BAB II TP
description
Transcript of BAB II TP
BAB II
KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI
2.1. Lokasi dan Luas Daerah yang direncanakan
Secara administratif lokasi konsesi Andes Mining Corporation
terletak di daerah Senango, RT Tuang, Desa Bipak Kali, Kecamatan Gunung
Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas
konsesi atau koordinat patok batasnya seperti tertera pada Tabel 2.1, yaitu
sesuai keputusan Bupati Barito Selatan Nomor 167, tertanggal 18 Maret
2006.
Tabel 2.1
Patok Batas Wilayah Konsesi Andesit Andes Mining Corporation
PATOK BATAS
BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)0 ‘ ‘’ 0 ‘ ‘’
1 115 15 00.0 1 38 38.02 115 15 21.0 1 38 38.03 115 15 55.0 1 38 38.04 115 16 21.0 1 38 20.05 115 16 55.0 1 38 20.06 115 17 21.0 1 38 20.07 115 17 55.0 1 38 20.08 115 18 21.0 1 38 20.09 115 15 00.0 1 40 33.010 115 15 21.0 1 40 33.011 115 15 55.0 1 40 33.012 115 16 21.0 1 40 33.013 115 16 55.0 1 40 33.014 115 17 21.0 1 40 33.015 115 17 55.0 1 40 33.016 115 18 21.0 1 40 33.0
Luas Daerah : 2275,56 Ha
2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat
Kesampaian menuju lokasi Andes Mining Corporation termasuk
kategori mudah, dari Banjarmasin atau Bandara Syamsudin Noor di
Banjarbaru menuju Patas dapat dicapai melalui jalan darat (Tabel 2.2 dan
15
16
Gambar 2.2). Timbul masalah pada ruas antara Simpang Luir (jalan logging
PT. Tri Setya) menuju camp Senango, yaitu banyaknya titik-titik genangan
lumpur apabila turun hujan, sehingga sulit dilalui. Meskipun demikian, tetap
dapat ditembus dengan dengan kendaraan 4 WD.
Tabel 2.2
Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi Andes Mining Corporation dari Banjarmasin
NO JALUR JARAK/WAKTU TEMPUH
KETERANGAN
1 Banjarbaru-Mabuun 5 jam Jalan provinsi, beraspal2 Mabuun-Tanjung 5 km /
9-10 menitJalan kabupaten, beraspal, kecepatan 30-40 km/jam (ada perbaikan jalan)
3 Tanjung-Simpang Kalua 17 km / 27-30 menit
Jalan aspal, hotmix, baik, kecepatan 50-60 km/jam
4 Simpang Kalua-Tamiang Layang
22 km / 30-40 menit
Jalan provinsi, aspal hotmix, setempat berlubang, kecepatan 60-80 km/jam
5 Tamiang Layang-Simpang Ampah
44 km / 55-60 menit
Melalui jalan provinsi, beraspal, setempat berlubang, kecepatan 60-90 km/jam
6 Simpang Ampah-Simpang Luir
29 km / 60-70 menit
Melalui jalan provinsi, aspal hotmix, berlubang, kecepatan 50-80 km/jam
7 Simpang Luir/jalan logging-camp Senango
41 km / 135-150 menit
Jalan logging PT. Tri Setya, tanah, di daerah Kananai, berlubang dan ada genangan lumpur
8 Camp Senango-lokasi singkapan
0-5-4 km / 30-180 menit
Dapat dicapai dengan kendaraan roda empa/dua dan jalan kaki
17
Gambar 2.2
Kesampaian Menuju Lokasi Daerah Penyelidikan
2.3. Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata Pencaharian Penduduk,
Keadaan Flora, Fauna, Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain
2.3.1. Penduduk
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan maka kondisi
kependudukan serta sosial ekonomi budaya, dan kesehatan masyarakat di
sekitar konsesi Andes Mining Corporation dicerminkan oleh kondisi di
Rukun Tetangga (RT) Tuang terletak lebih dekat ke konsesi Andes Mining
Corporation dari pada RT Kananai terletak di sebelah barat konsesi. Di dalam
konsesi terdapat kegiatan perusahaan kayu (PT. Tri Setya Cita Graha) yang
membangun dua camp, yaitu camp Lomo dan Senango.
