BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1...

23
11 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 Relaps Relaps atau kambuh merupakan sesuatu yang terjadi secara berulang. istilah ini biasanya digunakan pada kasus sakit atau pada narkotika. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia defenisi kambuh atau relaps adalah kumat lagi atau jatuh sakit untuk kedua kalinya. Menurut Stuard & Laraia 2001 relaps merupakan timbulnya kembali gejala - gejala yang pernah dialami oleh seseorang yang mungkin saja sudah memperoleh kemajuan dan perkembangan. Pada kasus gangguan jiwa kronis, diperkirakan 50% penderita gangguan jiwa kronis akan mengalami relaps pada tahun pertama, dan 70% pada tahun yang kedua. Relaps biasa terjadi karena ada hal-hal buruk yang menimpa penderita gangguan jiwa, seperti diasingkan oleh keluarganya sendiri (Wiramisharjo, 2007). Relaps atau kambuh merupakan keadaan penderita menunjukan kembali gejala setelah remisi dari rumah sakit. Peningkatan angka relaps sangat berhubungan erat

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

11

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Relaps gangguan jiwa

2.1.1 Relaps

Relaps atau kambuh merupakan sesuatu yang

terjadi secara berulang. istilah ini biasanya digunakan

pada kasus sakit atau pada narkotika. Berdasarkan

kamus bahasa Indonesia defenisi kambuh atau relaps

adalah kumat lagi atau jatuh sakit untuk kedua kalinya.

Menurut Stuard & Laraia 2001 relaps merupakan

timbulnya kembali gejala - gejala yang pernah dialami

oleh seseorang yang mungkin saja sudah memperoleh

kemajuan dan perkembangan.

Pada kasus gangguan jiwa kronis, diperkirakan 50%

penderita gangguan jiwa kronis akan mengalami relaps

pada tahun pertama, dan 70% pada tahun yang kedua.

Relaps biasa terjadi karena ada hal-hal buruk yang

menimpa penderita gangguan jiwa, seperti diasingkan

oleh keluarganya sendiri (Wiramisharjo, 2007). Relaps

atau kambuh merupakan keadaan penderita menunjukan

kembali gejala setelah remisi dari rumah sakit.

Peningkatan angka relaps sangat berhubungan erat

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

12

dengan lingkungan rumah, terutama dalam keluarga yang

tidak harmonis, ketidaktahuan keluarga dalam

menghadapi dan merawat penderita (Tomb, 2004).

Andri 2008 menjelaskan relaps merupakan keadaan

pasien yang mana gejala sebelumnya muncul kembali

yang bisa mengakibatkan pasien harus dirawat untuk

kedua kalinya. Keadaan keluarga maupun lingkungan

sekitar yang tidak sesuai dengan keadaan penderita

merupakan poin utama untuk memicu terjadinya relaps.

Ada beberapa aspek yang dapat memicu relaps

penderita antara lain penderita tidak mengkonsumsi obat

dan check up pada dokter secara teratur, kurangnya

dukungan dan pengetahuan keluarga, serta adanya

masalah kehidupan yang dianggap sangat berat yang

bisa membuat stress (Akbar, 2008).

2.1.2 Gangguan jiwa

2.1.2.1 Defenisi gangguan jiwa

Gangguan jiwa merupakan salah satu

masalah kesehatan yang sering terjadi pada

masyarakat. American Psychiatric Association

(1994) dalam Videbeck (2008) mengatakan

bahwa gangguan jiwa sebagai salah satu sindrom

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

13

atau pola psikologis yang terjadi pada seseorang

yang dikaitkan dengan distress (kerusakan fungsi

pada satu area) atau peningkatan kematian atau

muncul karena sangat kehilangan kebebasan.

Gangguan jiwa adalah salah satu bentuk

gangguan dan kekacauan fungsi mental

seseorang atau kesehatannya yang disebabkan

kegagalan untuk merespon sesuatu, baik dari

dalam diri maupun dari luar dirinya. J.P.Chaplin

(1981) dalam Sunaryo (2004) sedangkan

Soeharto Heerdjan (1987) dalam Sunaryo (2004)

mengungkapkan yang dimaksud dengan

gangguan jiwa yaitu apabila keperibadian atau diri

seseorang tidak sanggup atau gagal dalam

menjalankan tugas dan fungsinya.

