BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen margin, minyak sayur makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan ringan dan minuman dari teh, dan prodik-produk kosmetik. Merek-merek perawatan pribadi telah dikenal dan di akui diseluruh dunia. Produk produk tersebut membentu para konsumen menjadi tampak sehat dan merasa sehat dan mendapatkan nilai lebih dalam hidup ini. Produk tersebut yaitu Axe, citra, pepsodent, Lifebuoy, Clear, Lux, Rexona, Ringso, Sunsilk, Sunlight, Bango, Blue Band, Royko, Sariwaangi, Taro, Walls. PT. Unilever Indonesia, Tbk didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama awal Zeepfebriken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn, A. H Van Ophuijen, di Batavia. Akta ini disetujui oleh gubernur jendral Van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Read Van Justice di Batavia dengan No.302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Jevasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 tambahan NO. 3 Pada Tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT. Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru PT. Anugrah Lever (PT. AL) yang bergerak dibidang pembuatan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lainya dengan merek dagang bango, pariket, dan sakura dan merek merek lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT. AL. Pada Tahun 2007, PT. Unilever Indonesia, Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT. Ultra Jaya Milk Industri & Treading Company Tbk ( Ultra)

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Unilever Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

produksi sabun, deterjen margin, minyak sayur makanan yang terbuat dari susu, es krim,

makanan ringan dan minuman dari teh, dan prodik-produk kosmetik. Merek-merek perawatan

pribadi telah dikenal dan di akui diseluruh dunia. Produk produk tersebut membentu para

konsumen menjadi tampak sehat dan merasa sehat dan mendapatkan nilai lebih dalam hidup

ini. Produk tersebut yaitu Axe, citra, pepsodent, Lifebuoy, Clear, Lux, Rexona, Ringso,

Sunsilk, Sunlight, Bango, Blue Band, Royko, Sariwaangi, Taro, Walls.

PT. Unilever Indonesia, Tbk didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama awal

Zeepfebriken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn, A. H Van Ophuijen, di

Batavia. Akta ini disetujui oleh gubernur jendral Van Negerlandsch-Indie dengan surat No.

14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Read Van Justice di Batavia dengan No.302

pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Jevasche Courant pada tanggal 9

Januari 1934 tambahan NO. 3

Pada Tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT.

Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru PT. Anugrah Lever (PT. AL)

yang bergerak dibidang pembuatan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan kecap, saus

cabe dan saus-saus lainya dengan merek dagang bango, pariket, dan sakura dan merek merek

lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT. AL.

Pada Tahun 2007, PT. Unilever Indonesia, Tbk. (Unilever) telah menandatangani

perjanjian bersyarat dengan PT. Ultra Jaya Milk Industri & Treading Company Tbk ( Ultra)

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

sehubungan dengan pengambil alih industri minuman sari buah melalui pengalihan merek

“Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever.

4.1.2 Visi Dan Misi PT. Unilever Indonesia Tbk.

Visi PT. Unilever Indonesia: “Menjadi pilihan utama bagi konsumen, pelangan dan

komunitas.”

Misi PT. Unilever Indonesia:

“Meningkatkan Vitalitas dan Kehidupan.”

Untuk lebih mendetail misi Unilever diuraikan sebagai berikut:

1. Menjadi yang pertama dan terbaik dikelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi

konsumen.

2. Menjadi rekan yang utama bagi pelangan, konsumen dan komunitas.

3. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses

4. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi

5. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan

imbalan diatas rata-ratta karyawan dan pemegang saham

6. Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan

lingkungan hidup

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Bentuk badan usaha PT. Unilever Indonesia adalah perseroan multi atau trans nasional

(multinational/transnational comparation), dimana operasinya telah melampaui batas-batas

dari negara, dan telah disesuaikan dengan negara tempat ia beroperasi. PT. Unilever

Indonesia, Tbk dipimpin oleh seorang chairman dan memiliki sepuluh direktur (director)

sebagai berikut:

1) Chief Financial Officer

2) Home Care Directur

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

3) Personal Care Director

4) Ice Cream Director

5) Food Director

6) Supply Chain Director

7) Development Director

8) Customer Care Director

9) Humen Reseources director

10) Corporete Relation Director

Bentuk organisasi PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah organisasi garis/ lini, dimana

terdapat departemen-departemen yang secara langsung berhubungan dengan produk dan

penjualan dari setiap produk. Secara imim bagan organisasi PT. Unilever Indinesia, Tbk

dapat dilihat pada lampiran.