Kondisi di RT. Tuang dan Kananai:
1. Daerah RT. Tuang, Desa Bipak Kali merupakan perkampungan yang
terdekat dengan konsesi Andes Mining Corporation.
18
2. Bermukim Suku Manyan yang menggunakan bahasa Manyan, Bekumpai,
dan Banjar sebagai bahasa komunikasi dan menganut agama Kristen,
Hindu Kaharingan, Katolik dan Islam.
3. Di RT. Tuang terdiri dari 8 KK, untuk warga dari luar Tuang yang
memiliki rumah di Tuang hanya ditempati saat musim tanam/panen padi
saja.
4. Tidak ada Puskesmas, namun terdapat satu mantri/petugas kesehatan yang
siap melayani masyarakat berobat.
5. Masyarakat yang berobat pada umumnya ke mantri kesehatan atau ke
Puskesmas di Patas, namun ada juga sebagian yang berobat ke dukun.
6. Usia perkawinan umumnya pada usia 14-20 tahun, jumlah anak untuk
masing-masing keluarga berkisar 2-4 orang.
7. Terdapat satu bangunan Sekolah Dasar di Kananai dan satu bangunan
SLTP di Patas.
8. Tingkat pendidikan umumnya sampai tingkat SLTP, namun ada juga yang
sudah melanjutkan sampai ke tingkat SLTA.
9. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani (karet dan padi),
ada juga yang berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan di perusahaan
kayu. Mata pencaharian penduduk (yang relatif tetap) adalah berladang
pohon karet dan bertani dengan cara ladang berpindah, sedangkan yang
dilakukan secara musiman melakukan penebangan kayu besar di hutan.
10. Saat musim kemarau terdapat angkutan umum dari Patas-Kananai dengan
ongkos sebesar Rp.10.000,-. Harga angkutan melonjak naik dan mencapai
Rp. 50.000,- pada saat musim hujan. Alat transportasi lokal menggunakan
kendaraan Suzuki carry pick up dan Toyota Land Cruiser.
11. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat berbelanja ke Patas. Hari
pasaran di Patas setiap hari sabtu.
12. Penerangan menggunakan genset secara pribadi (perseorangan).
19
2.3.2. Flora dan Fauna
Sebagian besar tumbuhan penutup daerah Senango dan
sekitarnya adalah hutan sekunder, semak belukar (bekas ladang
berpindah) dan perkebunan penduduk, sedangkan sisanya adalah hutan
primer.
Jenis hutan yang terdapat di daerah Senango dan sekitarnya
adalah Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan
Hutan Produksi yang dapat dikonversikan (HPK) (sumber: Badan
Planologi Kehutanan dan Perkebunan; Departemen Kehutanan dan
Perkebunan).
Jenis pohon yang dilindungi untuk ditebang adalah Punsi;
sedangkan tumbuhan yang diusahakan oleh penduduk adalah
perkebunan karet dan rotan serta ladang padi yang masih menggunakan
cara berpindah.
Keberadaan flora di daerah eksplorasi Andes Mining
Corporation termasuk tumbuhan hutan tropis terdiri dari tanaman
tahunan, tanaman produktif dan tanaman lain (Tabel 2.3). Data tersebut
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan
informasi penduduk setempat selama survei lapangan.
