BAB II TP

22
BAB II KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI 2.1. Lokasi dan Luas Daerah yang direncanakan Secara administratif lokasi konsesi Andes Mining Corporation terletak di daerah Senango, RT Tuang, Desa Bipak Kali, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas konsesi atau koordinat patok batasnya seperti tertera pada Tabel 2.1, yaitu sesuai keputusan Bupati Barito Selatan Nomor 167, tertanggal 18 Maret 2006. Tabel 2.1 Patok Batas Wilayah Konsesi Andesit Andes Mining Corporation PATOK BATAS BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS) 0 ‘’ 0 ‘’ 1 115 15 00.0 1 38 38.0 2 115 15 21.0 1 38 38.0 3 115 15 55.0 1 38 38.0 4 115 16 21.0 1 38 20.0 5 115 16 55.0 1 38 20.0 6 115 17 21.0 1 38 20.0 7 115 17 55.0 1 38 20.0 8 115 18 21.0 1 38 20.0 9 115 15 00.0 1 40 33.0 10 115 15 21.0 1 40 33.0 11 115 15 55.0 1 40 33.0 12 115 16 21.0 1 40 33.0 15

description

geoteknik dan peledakan

Transcript of BAB II TP

BAB II

KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI

2.1. Lokasi dan Luas Daerah yang direncanakan

Secara administratif lokasi konsesi Andes Mining Corporation

terletak di daerah Senango, RT Tuang, Desa Bipak Kali, Kecamatan Gunung

Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas

konsesi atau koordinat patok batasnya seperti tertera pada Tabel 2.1, yaitu

sesuai keputusan Bupati Barito Selatan Nomor 167, tertanggal 18 Maret

2006.

Tabel 2.1

Patok Batas Wilayah Konsesi Andesit Andes Mining Corporation

PATOK BATAS

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)0 ‘ ‘’ 0 ‘ ‘’

1 115 15 00.0 1 38 38.02 115 15 21.0 1 38 38.03 115 15 55.0 1 38 38.04 115 16 21.0 1 38 20.05 115 16 55.0 1 38 20.06 115 17 21.0 1 38 20.07 115 17 55.0 1 38 20.08 115 18 21.0 1 38 20.09 115 15 00.0 1 40 33.010 115 15 21.0 1 40 33.011 115 15 55.0 1 40 33.012 115 16 21.0 1 40 33.013 115 16 55.0 1 40 33.014 115 17 21.0 1 40 33.015 115 17 55.0 1 40 33.016 115 18 21.0 1 40 33.0

Luas Daerah : 2275,56 Ha

2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

Kesampaian menuju lokasi Andes Mining Corporation termasuk

kategori mudah, dari Banjarmasin atau Bandara Syamsudin Noor di

Banjarbaru menuju Patas dapat dicapai melalui jalan darat (Tabel 2.2 dan

15

16

Gambar 2.2). Timbul masalah pada ruas antara Simpang Luir (jalan logging

PT. Tri Setya) menuju camp Senango, yaitu banyaknya titik-titik genangan

lumpur apabila turun hujan, sehingga sulit dilalui. Meskipun demikian, tetap

dapat ditembus dengan dengan kendaraan 4 WD.

Tabel 2.2

Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi Andes Mining Corporation dari Banjarmasin

NO JALUR JARAK/WAKTU TEMPUH

KETERANGAN

1 Banjarbaru-Mabuun 5 jam Jalan provinsi, beraspal2 Mabuun-Tanjung 5 km /

9-10 menitJalan kabupaten, beraspal, kecepatan 30-40 km/jam (ada perbaikan jalan)

3 Tanjung-Simpang Kalua 17 km / 27-30 menit

Jalan aspal, hotmix, baik, kecepatan 50-60 km/jam

4 Simpang Kalua-Tamiang Layang

22 km / 30-40 menit

Jalan provinsi, aspal hotmix, setempat berlubang, kecepatan 60-80 km/jam

5 Tamiang Layang-Simpang Ampah

44 km / 55-60 menit

Melalui jalan provinsi, beraspal, setempat berlubang, kecepatan 60-90 km/jam

6 Simpang Ampah-Simpang Luir

29 km / 60-70 menit

Melalui jalan provinsi, aspal hotmix, berlubang, kecepatan 50-80 km/jam

7 Simpang Luir/jalan logging-camp Senango

41 km / 135-150 menit

Jalan logging PT. Tri Setya, tanah, di daerah Kananai, berlubang dan ada genangan lumpur

