Tp Abortus inkomplit

48
BAB I PENDAHULUAN Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik 1 . Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang 1

Transcript of Tp Abortus inkomplit

Page 1: Tp Abortus inkomplit

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil

yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram

waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat

badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai

pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari

20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.

Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat

tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi

medik1.

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Abortus inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan

maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun

medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun

yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami

abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang

terjadi2,3,4.

Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi

tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari

kehamilan yang ditemukan.3,4 Namun angka kejadian abortus sangat tergantung

kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita

yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan

berakhir dengan kelahiran hidup.4

Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana

pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah

50%.4 Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3

Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam

keselamatan ibu karena adanya perdarahan yang masif yang bisa menimbulkan

1

Page 2: Tp Abortus inkomplit

kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus

inkomplit dapat mengalami guncangan psikis, tidak hanya pada ibu namun juga

pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.4

Mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit, menjadi penting bagi

para pelayan kesehatan agar mampu menegakkan diagnosis kemudian

memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah terjadinya

komplikasi. 4

2

Page 3: Tp Abortus inkomplit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan

sebelum viabel, disertai atau tanpa pengeluaran hasil konsepsi Sampai saat ini

janin yang terkecil dilaporkan dapat hidup diluar rahim, mempunyai berat badan

297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan

berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus maka abortus dapat ditentukan

sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat mencapai berat 500 gram

atau kurang dari 20 minggu.1

Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai penghentian kehamilan

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin kurang dari 500

gram.1

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.

Abortus inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan

maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun

medisinalis1.

2.2 Epidemiologi

Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian

disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan

perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. abortus adalah komplikasi

tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari

kehamilan yang ditemukan.3,4 Angka-angka tersebut berasal dari data-data dengan

sekurang-kurangnya ada dua hal yang selalu berubah, kegagalan untuk

menyertakan abortus dini yang tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang

ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan5.

Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan

angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.

3

Page 4: Tp Abortus inkomplit

Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada

trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan

5-10 % pada trimester ketiga5.

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas

di samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang

dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari

20 tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun dan pada

wanita diatas 45 tahun adalah 50%.4. Untuk usia paternal yang sama, kenaikannya

adalah dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang

belum melebihi umur 3 bulan5,6.

2.3 Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak

selalu tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspuisi hasil

konsepsi yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio

atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin

sebelum ekspuisi masih hidup dalam uterus.5

Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot

atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga

disebabkan oleh penyakit dari ayahnya5.

2.3.1 Perkembangan Zigot yang Abnormal

Abnormalitas kromosom merupakan penyebab dari abortus spontan.

Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas kromosom

sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal merupakan anomali yang

paling sering ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21 %) dan

monosomi X (13%)7'8 .

4

Page 5: Tp Abortus inkomplit

Gambar 1. Kromosom trisomi2

2.3.2 Faktor Maternal

Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa

abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena

saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan

etiologi abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan

dan kelainan perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus euploidi5.

a. Infeksi

Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,

Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simpiek,

cytomegalovirus Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai

penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan

abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticun dari

traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah

menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang

menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua

organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab

utama5.

b.Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

keadaan ibu misalnya penyakit tuberculosis atau karsinomatosis jarang

menyebabkan abortus5.

Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum

5

Page 6: Tp Abortus inkomplit

20 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan

persalinan prematur5'7. Diabetes maternal pemah ditemukan oleh sebagian

peneliti sebagai faktor predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini

tidak ditemukan oleh peneliti lainnya5.

c. Pengaruh Endokrin

Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,

diabtetes mellitus, dan defesiensi progesteron5'7. Diabetes tidak

menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik.

Defesiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari

korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan

insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua,

defesiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada

hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa

kematiannya5.

d. Nutrisi

Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar

kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.

Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan

dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus

spontan. Sebagaian besar mikronutrien pemah dilaporkan sebagai unsur

yang penting untuk mengurangi abortus spontan.5

e. Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan

Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden

abortus. Namun ternyata tidak semua laporan ini mudah dikonfirmasikan.5

f. Faktor-faktor Imunologis

Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan

abortus spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan

antibodi anti cardiolipin (ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler,

trombosis, abortus serta destruksi plasenta.5

g. Gamet yang Menua

Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden

6

Page 7: Tp Abortus inkomplit

abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang

berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah

peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa garnet

yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi

dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan

binatang juga selaras dengan hasil observasi tersebut5,7.

h. Laparotomi

Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan

terjadinya abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan

tersebut dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya

abortus. Meskipun demikian, sering kali kista ovarii dan mioma bertangkai

dapat diangkat pada waktu kehamilan apa mengganggu gestasi. Peritonitis

dapat menambah besar kemungkinan abortus.5,7

i. Trauma Fisik dan Trauma Emosional

Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian

embrio atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh

trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru

terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu

sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional bersifat

spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus dipengaruhi

oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas5,7,8.

j. Kelainan Uterus

Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan

yang timbul dalam proses perkembangan janin,defek duktus mulleri yang

dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian

dietilstilbestrol (DES)5,7. Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan

abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus

yang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus,

bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya.8

Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih

besar kemungkinannya imtuk menyebabkan abortus. Namun demikian,

leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil

7

Page 8: Tp Abortus inkomplit

pemeriksaan klinis lainnya temyata negatif dan histerogram menunjukkan

adanya defek pengisian dalam kavum endometrium. Miomektomi sering

mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada

kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan.8

Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering

terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada

missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan

tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.

Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis

yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk

mendukung implatansi hasil pembuahan.7,8

k. Inkompetensi serviks

Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten

biasanya terjadi pada trimester kedua. Ekspuisi jaringan konsepsi terjadi

setelah membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang disertai

dengan balloning membran plasenta ke dalam vagina.7

2.3.3 Faktor Paternal

Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam

proses timbulnya abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom dalam

sperma dalam menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu

sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus5,7.

2.4 Patogenesis

Setiap abortus spontan pada mulanya didahului oleh proses perdarahan dalam

desidua basalis kemudian diikuti oleh proses nekrosis pada jaringan sekitar daerah

yang mengalami perdarahan itu. Dengan demikian konseptus terlepas sebagian

atau seluruhnya dari tempat implantasinya. Konseptus yang telah lepas dari

perlekatannya merupakan benda asing di dalam uterus dan merangsang rahum

untuk berkontraksi. Rangsangan yang terjadi semakin lama semakin bertambah

kuat dan terjadilah his yang memeras isi rahim keluar.1,5

Pada keguguran yang terjadi sebelum kehamilan kurang dari 8 minggu

8

Page 9: Tp Abortus inkomplit

pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi abortus kompletus oleh

karena villi koreales belum tumbuh terlalu mendalam ke dalam lapisan desidua.6

Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus

desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna oleh

karena villi koriales telah tumbuh dan menembus lapisan desidua jauh lebih tebal

sehingga ada bagian yang terisa melekat pada dinding rahim dan terjadilah

abortus inkomplit. yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan

lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban

pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.

Sisa abortus yang tertahan didalam mengganggu kontraksi rahim yang

menyebabkan pengeluaran darah yang lebih banyak. Perdarahan tidak banyak jika

plasenta segera terlepas dengan lengkap1,5,6.

2.5 Gambaran klinis

Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan

pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian

bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-

sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah

usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila

plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan

cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus inkompletus.

Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering

pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga terjadi

hipovolemik berat5'7.

2.6 Diagnosis

Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan

fisik serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.

Anamnesa akan menunjukkan pasien mengeluarkan flek-flek atau

mengalami perdarahan pervaginam yang banyak, yang disertai dengan nyeri perut

bagian bawah yang hebat. Pasien juga dapat mengeluh mengeluarkan darah yang

bergumpal dan sesuatu yang menyerupai daging.4

9

Page 10: Tp Abortus inkomplit

Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan

abdomen, inspikulo dan vaginal toucher.4

1. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan

umur kehamilan atau lebih rendah. Palpasi akan mendapatkan tinggi

fundus uteri yang sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah dan

terasa lunak. Tidak ada nyeri tekan maupun tanda-tanda cairan bebas. 4

2. Melalui inspekulo terlihat adanya dilatasi serviks yang mungkin disertai

dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah.

Pemeriksa juga mungkin dapat melihat adanya jaringan yang tertinggal

dalam vagina. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan bentuk

uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil

konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus juga

penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai4.

3. Vaginal toucher (VT) akan mendapatkan terbukanya kanalis servikalis dan

teraba jaringan di dalamnya. 4

Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa

jaringan dalam uterus berupa gambaran ekogenik.

2.7 Diagnosis banding

Diagnosis banding dari abortus inkomplit adalah:

a. Kehamilan ektopik terganggu

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ovum yang dibuahi berimplantasi

dan tumbuh di tempat yang tidak normal, termasuk kehamilan servikal dan

kehamilan kornual.4,8,9

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu :

o Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang

o Serviks tertutup

o Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal

o Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri

goyang porsio, massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen. 4

b. Mola hidatidosa

10

Page 11: Tp Abortus inkomplit

Mola hidatidosa adalah perdarahan pervaginam, yang muncul pada 20

minggu kehamilan biasanya berulang dari bentuk spotting sampai dengan

perdarahan banyak. Pada kasus dengan perdarahan banyak sering disertai

dengan pengeluaran gelembung dan jaringan mola.4

Dan pada pemeriksaan fisik dan USG tidak ditemukan ballotement dan

detak jantung janin. 4

Diagnosis mola hidatidosa:

Perdarahan sedang hingga masif (banyak)

Serviks terbuka

Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan

Gejala/tanda : mual/muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre

eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan seperti anggur. 4

2.8 Penatalaksanaan

Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa

apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis.8,9

Teknik pembedahan dapat terdiri dari dilatasi serviks yang diikuti dengan

pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan

evakuasi, maupun dilatasi dan ekstrasi, teknik induksi haid, dan laparotomi yang

dapat dilakukan dengan histerotomi maupun histerektomi.8

Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan

kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang

tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari

ostium ekstema yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep

cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus,

induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut

diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.8

Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang

berakibat fatal5. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan

perdarahan dilakukan dengan cara8,9:

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16

11

Page 12: Tp Abortus inkomplit

minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum

untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika

pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau

misoprostol 400 mcg per oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan

kurang dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan:

Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi

vakum manual tidak tersedia.

Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin

0,2 mg intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau

misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika

perlu).

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes

per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4

jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800

mcg).

Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.8

Teknik kuretase dengan penyedotan (aspirasi vakum) sangat bermanfaat

untuk mengosongkan uterus, dilakukan dengan menyedot isi uterus menggunakan

kanula yang terbuat dari bahan plastik atau metal dengan tekanan negatif.

Tekanan negatif dapat menggunakan pompa vakum listrik atau dengan syringe

pump 60 ml. 10,11Aspirasi vakum merupakan prosedur pilihan yang lebih aman

jika dibandingkan dengan teknik kuretase tajam, digunakan pada kehamilan

kurang dari 12 minggu, dapat dilakukan hanya dengan atau tanpa analgesia lokal

pada serviks maupun analgesia sistemik sedang. Aplikasi aspirasi vakum bahkan

dapat dilakukan sampai pada umur kehamilan 15 minggu, tergantung pada

ketrampilan dan pengalaman operator. Complete abortion rate aspirasi vakum

berkisar antara 95 - 100%. Metode ini merupakan metode pilihan untuk mengatasi

12

Page 13: Tp Abortus inkomplit

abortus inkomplit.3,4,12

Evakuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu 3-10

menit. Sebelum melakukan tindakan kuretase, siapkan terlebih dahulu pasien,

tempat dan alat kuretase. Pada pasien yang mengalami syok, atasi syok terlebih

dahulu. Kosongkan kandung kencing, selanjutnya dapat diberikan anestesi (jika

diperlukan). Lakukan pemeriksaan ginekologik ulang untuk menentukan besar

dan bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan antisepsis pada genitalia eksterna,

vagina dan serviks. Spekulum vagina dipasang dan selanjutnya serviks

dipresentasikan dengan tenakulum. Uterus disonde dengan hati-hati untuk

menentukan besar dan arah uterus. Masukan kanula yang sesuai dengan dalam

kavum uteri melalui serviks yang telah berdilatasi (tersedia ukuran kanula dari 4

mm sampai 12 mm). Selanjutnya kanula dihubungkan dengan aspirator (60 Hg

pada aspirator listrik atau 0,6 atm pada syringe). Kanula digerakkan perlahan-

lahan dari atas kebawah dan sebaliknya, sambil diputar 360°. Bila kavum uteri

sudah bersih dari jaringan konsepsi, akan terasa dan terdengar gesekan kanula

dengan miometrium yang kasar, sedangkan dalam botol penampung jaringan akan

timbul gelembung udara. Pasca tindakan tanda-tanda vital diawasi selama 15-30

menit tanpa anestesi dan selama 1-2 jam bila dengan anestesi umum. Pemeriksaan

lanjut dapat dilakukan 1 - 2 minggu kemudian 3, 9,10.

Penatalaksanaaan abortus dengan teknik medis dibuktikan aman dan efektif.

Efikasi terapi mifepriston dengan misoprostol dilaporkan sebesar 98% pada

kehamilan trimester pertama awal. Namun demikian, pada abortus inkomplit,

metode ini tidak memberikan keuntungan yang signifikan. Untuk mencapai

ekspulsi spontan yang lengkap dengan terapi prostaglandin (misoprostol)

diperlukan waktu rata-rata selama 9 hari. Regimen mefepriston, antiprogesteron

digunakan secara luas, bekeria dengan cara mengikat reseptor progesteron,

sehingga terjadi inhibisi efek progesteron untuk menjaga kehamilan. Dosis yang

digunakan 200 mg. Kombinasi selanjutnya (36-48 jam) dengan pemberian

prostaglandin 800 μg insersi vagina mengakibatkan kontraksi uterus lebih lanjut

yang kemudian diikuti dengan ekspulsi jaringan konsepsi.3,10

Efek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut

yang disertai dengan perdarahan yang menyerupai menstruasi namun dengan fase

13

Page 14: Tp Abortus inkomplit

yang memanjang, selama 9 hari bahkan dapat terjadi selama 45 hari.

Kontraindikasi penggunaan obat-obat tersebut adalah pada keadaan dengan gagal

ginjal akut, kelainan fimgsi hati, perdarahan abnormal, perokok berat dan alergi.3,4

2.9. Prosedur Kuretase pada Abortus Inkomplit

Prosedur kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat

pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen

(sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan

tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematik. 9

Indikasi teknik kuretase antara lain:

- Abortus inkomplit

- Abortus septik

- Abortus yang disertai cedera intra abdomen (perlu tindakan laporotomi).

- Abortus mola.

- Abortus terkomplikasi (syok hipovolemik) yang belum dapat di koreksi. 9

Langkah klinik dalam melakukan kuretasi meliputi persetujuan tindakan medis

dan persiapan sebelum tindakan.

1. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah

dibersihkan dengan air dan sabun.

2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.

3. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.

