Bronkiolitis Marwah Chiwa

24
BAB I PENDAHULUAN Bronkiolitis adalah peradangan di bronkiolus. Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun pertama, dengan insiden puncak pada sekitar umur 6 bulan dan pada banyak tempat , penyakit ini paling sering menyebabkan rawat inap bayi di rumah sakit. Insidensi tertinggi selama musim dingin dan awal musim semi. Penyakit ini terjadi secara sporadik dan endemic. Penyebab bronkiolitis tersering adalah Respiratory Syncitial Virus (RSV).Bronkiolitis ditandai oleh sindrom klinik berupa napas cepat, retraksi dada, dan wheezing . (1,2) 1

Transcript of Bronkiolitis Marwah Chiwa

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkiolitis adalah peradangan di bronkiolus. Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun pertama, dengan insiden puncak pada sekitar umur 6 bulan dan pada banyak tempat , penyakit ini paling sering menyebabkan rawat inap bayi di rumah sakit. Insidensi tertinggi selama musim dingin dan awal musim semi. Penyakit ini terjadi secara sporadik dan endemic. Penyebab bronkiolitis tersering adalah Respiratory Syncitial Virus (RSV).Bronkiolitis ditandai oleh sindrom klinik berupa napas cepat, retraksi dada, dan wheezing .(1,2)BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernapasan bayi yang lazim , akibat dari obstruksi radang saluran pernapasan kecil.22.2 Etiologi

Bronkiolitis akut disebabkan oleh respiratory syncytial virus (50%). Penyebab lainnya adalah parainfluenza virus, Eaton agent (Mycoplasma pneumonia), adenovirus, dan beberapa virus lainnya.(2,3) Adenovirus dapat dihubungkan dengan komplikasi jangka lama termasuk bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen unilateral (Sindrom Swyer-James). Tidak ada bukti kuat bahwa bakteri menyebabkan bronkiolitis. (2) .

Virus biasanya hilang dalam seminggu tetapi dapat menetap selama sebulan atau lebih pada bayi amat muda. Bayi dibawah usia 6 tahun dengan infeksi RSV menghasilkan lebih sedikit antibody spesifik-RSV (IgG, IgM, dan IgA) daripada anak yang lebih tua.42.3 Epidemiologi

Sebagian besar bronkiolitis akut disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV). Sekitar 90% anak usia di bawah 2 tahun terinfeksi oleh RSV dan sekitar 40% dari mereka berkembang menjadi IRA-B.Penyebab lainnya antara lain human metapneumovirus, virus influenza, adenovirus, virus parainfluenza dan mikoplasma pneumonia.Beberapa penelitian menunjukkan adanya beberapa factor resiko terjadinya bronkiolitis antara lain jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, lahir kurang bulan, tidak mendapat air susu ibu (ASI) , terpapar asap rokok, riwayat atopi dan berada pada tempat penitipan anak atau tempat umum yang ramai.5 Bronkiolitis akut lebih banyak mengenai anak laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan kaliber saluran respiratorik yang relatif lebih sempit pada anak laki-laki dibanding perempuan.Suatu studi menunjukkan bahwa ASI memiliki efek perlindungan terhadap infeksi saluran pernapasan karena Air susu ibu (ASI) mempunyai antibodi terhadap RSV termasuk IgG, IgA, IFN-, serta mempunyai aktivitas netralisasi melawan RSV.6Bayi yang ibunya merokok lebih mungkin berkembang bronkiolitis darpada bayi ibu-ibu yang tidak merokok. Selain telah diketahui bahwa ada resiko infeksi pernapasan dari tempat perawatan anak , bayi yang tinggal dirumah dengan ibu yang perokok berat lebih mungkin berkembang bronkiolitis daripada bayi-bayi yang dating ke pusat-pusat perawatan harian.22.4 Patofisiologi

Pada brokiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan akumulasi mucus dan eksudat yang lain. Karena tahanan terhadap aliran udara di sa;luran pernapasan besarnya berbanding terbalik dengan radius pangkat empat, maka penebalan yang sangat sedikit sekali pun pada dinding bronkiolus bayi akan mempengaruhi aliran napasnya. Tahanan pada saluran pernapasan kecil bertambah selama fase inspirasi dan ekspirasi, namun karena selama ekspirasi sa;uran napas menjadi lebih kecil maka hasilnya adalah obstruksi pernapasan katup bola yang menimbulkan perangkap udara awal dan overinflasi. (2)Proses patologis mengganggu pertukaran gas normal di dalam paru. Perfusi ventilasi yang tidak sepadan menyebabkan hipoksemia yang terjadi pada awla perjalanannya. Retensi karbondioksida (hiperkapnea) biasasnya tidak terjadi kecuali pada penderita berat. Makin tinggi frekuensi pernapasan makin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnea biasanya tidak terjadi kecuali pernapasan mencapai 60 kali per menit. Selanjutnya hiperkapnea ini berubah menjadi takipnea. Obstruksi parsial bronkiolus menimbulkan emfisema dan obstruksi total menimbulkan atelektasis (2,3)

2.5 Gambaran klinik2.5.1 Bronkiolitis akut

Sebagian besar bayi yang terkena mempunyai riwayat terpajan pada anak yang lebih tua atau dewasa yang menderita penyakit pernapasan ringan pada minggu sebelum mulainya penyakit. Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas, disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai kenaikan suhu ataupun hanya subfebril. Gejala-gejala ini biasanya berakhir beberapa hari dan dapat disertai dengan penurunan nafsu makan dan demam 38,5-39oC., walaupun demikian suhu dapat berkisar dari subnormal sampai meningkat dengan jelas. Perkembangan kegawatan pernapasan ditandai dengan anak yang mulai mengalami sesak napas, makin lama makin hebat, pernapasan dangkal dan cepat dan disertai dengan serangan batuk. Terlihat juga pernapasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak gelisah, dan sianotik. Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirium memanjang disertai dengan mengi (wheezing). Menyusu ibu atau botol dapat sangat sulit karena frekuensi napas yang cepat tersebut tidak memberikan kesempatan untuk mengisap dan menelan. Pada kasus ringan, gejala tersebut dapat menghilang 1-3 hari. Pada kasus yang lebih berat, gejala dapat berkembang dalam beberapa jam dan perjalanan penyakitnya dapat berlarut-larut. (2,3)2.5.2 Bronkiolitis obliterans

Bronkiolitis obliterans adalah suatu peradangan kronik pada bronkiolitis dimana sudah terjadi obliterasi pada bronkiolus.Pada mulanya dapat terjadi batuk, kegawatan pernafasan dan sianosis dan disertai dengan periode perbaikan nyata yang singkat. Penyakit yang progresif terlihat dengan bertambahnya dispnea, batuk, produksi sputum, dan mengi. Polanya dapat menyerupai bronkitis, bronkiolitis atau pneumonia.22.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

Diawali oleh pilek dan batuk yang bertambah parah

Batuk berat dan sesekali paroksismal menandakan pertussis

Seringkali muntah setelah batuk

Asupan oral sering menurun , bahkan pada bronkiolitis ringan

Gejala biasa mereda dalam 2-3minggu , jarang mencapai 3-4 minggu atau lebih

Data riwayat dalam anamnesis yang beresiko tinggi menimbulkan penyakit yang lebih berat atau membuat pasien perlu dirawat inap : usia 60x/menit menunjukkan adanya penurunan PaO dan peningkatan PaCO2. Saturasi oksigen