 40% anak

mengalami kerontokan rambut. Hasil penelitian menunjukkan 35% anak

mengalami gangguan mulut atau sariawan. Efek samping lain dari kemoterapi

adalah jumlah trombosit tidak cukup, maka kemungkinan mudah terjadi

perdarahan atau memar, bahkan dari cedera ringan. Hasil penelitian menunjukkan

20% anak mengalami memar.

Ketika kemoterapi mempengaruhi lapisan sel-sel usus, hal tersebut dapat

menyebabkan diare. Hasil penelitian menunjukkan 10% anak mengalami diare.

Perubahan nafsu makan terjadi berhari-hari, kehilangan nafsu makan tidak hanya

karena mual dan muntah, perubahan rasa atau masalah mulut dan tenggorokan

tetapi merasa tertekan atau lelah. Hasil penelitian menunjukkan 55% anak

mengalami penurunan nafsu makan. Kelelahan merupakan salah satu efek

samping yang paling umum dari pengobatan kanker. Hasil penelitian

menunjukkan 70% anak mengalami kelelahan. Jumlah sel darah putih yang

rendah menurunkan kemampuan untuk melawan infeksi. Hasil penelitian

menunjukkan 60% berisiko infeksi meningkat. Hasil penelitian menunjukkan 25%

anak mengalami anemia. Pasien yang mengalami kulit kering pada penelitian ini

sebanyak 15%. Konstipasi yaitu ketidaknormalan atau kesulitan dalam buang air

besar (BAB). Hasil penelitian menunjukkan 15% anak mengalami konstipasi.

3.2 Pembahasan

1. Mual

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping mual, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Mual

(15 kasus)

a. Memberikan obat anti mual dan muntah

b. Memberikan minyak kayu putih

1

14

6,7%

93,3%

Page 13: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

9

Tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar orang tua yaitu memberikan

minyak kayu putih pada anaknya. Tindakan yang dilakukan orang tua sudah

benar. Pemberian minyak kayu putih merupakan salah cara mengatasi mual

dengan aroma terapi. Menurut Ali, Al-Wabel, Shams, Ahamad, Khan, & Anwar

(2015) aromaterapi menggunakan minyak esensial sebagai agen terapeutik,

substansi konsentrasi tinggi hasil dari ekstrak bunga-bungaan, daun-daunan,

tangkai atau batang tanaman, buah-buahan, akar-akaran, dan juga hasil

penyulingan dari damar. Terdapat beberapa metode penggunaan minyak esensial

yaitu dengan inhalasi, pijatan, atau mengaplikasikan secara sederhana dengan

memberikan pada permukaan kulit. Tanaman yang dapat memproduksi minyak

esensial salah satunya adalah Eucalyptus globulus atau biasa disebut tanaman dari

minyak kayu putih.

Hasil penelitian Santi (2013) menjelaskan aromaterapi dapat digunakan

sebagai solusi untuk mengatasi mual muntah. Aromaterapi merupakan tindakan

terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat untuk

meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Setiap

minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri,

antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal.

Tindakan lainnya yang dilakukan orang tua adalah memberikan obat anti

mual dan muntah. Obat yang diberikan orang tua yaitu berdasarkan resep dokter

(Ondansenton dan deksametason). Tindakan ini tepat seperti yang dijelaskan oleh

Kely & Carman (2013) mencegah mual dan muntah dengan pemberian obat

antiemetik sebelum pemberian kemoterapi dan pada jadwal rutin sekitar beberapa

jam untuk pertama untuk 2 hari bukan pada saat dibutuhkan.

2. Muntah

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping muntah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 14: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

10

Tabel 5 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Muntah

(15 kasus) a. Memberikan obat anti mual dan muntah

(ondansenton dan deksametason)

b. Diberi air hangat

c. Diberi minyak kayu putih

d. Diberi buah jeruk

e. Menyediakan makananan sesuai keinginan

anak dan memberikan obat anti mual dan

muntah

f. Menyediakan makananan sesuai keinginan

anak dan diberi buah jeruk

8

1

1

1

1

3

53,3%

6,7%

6,7%

6,7%

6,7%

20%

Efek samping lain yang dialami anak adalah muntah. Orang tua mengatasi

efek samping muntah adalah dengan memberikan obat anti mual dan muntah.

Obat yang diberikan orang tua yaitu berdasarkan resep dokter (Ondansenton dan

deksametason). Tindakan yang dilakukan sudah tepat. Pada penanganan kasus

mual muntah pada penelitian Rahmah (2009) menjelaskan pemakaian protokol

antiemetik B yang terdiri dari Ondanseton dan Deksametason ternyata efektif

untuk mengatasi peristiwa emesis pada anak yang sedang menjalani kemoterapi.

Tindakan lainnya yang dilakukan orang tua ketika anaknya muntah yaitu

dengan memberikan air hangat. Pemberian air hangat ke anak merupakan

tindakan yang tepat. Pemberian air hangat akan menimbulkan efek relaksasi otot.