4. Larutan antiseptik (Povidon lodin 10%).

5. Oksigen dengan regulator.

6. Instrumen

a. Cunam tampon : 1

b. Canam peluru atau tenakulum : 1

c. Klem ovum (Foerster/Fenster clamp) lurus dan kengkung : 2

14

Page 15: Tp Abortus inkomplit

d. Sendok kuret : 1 set

e. Penera kavum uteri (sonde) : 1

f. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1

g. Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 sekali pakai : 2

h. Dilatator II.

7. Persiapa bagi Penolong (Operator dan Asisten)

1. Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung : 3 set.

2. Sarung tangan DTT/sterill : 4 pasang

3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet) : 3 pasang.

4. Instrumen

a.Lampu sorot : 1

b.Mangkok logam : 2

c.Penampung darah dan jaringan : 1

8. Pencegahan Infeksi Sebelum tindakan

9. Tindakan

a. Instruksi asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik. Pethidine-

hanya diberikan apabila tersedia antidotum dan alat resusitasi.

b. Lakukan kateterisasi kandung kemih (lihat prosedur kateterisasi).

c. Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan bukaan

serviks, besar, arah dan konsistensi uterus - Periksa juga kemungkinan

penyulit atau kondisi patologis lainnya.

d. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan

klorin 0,5%.

e. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.

f. Dengan satu tangan masukkan spekulum Sim’s/L secara vertikal ke

dalam vagina,setelah itu putar ke bawah sehingga posisi bilah menjadi

transversal.

15

Page 16: Tp Abortus inkomplit

g. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.

h. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga lumen vagina tampak

jelas) masukkan bilah spekulum atas secara vertikal kemudian putar

dan tarik ke atashingga jelas terlihat serviks.

i. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.

j. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik

yang dijepit dengan cunam tampon), tentukan bagian serviks yang

akan dijepit (jam 11 dan13).

k. Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan.

l. Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas.

m. Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus derngan penera

kavum uteri/sonde. Pegang gagang tenakulum, masukkan klem ovum

yang sesuai dengan bukaan serviks hingga menyentuh fundus

(keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis).

Bila dilatasi serviks cukup besar, lakukan pengambilan jaringan

dengan klem ovum (dorong klem dalam keadaan terbuka

hingga menyetuh fundus, kemudian tutup dan tarik).

Pilih klem yang mempuyai permukaan cincin yang halus dan

rata, agar tidak melukai dinding dalam uterus.

Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi

jaringan yang terjepit atau keluar.

n. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung

sendok kuret (sesuai lengkung uterus) melalui kanalis serviks ke dalam

uteru sehingga menyetuh fundus uteri (untuk mengukur kedalaman).

o. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematik dan searah jarum jam,

hingga bersih (seperti mengenai bagian bersabut). Untuk dinding kavum

uteri yang berlawanan dengan lengkung kavum uteri, masukkan sendok

16

Page 17: Tp Abortus inkomplit

kuret sesuai dengan lengkung uteri, setelah mencapai fundus putar gagang

sendok 180°, baru lakukan pengerokan.

p. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenagi lumen

vagina bagian belakang.

q. Selesainya kerokan ditandai dengan keluarnya buih/ busa pink, kerokan

terasa halus, adanya kontraksi uterus yg ditandai dgn terjepitnya sendok

kuret, dan perdarahan berhenti.

r. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.

s. Lepaskan spekulum bawah.

t. Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke Laboratorium Patologi.

10. Cuci Tangan Pasca Tindakan

11. Perawatan Pasca Tindakan

a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri

instruksi apabila terjadi kelainan/komplikasi.

b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang

tersedia.

c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien.

d. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah

selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

e. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama

perawatan dan kondisi yang harus dilaporkan.9

2.10 Prognosis

Abortus inkomplit yang dievakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi

memberikan prognosis yang baik terhadap ibu. Kecuali adanya inkompetensi

serviks, angka kesembuhan yang terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus

spontan akan berkisar antara 70 dan 85% tanpa tergantung pada pengobatan yang

17

Page 18: Tp Abortus inkomplit

dilakukan 5,8.

2.11 Komplikasi

Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok

akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi

yang lama didalam uterus. Sinekia intrauterine dan infertilitas juga merupakan

komplikasi dari abortus.5

Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase adalah:

1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardi

dan cardiac arrest.

2. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila

perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan

aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan semampunya. Pasien

diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti

segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat di RS.

3. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila pendarahan

sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.

4. Pendarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.

Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.

5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya berupa

pemberian antibitoka yang sensitif terhadap kuman aerobik maupun

anaerobik. Bila ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan

kavum uteri setelah pemberian antibiotika profilaksis minimal satu hari.5

18

Page 19: Tp Abortus inkomplit

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : NNK

Umur : 37 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Ahmad Yani

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Pedagang

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal MRS : 1 September 2012 Pk 08.30

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

Perdarahan pervaginam

Perjalanan Penyakit:

Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 3 hari yang lalu

(29/8/12). Awalnya dikatakan perdarahan berupa flek-flek yang warnanya merah

kecoklatan namun sejak tadi pagi 3 jam SMRS (1/9/12) terdapat gumpalan-

gumpalan darah berwarna hitam, disertai nyeri pada perut bagian bawah, namun

saat ini keluhan nyeri perut sudah berkurang. Riwayat trauma, pingsan dan panas

badan disangkal.