Setiap jabatan pada Coldstore, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Coldstore Master

Coldstore Master memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan

didalam Coldstore, diantaranya:

a. Bertanggung jawab untuk semua operational di Coldstore dan NH3 Refrigerator

Utility.

b. Mengatur kebutuhan manpower / manning untuk kebutuhan operasional dan

administrasi

c. Berkoordinasi dengan team lain (Planner, Production, QC, Sales dan Marketing) untuk

mencapai target-target perusahaan (customer order fullfill)

d. Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE /Material Handling

Equipment.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

2. Admin supervisor

Admin supervisor memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan didalam

Coldstore, diantaranya:

a. Menarik data material/stock secara keseluruhan, dari sistem SAP untuk tiap-tiap

harinya. (Namun aktifitas ini, lebih terfokus dilakukan diawal minggu)

b. Memperbaiki data-data yang tidak akurat, seperti:

- Status suatu stock di Coldstore yang seharusnya Block namun terlewat oleh Bagian

Quality (Quality Dept.), sehingga masih Release. Dalam hal ini, Admin supervisor

harus melepas stock tersebut dari sistem, sehingga tidak terjadi kesalahan pada

Bagian Penjualan di MBAU yang menangani pemesanan (Sales order) untuk GT

dan MT, serta di Head Office (HO) yang menangani pemesanan (Sales order)

untuk export (RSE) dalam memperkirakan material yang tersedia untuk membuat

Delivery plan.

- Barcode/Pallet id pada stock yang berasal dari Palletizing (Bagian Produksi) dan

sudah berupa pallet di Despatch area, tidak dapat di-scan oleh Radio frequency

(RF), sehingga tidak bisa dihasilkan alamat untuk meletakkan stock.

- Transaksi - transaksi seleksi produk, yang berasal dari Bagian Quality dan Bagian

Produksi. Bagian Quality dan Bagian Produksi, akan membuat dan memberikan

BON Permintaan Seleksi kepada Admin supervisor, sehingga stock yang sudah

berada ataupun baru masuk di BOF, diminta dikeluarkan kembali. Situasi

tersebut, mengharuskan Admin supervisor untuk mengurangi stock pada sistem.

c. Berdasarkan permintaan Bagian Quality, yang telah menyeleksi stock-stock apa saja

yang dapat digolongkan pada export (RSE) ataupun local, maka terdapat

kemungkinan untuk stock-stock (berupa pallet-pallet yang telah ditentukan) dari local

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

dipindahkan ke Export. Otorisasi pemindahan tersebut dimiliki oleh Admin

supervisor.

d. Menarik data-data Sales order, dari Bagian Penjualan (MBAU) untuk tujuan export.

e. Yang menarik data-data yang diperlukan untuk aktivitas Stock Take, sekaligus

sebagai penanggung jawab kegiatan.

f. Menentukan jatah planning transporter, pada dokumen Delivery plan yang telah

dibuat sebelumnya oleh Bagian Penjualan (MBAU) pada tiap-tiap minggu.

3. Operational Supervisor

Operator Supervisor memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan

didalam Coldstore, diantaranya:

a. Penanggung jawab, kegiatan operasional mulai dari aktifitas Penerimaan Produksi

sampai Pengeluaran Stock untuk siap dikirim, dan juga apabila terdapat

pengembalian (retur) pada proses Modern trade (MT).

b. Penanggung jawab, pada beberapa aktifitas, pengecekkan stock yang akan dikirim,

diantaranya:

- Pallet id yang tidak dapat discan.

- Pemindahan barang dari High Rack ke Pick face (curah/receh).

- Memastikan terpenuhinya kebutuhan Pick face, untuk memudahkan team

Assembling.

c. Membuat Delivery note untuk Concess.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

4. Despatch checker

Despatch checker bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait

dengan aplikasi SAP R/3 khususnya untuk aktifitas Picking General Trade (GT) mulai

dari aktifitas Order Management Processing, Delivery Order Processing, Shipment

Processing, hingga Transfer order Processing.

