BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Earning Per...

26
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen (laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untukk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen. Darmadji dan Fakhuruddin (2001) mengatakan : “bahwa yang dimaksud dengan Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan 9

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Earning Per...

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa

digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada

pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen (laba

tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang

dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per saham.

Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan yang

diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.

Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share

(EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan

mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat

luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa

EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi

mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham dikemudian

hari, serta EPS juga relevan untukk menilai efektivitas manajemen dan

kebijakan pembayaran dividen.

Darmadji dan Fakhuruddin (2001) mengatakan : “bahwa yang

dimaksud dengan Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan

9

10

seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang

saham per saham.”

Sedangkan menurut Halim (2003) menyatakan bahwa:“Earning Per

Share (EPS), adalah perbandingan antara keuntungan bersih setelah pajak

yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar.”

Menurut Marpaung (2003) Earning per share ialah :

“Laba per lembar saham (earning per share) merupakan keuntungan yang

diperoleh dari pembagian laba bersih setelah pajak (EAT) dengan total

saham”

Earning Per Share menurut Siamat (2004) adalah sebagai berikut;

“Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih yang berhasil diperoleh

perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu”

Menurut Tandelilin (2001), “Earning Per Share atau laba per lembar

saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan

bagi semua pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang dihasilkan

(return) dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi EPS

merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa

menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.”

11

Rumus yang digunakan adalah:

Net Income – Preferred Dividends

EPS =

Average Number of common share Outstanding

Keterangan:

EPS = Earning Per Share

Net Income = laba bersih setelah pajak

Preferred Devidend = dividend saham preferen

Average Number of common share outstanding = rata-rata jumlah saham

yang beredar.

Menurut Nachrowi (2006), “ dalam berinvestasi di bursa, investor akan

memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per

lembar saham (earning per share)”. EPS merupakan salah satu indikator

yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecil kecilnya

EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.

Perhitungan EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba bersih setelah pajak

EPS =

Jumlah saham beredar

Madichah (2005), EPS merupakan hasil yang akan diterima oleh para

pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas keikut

sertaannya dalam perusahaan. EPS yang cenderung naik maka

12

kemungkinan keuntungan yang didapat oleh investor lebih besar dari pada

kerugian yang mungkin terjadi. Dengan demikian besarnya EPS dapat

dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan dimana EPS yang tinggi

menandakan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang

saham.

Menurut Darmadji (2001), semakin tinggi nilai EPS akan

menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang

disediakan untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka harga

saham cenderung naik, begitu juga sebaliknya, hal itu juga akan diikuti

perubahan return sahamnya.

Menurut Prastowo (2005), laba biasanya menjadi dasar penentuan

pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh karena

itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang

dilaporkan perusahaan.

Menurut Widoatmodjo (2005), menerangkan bahwa :

“Earning Per Share merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak

dengan jumlah saham yang beredar”.

Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham,

diperoleh dari laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.

EPS yang semakin besar menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba per lembar saham juga meningkat Tandelilin (2001).

13

Menurut Besley dan Brigham (2000) laba per lembar saham (EPS),

adalah “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the

items of on the income statement.” Dengan demikian, laba per lembar saham

EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan

mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham.

Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai

perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara

untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik

saham dalam perusahaan.

Tujuan perhitungan Earning Per Share (EPS) menurut Machfoesdz

(2000) adalah untuk melihat progres dari operasi perusahaan, menentukan

harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.

Selanjutnya, Syamsudin (2004) mengatakan bahwa pada umumnya para

pemegang saham tertarik dengan Earning Per Share (EPS) yang besar

karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan

perusahaan.

Menurut Syamsuddin (2004), yaitu: “Laba per saham (Earning Per

Share) adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah lembar saham

yang beredar.”Menurut Baridwan (2003) menjelaskan mengenai laba per

lembar saham (Earning Per Share) yakni : “Pendapatan per lembar saham

adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap

lembar saham yang beredar.”

14

Earning Per Share (EPS) merupakan alat anlisis tingkat profitabilitas

perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah

salah satu dari alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham

biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan

Fabozzi (1999).

Menurut Harahap (2007), EPS digunakan untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik

perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja

yang baik dengan dengan memperhatikan pendapatan-pendapatan yang

diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan sudah mapan (mature).

Dengan demikian, laba per lembar saham (Earning Per Share) adalah

Rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh

investor atau pemegang saham per saham dengan cara membagi laba bersih

setelah pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Laba per lembar

saham (Earning Per Share) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai

perusahaan. Laba per lembar saham (Eaning Per Share) juga merupakan

salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan

bagi para pemilik saham dalam perusahaan.