Hal ini seperti dijelaskan oleh penelitian Amirsha (2012) air hangat memberikan

rasa nyaman, menyembuhkan sembelit, memperlancar peredaran darah dan

mengurangi nyeri. Minum segelas air hangat dapat meningkatkan gerakan usus,

menyembuhkan sembelit, memecah partikel makanan dan melewatinya melalui

usus. Bila anda minum air hangat maka timbunan lemak dalam tubuh dibakar dan

timbunan dalam sistem syaraf juga diurai dan ini akan meningkatkan sirkulasi

darah dalam tubuh. Penelitian oleh Faridah (2013) pasien yang diberikan air

hangat terbukti tidak mengalami mual muntal. Hal ini menjelaskan air hangat

dapat menurunkan risiko mual dan muntah.

Orang tua juga mengatasi muntah pada anak setelah kemoterapi yaitu

dengan memberikan minyak kayu putih. Tindakan yang dilakukan orang tua

sudah benar. Hasil penelitian Santi (2013) menjelaskan aromaterapi dapat

digunakan sebagai solusi untuk mengatasi mual muntah. Aromaterapi merupakan

tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat

Page 15: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

11

untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik.

Pemberian aroma terapi untuk mengatasi mual juga dijelaskan oleh penelitian

yang dilakukan Widagdo dan Supriyadi (2014) dengan hasil aroma terapi terbukti

secara efektif menurunkan intensitas mual dan muntah saat kemoterapi.

Pemberian aroma terapi akan merangsang otak untuk memproduksi serotonin

menimbulkan rasa nyaman dan tenang sehingga akan menurunkan intensitas mual

dan muntah.

Mengatasi mual dan muntah dengan menyediakan makanan sesuai dengan

keinginan anak dan diberikan buah jeruk adalah tindakan yang kurang tepat.

Hudayani (2014) menjelaskan tidak semua makanan yang disukai dapat mengatasi

mual dan muntah. Makanan yang mengatasi mual dan muntah adalah makan

makanan yang kering, porsi makanan kecil dengan frekuensi 6-8 kali/hari. Bahkan

perlu menghindari makanan yang berbau merangsang, makanan dan minuman

terlalu manis.

3. Rambut rontok

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping rambut rontok, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Kerontokan

rambut

(8 kasus)

a. Memotong rambut

b. Menggunakan topi, syal atau turban

c. Menyisir rambut dengan lembut

6

1

1

75%

12,5%

12,5%

Tindakan orang tua yang dilakukan untuk mengatasi kerontokan rambut

adalah sebagian besar orang tua memotong rambut anak menjadi lebih pendek.

Tindakan lainnya adalah menggunakan topi, syal atau turban. Tindakan yang

dilakukan orang tua sudah tepat. Penelitian Hidayati (2012) menjelaskan

membiasakan dengan rambut pendek sehingga jika suatu saat rambut rontok, tidak

akan begitu terlihat. Namun jika pasien tetap tidak percaya diri dengan rambut

rontok, pilihan menggunakan wig mungkin dapat dilakukan. Khususnya pada

anak memotong rambut menjadi lebih pendek adalah pilihan yang tepat, atau

dikombinasikan dengan topi. Pada kasus anak sangat jarang diberikan wig atau

rambut palsu karena biasanya anak tidak suka atau menjadi risih. Menurut

National Health Service (2016) beberapa penanganan kanker dapat membuat

Page 16: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

12

kerontokan pada rambut tetapi wig dan topi dapat mengatasi masalah tersebut.

Beberapa orang lebih nyaman memotong rambutnya menjadi lebih pendek

sebelum melakukan terapi. Hal ini dilakukan agar rambut yang rontok tidak

terjadi secara signifikan. Menyisir rambut dengan perlahan juga dianjurkan, agar

rambut tidak rontok terlalu banyak. Sedangkan penelitian Villasantel, Herskovitz,

Mauro & Jimenez (2014) menjelaskan kerontokan rambut pada pasien yang

menjalani kemoterapi harus ditangani dengan tepat, karena hal ini memberikan

dampak sosial kepada pasien. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan

pencegahan dengan pemeriksaan lebih lanjut, pendekatan psikologis agar pasien

bisa menerima. Pada dasarnya belum ada terapi yang signifikan dapat mengurangi

kerontokan rambut sebagai dampak dari kemoterapi.

4. Sariawan

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping sariawan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Sariawan

( 7 kasus)

a. Memberikan obat sariawan

b. Diberi jeruk

4

3

57,1%

42,9

Hasil penelitian menunjukkan orang tua mengatasi sariawan dengan

memberikan obat Sariawan atau memberikan buah jeruk. Tindakan ini kurang

tepat. Menurut Harsal dan Rachman (2016) sariawan sebagai dampak kemoterapi

tidak dapat diberikan obat sariawan dengan sembarangan. Sariawan akan hilang

dengan sendiri berbarengan dengan pemberhentian pengobatan. Cara yang tepat

mengatasi sariawan adalah dengan menjaga kebersihan mulut. Menurut Browne,

Molloy, O’Sullivan, Richmond & Houston (2012) mengkonsumsi buah jeruk,

lemon, anggur dan nanas perlu dihindari saat mengalami sariawan.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Kardiyudiani (2013) untuk

mengatasi sariawan adalah dengan perawatan rongga mulut. Penggunaan alat

pembersih mulut baik sikat gigi dan pasta gigi yang dapat digunakan untuk

menurunkan resiko tersebut, hal ini dapat diminimalisir dengan peningkatan peran

preventif perawat dalam pendidikan kesehatan pada pasien.