Tabel 2.3
Jenis Tanaman yang ada di Konsesi Andes Mining Corporation
JENIS FLORA NAMA LOKALTanaman Budidaya 1. Kelapa
2. Rambutan 3. Durian 4. Pepakin 5. Mangga 6. Cempedak
7. Langsat 8. Mata kucing9. Pisang 10. Nangka 11. Nenas 12. Tomat
Tanaman Produktif 1. Karet Tanaman Lain 1. Kayu meranti
2. Kayu kruing3. Kayu sintuk4. Kayu ulin5. Kayu bengkirai6. Punsi
13. Asam tongko14. Papuan 15. Binjai 16. Ara 17. Luing 18. Karamunting
20
7. Bambu 8. Rotan 9. Kretungin 10. Layung 11. Kapul 12. Asam Putaran
19. Kayu sengkuang20. Kayu mundu21. Kayu tumih22. Kayu balau23. Kayu kangkalak24. Kayu kejajing
Fauna yang masih terdapat di daerah Andes Mining Corporation
sekitarnya berdasarkan berdasarkan pengamatan langsung selama survei dan
informasi penduduk adalah jenis burung, unggas, mamalia dan reptil seperti pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Jenis Fauna yang terdapat di Konsesi Andes Mining Corporation sekitarnya
JENIS FAUNA NAMA LOKAL
Burung
1. Burung Pipit2. Burung Tekukur 3. Burung Elang4. Burung Gagak5. Burung Hantu6. Burung Murai7. Burung Bubut8. Burung Juai9. Burung Wajau
10. Burung Tiung11. Burung Juwe12. Burung Sio13. Burung Sakan14. Burung Belatuk15. Burung Curiak16. Ayam Hutan17. Burung Murai Batu
Unggas 1. Ayam 2. Bebek Amphibia dan Reptil 1. Katak
2. Biawak 3. Kadal 4. Buaya 5. Ular sawah 6. Ular tadung
7. Ular ateran8. Ular jelatan9. Ular tambulagan10. Ular manuwungan11. Ular hijau12. Ular paikat
Mamalia 1. Rusa2. Babi hutan3. Kijang4. Kancil (Pelanduk)5. Landuk6. Uwa-uwa7. Musang
8. Klasi9. Bekantan10. Bangkoi11. Hirangan12. Kerbau13. Banteng14. Koli
Ikan 1. Arwan2. Gabus3. Papuyu4. Saluang5. Lele6. Tapah7. Baung
10. Udang11. Salap12. Puyan13. Patin14. Buntal 15. Bidawang16. Lais
21
8. Dungang9. Upah upik
17. Telen18. Daramenginang
2.3.3. Iklim
Berdasarkan laporan BPS Provinsi Kalimantan Tengah (2004),
diketahui bahwa kondisi klimatologinya wilayah konsesi Andes
Mining Corporation, termasuk beriklim tropis basah yang dipengaruhi
oleh musim kemarau dan penghujan, curah hujan 2.863-3.100
mm/tahun, suhu udara 220-330C, kelembaban udara 81-90% dan
penyinaran matahari 55-65%/tahun. Musim hujan yang setiap
tahunnya jatuh pada bulan November-April, sedangkan musim
kemarau jatuh pada bulan Mei-Oktober (Tabel 2.5)
Tabel 2.5
Curah Hujan Rata-rata Muara Taweh (Stasiun Badan Meteorologi dan
Geofisika Muara Teweh, 1990-1999)
NO BULANCURAH HUJAN (mm)
HARI HUJAN (mm)
Minimum MaksimumRata-rata
Min Maks
1 Januari 206.2 440.4 291.75 9 252 Februari 73 429.1 233.76 6 263 Maret 197.6 585.1 350.41 9 274 April 145.9 547.4 330.85 15 285 Mei 178.2 296.1 221.37 12 236 Juni 53.4 262.1 165.82 7 217 Juli 20 203.2 125.74 3 178 Agustus 5.7 328.1 133.55 2 249 September 1.1 398.1 139.23 2 2010 Oktober 110.1 491.1 246.45 12 2411 November 199.1 521.2 352.18 13 2612 Desember 157.1 415.8 299.17 15 26
Jumlah 1.856 3330.8 2890.28 105 287Berdasarkan informasi dari pemangku dan warga daerah
Tuang, diketahui bahwa dalam 5-6 tahun terakhir, jatuhnya musim
tidak tetap. Musim hujan mulai bulan September-April, sedangkan
musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Agustus dan hari hujan lebih
banyak dari pada hari kering. Kenyataan di lapangan saat kegiatan
22
eksplorasi dilaksanakan pada bulan April-Juni maupun kajian
kelayakan bulan Juni, ternyata hujan masih sering turun di lokasi.
Demikian pula, kejadian banjir di Sungai Uyah, biasanya
Desember-Maret dan setiap terjadi banjir ketinggian sungai naik
mencapai ketinggian 1-3 m dan 2 hari kemudian surut. Kondisi tidak
biasa terjadi pada tanggal 22 Mei 2006, setelah turun hujan
semalaman, paginya ketinggian banjir mencapai 5 m.
2.4. Topografi dan Morfologi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran
rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 - 40 meter dari permukaan air
laut, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai yang
merupakan daerah perbukitan.