5. Admin clerk

Admin clerk bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan

aplikasi SAP R/3 khususnya untuk aktifitas Picking General Trade (GT) mulai dari

aktifitas Order Management Processing, Delivery Order Processing, Shipment

Processing, hingga Transfer order Processing.

6. Reach Truck Driver (Forklift Operator)

Reach Truck Driver memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan

didalam Coldstore, diantaranya:

a. Menaikkan dan menurunkan stock (berupa pallet) dari Rack, untuk proses Good

Receipt dan Good Issue dengan menggunakan RF.

b. Menarik data produksi di tiap akhir shift, untuk mengecek stock hasil produksi

dengan yang diterima di BOF sama.

7. Coldstore Technition

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Coldstore Technition memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan didalam

Coldstore, diantaranya: Menangani kerusakkan yang sifatnya teknis dan urgent.

8. Pallet Ridder Operator (Loader)

Pallet Ridder Operator memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan

didalam Coldstore, diantaranya: Menarik dan mendekatkkan stock untuk memudahkan

Forklift Operator menaikkan ke High Rack atau menurunkan dari High Rack.

9. Despatch Assembling

Despatch Assembling memiliki dua tanggung jawab atas beberapa kegiatan didalam

Coldstore, diantaranya:

a. Menangani aktifitas pick face.

b. Pemuatan untuk proses Loading.

4.1.4 Produk PT. Unilever Indonesia

Hingga saat ini, PT. Unilever Indonesia, Tbk. telah memproduksi dan

memasarkan kurang lebih sebanyak 43 jenis produk. Dalam memasarkan produkproduknya,

perusahaan membagi dalam 3 divisi, dimana setiap divisi bertanggung jawab untuk

memasarkannya.

1. Divisi Produk Makanan (Food Products)

Dimulai sejak tahun 1937, perusahaan ini mulai memproduksi margarine dengan

merek Blue Band dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai produk margarine

nomor satu. Sejak itulah merek tersebut merupakan awal dari usaha perusahaan ini

memproduksi makanan.

2. Divisi Produk Perawatan Pribadi (Persona Care Products)

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Usaha divisi personal dimulai dengan pengakuisisian pabrik Colibri di Surabaya,

saat itu perusahaan hanya memproduksi pasta gigi merek Pepsodent dan tidak berminat

untuk memperluas usahanya dengan memproduksi produk - produk toiletries. Selain

karena perusahaan tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk usaha itu, hal ini juga

karena kualitas material baku dan konsumen saat itu lebih tertarik pada produkproduk

import dari Inggris. Sejak tahun 1977, kemampuan daya beli masyarakat Indonesia

meningkat dan perusahaan melihat bahwa produk yang dianggap saat itu masih

terjangkau oleh kemampuan masyarakat, mulai saat itu perusahaan meluncurkan

produk-produk Perawatan Pribadi seperti minyak rambut, deodorant, shampoo, lotion, skin

care, bedak, dan pasta gigi.

3. Divisi Produk Perawatan Rumah Tangga (Household Products)

Hingga saat ini detergent merupakan produk terbesar perusahaan dan telah membuktikan

volume penjualan yang meyakinkan. Pada tahun 1970-an, divisi detergent berhasil

melipatgandakan penjualannya dan sampai saat ini sabun pencuci pertama di Indonesia

yang menggunakan material NSP (Non Soap Detergent) yang berhasil menjadi nomor satu

dipasaran adalah Rinso. Divisi ini juga menghasilkan produk – produk Dishwasher, Fabric

95 softeners, Household cleaner, Mosquito coil, Fabric wash. Adapun jenis dan kategori

produk – produk yang dihasilkan divisi-divisi tersebut:

Tabel 3.1 Jenis - Jenis Produk Unilever

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

4.1.5 Fasilitas Produksi

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

PT. Unilever Indonesia, Tbk yang berkantor pusat di Graha Unilever, Jl.

Jenderal Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta Selatan, memiliki fasilitas – fasilitas produksi

(pabrik-pabrik) salah satunya terletak di Rungkut, Surabaya yang memproduksi material

perawatan dan kosmetik. Serta di Cikarang, Bekasi. Antara lain: Ice cream, Deterjen cair,

Deterjen bubuk, dan Produk Makanan.