Page 17: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

13

Pencegahan sariwaan atau stomatitis pada anak lebih tepat adalah menjaga

kebersihan rongga mulut. Hal ini diungkapkan oleh Bensinger et, al (2008),

keefektifan membersihkan mulut adalah pencegahan yang baik. Menyikat gigi

dengan sikat gigi yang lembut 2 kali sehari, menggunakan benang gigi sehari

sekali, sering berkumur-kumur dengan normal saline atau obat kumur

berdesinfektan untuk mencegah infeksi terjadi. Melakukan kebersihan rongga

mulut lebih diutamakan dari pada menggunakan obat sariawan.

5. Memar (jumlah platelet rendah)

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping memar, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Memar

(4 kasus)

a. Membatasi kegiatan bermain anak

b. Memberikan obat atau herbal

2

2

50%

50%

Hasil pengamatan pada orang tua, penanganan yang dilakukan oleh orang

tua mengatasinya dengan membatasi kegiatan bermain sudah benar, hal ini

seperti didukung oleh American Cancer Society (2016) adalah membatasi

aktivitas anak dengan menghindari aktivitas atau permainan yang berisiko pasien

terluka. Tindakan yang dibenarkan jika sampai terjadi perdarahan adalah tekan

dengan lembut daerah yang mengalami perdarahan sampai perdarahannya

berhenti dengan menggunakan es dalam kantong, kantong yang berisi pasir atau

botol infus. Selain itu orang tua menurut Selwood, (2008) dapat melakukan sikat

gigi dengan sikat yang lembut dan sebelumnya sikat gigi tersebut dimasukkan

pada air panas agar sikatnya menjadi lebih lembut, berhati-hati menggunakan

benda tajam seperti gunting, maupun pisau, selalu gunakan sepatu atau alas kaki

kemanapun pasien pergi, jangan menggunakan tusuk gigi untuk membersihkan

gigi.

Tindakan orang tua dengan memberikan obat adalah tindakan yang benar

terapi membutuhkan pengawasan dokter yang ketat. Menurut Sianipar (2014)

kejadian memar dalam istilah dampak kemoterapi diartikan jumlah platelet

rendah atau jumlah trombosit tidak cukup bisa dilakukan pemberian transfusi

Page 18: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

14

trombosit pada trombositopenia harus dipertimbangkan dengan matang.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan darah rutin/lengkap, dan

penilaian ulang apusan darah tepi merupakan komponen penting dalam evaluasi

awal pasien trombositopenia.

6. Diare

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping diare, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Diare

(2 kasus)

Memberikan obat anti diare 2 100%

Pada kasus ini tindakan yang dilakukan semua orang tua adalah

memberikan obat anti diare. Tindakan ini tidak sepenuhnya benar, memberikan

obat diare tanpa memperhatikan cara penganan yang lain dapat berakibat tidak

baik. Menurut Newton, Hickey & Marrs (2009) penatalaksanaan pasien diare

akibat kemoterapi antara lain penuhi kebutuhan cairan tubuh untuk mencegah

dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, makan makanan 5 – 6 kali/hari

dalam porsi kecil, makan makanan yang tinggi kalium dan natrium, misalnya

pisang, jeruk, maupun kentang, makan makanan rendah serat, berikan makanan

atau minuman bebas laktosa, misalnya susu dan produk susu, serta bersihkan

daerah perianal dengan hati-hati setelah buang air besar.

Stein, Voigt & Jordan (2010) menjelaskan penanganan non farmakologi

diare adalah rehidrasi oral yaitu dengan membuat campuran larutan air, garam

dan gula. Penanganan farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan

memberikan loperamide, octreotide dan tincture yang termasuk ke dalam

golongan opium yang direkomendasikan untuk mengatasi diare selama

kemoterapi.

7. Kehilangan selera makan

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping kehilangan selera makan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 19: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

15

Tabel 10 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Penurunan nafsu

makan

(11 kasus)

a. Memberikan makanan kesukaan

b. Memberikan makanan yang berbeda

setiap hari

c. Memberikan makanan kesukaan dan

suplemen makanan

d. Memberikan makanan kesukaan,

suplemen dan madu

5

1

4

1

45,5%

9,1%

36,4%

9,1%

Hasil penelitian dalam menangani penurunan nafsu makan tindakan orang

tua adalah memberikan makanan sesuai kesukaan anak. Tindakan yang dilakukan

orang tua sudah tepat. Hal ini sesuai dengan penelitian Browne, Molloy,

O’Sullivan, Richmond, & Houston (2012) penanganan kehilangan nafsu makan

adalah membuatkan makan-makananan yang diinginkan, makan-makanan dalam

porsi kecil serta makan-makanan ringan sekitar 2-3 jam, memakan camilan tinggi

kalori dan protein seperti keju, biskuit, sandwiches, kue muffins atau scones.