Pada bagian tengah mulai dijumpai perbukitan dengan variasi
topografi darilandai sampai miring, dengan pola intensitas kemiringan yang
meningkat ke arah utara. Bagian utara merupakan rangkaian pegunungan
dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang dari barat
daya ke timur.
Sejalan dengan fisiografi wilayah, pada areal yang bertopografi
bergunungberada pada daerah-daerah di kawasan atas, sebaliknya pada areal
bertopografi rendah berada pada daerah-daerah di kawasan.
Tabel 2.2 Luas Daerah Menurut Kemiringan Lahan di Kabupaten Barito Selatan
No Kemiringan Lahan Luas (Ha)1 0 - 2% 555.7472 2 - 15% 199.0753 15 - 40% 107.1954 >40% 20.983
Jumlah 883.000
2.5. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan merupakan faktor yang sangat berkaitan dengan
penataan ruang, dengan adanya tatanan penggunaan lahan maka penataan
ruang akan semakin terkendali dan teratur. Kondisi dimana terjadi
ketidaksesuaian lahan dengan kemampuan tanah juga dapat mempengaruhi
23
penataan ruang. Penggunaan lahan merupakan dasar penentuan kesejahteraan
masyarakat di suatu wilayah yang pada hakekatnya merupakan gabungan
antara aktivitas masyarakat dengan tingkat teknologi, jenis usaha, serta
jumlah manusia. Perkembangan pola penggunaan tanah di Kabupaten Barito
Selatan terdiri atas permukiman, ladang/tegalan, sawah, dan lain-lain.
Luas penggunaan lahan menurut status peruntukan lahan di Kabupaten
Barito Selatan pada tahun 2009 adalah sebesar 431.407 Ha. Jenis penggunaan
tanah yang paling banyak terdapat di Kabupaten Barito Selatan yaitu berupa
lahan bukan sawah seluas 416.445 Ha (96,53%). Jenis penggunaan tanah
yang lain di Kabupaten Barito Selatan meliputi lahan sawah seluas 14.962 Ha
(3,47%).Sedangkan luas penggunaan lahan pertanian berdasarkan jenis
pengairannya di Kabupaten Barito Selatan adalah seluruhnya merupakan
sawah jenis pengairan irigasi sederhana dengan luas 8.704 Ha.
Tabel 2.6 Luas Lahan Pertanian Sawah dan Bukan Sawah (Ha)
Menurut Kecamatan di Kabupaten Barito Selatan
No KecamatanLahan Sawah
Bukan Lahan SawahJumlah Total
Lahan Kering
Lainnya
1 Jenamas 2.231 680 30.243 33.1542 Dusun Hilir 4.787 18.088 113.526 136.4013 Karau Kuala 2.021 5.972 22.534 30.5274 Dusun Selatan 3.201 10.311 18.520 32.0325 Dusun Utara 1.056 19.994 42.222 63.2726 Gunung Bintang
Awai1.666 18.524 115.831 136.021
JumlahTotal 14.962 73.569 342.876 431.407Tabel 2.7
Luas Lahan (Ha) Pertanian Sawah Menurut Jenis Pengairannya di Kabupaten Barito Selatan
No Kecamatan Pengairan Sederhana1 Jenamas 3.1572 Dusun Hilir 1.2803 Karau Kuala 1.4414 Dusun Selatan 1.5345 Dusun Utara 5346 Gunung Bintang Awai 758
JumlahTotal 8.704
24
Untuk penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Barito Selatan
yang terbesar adalah untuk hutan negara yaitu seluas 332.165 Ha (74 %).
Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan bukan sawah menurut
kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8 Luas Lahan Bukan Sawah (Ha) Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di
Kabupaten Barito SelatanNo Kecamatan Bangunan Hutan
NegaraRawa-rawa Jumlah
1 Jenamas 404 30.780 6.462 37.6462 Dusun Hilir 6.661 38.887 24.551 70.0993 Karau Kuala 467 66.964 11.942 79.3734 Dusun Selatan 32.400 100.012 18.456 150.8685 Dusun Utara 109 44.782 11.437 56.3286 Gunung Bintang
Awai6.274 50.740 265 57.279
JumlahTotal 46.315 332.165 73.113 451.593Kabupaten Barito Selatan berdasarkan fungsi dan peruntukan
hutannya, mempunyai luas 883.000 Ha yang terbagi dalam beberapa fungsi,
yaitu hutan produksi terbatas, kawasan pengembangan produksi, kawasan
pengembangan permukiman dan penggunaan lainnya, kawasan konservasi
flora dan fauna serta kawasan konservasi ekosistem air hitam. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.9 Banyaknya Fungsi dan Peruntukan Lahan Hutan di Kabupaten Barito Selatan
No Fungsi/Peruntukan Luas (Ha)1 Hutan Lindung 2.9052 Hutan Produksi 231.3953 Hutan Produksi Terbatas 124.8984 Kawasan Pengembangan Produksi 232.3685 Kawasan Pengembangan Permukiman dan Peggunaan
Lainnya213.973
6 Kawasan Konservasi Flora dan Fauna 72.6157 Kawasan Konservasi Ekosistem Air Hitam 4.836
Hutan alam Barito Selatan memiliki berbagai macam ragam jenis
pohon dan hasil hutan ikutan lainnya yang memiliki potensi ekonomi cukup
tinggi khususnya kayu, sedangkan hasil hutan ikutan seperti berbagai jenis
25
rotan, damar, gaharu dan lain-lain. Adapun perusahaan swasta nasional yang
bergerak dibidang usaha perkayuan ini terdiri dari tiga (3) pemegang HPH
dengan luas areal 144.325 ha. Produksi hutan dan hasil hutan ikutan tahun
2009, yaitu sebagai berikut:
1. Kayu bulat menghasilkan 27.813,08 m3
2. Kayu olahan menghasilkan 7.381,85 m3
3. Rotan irit / taman menghasilkan 3.592,5 ton
4. Damar menghasilkan 20 Kg
5. Kulit Gemor menghasilkan 27 Ton
2.6. Geologi
Kabupaten Barito Selatan berasal dari formasi-formasi geologis yang
tergolong tua. Informasinya untuk pengembangan wilayah meliputi
potensikesuburan tanah, bahan tambang, air tanah, daya dukung dan
kerawanan fisik. Berdasarkan formasi batuannya, potensi kesuburan tanah di
Kabupaten Barito Selatan tidak tinggi. Penyebaran formasi batuannya terdiri
dari: Aluvium, endapan sungai dan laut; wilayah berawa dan bergambut;
Batuan sedimen yang kaya akan mineral kuarsa. Selain itu,terdapat Batuan
sedimen klastik, mineral kuarsa dengan sedikit material vulkanik; Batuan
beku; Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya unsur hara;
Batuan metamorf
2.6.1 Litologi
Litologi daerah Kabupaten Barito Selatan berupa andesit dan diorite
kuarsa. Andesit berwarna abu-abu, struktur terkekarkan, tekstur afanitik-
porfiroafanitik, ukuran mineral < 0,1-1mm, komposisi terdiri dari mineral-
mineral mafik dan felsik berukuran sangat halus dan plagioklas sebagai
fenokris pada batuan yang bertekstur porfiroafanitik, terdapat mineral hasil
mineralisasi yang mengisi rekahan-rekahan yang berupa pirit, kuarsa dan
kalkopirit.Diorit kuarsa berwarna abu-abu, struktur terkekarkan, tekstur
faneritik, ukuran mineral 1-3 mm, holokristalin, komposisi terdiri dari
plagioklas, hornblenda, piroksen, biotit, kuarsa dan mineral-mineral hasil
26
mineralisasi yang mengisi urat-urat batuan yakni berupa galena, bornit,
kuarsa, pirit dan kalkopirit.
2.6.2 Struktur
Sub Cekungan Barito mengalami dua kali pengangkatan yaitu
yang berumur Akhir Kapur dan pengangkatan yang berumur Akhir
Miosen. Hal ini menyebabkan dijumpainya ketidakselarasan-
ketidakselarasan pada tatanan stratigrafinya. Pengangkatan yang
beumur Akhir Kapur menyebabkan terjadinya batasan-batasan dari
Cekungan Barito. Pengangkatan yang berumur Akhir Miosen
menyebabkan terbentuknya beberapa antiklin pada Formasi Tanjung,
Formasi Berai dan Formasi Warukin. Proses Tektonik terakhir terjadi
pada kala Plio-Pleistosen yang menyebabkan berbagai pola struktur di
wilayah ini terangakat, terlipat dan terpatahkan. Sumbu-sumbu lipatan
umumnya sejajar dengan Tinggian Meratus.