Basic EPS untuk EPS yang hanya memperhitungkan saham biasa,

digunakan Basic EPS dengan formula :

Basic EPS = ( Laba bersih – Dividen preferen) / Jumlah saham biasa

berdasarkan rata-rata tertimbang.

15

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi EPS

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning per share

adalah :

1. Pengguna hutang

Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan,

manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perusahaan

dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham

perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston yamh dialihbahasakan oleh

Suharto dan Wibowo (2001) bahwa “Perubahan dalam penggunaan hutang

akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu

juga mengakibatkan perubahan harga saham”. Dari penjelasan tersebut

terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang, ,erupakan faktor yang

mempengaruhi tingkat besaran EPS.

Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Wild et al (2008) bahwa

“motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha melalui utang

adalah potensi biaya yag lebih rendah. Dari sudut pandang pemegang

saham, utang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan ekuitas”.

Pendapat tersebut didasarkan oleh karena bunga sebagian besar jumlahnya

tetap, dan jika bunga labih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari

pendanaan utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan

bagi investor ekuitas. Selain itu, karena bunga merupakan beban yang dapat

mengurangi pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya

16

pajak yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat dari

penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada akhirnya

adalah terjadi kanaikan pada EPS.

2. Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)

Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan pada

beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan modal sendiri atau

dengan pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno (2001) “Dalam memilih

alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit

sebelum bunga dan pajak (EBIT=Earning Before Interest and Tax) berapa

apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang

sama”. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih

sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi

besarnya laba per lembar saham.

3. Faktor penyebab Kenaikan Earning Per Share yaitu :

1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

4. Presebtase kenaikan laba bersih lebih besar daripada presentase

kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih

besar daripada presentase penurunan laba bersih.

17

4. Faktor Penyebab Penurunan Earning Per Share yaitu :

1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang berdar naik.

2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar deripada presentase

penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih

besar daripada presentase kenaikan laba bersih.

Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per lembar saham akan

meningkat apabila presentase kenaikan laba bersihnya lebih besar deripada

presentase kanaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. (Weston dan

Eugene, 1993).

2.1.3 Penilaian Laba Per Lembar Saham (EPS)

Angka laba per lembar saham (Earning Per Share) diperoleh dari

laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah

pertama yang dilakukan adalah memahami laporang keuangan yang

disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca

dan laporan rugi laba.

Neraca manunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial dan modal

sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukkan berapa

penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba

18

yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tetentu (biasanya selama 1

tahun).

Alasan mengapa laba per lembar saham Earning Per Share (EPS)

disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk (2000) adalah : “Jumlah

absolute laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas

perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar saham banyak

berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan

dengan laba per lembar saham (EPS). “Sedangkan perhitungan laba per

lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk (2001) adalah : “Jika sebuah

perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per

lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah

saham biasa yang beredar.”

2.1.4 Pengertian Saham

Saham dapat dedifinisikan tanda pernyataan atau kepemilikan

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik

kertas teesebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga

tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang

ditanamkan di perusahaan tersebut. (Darmadji dan Fakhruddin,2001).

Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap

pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan

19

sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang yang dijual oleh

peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrument

keuangan. (Mishkin 2001).

Menurut Thian (2001) mengemukakan bahwa Saham adalah: Surat

berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan

terhadap suatu perusahaan. Apabila investor membeli saham, maka ia akan

menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.

Menurut Samsul (2006),“Saham adalah tanda bukti memiliki

perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham

(shareholder atau stockholder)”.

Menurut Harinto dan Sudomo (2005), mendefinisikan saham sebagai

berikut:“Saham (shares) adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau

tanda pernyataan modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas

dividend dan lain-lain menurut besar kecilnya modal disetor”

Menurut E.Tandelilin (2007) menyatakan bahwa:

Saham merupakan bukti kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang

menerbitkan saham, dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka

investor akan mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan,

setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.

Pengertian saham menurut Rusdin (2008) yaitu: “Sertifikat yang

menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham

memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.

20

Sedangkan menurut Hendy M. Fakhruddin (2008) saham adalah:

“Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti

kepemilikan atas suatu perusahaan”.

Menurut Kamarudin(2008) mengemukakan bahwa “Saham merupakan

surat berharga yang bersifat kepemilikan atau bukti penyertaan dalam suatu

perusahaan”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

saham adalah suatu sekuritas yang menjadi tanda penyertaan atau

kepemilikan terhadap pendapatan dan asset seseorang atau badan dalam

suatu perusahaan.

2.1.5 Jenis-Jenis Saham

Saham merupakan sekuritas yang paling populer dipasar modal

karena saham bisa memberikan keuntungan dalam jumlah yang besar

dengan jangka waktu yang relative singkat. Menurut Zaki Baridwan (2004)

yaitu:

“Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham

itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan 2

macam, yang satu adalah saham biasa dan yang lainnya adalah saham

prioritas (preferred stock)“.