8 Camp Senango-lokasi singkapan

0-5-4 km / 30-180 menit

Dapat dicapai dengan kendaraan roda empa/dua dan jalan kaki

17

Gambar 2.2

Kesampaian Menuju Lokasi Daerah Penyelidikan

2.3. Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata Pencaharian Penduduk,

Keadaan Flora, Fauna, Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain

2.3.1. Penduduk

Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan maka kondisi

kependudukan serta sosial ekonomi budaya, dan kesehatan masyarakat di

sekitar konsesi Andes Mining Corporation dicerminkan oleh kondisi di

Rukun Tetangga (RT) Tuang terletak lebih dekat ke konsesi Andes Mining

Corporation dari pada RT Kananai terletak di sebelah barat konsesi. Di dalam

konsesi terdapat kegiatan perusahaan kayu (PT. Tri Setya Cita Graha) yang

membangun dua camp, yaitu camp Lomo dan Senango.

Kondisi di RT. Tuang dan Kananai:

1. Daerah RT. Tuang, Desa Bipak Kali merupakan perkampungan yang

terdekat dengan konsesi Andes Mining Corporation.

18

2. Bermukim Suku Manyan yang menggunakan bahasa Manyan, Bekumpai,

dan Banjar sebagai bahasa komunikasi dan menganut agama Kristen,

Hindu Kaharingan, Katolik dan Islam.

3. Di RT. Tuang terdiri dari 8 KK, untuk warga dari luar Tuang yang

memiliki rumah di Tuang hanya ditempati saat musim tanam/panen padi

saja.

4. Tidak ada Puskesmas, namun terdapat satu mantri/petugas kesehatan yang

siap melayani masyarakat berobat.

5. Masyarakat yang berobat pada umumnya ke mantri kesehatan atau ke

Puskesmas di Patas, namun ada juga sebagian yang berobat ke dukun.

6. Usia perkawinan umumnya pada usia 14-20 tahun, jumlah anak untuk

masing-masing keluarga berkisar 2-4 orang.

7. Terdapat satu bangunan Sekolah Dasar di Kananai dan satu bangunan

SLTP di Patas.

8. Tingkat pendidikan umumnya sampai tingkat SLTP, namun ada juga yang

sudah melanjutkan sampai ke tingkat SLTA.

9. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani (karet dan padi),

ada juga yang berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan di perusahaan

kayu. Mata pencaharian penduduk (yang relatif tetap) adalah berladang

pohon karet dan bertani dengan cara ladang berpindah, sedangkan yang

dilakukan secara musiman melakukan penebangan kayu besar di hutan.

10. Saat musim kemarau terdapat angkutan umum dari Patas-Kananai dengan

ongkos sebesar Rp.10.000,-. Harga angkutan melonjak naik dan mencapai

Rp. 50.000,- pada saat musim hujan. Alat transportasi lokal menggunakan

kendaraan Suzuki carry pick up dan Toyota Land Cruiser.

11. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat berbelanja ke Patas. Hari

pasaran di Patas setiap hari sabtu.

12. Penerangan menggunakan genset secara pribadi (perseorangan).

19

2.3.2. Flora dan Fauna

Sebagian besar tumbuhan penutup daerah Senango dan

sekitarnya adalah hutan sekunder, semak belukar (bekas ladang

berpindah) dan perkebunan penduduk, sedangkan sisanya adalah hutan

primer.

Jenis hutan yang terdapat di daerah Senango dan sekitarnya

adalah Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan

Hutan Produksi yang dapat dikonversikan (HPK) (sumber: Badan

Planologi Kehutanan dan Perkebunan; Departemen Kehutanan dan

Perkebunan).

Jenis pohon yang dilindungi untuk ditebang adalah Punsi;

sedangkan tumbuhan yang diusahakan oleh penduduk adalah

perkebunan karet dan rotan serta ladang padi yang masih menggunakan

cara berpindah.

Keberadaan flora di daerah eksplorasi Andes Mining

Corporation termasuk tumbuhan hutan tropis terdiri dari tanaman

tahunan, tanaman produktif dan tanaman lain (Tabel 2.3). Data tersebut

diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan

informasi penduduk setempat selama survei lapangan.