Gunakan piring kecil saat makan, makan dengan perlahan dan kunyah makanan

dengan baik. Perbanyak minum air seperti susu, jus dan sup. Mencoba

mengkonsumsi suplemen makanan jika masih kesulitan untuk makan. Ajak

keluarga untuk makan bersama agar terasa lebih menyenangkan. Lakukan

beberapa latihan fisik yang ringan karena akan mendapatkan udara segar yang

dapat meningkatkan nafsu makan.

Tindakan orang tua lainnya yaitu memberikan menu berbeda setiap hari,

ditambahkan suplemen dan madu merupakan tindakan yang tepat. Pemberian

variasi makan, suplemen atau madu merupakan salah satu cara untuk mengatasi

penurunan selera makan. Menurut National Cancer Institute (2011), membuat

makanan yang disajikan bervariasi, makan 5 sampai 6 kali sedikit demi sedikit

dari 3 porsi makan, makan camilan yang disukai seperti biskuit kacang, kacang-

kacangan, gandum dan bauh-buahan, memakan-makanan tinggi kalori dan

protein. Pilih minuman yang berkalori dan bernutrisi seperti jus, susu, sup dan sari

kacang kedelai. Makan-makanan yang lembut dan dingin sepeerti yogurt, dan

milkshake. Melakukan latihan fisik dapat meningkatkan perasaan lebih baik pada

penderita kanker dan meningkatkan nafsu makan. Menurut Hammad (2009),

Page 20: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

16

madu bisa memperbaiki nafsu makan, menambah berat badan, menstabilkan detak

jantung dan mencegah beberapa penyakit. Madu mengandung unsur zink yang

memiliki peranan penting dlaam melawan sel kanker. Madu termasuk makanan

yang seimbang karena mengandung karbohidrat, protein, gliserid, mineral, dan

beberapa unsur penting lainnya seperti: potasium, tembaga, besi, zink, mangan,

kromium, kalsium, silinium, dan magnesium.

8. Kelelahan

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping kelelahan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Kelelahan

(14 kasus)

a. Membatasi waktu main pada anak

b. Menyuruh anak agar istirahat yang

cukup

c. Membatasi waktu bermain dan

menyuruh istirahat cukup

1

12

1

7,1%

85,7%

7,1%

Tindakan yang dilakukan orang tua adalah membatasi waktu main pada

anak sehingga anak mempunyai waktu istirahat yang cukup adalah tindakan yang

tepat. Penanganan kasus ini oleh orang tua sudah tepat, hal ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Vitkauskaite, Juozaityte, Drukteniene, &

Bunevicius (2011) manajemen fatigue harus interdisipliner yang melibatkan

unsur klinik, psikologi dan faktor sosial. Beberapa cara yang dapat digunakan

untuk mengatasi kelelahan (fatigue) adalah tidur siang singkat atau istirahat di

kursi yang nyaman bukan ditempat tidur, berjalan-jalan atau melakukan beberapa

latihan ringan jika memungkinkan.

Cara mengatasi kelelahan menurut Loprinzi, Bensinger, Peterson, &

Messner (2014) istirahat dengan berbaring, duduk atau tidur, makan atau

minuman ringan. Istirahat di kursi yang nyaman bukan di tempat tidur, berjalan-

jalan atau melakukan beberapa latihan ringan jika memungkinkan. Hasil

penelitian Aisyah, Hermayanti & Agustina (2014) menjelaskan fatigue merupakan

efek samping kemoterapi yang paling yang paling berdampak buruk terhadap

kualitas hidup. Jenis aktivitas yang dilakukan pada dasarnya harus meningkatkan

Page 21: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

17

kekuatan persendian, melancarkan sistem kardiovaskuler serta unsur-unsur

relaksasi. Istirahat cukup dan relaksasi dengan olah raga ringan mengurangi

keletihan secara fisik tetapi memperbaiki kondisi psikologis.

9. Peningkatan risiko infeksi (karena jumlah sel darah putih rendah)

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping kenaikan risiko infeksi, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 12 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Peningkatan resiko infeksi

(demam, batuk, flu)

(12 kasus)

Menjaga kebersihan

12 100%

Tindakan orang tua untuk mengatasi kenaikan risiko infeksi adalah

menjaga kebersihan anak. Penanganan yang dilakukan oleh orang tua secara non

farmakologi sudah tepat. American Cancer Society (2016) penatalaksanaan anak

dengan neutropenia secara nonfarmakologis adalah melakukan teknik mencuci

tangan dengan sabun yang benar terutama setelah dari kamar mandi dan sebelum

makan, jauhi orang yang sedang sakit agar tidak tertular, mencuci sayuran mentah

atau buah-buahan sebelum dikonsumsi, hindari makan telur, ayam, ikan yang

belum matang dimasak, makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi. Sedangkan menurut Hawkins (2009) orang tua harus

berhati-hati saat memotong kuku, mempertahankan perawatan mulut yang baik,

mandi secara teratur dapat menurunkan bakteri yang menempel pada kulit,

istirahat yang cukup, minum banyak, hindari merawat binatang, hindari terjadi

luka pada kulit, gunakan selalu alas kaki, hindari vaksinasi. Anak dapat juga

menjalani aktivitas keseharian dengan normal termasuk anak dapat masuk sekolah

dengan kondisi neutropenia.