2.1.2.2 Penyebab gangguan jiwa

Gangguan jiwa atau masalah kesehatan jiwa

yang terjadi pada diri seseorang pastinya

mempunyai faktor penyebab yang memicu

keadaan tersebut, terdapat tiga faktor penyebab

gangguan jiwa menurut Sunaryo (2004) dikutip

dari Kartini Kartono (1999), yakni :

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

14

a. Faktor internal, yaitu pengaruh yang

berasal dari dalam diri individu tersebut,

seperti predisposisi struktur

biologis/jasmani dan jiwa serta struktur

keperibadian yang salah.

b. Faktor eksternal, yaitu pengaruh yang

berasal dari luar diri individu. Masalah

sosial dan kebudayaan yang

mempengaruhi keperibadian seseorang

dan dapat mengubah perilaku orang

tersebut menjadi abnormal.

c. Proses intrapsikis yang salah, yaitu

proses yang berlangsung dalam

keperibadian atau jiwa seseorang.

Pemaksaan batin dari pengalaman

dengan cara yang salah.

Sementara menurut Soeharto Heerdjan (1987)

dalam Sunaryo 2004 ada tiga faktor penyebab

gangguan kesehatan jiwa, yaitu

a. Faktor jasmaniah. Faktor pemicu ini

terjadi secara fisik atau jasmani seperti

infeksi, cedera karena kecelakaan atau

kelainan peredaran darah.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

15

b. Faktor psikologis. Faktor ini lebih ditinjau

dari segi psikis dan perilaku seseorang

seperti terjadi karena adanya konflik jiwa,

stress, kekecewaan dan kurangnya

perhatian orang tua maupun keluarga.

c. Faktor sosial budaya. Faktor penyebab ini

lebih melihat pada sosial seseorang, bisa

terjadi karena kerusuhan sosial,

masyarakat sekitar, serta perubahan

sosial dan budaya secara cepat yang

susah untuk diterima seseorang.

2.1.3 Pasien

Pasien diartikan seseorang yang sedang

mempunyai masalah kesehatan yang memeriksakan

dirinya ke klinik maupun rumah sakit secara teratur

dalam interval tertentu atau yang dikunjungi perawat

atau yang dirawat inap di rumah sakit (Hinchliff, S,

1999). World Health Organization (WHO) secara jelas

menjelaskan bahwa sehat merupakan keadaan ideal

seseorang yang bebas dari segala jenis penyakit, baik

itu secara fisik, mental maupun sosial, begitupun

sebaliknya sakit dapat didefinisikan sebagai keadaan

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

16

yang tidak terbebas dari penyakit, baik fisik, mental

maupun sosialnya.

2.1.4 Faktor – faktor penyebab relaps gangguan jiwa

Sullinger (dalam Keliat, 1996)

mengidentifikasi 4 faktor penyebab relaps penderita

gangguan jiwa dan perlu perawatan rumah sakit, yaitu:

a. Klien

Secara umum klien yang teratur

mengkonsumsi obat mempunyai

kemungkinan untuk relaps/kambuh. Hasil

penelitian menunjukan 25 % sampai 50 %

yang pulang tidak mengkonsumsi obat secara

teratur. Khususnya penderita gangguan jiwa

tidak mampu mengontrol konsumsi obat

secara teratur, sukar untuk diatur dan tidak

mampu dalam pengambilan keputusan.

Pemberian obat dan tugas kontrol selama di

rumah sakit dilakukan oleh perawat

sementara di rumah digantikan oleh anggota

keluarga yang lain.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

17

b. Dokter (pemberi resep)

Mengikuti peraturan dengan minum

obat yang teratur dapat mencegah relaps.