Seluruh produk Unilever diproduksi dengan menggunakan peralatan modern

berteknologi tinggi. Sebagai perwujudan dari komitmen perusahaan untuk menjamin

standard mutu produk bertaraf internasional, pabrik-pabrik Unilever telah Produk-produk

Perawatan Rumah Tangga (Household products) Dishwash (Sunlight) ; Fabric softeners

(Molto) ; Fabric wash (Omo, Rinso, Surf, Superbusa) ; Mosquito coil (Domestos nomos) ;

Household cleaner (Super pell, Vixal, Domestos Wipol). Produk-produk Makanan (Foods

Products) Beverages (Lipton, Sariwangi) Food (Tara Nasiku) Jam (Skippy, Knorr

mayonaise ) Snack (Taro) ; Seasoning (Royco, Bango) ; Margarine (Blue - band) ; Ice

cream (Wall’s products) 97 mendapatkan sertifikat ISO 14001, ISO 9001, dan Safety and

Occupational Health. Selain itu, Unilever Indonesia juga memperoleh penghargaan

Special Award in Total Productive Maintenance.

4.1.6. Nilai – Nilai Perusahaan

PT. Unilever Indonesia mempunyai nilai-nilai dan bangga terhadap nilai-nilai

tersebut serta menjalankannya dalam aktivitas sehari-hari.

a. Fokus kepada pelanggan, konsumen & masyarakat

Kita memusatkan perhatian untuk memenangkan hati para pelanggan (internal dan

eksternal) dan membuat konsumen dan masyarakat merasa senang dengan selalu

memahami dan mengantisipasi kebutuhan mereka serta memberikan jawaban secara

kewirausahaan.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

b. Kerjasama

Kita mengakui adanya ketergantungan satu sama lain dan kita bekerja bersama-sama

guna mencapai tujuan yang sama, dengan semangat untuk menang, dan saling

percaya.

c. Integritas

Kita bersikap jujur, berpegang teguh pada prinsip, konsisten, dan terpercaya dalam

semua transaksi yang kita lakukan. Kita percaya diri dalam mempertahankan keyakinan

kita, bahkan dalam situasi sulit. Kita melaksanakan apa yang kita katakan.

d. Membuat sesuatu terjadi

Kita bersikap positif dalam mengambil keputusan yang cepat berdasarkan fakta

yang ada dan dalam membuat sesuatu terjadi. Kita mengadopsi semangat

perusahaan kecil sehingga dapat memberikan fleksibilitas, ketangkasan dan imajinasi

yang ktia perlukan agar berhasil.

e. Berbagi kegembiraan

Kita harus berhasil bersama-sama. Semangat kita yang melimpah menandakan

bahwa kita berbagi penghargaan atas hasil kerja keras kita. Kita melaksanakan

tugas dengan gembira sehingga kita mendapatkan energi dan membantu kita meraih

sukses.

f. Excellence

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Kita bersemangat untuk melampaui harapan pelanggan, konsumen dan masyarakat

melalui produk dan cara kerja kita. Kita memiliki kebebasan untuk berkarya di dala

suatu kerangka kerja.

4.2 Deskripsi Trend

4.2.1 Perputaran Modal Kerja (Variabel X)

Perputaran modal kerja merupakan penjualan dibagi dengan rata-rata modal kerja,

perbandingan ini menunjukan efektivitas badan usaha dalam menggunakan modal kerja untuk

memperoleh penerimaan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan

PT. Unilever Indonesia, Tbk, didapatkan informasi Perputaran Modal Kerja Tahun 2008 –

2010 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Data Perputaran Modal Kerja PT. Unilever Indonesia, Tbk

Tahun 2008 – 2010

Tahun Perputaran Modal Kerja

PT. Unilever Indonesia, Tbk

2008 0,11%

2009 0,41%

2010 0,61%

(Sumber : Data diolah)

Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, peneliti menampilkannya dalam bentuk grafik 4.2

sebagai berikut:

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Grafik 4.1

Perkembangan Perputaran Modal Kerja PT, Unilever Indonesia, Tbk

Dari perkembangan Perputaran Modal Kerja PT. Unilever Indonesia, Tbk selama tiga

tahun, terlihat bahwa pada tahun 2008 perputaran modal kerja PT. Unilever Indonesia, Tbk

sebesar 0,11% yang diperoleh dari peningkatan sebesar 1,03% dari perputaran modal kerja

pada tahun 2007. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,26% dari tahun

sebelumnya menjadi 0,41%. Kemudian di tahun 2010 perputaran modal kerja mengalami

peningkatan sebesar 0,66%, dari tahun sebelumnya menjadi 0,61% di tahun 2010.