10. Anemia

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping kenaikan risiko infeksi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 22: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

18

Tabel 13 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Anemia

( 5 kasus)

Memberikan anak makanan

yang mengandung zat besi

seperti sayuran berdaun hijau,

hati ayam dan sapi, dan lain-

lain dan meningkatkan istirahat

anak

5 100%

Pada kasus anemia semua orang tua melakukan tindakan memberikan anak

makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran berdaun hijau, hati ayam dan

sapi, dan lain-lain. Tindakan yang dilakukan oleh orang tua secara teori telah

benar, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hetty (2008) makanan tersebut akan

meningkatkan peningkatan kadar hemoglobin dan sel-sel darah pasien kanker

yang menjalani kemoterapi Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang

hijau terutama dalam bentuk jus kacang hijau rata-rata peningkatan kadar

hemoglobin, eritrosit, leukosit, dan trombosit secara berurutan adalah 1,12 gr/dl,

0,5 juta/ul, 1,12 ribu/ul, dan 97,43 ribu/ul. Artinya pemberian makanan yang

mengandung zat besi efektif mengurangi dampak anemia akibat kemoterapi.

Tindakan orang tua dengan memberikan istirahat anak. Tindakan yang

dilakukan oleh orang tua secara teori telah benar, hal ini seperti yang dijelaskan

oleh American Cancer Society (2016) pasien dengan anemia adalah memberikan

banyak istirahat, membatasi aktivitas terutama yang menguras tenaga, serta makan

makanan yang bernutrisi untuk menyediakan kalori yang dibutuhkan tubuh dan

mengganti jaringan yang rusak akibat kemoterapi. Selain itu, intervensi suportif

yang dapat diberikan pada anak adalah pemberian transfusi darah jika kadar

hemoglobin anak dibawah 7 mg/dl atau anak mengalami tanda anemia. Reaksi

alergi harus terus dimonitor jika anak diberikan tranfusi.

11. Kulit kering

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping kenaikan kulit kering, dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 23: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

19

Tabel 14 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Kulit kering

(3 kasus)

a. Memberikan body lotion dan

penggunaan sabun mandi sesuai

dengan pH kulit

3 100%

Pada kasus anak yang mengalami kulit kering tindakan yang dilakukan

oleh semua orang tua yaitu diatasi dengan memberikan body lotion pada anak dan

menyesuaikan penggunaan sabun mandi dan deterjen sesuai dengan pH kulit.

Tindakan yang dilakukan oleh orang tua sudah sesuai dengan teori menurut

American Cancer Society (2016) pasien yang mengalami gatal, kering, kemerahan

atau kulit mengelupas adalah hindari mandi dengan air hangat, jangan

mengeringkan badan dengan cara menggosok badan dengan handuk,

menggunakan sabun mandi yang lembut dan mengandung pelembab, jangan

menggunakan parfum, ataupun cologne karena mengandung alkohol dan jika

wajah berjerawat, pasien tetap menjaga kulit wajah tetap bersih dan kering.

Sedangkan Selwood (2008) menambahkan menggunakan krim atau losion yang

mengandung calamine setelah mandi untuk melembabkan dan melembutkan kulit.

Penatalaksanaan pasien dengan masalah sensitif terhadap sinar matahari adalah

menghindari terkena sinar matahari langsung dari jam 10.00 –16.00, gunakan

losion tabir surya dengan skin protection factor (SPF) 15 atau lebih, melindungi

bibir dengan menggunakan pelembab bibir yang mengandung SPF 15 atau lebih,

serta menggunakan celana panjang dan kaos panjang untuk melindungi tubuh dari

sengatan sinar matahari.

12. Konstipasi

Hasil penelitian tentang tindakan yang dilakukan orangtua dalam

mengatasi efek samping kenaikan konstipasi, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 15 Tindakan Orang Tua

Efek Samping Tindakan yang dilakukan Frekuensi Persentase

Konstipasi atau susah

BAB

(3 kasus)

a. Memberikan makanan tinggi

serat

b. Memberikan obat laxative atau

pencahar

c. Memberikan makanan tinggi

serat dan obat pencahar

1

1

1

33,3%

33,3%

33,3%

Page 24: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

20

Hasil penelitian menunjukkan orang tua mengatasi konstipasi dengan

memberikan anak makan-makanan yang tinggi serat, memberikan obat laxative

atau pencahar, dan kombinasi -makanan yang tinggi serat dan obat pencahar.