Tabel 2.3

Jenis Tanaman yang ada di Konsesi Andes Mining Corporation

JENIS FLORA NAMA LOKALTanaman Budidaya 1. Kelapa

2. Rambutan 3. Durian 4. Pepakin 5. Mangga 6. Cempedak

7. Langsat 8. Mata kucing9. Pisang 10. Nangka 11. Nenas 12. Tomat

Tanaman Produktif 1. Karet Tanaman Lain 1. Kayu meranti

2. Kayu kruing3. Kayu sintuk4. Kayu ulin5. Kayu bengkirai6. Punsi

13. Asam tongko14. Papuan 15. Binjai 16. Ara 17. Luing 18. Karamunting

20

7. Bambu 8. Rotan 9. Kretungin 10. Layung 11. Kapul 12. Asam Putaran

19. Kayu sengkuang20. Kayu mundu21. Kayu tumih22. Kayu balau23. Kayu kangkalak24. Kayu kejajing

Fauna yang masih terdapat di daerah Andes Mining Corporation

sekitarnya berdasarkan berdasarkan pengamatan langsung selama survei dan

informasi penduduk adalah jenis burung, unggas, mamalia dan reptil seperti pada

Tabel 2.4.

Tabel 2.4

Jenis Fauna yang terdapat di Konsesi Andes Mining Corporation sekitarnya

JENIS FAUNA NAMA LOKAL

Burung

1. Burung Pipit2. Burung Tekukur 3. Burung Elang4. Burung Gagak5. Burung Hantu6. Burung Murai7. Burung Bubut8. Burung Juai9. Burung Wajau

10. Burung Tiung11. Burung Juwe12. Burung Sio13. Burung Sakan14. Burung Belatuk15. Burung Curiak16. Ayam Hutan17. Burung Murai Batu

Unggas 1. Ayam 2. Bebek Amphibia dan Reptil 1. Katak

2. Biawak 3. Kadal 4. Buaya 5. Ular sawah 6. Ular tadung

7. Ular ateran8. Ular jelatan9. Ular tambulagan10. Ular manuwungan11. Ular hijau12. Ular paikat

Mamalia 1. Rusa2. Babi hutan3. Kijang4. Kancil (Pelanduk)5. Landuk6. Uwa-uwa7. Musang

8. Klasi9. Bekantan10. Bangkoi11. Hirangan12. Kerbau13. Banteng14. Koli

Ikan 1. Arwan2. Gabus3. Papuyu4. Saluang5. Lele6. Tapah7. Baung

10. Udang11. Salap12. Puyan13. Patin14. Buntal 15. Bidawang16. Lais

21

8. Dungang9. Upah upik

17. Telen18. Daramenginang

2.3.3. Iklim

Berdasarkan laporan BPS Provinsi Kalimantan Tengah (2004),

diketahui bahwa kondisi klimatologinya wilayah konsesi Andes

Mining Corporation, termasuk beriklim tropis basah yang dipengaruhi

oleh musim kemarau dan penghujan, curah hujan 2.863-3.100

mm/tahun, suhu udara 220-330C, kelembaban udara 81-90% dan

penyinaran matahari 55-65%/tahun. Musim hujan yang setiap

tahunnya jatuh pada bulan November-April, sedangkan musim

kemarau jatuh pada bulan Mei-Oktober (Tabel 2.5)

Tabel 2.5

Curah Hujan Rata-rata Muara Taweh (Stasiun Badan Meteorologi dan

Geofisika Muara Teweh, 1990-1999)

NO BULANCURAH HUJAN (mm)

HARI HUJAN (mm)

Minimum MaksimumRata-rata

Min Maks

1 Januari 206.2 440.4 291.75 9 252 Februari 73 429.1 233.76 6 263 Maret 197.6 585.1 350.41 9 274 April 145.9 547.4 330.85 15 285 Mei 178.2 296.1 221.37 12 236 Juni 53.4 262.1 165.82 7 217 Juli 20 203.2 125.74 3 178 Agustus 5.7 328.1 133.55 2 249 September 1.1 398.1 139.23 2 2010 Oktober 110.1 491.1 246.45 12 2411 November 199.1 521.2 352.18 13 2612 Desember 157.1 415.8 299.17 15 26

Jumlah 1.856 3330.8 2890.28 105 287Berdasarkan informasi dari pemangku dan warga daerah

Tuang, diketahui bahwa dalam 5-6 tahun terakhir, jatuhnya musim

tidak tetap. Musim hujan mulai bulan September-April, sedangkan

musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Agustus dan hari hujan lebih

banyak dari pada hari kering. Kenyataan di lapangan saat kegiatan

22

eksplorasi dilaksanakan pada bulan April-Juni maupun kajian

kelayakan bulan Juni, ternyata hujan masih sering turun di lokasi.