Peningkatan perputaran modal kerja diakibatkan peningkatan penjualan dan modal kerja dari

tahun ke tahun.

Namun, dalam penelitian ini diharapkan perputaran modal kerja mengalami penurunan

atau semakin berkurang karena hal ini mengindikasikan bahwa semakin

menurun/berkurangnya perputaran modal kerja maka semakin baik atau semakin cepat rasio

perputaran modal kerja sehingga mempercepat proses perputaran modal kerja menjadi return

atau laba.

4.2.2 Return On Equity (Variabel Y)

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

2008 2009 2010

Perputaran Modal Kerja

Perputaran Modal Kerja

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut ROE (Return On Equity)

merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak dengan ekuitas yang diinvestasikan

pemegang saham pada perusahaan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Laporan

Keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk, didapatkan informasi Return On Equity Tahun 2008

– 2010 sebagai berikut :

Tabel 4.3

Data Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk

Tahun 2008 – 2010

Tahun Return On Equity

PT. Unilever Indonesia, Tbk

2008 15,27%

2009 81,57%

2010 105,39%

(Sumber : Data diolah)

Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, peneliti menampilkannya dalam bentuk grafik 4.3

sebagai berikut :

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

2008 2009 2010

Return On Equity

Return On Equity

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

ŷ = a + bx

Grafik 4.2

Perkembangan Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk

Dari data pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa, pada tahun 2008

Return On Equity sebesar 15,27%. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan yang terjadi

pada perputaran modal kerja tahun 2008. Mengalami peningkatan sebesar 0,19% menjadi

81,57% pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 mengalami

peningkatan sebesar 0,77% menjadi 105,39% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

disebabkan laba bersih mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan yang terjadi pada

rata-rata modal perusahaan. (Sumber : Annual Report PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun

2010).

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Perputaran Modal Kerja

terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk. Alat analisis yang digunakan adalah

Analisis Regresi Sederhana melalui program SPSS (Statistical Product Service Solution)

versi 16. Dimana persamaan regresinya adalah :

Berikut ini data hasil SPSS (Statistical Product Service Solution) Versi 16, yang

menyatakan hasil persamaan regresi tentang pengaruh perputaran modal kerja terhadap

Return On Equity PT. Unilver Indonesia, Tbk :

Tabel 4.3

Coefficientsa

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Constant) 1.692 11.957 .142 .000 -153.623 150.238

PMK 183.458 27.868 .989 6.583 .001 -170.636 537.552

a. Dependent Variable: ROE

Berdasarkan tabel 4.3 Coefficientsa di atas, maka persamaan regresi linear sederhana

adalah sebagai berikut :

b. Koefisien Determinasi ( R Square )

Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel independen

dalam menjalankan perubahan pada variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan

untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang

digunakan. Untuk mengetahui pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity

PT. Unilever Indonesia, Tbk berikut adalah hasil SPSS (Statistical Product Service Solution)

yang menyatakan besarnya hubungan antara variabel x dan variabel y :

Tabel 4.4

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .989a .977 .955 9.91822 .977 43.338 1 1 .096 1.974

a. Predictors: (Constant), PMK

b. Dependent Variable: ROE

Mencermati tabel 4.4 pada halaman sebelumnya, diketahui bahwa pengaruh Perputaran

Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada

ŷ = 1,692 + 183,458 X

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

kolom R Square yakni sebesar 0,977 atau 97,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar

97,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent positif signifikan. Dan sisanya 2,3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar

penelitian. Faktor lain berupa net income dan hutang perusahaan.

c. Pengujian Keberartian ( Uji t )

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya yakni untuk

mengetahui pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever

Indonesia, Tbk, maka peneliti akan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.

Uji t dilakukan untuk membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan

() = 5%, berdasarkan uji dua sisi (two tailed test) dengan kriteria sebagai berikut :

Ho = Perputaran Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Return On Equity

PT. Unilever Indonesia, Tbk.

HA = Perputaran Modal Kerja berpengaruh terhadap Return On Equity

PT. Unilever Indonesia , Tbk.

Jika t hitung ≤ t tabel : Ho diterima atau HA ditolak.