Namun, pemakaian dan mengkonsumsi obat

dengan jangka waktu yang panjang dapat

menimbulkan efek samping, dengan demikian

pemberi resep (dokter) diharapkan tetap

memperhatikan dan mengidentifikasi dosis

teraupetik dan dapat mencegah relaps serta

efek samping penggunaanya.

c. Penanggung jawab pasien(case manager)

Setelah pasien mengalami pembaikan

dan diizinkan pulang atau kembali ke rumah

maka penanggung jawab kasus memiliki

kesempatan yang lebih banyak untuk

bertemu dengan penderita, sehingga dapat

mengidentifikasi gejala dini dan segera

mengambil tindakan atas kondisi penderita.

d. Keluarga

Perilaku dan tindakan keluarga yang

tidak sesuai bisa memicu relaps penderita.

Keluarga memiliki tanggung jawab yang besar

dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa,

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

18

persiapan untuk pulang dan perawatan

selama di rumah agar penderita dapat

beradaptasi dengan lingkungan sekitar

dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku

keluarga dapat membantu proses pemulihan

dan mencegah terjadinya relaps sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup dari

penderita gangguan jiwa tersebut.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Defenisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran kita sebagai

hasil dari penggunaan indera, Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari kenyataan (fakta)

dengan melihat atau mendengar, serta melalui media-

media komunikasi seperti membaca buku, mendengarkan

radio maupun menonton movie atau televisi (Soekanto,

2000).

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

19

2.2.2 Pentingnya pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan aspek yang

sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior). Perilaku yang didasarkan pada pengetahuan akan

lebih langgeng dibandingkan dengan tindakan atau perlakuan

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan

bahwa sebelum orang meniru atau mengadopsi perilaku baru,

di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yaitu :

1. Awareness (kesadaran), yang mana orang

tersebut menyadari dan mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek).

2. interest ( merasa tertarik) sikap tertarik subjek

terhadap objek mulai muncul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang), subjek mulai

melakukan pertimbangan baik dan tidaknya

stimulus atau objek kepada dirinya.

4. Trial, yang mana subjek mulai mencoba untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh stimulus atau objek.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

20

5. Adaption, yang mana subjek telah memiliki

prilaku baru, berprilaku sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus atau objek.

2.2.3 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan

yang dicakupi di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat

suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai

kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

21

menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

22

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007)

pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses belajar seseorang

yang mana terjadi satu proses pertumbuhan,

perkembangan dan satu proses perubahan kearah

yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang

pada dirinya, Keluarga dan masyarakat. Beberapa

penelitian mengenai pengaruh pendidikan

terhadap pertumbuhan dan perkembangan satu

pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu

mempertinggi taraf intelgensi seseorang.

b. Presepsi

Presepsi, mengenal dan memilih objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

23

c. Motivasi

Motivasi merupakan satu dorongan, keinginan dan

tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri

seseorang untuk berfikir dan melakukan sesuatu

dengan mengesampingkan hal - hal yang diketahui

kurang bermanfaat. Untuk mencapai tujuan dan

munculnya motivasi diperlukan motivasi baik itu

yang berasal dari dalam dirinya maupun berasal

dari orang lain atau luar dirinya. Dikatakan motivasi

murni apabila dalam dirinya yang menyadari

pentingnya satu perilaku yang dilakukan

merupakan kebutuhannya.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan

seseorang atau yang pernah dialaminya (diketahui

dan dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan

sesuatu hal yang terekam oleh indera manusia.

Faktor luar atau eksternal yang mempengaruhi

pengetahuan bagi perkembangan dan

pertumbuhan diri / sifat seseorang yaitu meliputi :

lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan

informasi. Lingkungan berperan sebagai faktor

yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

24

perilaku seseorang. Sosial ekonomi, penghasilan

sering dilihat untuk memiliki hubungan antar

tingkat penghasilan dan pemanfaatannya.