2.6.3 Geoteknik
Geoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang
berkonsentrasi pada aplikasi teknologi teknik sipil untuk kontruksi yang
melibatkan material alam yang terdapat pada atau dekat dengan
permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi dari rekayasa
geoteknik pada kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu Mekanika Tanah,
Mekanika Batuan, Geologi, dan Hidrologi. Melalui geoteknik tambang
diharapkan rancangan suatu tambang baik tambang terbuka maupun
tambang bawah tanah perlu dilakukan analisis terhadap kestabilan yang
terjadi karena proses penggalian dan penimbunan, sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan
ekonomis.Kegiatan penambangan baik di permukaan maupun di bawah
tanah acapkali dihadapkan pada problem-problem stabilitas struktur dan
infrastruktur tambang yang kalau dirunut akan bersumber pada problem
geoteknik. Sebagian problem tersebut seharusnya tidak perlu terjadi
seandainya dari awal telah dilakukan penyelidikan geoteknik secara
27
teliti, tetapi sebagian lainnya memang berkembang belakangan setelah
proses konstruksi selesai karena tidak atau kurang terpantau. Beberapa
contoh problem geoteknik yang dikemukakan pada tambang terbuka
diantaranya adalah:
a. Lereng penambangan runtuh (produksi terganggu/terhenti,
kemungkinan ada korban)
b. Jalan tambang longsor (pengangkutan terganggu/terhenti, produksi
terganggu)
c. Gangguan air tambang (penggalian terganggu)
Data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang
terbuka meliputi :
a. Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio,
batas Atterberg kadang-kadang diperlukan untuk material tanah)
b. Parameter kekuatan geser (kuat geser, kohesi, sudut geser dalam)
c. Daya dukung/Californian Bearing Ratio : untuk rancangan pondasi,
jalan angkut.
Parameter geoteknik di atas diperoleh melalui penyelidikan baik
di lapangan maupun di laboratorium.Tujuan dalam perancangan
geoteknik tambang adalah bahwa dalam merancang suatu tambang baik
tambang terbuka perlu dilakukan analisis terhadap kestabilan yang
terjadi karena proses penggalian atau penimbunan, sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan ekonomis.
2.7. Keadaan Batuan Andesit
2.7.1 Bentuk dan Penyebaran Batuan Andesit
Batu Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang terbentuk
dari pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung
berapi. Persebarannya hampir di seluruh Indonesia.
2.7.2 Sifat dan Kualitas Batuan Andesit
Sifat fisik batuan ini, seperti berat jenis : 1,93 ton/m3, kuat tekan :
600 - 2000 kg/cm2 dan tahan terhadap proses pembudaran. Andesit
V1 = t1 (S1 + S2 + 3
28
berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk
berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar.
2.7.3 Penaksiran Cadangan
Daerah yang akan direncanakan untuk ditambang adalah berupa
perbukitan andesit yang kenampakan topografinya ditunjukan pada
peta. Metode yang digunakan untuk penghitungan cadangan adalah
cross section.
Luas penampang : luas per kolom x jumlah kolom
Dimana:V : Volumet1, t2, ... : Jarak antar penampangS1, S2,... : Luas setiap penampang
Perhitungan cadangan dilakukan dengan metode cross section
(sayatan) dalam estimasi cadangan dibuat 5 penampang dengan jarak
antar penampang adalah 2,4 cm dalam peta atau sama dengan 840 m di
lapangan. Berat jenis andesit 1,93 ton/m3.
Tonase : volume x berat jenis
Penampang Luas (m2) Volume (m3) Tonase (ton)
1 25393,5 16774862,61 32375484,84
2 15000 8024870 15487999,1
3 5000 4841401,32 9343904,548
4 6562,5 9278974,32 17908420,44
5 16250 11764569,32 22705618,79
Total 50684677,57 97821427,72
Dari hasil perhitungan tabel diatas diperoleh nilai tonase
cadangan sebesar 97.821.427,72 ton