21

Menurut Kamaruddin Ahmad (2008) saham dapat dibedakan melalui

cara pengalihan dan hak tagihan atau manfaat yang diperoleh oleh para

pemegang saham diantaranya sebagai berikut:

1. Menurut Cara Pengalihannya

a. Saham atas unjuk (bearer stocks), diatas sertifikat saham ini tidak

dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk,

seseorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau

memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya sangat mirip

dengan uang.

b. Saham atas nama (registered stocks), diatas sertifikat saham ini ditulis

nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan

kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang

khusus memuat daftar nama pemegang saham.

2. Menurut Hak Tagihan

a. Saham biasa (common stock), surat berharga yang paling banyak dan

luas perdagangannya. Pemegang surat berharga ini memiliki hak

suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan disamping

memperoleh pembagian keuntungan (dividen) dari perusahaan juga

kemungkinan adanya keuntungan atas kenaikan modal (nilai) surat

berharga tersebut atau disebut capital gain.

Jenis saham biasa ini terdiri atas :

22

1) Blue chip stock. Saham yang mempunyai kualitas atas rangking

investasi yang tinggi dan biasanya saham perusahaan besar dan

memiliki reputasi yang baik, mampu menghasilkan pendapatan

yang tinggi dan konsisten dalam membayar dividen.

2) Income stock. Saham dari suatu emiten, dimana emiten yang

bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata

dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

3) Growth stock. Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam

industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu

mendapatkan hasil di atas rata-rata.

4) Cycical stock. Saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan

situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.

5) Defensive stock. Saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro, maupun situasi bisnis secara umum.

6) Speculative stock. Saham yang emitennya tidak dapat secara

konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun.

b. Saham prioritas (preferred stock). Saham prioritas merupakan saham

yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya kelebihan ini

dihubungkan dengan pembagian dividen atau pembagian aktiva pada

saat dilikuidasi. Karakteristik saham ini gabungan antara obligasi

dengan saham biasa, karena menghasilkan pendapatan tetap (seperti

23

obligasi), tetapi juga bisa tidak mendapatkan hasil seperti yang

diharapkan investor.

Adapun jenis dari saham preferen ini adalah sebagai berikut :

1) Cumulative referred stock. Saham preferen jenis ini memberikan

hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya

kumulatif dalam presentasi atau jumlah tertentu dalam arti bahwa

kalau dalam tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak

mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini

dipertimbangkan pada tahun-tahun berikutnya. Pembayaran

dividen kepada pemegang saham preferen selalu didahulukan dari

pemegang saham biasa.

2) Non cumulative preferred stock. Pemilik saham jenis ini mendapat

prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu presentase

atau jumlah tertentu tetapi tidak bersifat kumulatif.

3) Participating preffered stock. Pemilik saham jenis ini selain

memperoleh dividen ekstra, setelah dividen dibayarkan penuh

kepada seluruh pemegang saham preferen, mereka juga

memperoleh dividen ekstra bersama-sama dengan pemegang

saham biasa.

24

2.1.6 Harga Saham

Setelah mengetahui pengertian saham dari beberapa para ahli maka

selanjutnya adalah penjelasan mengenai pengertian dari harga saham.

Berikut adalah pengertian harga saham dari beberapa ahli ekonomi.

Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham,

perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain

kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang

digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang

terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar.

Menurut Rusdin (2008) harga saham yaitu: “Harga saham ditentukan

menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin

banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung

bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham,

maka saham tersebut akan bergerak turun”.

Menurut Jogiyanto (2003), “Harga saham merupakan harga saham

yang terjadi dipasar busra pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku

pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang

bersangkutan di pasar bursa”.

Pengertian harga saham menurut Widiatmodjo (2000), “harga saham

merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk

memperoleh atas suatu saham”.

25

Menurut Agus Sartono (2001), harga saham terbentuk dipasar modal

dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau

earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price

earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga

deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.

Sedangkan menurut Sutrisno (2001) mengemukakan bahwa “Harga

Saham atau harga pasar saham adalah nilai saham yang terjadi akibat

diperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder”.

Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar

yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan

dengan nilai dari suatu saham tersebut. Secara singkat, Jogiyanto

mengungkapkan bahwa nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai

buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic

value). Jogiyanto (2008) menjelaskan: “Nilai buku merupakan nilai saham

menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham

di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham”.

Dari kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa harga saham sama

halnya dengan harga komoditi di suatu pasar yang berlaku hukum ekonomi.