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang

mempunyai fungsi penting terhadap pembentukan

kebudayaan yang sehat. Potter & Perry (2005)

mengatakan keluarga dapat diartikan secara biologis,

secara hukum atau sebagai jaringan atau hubungan

sosial baik itu secara personal maupun terbentuk karena

satu ideologi.Defenisi keluarga dapat dilihat dari segi

keluarga berdasakan hubungan darah dan keluarga

berdasarkan hubungan sosial. Keluarga dari segi darah

merupakan satu kesatuan yang diikat oleh darah satu

dengan yang lainnya. Sedangkan keluarga berdasarkan

hubungan sosial yaitu merupakan satu kesatuan yang

dikarenakan karena mempunyai hubungan atau interaksi

yang saling mempengaruhi, meskipun diantara mereka

tidak ada hubungan darah (Shochib, 1998).

Bussard & Ball (1996) dalam Setiadi (2008)

mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lingkungan

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

25

sosial yang paling dekat hubungannya dengan

seseorang. Keluarga lengkap dan menjalankan fungsinya

dengan baik dapat meningkatkan kesehatan anggota

keluarga lainnya dan mungkin dapat meningkatkan

ketahanan keluarga terhadap gangguan jiwa dan

ketidakstabilan emosional. Kesehatan jiwa sebaiknya

dimulai dari keluarga oleh sebab itu kesehatan jiwa

menuntut keluarga untuk menciptakan kondisi yang

kondusif terhadap anggota keluarga yang menderita

gangguan jiwa (Notosoedirdjo Latipun, 2005).

2.3.2 Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008), ada

beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga yaitu :

Fungsi efektif merupakan fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga untuk

berhubungan dan berinteraksi dengan orang

lain/masyarakat.

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk

mengembangkan dan media melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

26

Fungsi reproduksi merupakan fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial dan

menjadi tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu

merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas yang tinggi.

2.3.3 Peran keluarga dalam bidang kesehatan

Agar kesehatan Keluarga sampai pada tujuan,

keluarga harus memiliki peran dalam pemeliharaan

kesehatan anggota keluarganya. Peran dan tugas kesehatan

yang harus dipahami dan dilakukan keluarga menurut Setiadi

2008 yang dikutip dari Feedman 1981, yaitu :

1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggota

keluarga yaitu keluarga mengenal dan memahami

perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga baik itu secara emosional maupun tingkah

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

27

laku yang normal atau tidak normal yang dilakukan

harus menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga. Hal ini sangat berhubungan erat dengan

pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala

gangguan jiwa.

2. Pengambilan keputusan yang tepat untuk keluarga.

Jika terdapat kondisi keluarga yang tidak sesuai atau

bermasalah dengan kesehatan maka keluarga

sebaiknya mengambil keputusan terhadap tindakan

yang akan dilakukan dengan tepat sesuai dengan

keadaan keluarga, apabila keluarga tidak dapat

mengatasi permasalahannya sebaiknya meminta

bantuan orang lain atau dibawa ke petugas

kesehatan.

3. Memberikan keperawatan bagi anggota keluarga

yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya

sendiri karena cacat fisik maupun mental. Fungsi dan

peran ini menjelaskan bahwa keluarga dapat

melakukan perawatan di rumah apabila memiliki

kemampuan sebagai pertolongan pertama untuk

mencegah keparahan yang mungkin bias terjadi.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

28

kepribadian anggota keluarga. Keluarga harus

mampu memberiakan suasana rumah yang kondusif

agar penderita gangguan jiwa bisa lebih tenang dan

nyaman.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara

keluarga dan lembaga kesehatan yang menunjuk

pada pemanfaatan dengan baik layanan kesehatan

yang ada. Untuk kesembuhan penderita gangguan

jiwa keluarga harus memiliki informasi dan

pengetahuan mengenai kesehatn jiwa dan lembaga

petugas kesehatan yang ada

2.3.4 Peranan keluarga dalam memupuk kesehatan jiwa

Menurut Kartini Kartono (2000), faktor sosial paling

utama yang memberikan pengaruh predisposisional baik

atau buruk adalah keluarga. Selanjutnya, keluarga yang

memberikan pengaruh predisposisional psikotis (bisa

berkembang menjadi gangguan jiwa) kepada anak-anak,

para remaja dan lainnya. Dengan ciri sebagai berikut :

a. Keluarga dengan ayah ibu yang tidak mampu

berfungsi sebagai pendidik, yang defisien sebagai

pendidik. Anak-anak akan terganggu kejiwaannya

dan tidak hygienis mentalnya, disebabkan oleh

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

29

banyaknya kekisruhan dan krisis-krisis yang dialami

oleh orang tua. Karena itu anak-anak tadi tidak bisa

menjadi dewasa secara psikis, dan tidak bisa mandir

dalam kedewasaannya.