Jika t hitung ≥ t tabel : Ho ditolak atau HA diterima.

Berdasarkan pernyataan hipotesis sebelumnya, maka disajikan data hasil olahan SPSS

(Statistical Product Service Solution) yang menyatakan besarnya t hitung pada penelitian

pengaruh perputaran modal kerja terhadap Return On Equity sebagai berikut :

Tabel 4.5

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

95% Confidence

Interval for B

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Constant) 1.692 11.957 .142 .000 -153.623 150.238

PMK 183.458 27.868 .989 6.583 .001 -170.636 537.552

a. Dependent Variable: ROE

Memperhatikan hasil olahan SPSS di atas, maka untuk mengetahui apakah hipotesis

penelitian (HA) yang menyatakan perputaran modal kerja berpengaruh pada Return On Equity

PT. Unilever Indonesia, Tbk, perlu membandingkan besarnya nilai t hitung dengan besarnya

nilai t tabel. Dimana nilai t tabel dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat diikhtisarkan

uji dua sisi dan derajat kebebasan (df) 2 = 4,303. Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari

koefisien regresi (b1) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6

Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi

Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity

PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2008 -2010

Koefisien Regresi t hitung t tabel

Variabel X 6,583 4,303

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih besar dari nilai ttabel

yaitu 6,583 > 4,303. Dengan demikian Ho ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti terdapat

pengaruh yang signifikan antara Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT.

Unilever Indonesia, Tbk.

4.4 Pembahasan

Menurut Agus Sartono (2008 : 495) Modal Kerja merupakan investasi perusahaan dalam

bentuk aktiva jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan.

Modal kerja kotor didefinisikan sebagai total aktiva lancar perusahaan. Modal kera bersih

adalah merupakan kelebihan total aktiva lancar diatas utang lancar.

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan. Selama

perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (

working capital turnover period ) dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-

komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode

tersebut berarti makin cepat perputarannya, atau makin tinggi perputarannya. Berapa lama

periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran

dari masing-masing komponen modal kerja tersebut.

Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat

berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar

tanpa penggunaan secara produktif. Kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan tidak

efektif dalam operasi perusahaan. Sebaliknya adanya ketidak- cukupan dalam modal kerja

merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan.

Komarudin (2005 : 62) menyebutkan lama periode perputaran modal kerjanya tergantung

pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja

tersebut. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital turn over). Rasio ini menunjukan

hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukan banyaknya penjualan yang

dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Ardiyos (2003 : 995) mengemukakan pengertian perputaran modal kerja (working

capital turn over) “Penjualan dibagi dengan rata-rata modal kerja. Perbandingan ini

menunjukan efektivitas badan usaha dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh

penerimaan” jadi dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja menunjukan hubungan

antara penjualan dengan modal kerja yang digunakan untuk menilai keefisienan modal kerja

suatu perusahaan dalam menghasilkan penerimaan atau penjualan. Perputaran modal kerja

dapat dilihat dari perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang (receivable turnover),

dan perputaran persediaaan (inventory turnover).

Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut Return On Equity merupakan

perbandingan antara laba sesudah pajak dengan ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham

pada perusahaan. Dimana laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal

sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan

atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang

bekerja dalam perusahaan. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi pemegang

saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

bersih berkaitan dengan pembayaran deviden. Rasio ini memberitahukan kemampuan

menghasilkan laba pada nilai buku investasi pemegang saham dan seringkali digunakan

dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri.

Hubungan antara modal kerja dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

dikemukakan oleh Sutarno (2000 : 214) menurutnya modal kerja sangat penting untuk

beberapa alasan. Satu hal yang penting, aktiva lancar dari perusahaan manufaktur jumlahnya

lebih dari setengah jumlah total aktiva. Untuk perusahaan distribusi, jumlahnya lebih besar

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

lagi. Untuk menjalankan perusahaan secara efisien, piutang dan persediaan harus dimonitor

dan dikembalikan secara sesama. Hal ini penting untuk perusahaan yang berkembang cepat,

karena investasi pada kedua aktiva ini cepat sekali berubah dan sulit dikendalikan, kelebihan

jumlah aktiva lancar bisa berakibat realisasi pengembalian investasi. Namun perusahaan

dengan aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam

kelancaran operasi. Modal kerja mendasari dua keputusan penting perusahaan, modal kerja

ini penentu dari tingkat optimal dari investasi pada aktiva lancar dan perpaduan sesuai antara

pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Keputusan-keputusan tersebut

mempengaruhi hasil yang diharapkan yaitu laba dalam hal ini disebut Return On Equity.