Naik turunnya harga saham ditentukan oleh pasar dimana adanya

kesepakatan atas permintaan dan penawaran. Ketika terdapat banyak

pemintaan, maka harga yang ditawarkan semakin tinggi, dan ketika

26

permintaan berkurang atau sedikit maka harga yang ditawarkan akan

menurun atau semakin rendah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang

terbentuk dari kesapakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang

terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di

pasar bursa pada saat tertentu.

2.1.7 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Weston dan Brigham (2001), faktor-faktor yang

mempengaruhi harga saham :

1. Laba perlembar saham

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan

menerima laba atas saham yang dimilkinya. Semakin tnggi laba per

lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan

pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk

melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham

perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a. Mempengaruhi persaingan pasar modal antara saham dengan

obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual

sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan

27

menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi

apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga

adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah

laba perubahan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan

ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlas Kas Deviden yang diberikan

Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjaadi dua, yaitu

sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi

disisihkan laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang

saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan

oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang

mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang

cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya

akan memepengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan

meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya

28

semakin tinggi resiko makan semakin tinggi pula tingkat pengembalian

saham yang diterima.

2.1.8 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak

dengan jumlah lembar saham (Tjptono Darmadji dan Hendy M Fakhuddin,

2006). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan

dengan harapan akan memperoleh dividend atau capital gain. Laba biasanya

menjadi dasar penentuan pembayaran dividend dan kenaikan nilai saham

dimasa datang.

Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan

angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Prastowo dan Julianty, 2002).

Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak

investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga

saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004). Pernyataan tersebut di perkuat oleh

hasil penelitian Puji Astuti (2002), Sasongko dan Wulandari (2006)

menemukan bahwa EPS berhubungan positif dan signifikan terhadap harga

saham.

29

2.1.9 Hubungan Earning Per Share terhadap Harga Saham

Tandelilin (2001) menyatakan bahwa EPS berhubungan positif dengan

harga saham sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara earning dengan perubahan harga saham.

Sasongko dan Wulandari (2006) menemukan bahwa EPS

berhubungan positif dan signifikan terhadap harga saham.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Yang dilakukan oleh Mita Maryati (2012) dengan judul

“Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, Dan Financial Leverage

Terhadap Harga Saham Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2007-2010”. Populasi penelitian ini adalah 31 industri

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010.

Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling,

diperoleh 10 perusahaan. Analisis data menggunakan teknik regresi

berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Earnings Per Share berpengaruh positif

dan signifikan terhadap harga saham, Dividend Per Share tidak berpengaruh

terhadap harga saham, Financial leverage tidak berpengaruh terhadap harga

saham, Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi berarti model yang

dikembangkan fit atau benar.

30

Penelitian yang dilakukan oleh Denies Priatinah Prabandaru Adhe

Kusuma (2012) dengan judul “Pengaruh Return On Investment (ROI),

Earning Per Share (EPS), Dan Dividen Per Share (DPS) Terhadap Harga

Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode 2008-2010”. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan

pertambangan yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel menggunakan

metode purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 31 perusahaan

pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2008 -2010. Analisis data

yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan teknik

analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukan bahwa (1) Return on Investment secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, Earning Per Share

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap HargaSaham,

Dividen Per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Harga Saham, Return On Investment, Earning Per Share, Dan Dividen Per

Share secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga

Saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Dwi Wulandari dengan judul

“Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share Terhadap Harga

Saham (Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Harga Saham pada

31

perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta pengaruh

Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) terhadap Harga Saham

pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode

Agustus 2010 - Januari 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode deskriptif dan metode korelasional. Data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah data sekunder yang memuat data historis keuangan

perusahaan dengan menggunakan analisis Regresi Berganda. Berdasarkan

hasil analisis data menunjukkan EPS dan DPS secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga saham dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar

yang diteliti. Secara parsial EPS berpengaruh secara tidak signifikan dan

DPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dari hasil

tersebut maka investor dapat memperhatikan EPS dan DPS sebagai

pertimbangan untuk menentukan keputusan investasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Arman M.S Hamka, dengan judul “

Pengaruh Variabel Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan

Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham. (Studi Pada Perusahaan

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Populasi penelitian

ini sebanyak 41 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Untuk pengambilan sampel yang memenuhi beberapa kriteria

yang ditentukan, kemudian diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan.

Berdasarkan populasi dan sampel tersebut maka dilakukan analisis regresi

berganda. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear

32

berganda menunjukkan secara simultan EPS, PER dan ROE berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan. Secara

parsial, EPS, PER dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan pertambangan, karena EPS, PER dan ROE merupakan

informasi penting bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yang

tepat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel

independen yaitu EPS, PER dan ROE secara simultan maupun parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan.

Variabel EPS merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan

terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

33

2.3 Kerangka Pemikiran

34

2.4 Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran

di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Terdapat pengaruh “Earning Per Share terhadap Harga Saham PT.

Fastfood Indonesia, Tbk.”