Riwayat telat haid 2 bulan yang lalu. Tes kehamilan pada urin positif pada tanggal

8 Juli 2012 yang pasien periksa di bidan. Riwayat mengkonsumsi obat – obatan

sebelum terjadi perdarahan disangkal oleh pasien. Riwayat memelihara binatang

peliharaan seperti kucing disangkal oleh pasien.

Riwayat menstruasi

Menarche umur 12 tahun, dengan siklus teratur setiap 28 hari, lamanya 3-4

19

Page 20: Tp Abortus inkomplit

hari tiap kali menstruasi.

Hari pertama haid terakhir 8/6/2012

Riwayat nyeri saat menstruasi dirasakan pada hari pertama hingga sekitar hari

ketiga menstruasi. Namun nyeri yang dirasakan tidak sampai mengganggu

aktivitas pasien sehari – hari.

Riwayat perkawinan

Pasien menikah satu kali dengan suami yang sekarang selama ±18 tahun

Riwayat kehamilan

1. ♀, 17 Tahun, 4000 gram, spontan, bidan

2. ♀, 14 Tahun, 3800 gram, spontan, bidan

3. ♀, 8 Tahun, 3700 gram, spontan, bidan

4. Ini

Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Sejak pertama kali mengetahui dirinya hamil, pasien secara rutin

memeriksakan kehamilannya di bidan, sampai saat ini pasien sudah tiga kali

memeriksakan diri ke bidan. Namun pasien belum pernah memeriksakan

kehamilannya ke dokter ataupun rumah sakit.

Riwayat Kontrasepsi

Sebelumnya pasien pernah menggunakan KB suntik 3 bulan dan IUD.

Setelah anak ketiga pasien menggunakan KB IUD dan baru dilepas sekitar 6 bulan

yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu

Asma, penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus disangkal. Riwayat

alergi terhadap makanan maupun obat – obatan disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit pada keluarganya terutama yang

berhubungan dengan genetik. Riwayat adanya keluhan yang serupa dengan pasien

di keluarga disangkal oleh pasien.

3.3 Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

Keadaan umum : Baik Kesadaran : E4V5M6(CM)

20

Page 21: Tp Abortus inkomplit

Tekanan Darah : 120/90 mmHg Nadi : 76 x/menit

Respirasi : 18 x/menit Suhu tubuh : 36,7 °C

Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 54 kg

BMI : 22,47 kg/m2

2. Status General

Kepala : Mata : anemia -/-, ikterus -/-, rp +/+ isokor 3/3 mm

Thorak

Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : ~ status ginekologi

Ekstremitas : ekstremitas hangat, oedema tidak ada pada keempat

ekstremitas

3. Status Ginekologi

Abdomen : Fundus uteri teraba1 jari dibawah simpisis , nyeri tekan

(-), tanda cairan bebas tidak ada, massa (-), distensi (-),

BU (+) normal

Inspekulo : v/v flx (+), fl (-), pØ (+), livide (+), jaringan (+)

VT : flx (+), fl (-), pØ (+), nyeri goyang (-), jaringan (+),

perdarahan aktif (-), corpus uteri antefleksi +/+ > N, cavum

douglasi dalam batas normal.

3.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah lengkap :

WBC 11,08

RBC 4,58

HGB 12,8

HCT 38,5

PLT 245

3.5 Diagnosis

Abortus inkomplit

21

Page 22: Tp Abortus inkomplit

3.6 Penatalaksanaan

Terapi : Kuretase dengan GA

Amoxycillin 3x 500 mg

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Methyl ergometrin 3 x 0,125 mg

SF 1 x 1 tab

Monitoring

Observasi 2 jam pasca kuretase.

KIE

KIE pasien dan keluarga pasien

22

Page 23: Tp Abortus inkomplit

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Diagnosis

Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 3 hari yang

lalu (29/8/12). Awalnya dikatakan perdarahan berupa flek-flek yang warnanya

merah kecoklatan namun sejak tadi pagi 3 jam SMRS (1/9/12) terdapat gumpalan-

gumpalan darah berwarna hitam, disertai nyeri pada perut bagian bawah, namun

saat ini keluhan nyeri perut sudah berkurang. Riwayat trauma, pingsan dan panas

badan disangkal.

Riwayat telat haid 2 bulan yang lalu. Tes kehamilan pada urin positif pada tanggal

8 Juli 2012 yang pasien periksa di bidan. Riwayat mengkonsumsi obat – obatan

sebelum terjadi perdarahan disangkal oleh pasien

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general normal,

Pemeriksaan abdomen fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, tanda

cairan bebas tidak ada, massa tidak ada. Pada inspikulo didapatkan pembukaan

OUE dan tampak jaringan. Dari pemeriksaan dalam didapatkan, terdapat fluksus,

pembukaan ostium uteri eksternum (OUE) dan tampak jaringan.