Dari beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja berpengaruh

terhadap Return On Equity. Semakin cepat perputaran modal kerja, semakin baik tingkat

pengembalian dalam bentuk penerimaan (laba) yang disebut Return On Equity.

Dalam pengujian hipotesis, hasilnya menunjukkan bahwa Ho yang diuji ditolak dan

sebaliknya penelitian HA yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari hasil t hitung yang lebih

besar dari t tabel pada taraf signifikan = 5%. Adapun hipotesis yang diajukan adalah

terdapat pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever

Indonesia, Tbk. Berikut ini data hasil SPSS (Statistical Product Service Solution), yang

menyatakan hasil persamaan regresi tentang pengaruh perputaran modal kerja terhadap

Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk :

Tabel Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

95% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Constant) 1.692 11.957 .142 .000 -153.623 150.238

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

PMK 183.458 27.868 .989 6.583 .001 -170.636 537.552

a. Dependent Variable: ROE

Berdasarkan tabel Coefficientsa di atas, maka hasil pengujian hipotesis menunjukkan

persamaan ŷ = 1,692 + 183,458 X yang telah teruji keberartiannya pada tingkat signifikan

= 5%. Hal ini menunjukkan nilai constant sebesar 1,692 merupakan nilai dari variabel

Perputaran Modal Kerja. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 183,458 menunjukkan

bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel Perputaran Modal Kerja dapat mempengaruhi

Return On Equity dengan anggapan bahwa variabel bebas lainnya konstan. Memperhatikan

pula hasil olahan SPSS di atas, maka untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian (HA) yang

menyatakan perputaran modal kerja berpengaruh pada Return On Equity PT. Unilever

Indonesia, Tbk, perlu membandingkan besarnya nilai t hitung dengan besarnya nilai t tabel.

Dimana nilai t tabel dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat diikhtisarkan uji dua sisi

dan derajat kebebasan (df) 2 = 4,303. Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien

regresi (b1) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel

Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi

Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity

PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2008 -2010

Koefisien Regresi t hitung t tabel

Variabel X 6,583 4,303

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih besar dari nilai ttabel yaitu

6,583 > 4,303. Dengan demikian Ho ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti terdapat

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Untuk mengetahui pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity berikut

adalah hasil SPSS (Statistical Product Service Solution) yang menyatakan besarnya

hubungan antara variabel x dan variabel y :

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .989a .977 .955 9.91822 .977 43.338 1 1 .096 1.974

a. Predictors: (Constant), PMK

b. Dependent Variable: ROE

Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan, diperoleh nilai

koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,977. Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh

Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar

97,7%. Hasil ini menunjukkan hubungan positif signifikan antara perputaran modal kerja

terhadap return on equity. Dan sisanya sebesar 2,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar

penelitian seperti net income dan hutang perusahaan. Dalam penelitian ini, penurunan

perputaran modal kerja semakin menurun semakin baik karena mengindikasikan semakin

cepat perputaran modal kerja menjadi return on equity.

Hasil penelitian ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh Sutarno (2000) dan Martono

(2002) yang menyatakan hubungan antara modal kerja dan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba, dan konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat ada dua

keputusan yang menyatakan persoalan dasar perusahaan, yaitu sebagai berikut : Tingkat

optimal dari investasi pada aktiva lancar dan perpaduan yang sesuai antara pembiayaan

jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi pada aktiva

lancar. Untuk menilai keefisiensinya modal kerja dari operasional perusahaan dapat

digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja yang disebut dengan

perputaran modal kerja (working capital turn over). Perbandingan ini menunjukan efektivitas

perusahaan dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh penerimaan dalam hal ini

Return On Equity (ROE). Apabila modal kerja yang terdapat dalam perusahaan digunakan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3945/9/2012-1-61201-261408049-bab4-09082012054640.pdf · Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE

dengan efektif dan efisien (modal kerja tidak ada yang menganggur dan perputarannya cepat)

maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba pun akan semakin besar.