BAB III kasus bronkiolitis

4
BAB III ANALISIS KASUS Seorang penderita anak laki-laki berusia 8 bulan datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari anamnesis didapatkan sejak ± 2 hari sebelum datang ke rumah sakit, penderita mengalami batuk berdahak, pilek, dan tanpa sesak nafas. Demam ada tidak terlalu tinggi, turun bila diberi Sanmol. Demam tinggi dimalam hari tidak ada dan kejang tidak ada. Makan dan minum biasa. BAB dan BAK biasa. Kemudian sejak ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita terlihat sesak. Sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas, maupun cuaca. Batuk pilek ada dan gelisah, demam ada tapi tidak terlalu tinggi. Penderita lalu dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSMH. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 161 kali/menit, pernafasan 47 kali/menit, suhu 37,8ºC. Pada pemeriksaan khusus tidak didapatkan nafas cuping hidung, pada inspeksi thorak terlihat adanya retraksi intercostal, subclavikula dan epigastrium; pada perkusi didapatkan hipersonor pada kedua lapangan paru; pada auskultasi vesikuler menurun dengan ekspirasi memanjang pada kedua lapangan paru, wheezing pada akhir ekspirasi di kedua lapangan paru.

description

kasus bronkiolits

Transcript of BAB III kasus bronkiolitis

BAB III

PAGE 33

BAB III

ANALISIS KASUS

Seorang penderita anak laki-laki berusia 8 bulan datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari anamnesis didapatkan sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit, penderita mengalami batuk berdahak, pilek, dan tanpa sesak nafas. Demam ada tidak terlalu tinggi, turun bila diberi Sanmol. Demam tinggi dimalam hari tidak ada dan kejang tidak ada. Makan dan minum biasa. BAB dan BAK biasa. Kemudian sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita terlihat sesak. Sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas, maupun cuaca. Batuk pilek ada dan gelisah, demam ada tapi tidak terlalu tinggi. Penderita lalu dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSMH.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 161 kali/menit, pernafasan 47 kali/menit, suhu 37,8C. Pada pemeriksaan khusus tidak didapatkan nafas cuping hidung, pada inspeksi thorak terlihat adanya retraksi intercostal, subclavikula dan epigastrium; pada perkusi didapatkan hipersonor pada kedua lapangan paru; pada auskultasi vesikuler menurun dengan ekspirasi memanjang pada kedua lapangan paru, wheezing pada akhir ekspirasi di kedua lapangan paru.

Dari anamnesis didapatkan keluhan utama sesak napas. Sesak napas merupakan kelainan yang sering ditemukan pada penyakit pada jantung, hepar, ginjal, hematologi, metabolik, dan paru. Perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang tepat untuk menyingkirkan kemungkinan yang ada.

Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda kelainan jantung seperti peningkatan tekanan vena jugularis, adanya ronki basah halus di basal paru, ataupun edema pada extremitas bawah. Tidak didapatkan pula kelainan pada hepar yang biasa ditandai dengan adanya ascites yang dapat menyebabkan sesak napas. Kelainan ginjal disingkirkan dari tidak adanya nyeri pada pinggang, riwayat sembab pada mata, mual muntah, kencing berwarna merah dan lain-lain. Pasien ini tidak terlihat pucat ataupun lemah dan masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Selain itu, tidak ditemukan adanya splenomegali, hepatomegali, jadi kelainan darah dapat disingkirkan. Penyakit metabolik terutama pada tingkat yang sudah sangat lanjut biasanya ditandai dengan penurunan kesadaran dan napas cepat dan dalam sementara pada pasien ini, tanda-tanda di atas tidak ditemui.

Kelainan paru paling mungkin menjadi penyebab pada pasien ini karena sesak napas timbul tidak dipengaruhi aktivitas secara berlebihan, cuaca yang dingin, atau allergen tertentu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya retraksi interkostal, subclavikula dan epigastrium, hipersonor di kedua lapangan paru, vesikuler menurun, dan wheezing pada akhir ekspirasi. Sehingga, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini adalah bronkiolitis.

Pasien ini kami diagnosis banding dengan asma bronkial dan bronkopneumoni, karena terdapat keluhan sesak napas akut yang didahului oleh batuk dan pilek, demam tidak terlalu tinggi, dan juga wheezing karena adanya obstruksi saluran napas bawah, ekspirasi memanjang dengan suara napas melemah dan retraksi dinding dada. Diagnosis banding asma bronkiale dapat disingkirkn karna pada pasien ini sesak nafasnya baru pertama kali, selain itu tidak ada riwayat atopi dalam keluarga. Faktor penyebabnya bukan alergen melainkan virus. Pasien demam namun tidak tinggi dan usianya di bawah 2 tahun.

Penatalaksanaan awal diberikan oksigenisasi dengan kanul sebanyak 1 liter/menit. Kemudian dilakukan nebulisasi dengan menggunakan beta agonis yang merupakan brokodilator untuk mengurangi sesak. Setelah nebulisasi diberikan dexamethason sebagai anti inflamasi untuk mengurangi edem pada saluran nafas bagian bawah.

Prognosis pada pasien ini, quo ad vitam bonam karena apabila bronkiolitis akut masih dapat di obati secara adekuat semua fungsi organ akan kembali normal. Selain itu, tidak ada kelainan pada organ vital. Quo ad functionam dubia ad bonam karena fungsi paru tidak mengalami kerusakan berat disamping pasien juga mendapat pengobatan bronkiolitis secara teratur.