Tindakan yang dilakukan orang tua sudah benar. Menurut National Cancer

Institute (2011) penanganan konstipasi pada pasien kanker yaitu perbanyak

minum air putih 8 gelas perhari, minum air hangat seperti teh, kopi dan makan

sayur sop, makan-makanan tinggi serat seperti roti gandum, buah-buahan, dan

kacang-kacangan, menjadi lebih aktif dalam melakukan aktivitas, dan tanyakan

kepada dokter atau perawat apabila konstipasi masih berlanjut setelah 2 hari.

Dokter akan menyarankan suplemen serat, obat laxative, atau pemberian enema.

Penanganan konstipasi menurut Nurko dan Zimmerman (2014) tindakan

pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pemberian edukasi dan memodifikasi

perilaku hidup. Namun, apabila konstipasi sudah terjadi, yang dapat dilakukan

yaitu mengubah diet dengan memperbanyak asupan cairan dalam tubuh, minum

sari bauh plum, jus pir, dan jus apel agar feces menjadi lebih lunak. Konstipasi

terjadi karena rendahnya konsumsi makanan berserat, sehingga perbanyaklah

makan-makanan berserat. Pemberian obat laxative atau pencahar dapat diberikan

melalui oral atapun rectal. Jika pemberian obat laxative atau pencahar tidak

berpengaruh, maka dapat diberikan enema.

Cara ini juga didukung oleh penelitian Poddar (2016) yaitu dengan

memodifiksi diet, mengajarkan toilet training dan memberikan obat laxative

kepada anak. Memodifikasi diet untuk konstipasi yaitu dengan ,memberikan anak

buah-buahan, serta minuman absorsable dan non-absorbable karbohidrat (sorbitol)

seperti jus apel, pir dan plum. Penuhi diet seimbang dengan memenuhi kebutuhan

serat seperti gandum, buah-buahan dan sayur-sayuran. Direkomendasikan asupan

serat harian yaitu usia (tahun) + 5 gr/hari. Dalam pemberian obat laxative perlu

diperhatikan dosis dan efek samping yang terdapat. Dosis pemberian obat laxative

yaitu 1 atau 2 kali perhari.

Page 25: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

21

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka peneliti dapat

menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut.

1. Efek samping dari kemopterapi pada anak leukemia adalah 75% anak

mengalami mual, 75% anak mengalami muntah, 40% anak mengalami

kerontokan rambut, 35% anak mengalami gangguan mulut atau sariawan,

20% anak mengalami memar, 10% anak mengalami diare, 55% anak

mengalami penurunan nafsu makan, 70% anak mengalami kelelahan, 60%

risiko infeksi meningkat, 25% anak mengalami anemia, 15% anak mengalami

kulit kering, dan 15% anak mengalami konstipasi.

2. Tindakan orang tua dalam mengatasi efek samping akibat kemoterapi pada

anak leukemia:

a. Mual, tindakan orang tua yang dilakukan sebagian besar adalah

memberikan minyak kayu putih.

b. Muntah, tindakan yang dilakukan orang tua sebagian besar memberikan

obat anti mual muntah, lainnya diberikan air hangat, minyak kayu putih,

dan diberikan jeruk saja.

c. Rambut rontok, tindakan yang dilakukan orangtua sebagian besar adalah

memotong rambut menjadi lebih pendek.

d. Sariawan, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan obat

Sariawan dan diberi buah jeruk.

e. Memar (jumlah platelet rendah), tindakan yang dilakukan orangtua adalah

membatasi kegiatan bermain dan memberikan obat.

f. Diare, tindakan yang dilakukan semua orangtua adalah memberikan obat

anti diare.

g. Kehilangan selera makan, tindakan orang tua sebagain besar adalah

memberikan makanan sesuai kesukaan anak dan suplemen.

h. Kelelahan (jumlah sel darah merah rendah), tindakan yang dilakukan

orangtua sebagian besar adalah menyuruh anak istirahat yang cukup.

Page 26: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

22

i. Peningkatan risiko infeksi (karena jumlah sel darah putih rendah),

tindakan yang dilakukan semua adalah menjaga kebersihan anak.

j. Anemia, tindakan yang dilakukan semua orang tua adalah memberikan

anak makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran berdaun hijau,

hati ayam dan sapi, dan lain-lain dan meningkatkan istirahat anak.

k. Kulit kering, tindakan yang dilakukan semua orangtua adalah memberikan

body lotion pada anak dan menyesuaikan penggunaan sabun mandi dan

deterjen sesuai dengan pH kulit.

l. Konstipasi, tindakan yang dilakukan orangtua adalah memberikan anak

makan-makanan yang tinggi serat, memberikan obat laxative atau

pencahar, dan kombinasi makanan yang tinggi serat dan obat pencahar

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka peneliti

menyampaikan saran-saran penelitian bagi:

1. Ibu atau orang tua

Ibu hendaknya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan mereka

tentang cara mengatasi efek samping kemoterapi, sehingga orang tua tidak

melakukan tindakan yang salah dalam mengtasi efek kemoterapi.