b. Tidak berfungsinya keluarga sebagai lembaga

psikososial, Orang tua tidak sanggup

mengintegrasikan anak-anak dalam keutuhan

keluarga yang mengakibatkan masing-masing

tercerai-berai. Anak tidak bisa menyalurkan sifat-sifat

kekanakannya lewat penyalur yang wajar. Keluarga

juga tidak mampu memberikan peranan sosial dan

status sosial kepada anak-anak, sehingga hal ini

memusnahkan martabat dan harga diri anak, mereka

merasa sangat kecewa atau putus asa.

Karena itu defisiensi/kerusakan dalam stuktur

keluarga selalu akan memproduksi banyak gangguan

psikis pada anak-anak, yaitu berupa tidak adanya

integrasi dan fungsi-fungsi psikis yang pada akhirnya

dapat mengganggu kejiwaan anak.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

30

2.4 PenelitianTerdahulu

Penelitian dilakukan oleh Asima Sirait dengan judul

Pengaruh Koping keluarga Terhadap Kejadian Relaps Pasien

Skizofernia Remisi Sempurna di RSJD Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2006.

Skizofernia merupakan gangguan psikotik yang bersifat

kronis dan relaps ditandai dengan parahnya kepribadian,

distorsi realita dan ketidakmampuan untuk berfungsi dalam

kehidupan sehari-hari. Kekacauan dan dinamika keluarga

seperti suasana yang penuh perusuhan, terlalu cemas dan

terlalu protektif dengan penderita memegang peranan penting

dalam menimbulkan relaps dan mempertahankan remisi, untuk

itu keluarga memerlukan stategi koping baik untuk menangani

penderita gangguan jiwa. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui pengaruh koping keluarga baik internal maupun

eksternal terhadap kejadian relaps pasien sksizofernia remisi

sempurna di RSJD provinsi Sumatera Utara 2006. Jenis

penelitian yang digunakan adalah study analitik observasional

dengan rancangan penelitian studi kasus control bersifat

retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga

penderit skizofernia remisi sempurna yang dirawat di RSJD

Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 876 orang. Sampel

kasus adalah adalah keluarga penderita skizofernia remisi

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

31

sempurna yang relaps sebanyak 20 orang dan sampel kontrol

adalah keluarga penderita skizofernia remisi sempurna yang

tidak relaps berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel

dilakukan dengan carapurposive sampling. Hasil penelitian

menunjukan bahwa koping eksternal mempunyai pengaruh

yang sangat signifikan terhadap kejadian relaps.

2.5 Kerangaka Konseptual

Variable independen Variabel Dependen

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011), hipotesis diartikan sebagai

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Terdapat 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan hipotesis

alternatif. Hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya

hubungan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya

hubungan antara populasi dengan ukuran sampel. Hipotesis

alternatif merupakan lawan dari hipotesis nol.

Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah

sebagai berikut :

Pasien relaps gangguan

jiwa Pengetahuan keluarga

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

32

H0 : Tidak ada korelasi pengetahuan keluarga

terhadap relaps pasien gangguan jiwa di

RSJD. Dr. Amino Gondohutomo

Semarang.

H1 : Ada korelasi pengetahuan keluarga

terhadap relaps pasien gangguan jiwa di

RSJD. Dr. Amino Gondohutomo

Semarang.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Relaps gangguan jiwa 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9060/2/T1... · pengetahuan keluarga terhadap tanda dan gejala gangguan jiwa. 2. Pengambilan

33