Demikian pula, kejadian banjir di Sungai Uyah, biasanya

Desember-Maret dan setiap terjadi banjir ketinggian sungai naik

mencapai ketinggian 1-3 m dan 2 hari kemudian surut. Kondisi tidak

biasa terjadi pada tanggal 22 Mei 2006, setelah turun hujan

semalaman, paginya ketinggian banjir mencapai 5 m.

2.4. Topografi dan Morfologi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran

rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 - 40 meter dari permukaan air

laut, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai yang

merupakan daerah perbukitan.

Pada bagian tengah mulai dijumpai perbukitan dengan variasi

topografi darilandai sampai miring, dengan pola intensitas kemiringan yang

meningkat ke arah utara. Bagian utara merupakan rangkaian pegunungan

dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang dari barat

daya ke timur.

Sejalan dengan fisiografi wilayah, pada areal yang bertopografi

bergunungberada pada daerah-daerah di kawasan atas, sebaliknya pada areal

bertopografi rendah berada pada daerah-daerah di kawasan.

Tabel 2.2 Luas Daerah Menurut Kemiringan Lahan di Kabupaten Barito Selatan

No Kemiringan Lahan Luas (Ha)1 0 - 2% 555.7472 2 - 15% 199.0753 15 - 40% 107.1954 >40% 20.983

Jumlah 883.000

2.5. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan merupakan faktor yang sangat berkaitan dengan

penataan ruang, dengan adanya tatanan penggunaan lahan maka penataan

ruang akan semakin terkendali dan teratur. Kondisi dimana terjadi

ketidaksesuaian lahan dengan kemampuan tanah juga dapat mempengaruhi

23

penataan ruang. Penggunaan lahan merupakan dasar penentuan kesejahteraan

masyarakat di suatu wilayah yang pada hakekatnya merupakan gabungan

antara aktivitas masyarakat dengan tingkat teknologi, jenis usaha, serta

jumlah manusia. Perkembangan pola penggunaan tanah di Kabupaten Barito

Selatan terdiri atas permukiman, ladang/tegalan, sawah, dan lain-lain.

Luas penggunaan lahan menurut status peruntukan lahan di Kabupaten

Barito Selatan pada tahun 2009 adalah sebesar 431.407 Ha. Jenis penggunaan

tanah yang paling banyak terdapat di Kabupaten Barito Selatan yaitu berupa

lahan bukan sawah seluas 416.445 Ha (96,53%). Jenis penggunaan tanah

yang lain di Kabupaten Barito Selatan meliputi lahan sawah seluas 14.962 Ha

(3,47%).Sedangkan luas penggunaan lahan pertanian berdasarkan jenis

pengairannya di Kabupaten Barito Selatan adalah seluruhnya merupakan

sawah jenis pengairan irigasi sederhana dengan luas 8.704 Ha.

Tabel 2.6 Luas Lahan Pertanian Sawah dan Bukan Sawah (Ha)

Menurut Kecamatan di Kabupaten Barito Selatan

No KecamatanLahan Sawah

Bukan Lahan SawahJumlah Total

Lahan Kering

Lainnya

1 Jenamas 2.231 680 30.243 33.1542 Dusun Hilir 4.787 18.088 113.526 136.4013 Karau Kuala 2.021 5.972 22.534 30.5274 Dusun Selatan 3.201 10.311 18.520 32.0325 Dusun Utara 1.056 19.994 42.222 63.2726 Gunung Bintang

Awai1.666 18.524 115.831 136.021

JumlahTotal 14.962 73.569 342.876 431.407Tabel 2.7

Luas Lahan (Ha) Pertanian Sawah Menurut Jenis Pengairannya di Kabupaten Barito Selatan

No Kecamatan Pengairan Sederhana1 Jenamas 3.1572 Dusun Hilir 1.2803 Karau Kuala 1.4414 Dusun Selatan 1.5345 Dusun Utara 5346 Gunung Bintang Awai 758

JumlahTotal 8.704

24

Untuk penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Barito Selatan

yang terbesar adalah untuk hutan negara yaitu seluas 332.165 Ha (74 %).

Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan bukan sawah menurut

kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Luas Lahan Bukan Sawah (Ha) Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di

Kabupaten Barito SelatanNo Kecamatan Bangunan Hutan

NegaraRawa-rawa Jumlah

1 Jenamas 404 30.780 6.462 37.6462 Dusun Hilir 6.661 38.887 24.551 70.0993 Karau Kuala 467 66.964 11.942 79.3734 Dusun Selatan 32.400 100.012 18.456 150.8685 Dusun Utara 109 44.782 11.437 56.3286 Gunung Bintang

Awai6.274 50.740 265 57.279

JumlahTotal 46.315 332.165 73.113 451.593Kabupaten Barito Selatan berdasarkan fungsi dan peruntukan

hutannya, mempunyai luas 883.000 Ha yang terbagi dalam beberapa fungsi,

yaitu hutan produksi terbatas, kawasan pengembangan produksi, kawasan

pengembangan permukiman dan penggunaan lainnya, kawasan konservasi

flora dan fauna serta kawasan konservasi ekosistem air hitam. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9 Banyaknya Fungsi dan Peruntukan Lahan Hutan di Kabupaten Barito Selatan

No Fungsi/Peruntukan Luas (Ha)1 Hutan Lindung 2.9052 Hutan Produksi 231.3953 Hutan Produksi Terbatas 124.8984 Kawasan Pengembangan Produksi 232.3685 Kawasan Pengembangan Permukiman dan Peggunaan

Lainnya213.973

6 Kawasan Konservasi Flora dan Fauna 72.6157 Kawasan Konservasi Ekosistem Air Hitam 4.836

Hutan alam Barito Selatan memiliki berbagai macam ragam jenis

pohon dan hasil hutan ikutan lainnya yang memiliki potensi ekonomi cukup

tinggi khususnya kayu, sedangkan hasil hutan ikutan seperti berbagai jenis

25

rotan, damar, gaharu dan lain-lain. Adapun perusahaan swasta nasional yang

bergerak dibidang usaha perkayuan ini terdiri dari tiga (3) pemegang HPH

dengan luas areal 144.325 ha. Produksi hutan dan hasil hutan ikutan tahun

2009, yaitu sebagai berikut:

1. Kayu bulat menghasilkan 27.813,08 m3

2. Kayu olahan menghasilkan 7.381,85 m3

3. Rotan irit / taman menghasilkan 3.592,5 ton

4. Damar menghasilkan 20 Kg

5. Kulit Gemor menghasilkan 27 Ton

2.6. Geologi

Kabupaten Barito Selatan berasal dari formasi-formasi geologis yang

tergolong tua. Informasinya untuk pengembangan wilayah meliputi

potensikesuburan tanah, bahan tambang, air tanah, daya dukung dan

kerawanan fisik. Berdasarkan formasi batuannya, potensi kesuburan tanah di

Kabupaten Barito Selatan tidak tinggi. Penyebaran formasi batuannya terdiri

dari: Aluvium, endapan sungai dan laut; wilayah berawa dan bergambut;

Batuan sedimen yang kaya akan mineral kuarsa. Selain itu,terdapat Batuan

sedimen klastik, mineral kuarsa dengan sedikit material vulkanik; Batuan

beku; Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya unsur hara;

Batuan metamorf

2.6.1 Litologi

Litologi daerah Kabupaten Barito Selatan berupa andesit dan diorite

kuarsa. Andesit berwarna abu-abu, struktur terkekarkan, tekstur afanitik-

porfiroafanitik, ukuran mineral < 0,1-1mm, komposisi terdiri dari mineral-

mineral mafik dan felsik berukuran sangat halus dan plagioklas sebagai

fenokris pada batuan yang bertekstur porfiroafanitik, terdapat mineral hasil

mineralisasi yang mengisi rekahan-rekahan yang berupa pirit, kuarsa dan

kalkopirit.Diorit kuarsa berwarna abu-abu, struktur terkekarkan, tekstur

faneritik, ukuran mineral 1-3 mm, holokristalin, komposisi terdiri dari

plagioklas, hornblenda, piroksen, biotit, kuarsa dan mineral-mineral hasil

26

mineralisasi yang mengisi urat-urat batuan yakni berupa galena, bornit,

kuarsa, pirit dan kalkopirit.

2.6.2 Struktur

Sub Cekungan Barito mengalami dua kali pengangkatan yaitu

yang berumur Akhir Kapur dan pengangkatan yang berumur Akhir

Miosen. Hal ini menyebabkan dijumpainya ketidakselarasan-

ketidakselarasan pada tatanan stratigrafinya. Pengangkatan yang

beumur Akhir Kapur menyebabkan terjadinya batasan-batasan dari

Cekungan Barito. Pengangkatan yang berumur Akhir Miosen

menyebabkan terbentuknya beberapa antiklin pada Formasi Tanjung,

Formasi Berai dan Formasi Warukin. Proses Tektonik terakhir terjadi

pada kala Plio-Pleistosen yang menyebabkan berbagai pola struktur di

wilayah ini terangakat, terlipat dan terpatahkan. Sumbu-sumbu lipatan

umumnya sejajar dengan Tinggian Meratus.