2. Bagi Perawat

Perawat hendaknya selalu mengawasi tindakan orang tua dan

memberikan nasihat pasca dilakukan kemoterapi. Perawat diharapkan selalu

memberikan dukungan kepada orang tua untuk memberikan pelayanan yang

terbaik kepada anaknya yang mendrita leukimia.

3. Institusi Kesehatan

Institusi kesehatam seperti rumah sakit hendaknya melakukan upaya-

upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman orang tua mengenai dampak

dari kemoterapi. Melalui pendidikan kesehatan yang dilakuakn oleh institusi

kesehatan memungkinkan orang tuadapat melakuan tindakan secara mandiri

dan benar.

4. Peneliti Selanjutnya

Page 27: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

23

Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih

mendalam, misalya dengan menggunakan teknik wawancara atau observasi,

sehingga hasil penelitian dapat lebih mendalam dan mampu menggambarkan

fenomena-fenomena yang tidak dapat diungkapkan dalam kuesioner.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah P.S., Hermayanti, Y., & Agustina H. R. (2014). Terapi Aktivitas Olahraga

Untuk Mengatasi Fatigue Selama Menjalani Kemoterapi. Jurnal

Keperawatan ‘Aisyiyah Volume 1. Nomor 2. Desember 2014

Ali, B., Al-Wabel, N. A., Shams, S. A., Ahamad, A., Khan, S. A., & Anwar, F.

(2015). Essential oils used in aromatherapy: A systemic review. Asian

Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 5(8): 601–611.

American Cancer Society. (2016). Childhood Leukemia. American Cancer

Society.

______. (2016). Leukemia: Acute Lymphocytic Overview. American Cancer

Society.

Amirsha. (2012). Benefits of Drinking Hot Water. Dipetik Mei 30, 2017, dari

Boldsky: https://www.boldsky.com/health/wellness/2012/health-benefits-of-

hot-water-030832.html

Axton, S. E., & Fugate, T. (2014). Pediatric Nursing Care Plans for the

Hospitalized Child (3rd ed.). (F. Ariani, & A. O. Tampubolon, Trans.)

Jakarta: EGC.

Ball, J., Bindler, R., & Cowen, K. (2012). Priciples of Pediatric Nursing Caring

for Children (5th ed). Pearson.

Bensinger,W., Schubert, M., Ang, K., Brizel, D., Brown, E., Eilers, J. G., Elting,

L., Mittal, B. B., Schattner, M. A.,Spielberger, R., Treister, N. S., Trotti, A.

M. (2008). NCCN Task Force Report: Prevention and Management of

Mucositis in Cancer Care. Journal of the National Comprehensive Cancer

Network, Volume 6.

Boccia, R. V. (2013). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Identifying

and Addressing Unmet Needs. Jcom Journal, 20, No. 8, 377-384.

Browne C., Molloy C., O’Sullivan N., Richmond J. P., & Houston M. (2012).

Diet and Cancer. Irish Cancer Society: Ireland.

Page 28: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

24

Change. (2016). Side Effect from Chemotherapy: Diagnosis and Treatment.

United Kingdom: Change.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3 Revisi). Jakarta: EGC.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L.

M. (2008). A Pharmachotherapy: A Pathophysiologic Approach. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Faridah V. N. (2013). Pengaruh Pemberian Minum Air Hangat Terhadap

Kejadian Post Operative Nausea Vomitting (Ponv) Pada Pasien Post

Operasi Sectio Caesarea Dengan Anestesi Spinal Di Unit Perawatan Paska

Anestesi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Surya 14 Vol.01,

No.XIV, April 2013

Harsal A., & Rachman A. (2016). Mengenal Lebih Dalam tentang Kanker.

Medicinus Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016

Hetty. (2008). Pengaruh Jus Kacang Hijau terhadap Kadar Haemoglobin dan

Jumlah Sel Darah dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker

dengan Kemoterapi di RSUP Fatmawati Jakarta. Universitas Indonesia.

Hidayati, S. (2012). Mobile Phone Nursing Pada Pasien dengan Kemoterapi.

Naskah Publikasi Program Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan

Medikal Bedah

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong's Nursing Care of Infants and

Children. China: Elsevier Mosby.

Hong, H. J., Ozbek, O. P., Stanek, T. B., Dietrich, M. A., Duncan, E. S., Lee, W.

Y., Lesser, G. (2009). Taste and Odor Abnormalities in Cancer Patients. The

Journal of Supportive Oncology, 7:58-65.

Hudayani F. (2014). Gangguan Makan Pasca Kemoterapi & Radiasi. Artikel.

Tersedia di gizi.depkes.go.id/wp-content/.../Ganggn-mkn-pasca-kemotrp.pdf

diakses 24 Mei 2017

Kardiyudiani. N. K. (2013). Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perawatan Oral Mukositis Pada Pasien yang Mendapat Kemoterapi. E

Journal. Tersedia di akper-notokusumo.ac.id diakses tanggal 16 Mei 2017

Kely, T., & Carman, S. (2013). Essential of Pediatric Nursing (2nd ed). Wolters

Kluwers: Lippicort Williams & Wilkins.