Pada pasien tersebut, pada anamnesis jelas didapatkan adanya keluhan

telat haid yang mendukung bahwa pasien sedang hamil, walaupun telat haid

bukan merupakan tanda pasti kehamilan. Disamping itu telah dilakukan tes

kencing di bidan swasta sebanyak 1 kali dan di dapatkan hasil tes positif. Selain

adanya keluhan perdarahan pervaginam yang banyak didapatkan juga keluhan

nyeri perut bagian bawah dan tidak ada riwayat trauma fisik. Berdasarkan data

anamnesis tersebut, maka dapat dipikirkan adanya kecurigaan terhadap gejala

abortus. Selain itu jika dilihat dari faktor resiko, pasien memiliki beberapa faktor

resiko untuk terjadinya abortus, antara lain usia pasien dan meningkatnya paritas.

Dimana seperti telah disebutkan pada tinjauan pustaka, bahwa insiden abortus

meningkat seiring bertambahnya usia ( 12 % pada usia 20 tahun dan 50% pada

usia > 45 tahun ) dan meningkatnya paritas dimana saat ini pasien sudah pernah

23

Page 24: Tp Abortus inkomplit

mengandung sebanyak tiga kali. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan

adanya pembukaan ostium uteri eksternum (OUE) dan teraba massa/jaringan

besar dan konsistensi uterus sesuai dengan usia kehamilam 10- 12 minggu

dimana ini sesuai bahwa pada kasus abortus inkomplit, pada pemeriksaan fisik

akan didapatkan pembukaan ostium uteri eksternum, teraba jaringan dan teraba

fundus uteri yang sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.

Berdasarkan gambaran klinis yang jelas inilah kemudian dapat ditegakkan

diagnosanya menjadi abortus inkomplit.

Walaupun demikian jika hanya dari anamnesa saja mungkin cukup sulit

untuk dapat yakin bahwa itu merupakan suatu abortus inkomplit oleh karena

adanya keluhan perdarahan pervaginam pada kehamilan muda, selain abortus

inkomplit perlu juga dipikirkan kemungkinan lain seperti: kehamilan ektopik,

mola hidatidosa, dan kehamilan dengan kelainan pada pelvis. Untuk abortus itu

sendiri, masih harus dipikirkan berdasarkan mekanismenya apakah abortus

spontan atau abortus provokatus oleh karena penatalaksanaannya yang berbeda.

Kemungkinan lainnya yang harus disingkirkan adalah kehamilan ektopik,

namun pada kehamilan ektopik, nyeri merupakan keluhan utamanya. Apalagi jika

sudah terjadi kehamilan ektopik terganggu. Perdarahan pervaginam merupakan

tanda penting kedua yang dapat menandakan kematian janin, dimana perdarahan

tidak banyak dan berwarna coklat tua. Meskipun gejala klinisnya dapat bervariasi

dari perdarahan yang banyak dan tiba-tiba dalam rongga perut sampai gejala yang

tidak jelas, ada trias klasik yang sering didapatkan yaitu, amenore, perdarahan dan

nyeri abdomen. Selain itu pada kehamilan ektopik terganggu dari pemeriksaan

fisik akan teraba fundus uteri yang lebih besar dari umur kehamilan dan teraba

massa adneksa maupun teraba adanya cairan bebas intrabdomen serta tidak

didapatkan adanya pembukaan servik.

Sedangkan kemungkinan yang paling jauh yang dapat dipikirkan adalah

adanya suatu mola hidatidosa. Yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah

kehamilan yang berkembang tidak wajar, dimana tidak ditemukan janin dan

hampir seluruh vili korealis mengalami perubahan hidrotik. Pada mola perdarahan

merupakan gejala utama, dimana sifat perdarahannya bisa intermitten, sedikit-

sedikit atau sekaligus banyak yang dapat menyebabkan syok. Pada kasus dengan

24

Page 25: Tp Abortus inkomplit

perdarahan yang banyak sering disertai dengan pengeluaran gelembung dari

jaringan mola. Pada pemeriksaan fisik, besar uterus tidak sesuai dengan usia

kehamilan (50% kasus menunjukkan besar uterus lebih dari usia kehamilan

sesungguhnya), tidak ditemukan balotement dan denyut jantung janin. Selain itu

pada permulaan kehamilan biasanya pasien mengalami hiperemesis gravidarum,

mual, muntah pusing dengan derajat keluhan yang lebih berat. Perkembangan

kehamilan adalah lebih pesat sehingga pada umumnya didapatkan uterus lebih

besar dari umur kehamilan.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah

pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan tes kehamilan, dan

ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan darah lengkap dapat kita ketahui apakah

terjadi penurunan kadar hemoglobin di bawah normal yang diakibatkan oleh

adanya perdarahan yang benyak. Dapat juga kita dapatkan hitung sel darah putih

dan laju endap darah yang meningkat bahkan tanpa adanya infeksi.2 Pada kasus di

dapatkan hasil dari laboratorium dalam batas normal, sehingga dapat disimpulkan

bahwa perdarahan yang terjadi pada pasien bukanlah perdarahan yang aktif.

Pemeriksaan USG transvaginal berguna untuk mendokumentasikan

kehamilan intrauterin. Pada abortus inkomplit, sakus gestasional biasanya terlihat

gepeng dan ireguler, material ekogenik yang mewakili jaringan plasenta terlihat

dalam kavum uteri.2Dari USG dapat pula menyingkirkan adanya kehamilan

ektopik atau suatu mola hidatidosa. Dengan pemeriksaan USG pada trimester

awal kehamilan, dapat diketahui kehamilan tersebut intra atau ekstra uteri.