2.6.3 Geoteknik

Geoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang

berkonsentrasi pada aplikasi teknologi teknik sipil untuk kontruksi yang

melibatkan material alam yang terdapat pada atau dekat dengan

permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi dari rekayasa

geoteknik pada kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah.

Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu Mekanika Tanah,

Mekanika Batuan, Geologi, dan Hidrologi. Melalui geoteknik tambang

diharapkan rancangan suatu tambang baik tambang terbuka maupun

tambang bawah tanah perlu dilakukan analisis terhadap kestabilan yang

terjadi karena proses penggalian dan penimbunan, sehingga dapat

memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan

ekonomis.Kegiatan penambangan baik di permukaan maupun di bawah

tanah acapkali dihadapkan pada problem-problem stabilitas struktur dan

infrastruktur tambang yang kalau dirunut akan bersumber pada problem

geoteknik. Sebagian problem tersebut seharusnya tidak perlu terjadi

seandainya dari awal telah dilakukan penyelidikan geoteknik secara

27

teliti, tetapi sebagian lainnya memang berkembang belakangan setelah

proses konstruksi selesai karena tidak atau kurang terpantau. Beberapa

contoh problem geoteknik yang dikemukakan pada tambang terbuka

diantaranya adalah:

a. Lereng penambangan runtuh (produksi terganggu/terhenti,

kemungkinan ada korban)

b. Jalan tambang longsor (pengangkutan terganggu/terhenti, produksi

terganggu)

c. Gangguan air tambang (penggalian terganggu)

Data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang

terbuka meliputi :

a. Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio,

batas Atterberg kadang-kadang diperlukan untuk material tanah)

b. Parameter kekuatan geser (kuat geser, kohesi, sudut geser dalam)

c. Daya dukung/Californian Bearing Ratio : untuk rancangan pondasi,

jalan angkut.

Parameter geoteknik di atas diperoleh melalui penyelidikan baik

di lapangan maupun di laboratorium.Tujuan dalam perancangan

geoteknik tambang adalah bahwa dalam merancang suatu tambang baik

tambang terbuka perlu dilakukan analisis terhadap kestabilan yang

terjadi karena proses penggalian atau penimbunan, sehingga dapat

memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan ekonomis.

2.7. Keadaan Batuan Andesit

2.7.1 Bentuk dan Penyebaran Batuan Andesit

Batu Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang terbentuk

dari pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung

berapi. Persebarannya hampir di seluruh Indonesia.

2.7.2 Sifat dan Kualitas Batuan Andesit

Sifat fisik batuan ini, seperti berat jenis : 1,93 ton/m3, kuat tekan :

600 - 2000 kg/cm2 dan tahan terhadap proses pembudaran. Andesit

V1 = t1 (S1 + S2 + 3

28

berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk

berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar.

2.7.3 Penaksiran Cadangan

Daerah yang akan direncanakan untuk ditambang adalah berupa

perbukitan andesit yang kenampakan topografinya ditunjukan pada

peta. Metode yang digunakan untuk penghitungan cadangan adalah

cross section.

Luas penampang : luas per kolom x jumlah kolom

Dimana:V : Volumet1, t2, ... : Jarak antar penampangS1, S2,... : Luas setiap penampang

Perhitungan cadangan dilakukan dengan metode cross section

(sayatan) dalam estimasi cadangan dibuat 5 penampang dengan jarak

antar penampang adalah 2,4 cm dalam peta atau sama dengan 840 m di

lapangan. Berat jenis andesit 1,93 ton/m3.

Tonase : volume x berat jenis

Penampang Luas (m2) Volume (m3) Tonase (ton)

1 25393,5 16774862,61 32375484,84

2 15000 8024870 15487999,1

3 5000 4841401,32 9343904,548

4 6562,5 9278974,32 17908420,44

5 16250 11764569,32 22705618,79

Total 50684677,57 97821427,72

Dari hasil perhitungan tabel diatas diperoleh nilai tonase

cadangan sebesar 97.821.427,72 ton