Loprinzi, C. L., Bensinger, W. I., Peterson, D. E., & Messner, C (Ed). (2014).

Understanding and Managing Chemotherapy Side Effects. New York:

Cancer Care Inc. www.cancercare.org

Page 29: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

25

McKenzie, J., Pinger, R., & Kotecki, J. E. (2011). An Introduction to Community

Health. United State of America: Jones & Barlett Publishers.

Morgan, K., & Kim, S. (2015, April 30). How Can I Manage My Constipation

Around Chemotherapy? Retrieved Februari 01, 2017, from Healthline:

http://www.healthline.com

National Cancer Institute. (2011). Eating Hints: Before, During, and After Cancer

Treatment. U.S. Department of Health and Human Services, National

Institutes of Health

National Health Service. (2016). Cancer and Hair Loss. Tersedia di

HYPERLINK

"http://www.nhs.uk/Livewell/cancer/Pages/Cancerandhairloss.aspx"

http://www.nhs.uk/Livewell/cancer/Pages/Cancerandhairloss.aspx . di akses

16 Juni 2017

Newton, S., Hickey, M., & Marrs, J. (2009). Mosby’s oncology nursing advisor: A

comprehensive guide to clinical practice. Missouri: Mosby Elsevier

Nurko S., & Zimmerman, L. A. (2014). Evaluation and Treatment of

Constipation in Children and Adolescents. American Academy of Family

Physicians, 90 (2): 82 – 90

Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pashankar, F.D., Season, J.H., McNamara, J., & Pashankar, D.S. (2011). Acute

constipation in children receiving chemotherapy for cancer. J Pediatr

Hematol Oncol, 33 (7), e300 – e303.

Poddar, U. (2016). Approach to Constipation in Children. Indian Pediatrics, 53,

319-327.

Putri, A. F. (2015). Dukungan Orang Tua yang Memiliki Anak dengan Leukemia

Usia 6-12 Tahun DI RSU Kabupaten Tangerang. Skripsi: Jakarta, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

Rahmah, D. S. (2009). Evaluasi Penggunaan Obat Antimuntah pada Pasien

Retinoblastoma Anak yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker

Dharmais. Indonesian Journal of Cancer Vol. III, No. 1

Ream, E., Richardson, A., Dann, A.C. (2007). Supportive intervention for fatigue

in patients undergoing chemotherapy. Journal of Pain and Symptom

Management, Vol. 31, No. 2

Page 30: BERBAGAI TINDAKAN ORANG TUA DALAM …eprints.ums.ac.id/55708/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfsamping kemoterapi yang terjadi pada sistem hematopoetik, gastrointestinal, hepatik, renal, integumen

26

Santi, D. R. (2013). Pengaruh Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil

terhadap Rasa Mual pada Ibu Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel

Kabupaten Tuban. Jurnal Sain Med, Vol. 5. No. 2 Desember 2013: 52–55

Selwood, K. (2008). Side effects of chemotherapy. Dalam F. Gibson, & L. Soanes

(Eds.), Cancer in children and young people (hal. 35 – 71). West Sussex:

John Wiley & Sons

Sianipar, N. B. (2014). Trombositopenia dan Berbagai Penyebabnya. CDK-217/

vol. 41 no. 6, th. 2014

Stein, A., Voigt, W., & Jordan, K. (2010). Chemotherapy-induced diarrhea:

pathophysiology, frequency and guideline-based management. Therapeutic

Advances in Medical Oncology, 2(1): 51 – 63.

Susanti, L., & Tarigan, M. (2012). Karakteristik Mual dan Muntah Serta Upaya

Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi.

Naskah Publikasi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Sutandyo, N. (2013). Ayah Bunda. Retrieved Februari 13, 2017, from Ayah

Bunda: http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-tips/mengatasi-efek-samping-

kemoterapi

Syarif, H. (2008). Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Akut

Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker: Randomized Clinical Trial Jurnal

PSIK – FK . ISSN : 2087-2879 (2008)

U.S Department of Health and Human Services. (2012, Februari). Managing

Chemotherapy Side Effects: Constipation. Retrieved Februari 23, 2017,

from National Cancer Institute: http://www.cancer.gov

Villasante1, A. C., Herskovitz, I., Mauro L. M., & Jimenez, J. J. (2014).

Chemotherapy-Induced Alopecia. J Clin Investigat Dermatol Avens

Publishing Group June 2014 Volume 2, Issue 2

Vitkauskaite, E., Juozaityte, E., Drukteniene, J., & Bunevicius, R. (2011). A

Systematic Review of Cancer related Fatigue. Biological Psychiatry and

Psychopharmalogical Journal, 13, No. 2, 74-77.

Widagdo P. A., & Supriyadi (2014). Pengaruh Aroma Terapi Lemon dan

Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah

Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit

Telogorejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol II No 1 Desember

2014: 24-33

Wu, L.M., Chin, C.C., Haase, J.E., & Chen, C.H. (2009). Coping experiences

ofadolescents with cancer: A qualitative study. Journal of Advanced

Nursing, 65 (11), 2358 – 2366.