Sedangkan pada kasus mola, dengan pemeriksaan USG, menunjukkan gambaran

yang khas yaitu berupa badai salju (snow flake pattern). Pada kasus ini

pemeriksaan USG tidak dikerjakan, karena secara klinis diagnosa abortus

inkomplit dapat ditegakkan dan USG sudah dilakukan sebelumnya di poli klinik.

4.2 Faktor Predisposisi atau Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak

selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada

ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang

mungkin juga disebabkan oleh faktor paternal seperti translokasi kromosom.

Berdasarkan anamnesis kejadian abortus ini adalah kejadian yang pertama

25

Page 26: Tp Abortus inkomplit

kalinya. Penyebab terjadinya abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat

dipastikan. Penyebab lain yang dapat dipertimbangkan adalah faktor nutrisi,

faktor paternal, serta paparan obat-obatan dan toksin lingkungan.

Pada kasus abortus inkomplit ini mungkin dapat lebih diperdalam lagi

sehingga dapat diketahui etiologinya (eksplorasi kausa). Disamping itu, faktor-

faktor lainnya juga harus ditelusuri seperti ada tidaknya kelainan pada plasenta

(end arteritis vili korealis yang dapat dipicu oleh karena hipertensi menahun)

serta adanya penyakit pada ibu antara lain pneumoni, tifus abdominalis, malaria

dan anemia berat, yang juga dapat menyebabkan abortus. Ini sangatlah perlu

untuk memahami faktor-faktor resiko tersebut sehingga dapat membantu

memberikan konseling kepada pasien. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)

kepada pasien merupakan komponen penting untuk memberikan penjelasan yang

benar dan dapat dipahami oleh pasien tentang apa yang ia alami. Oleh karena itu

dapat dianjurkan kepada pasien untuk dilakukannya eksplorasi kausa. Secara garis

besar, terjadinya suatu abortus dapat disebabkan oleh keadaan dari hasil konsepsi

itu sendiri (zygote), adanya penyakit kronis dan infeksi yang diderita oleh ibu,

pengaruh lingkungan misalnya lingkungan fisik (paparan radiasi tertentu, infeksi

oleh TORCH) atau adanya riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang bersifat

teratogenik dan adanya trauma fisik. Selain itu adanya gangguan

hormonal/endokrin juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang berpengaruh.

Disamping itu juga perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan pada

uterus berupa kelainan hormonal yang mempengaruhi endometrium, kelainan oleh

karena factor mekanik (adanya mioma submukus) serta kelainan anatomis

(serviks inkompeten, uterus bikornu, uterus arkuatus, dan lain-lain).

Jika ada kecurigaan bahwa kausanya adalah kelainan pada zigot dimana

defeknya bersifat genetikal maka usaha eksplorasinya bisa berupa pemeriksaan

kromosom (kariotype) karena mungkin saja kelainan genetik pada zigot ternyata

berasal dari gen-gen mutasi baik dari ibu ataupun ayah. Tetapi tentunya

pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya cukup tinggi.

Selain itu pemeriksaan patologi anatomi jaringan yang diklaim akan mengetahui

apakah ada tidaknya suatu keganasan. Namun pada kasus abortus inkomplit ini

tidak dilakukan pemeriksaan PA.

26

Page 27: Tp Abortus inkomplit

Adanya penyakit infeksi akut (pneumonia, malaria) atau penyakit kronis

(diabetes mellitus, Hipertensi kronis, penyakit liver/ginjal kronis) dapat diketahui

lebih mendalam melalui anamnesa yang baik dan terperinci. Penting juga

diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita

infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Hal ini

penting sebagai data dasar untuk nantinya dapat membantu dalam

menghubungkan dengan kejadian ROB. Ketidakjelasan secara klinis adanya

diabetes melitus atau gangguan kronis pada hepar atau ginjal dapat dibantu

dengan pemeriksaan gula darah acak/2 jam pp, tes fungsi hati/ LFT (AST/ALT)

maupun tes fungsi ginjal/ RFT (BUN/SC). Untuk eksplorasi kausa, pemeriksaan-

pemeriksaan diatas dapat dikerjakan.

Jika ingin mengetahui pengaruh faktor lingkungan, maka perlu ditanyakan

tentang lingkungan tempat tinggal ibu, mungkin ada tidaknya riwayat

menjalankan radioterapi, maupun lingkungan kerjanya. Ada tidaknya binatang

seperti kucing yang dianggap sebagai vektor penularan TORCH, penting juga

diketahui. Oleh karena itu boleh disarankan pemeriksaan serologis TORCH untuk

mengetahui titer antibodi terhadap virus ini.

Demikian juga penggunaan obat–obatan tertentu yang dianggap

teratogenik harus dicari dari anamnesa karena jika ada mungkin hal ini merupakan

salah satu faktor yang berperan.

Adanya kelainan anatomis pada uterus misalnya serviks inkompeten

(mudah berdilatasi) atau kelainan bentuk uterus (bikornus) dapat diketahui dari

pemeriksaan USG, HSG (histerosalfingografi), histeroskopi, dan laparoskopi

(prosedur diagnostik).

4.3 Penatalaksanaan

Pada kasus ini pada saat pasien MRS keadaan umumnya stabil, dan tidak

didapatkan tanda-tanda syok. Oleh karena pada pemeriksaan fisik teraba massa

jaringan maka harus dilakukan evakuasi isi uterus dengan kuretase dan

selanjutnya diberikan medikamentosa berupa antibiotika, analgetika dan

uterotonika. Yang penting setelah tindakan adalah observasi dua jam setelah

kuretase untuk monitoring vital sign dan adanya keluhan. Maka dari itu adanya

27

Page 28: Tp Abortus inkomplit

komplikasi seperti perdarahan ringan sampai berat, infeksi, dan kelainan fungsi

pembekuan darah dapat dihindari.

Mengingat komplikasi tindakan ini cukup banyak, maka perlu dilakukan

dengan prosedur yang benar dan hati-hati untuk mengurangi resiko tersebut

seminimal mungkin. Adapun penanganan kasus ini adalah dengan:

Kuretase dengan GA

Medikamentosa

Amoxycillin 3x500 mg

Asam Mefenamat 3x500 mg

Metil Ergometrin 3x1 tab (0,125 mg)

SF 1x1 tab

KIE pasien dan keluarga pasien

Keadaan pasien stabil dan diberikan pengobatan Amoxycillin untuk terapi karena

tindakan yang invasif pada kuretase dapat menyebabkan infeksi. Asam

Mefenamat untuk mengurangi nyeri dan Metil Ergometrin untuk mempertahankan

kontraksi uterus yang mana berperan dalam mengurangi perdarahan.

Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik dan

dipulangkan 2 jam setelah kuretase.

Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian

untuk mengetahui perkembangan penderita.

KIE merupakan hal yang sangat penting didalam kasus ini dimana yang

harus dititik beratkan adalah tentang diagnosis penyakitnya, tindakan apa yang

dilakukan terhadap penyakitnya tersebut, komplikasi apa yang terjadi bila

dilakukan kuretase atau tidak (komplikasi jangka pendek atau panjang), rencana

tentang kehamilan yang berikutnya (3 sampai dengan 6 bulan KB, persiapan

untuk faktor anatomi dan psikologis ibu), kontrol atau evaluasi terhadap tindakan

(febris, nyeri) dan yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab abortus

(untuk persiapan kehamilan beikutnya), disamping itu juga terhadap faktor sosial

dimana harapan masih bisa hamil lagi, prognosis abortus yang berulang atau

tidak.

4.4 Prognosis

28

Page 29: Tp Abortus inkomplit

Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik, dubius ad bonam

karena dengan kuretase berhasil mengeluarkan semua sisa jaringan sehingga

resiko perdarahan menjadi sangat minimal, setelah observasi dua jam pasca

kuretase tidak didapatkan keluhan dan keadaan umum pasien stabil. Selain itu

pada pasien ini tidak didapatkan adanya penyulit atau komplikasi yang

berbahaya misalnya perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.

29

Page 30: Tp Abortus inkomplit

BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus wanita 37 tahun, hamil muda 12-13 minggu yang

mengalami perdarahan pervaginam. Penatalaksanaan awal pada kasus abortus

adalah melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien dan

selanjutnya diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Untuk mengurangi resiko

perdarahan dan komplikasi lain yang mungkin timbul, maka pada kasus abortus

inkomplit ini dilakukan pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase, kemudian

diberikan medikamentosa seperti golongan uterotonika, antibiotika dan analgetik.

Dari hasil pemeriksaan klinis didiagnosa dengan abortus inkomplit.

Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik. Penderita

diberikan obat per oral yaitu Amoxycillin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500

mg, Metil Ergometrin 3x1 tablet, SF 1x1.

Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian

untuk mengetahui perkembangan penderita.

Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi

memberikan prognosis yang baik.

30

Page 31: Tp Abortus inkomplit

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan.

Dalam: Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu

Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 – 312.

2. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS

Sanglah Denpasar. 2003.

3. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap

LC, Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The

McGraw-Hills Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.

4. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA:

McGraw-Hill Companies, 2003 : p. 45 – 55.

5. Rand SE. Recurrent spontaneous abortion: evaluation and management.

In:American

FamilyPhysician.December1993.http://www/findarticles.com/p/articles/

mi_m3255/is_n8_v48/ai_14674724/pg_1

6. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS,

et all. Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.

7. Lindsey.J.L.Missed Abortion. Available from htpp ://

www.emedicine.com/med/topic last update : agust, 2011

8. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of

Spontaneus Abortion. AAFP Home Page>New &

Publications>Joumals>American Family Physician. October 012005;72;1.

9. Disorder of Early Pregnancy (ectopic, miscarriage, GTI) In : Campbell S,

Monga A, editors. Gynaecology. London : Arnold, 2000 ; p. 102-6.

10. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

11. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.

31

Page 32: Tp Abortus inkomplit

12. Dan Valley. Abortion, Incomplete. 2007. Available at:

http://www.emedicine.com/emerg/obstetricsandgynecology.htm. Akses

Tanggal 27 Juli 2012.

32