Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

31
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Terkait Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan landasan teori atau konsep terkait serta penelitian terkait tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang skizofrenia dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di Unit Rawat Jalan RS. Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. 1. Konsep Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu yang diperoleh melalui proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik inisiatif sendiri atau orang lain, dengan melihat atau mendengar sendiri tentang kenyataan atau melalui alat komunikasi, seperti radio, televisi, buku, majalah, surat kabar dan lain-lain. Selain itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang baik yang bersifat formal maupun informal. Jadi pengetahuan itu memang mencakup akan ingatan yang pernah dipelajari, baik langsung maupun tidak langsung dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan mengenai kekambuhan misalnya, dapat bermanfaat bagi

description

tahap kekambuhan gangguan jiwa

Transcript of Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

Page 1: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, peneliti akan

menguraikan landasan teori atau konsep terkait serta penelitian terkait tentang

hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang skizofrenia dengan

kekambuhan pada pasien skizofrenia di Unit Rawat Jalan RS. Jiwa Pusat Dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta.

1. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu yang diperoleh

melalui proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang

bersifat formal maupun informal. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek. Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik inisiatif

sendiri atau orang lain, dengan melihat atau mendengar sendiri tentang

kenyataan atau melalui alat komunikasi, seperti radio, televisi, buku, majalah,

surat kabar dan lain-lain. Selain itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui

pengalaman dan proses belajar yang baik yang bersifat formal maupun

informal. Jadi pengetahuan itu memang mencakup akan ingatan yang pernah

dipelajari, baik langsung maupun tidak langsung dan disimpan dalam ingatan.

Pengetahuan mengenai kekambuhan misalnya, dapat bermanfaat bagi

Page 2: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

2

seseorang dalam mencegah kekambuhan pasien skizofrenia dengan

meningkatkan peran keluarga dan mengetahui perawatan yang benar bagi

pasien (Soekidjo, 2003 : 128).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan individu (overt behaviour). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Jadi tanpa pengetahuan individu tidak akan

mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menemukan tindakan

terhadap permasalahan yang dihadapi.

Selain itu kekambuhan pasien skizofrenia tidak akan terjadi atau dapat

diminimalkan bila didasari dengan pengetahuan yang tinggi tentang perawatan

skizofrenia seperti yang dikemukakan oleh (Roger, 1974 dalam Soekidjo,

2003 : 128) mengungkapkan bahwa sebelum individu mengadopsi perilaku

baru, di dalam diri individu terjadi proses berurutan :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus

c. Evaluation, dimana orang menimbang baik buruknya stimulus

d. Trial, dimana orang akan mencoba perilaku baru.

e. Adaptation, orang yang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Demikian halnya dengan keluarga, jika proses tersebut diatas telah

dilalui diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan dan tindakan yang

Page 3: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

3

tepat untuk anggota keluarga yang menderita skizofrenia agar kekambuhan

tidak terjadi.

2. Sikap

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb (salah seorang

ahli psikologi sosial) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk menindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Dalam bagian lain, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai

tiga komponen pokok, yakni:

a. Kepercayan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang di

berikan (objek)

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

Page 4: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

4

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko

3. Konsep Keluarga

a. Definisi

Keluarga merupakan dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain di dalaam peranannya masing-masing dan menciptakan

serta mempertahankan suatu kebudayaan (Salvion G Baylon, et.al, 1989

dalam Dermawan, 2005 : 4).

Keluarga merupakan suatu ikatan atau persekutuan hidup atas

dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, hidup

bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian

dengan atau tanpa anak, baik anak sendiri atau adopsi dan tinggal dalam

sebuah rumah tangga.

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa menurut peneliti,

keluarga merupakan suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, hidup bersama,

Page 5: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

5

berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

b. Fungsi keluarga

1) Fungsi biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan

kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan

anak dengan gizi yang seimbang, memelihara dan merawat anggota

keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.

2) Fungsi psikologis

Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

3) Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-

nilai budaya.

4) Fungsi ekonomi

Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari sumber-

sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan

Page 6: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

6

yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak dan jaminan hari

tua.

5) Fungsi pendidikan

Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak

dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,

membentuk prilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidapan

dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan :

Friedman (1998) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan

oleh keluarga yaitu :

1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarganya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan

tidak sakit.

4) Memodifikasi suasana rumah yang mendukung kesehatan keluarga

serta perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan

lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan kemanfaatan dengan

baik fasilitas kesehatan yang ada.

Page 7: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

7

d. Perawatan skizofrenia oleh keluaarga

1) Menurut (Setiadi 2006) beberapa hal penting yang harus dilakukan

keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia

dalam sistem mereka dan cara mengatasinya adalah:

a) Aktif mencari informasi/psikoedukasi.

Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-

gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantuan

medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia

merupakan sebagian informasi vital yang sangat dibutuhkan

keluarga. Informasi yang tepat akan menghilangkan saling

menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat

berharap secara realistis dan membantu keluarga mengarahkan

sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif.

Pemberian informasi yang tepat dapat dilakukan dengan suatu

program psikoedukasi untuk keluarga.

b) Sikap yang tepat adalah SAFE ( Sense of humor, Accepting the

illnes, Familliy balance, Expectations which are realistic).

c) Menurut Torrey (1988) dalam Iman Setiadi, keluarga perlu memiliki

sikap yang tepat tentang skizofrenia, disingkatnya sikap-sikap yang

tepat itu dengan SAFE.

d) Support group

Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka

Page 8: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

8

seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila

keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga

skizofrenia bergabung bersama maka beban mereka akan terasa

lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi

yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi

keluarga yang kurang mampu. Upaya peredaan ketegangan

emosional secara kelompok juga akan lebih efektif dan lebih murah.

e) Family therapy(Object relations family therapy)

Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya

membantu keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat

kohesivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.

f) Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri

sipenderita seperti melibatkan dalam kegiatan sehari-hari dan

mereka harus sabar dan menerima kenyataan.

Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat

penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia. Menerima

kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses

penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap

bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan

penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan

membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar.

Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik.

Page 9: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

9

Pasca perawatan bisanya penderita akan dikembalikan pada

lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar

artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing

kembali emosi penderita. Yang penting usaha-usaha prevenif berupa

hindari frusrtasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-

kontak sosial yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap

hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa kebranian.

Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh

problem yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung

jawab agar tidak membebani penderita dan dapat mengurangi stres

jangka pendek. Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak

masuk akal, agar lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain

dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama. Seperti

mendengarkan musik, melukis, nonton tv, atau menunjukkan perhatian

tanpa bercakap-cakap.

Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat

anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau tanpa

informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini

perhatian perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga

terhadap timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita

dapat ditentukan dengan apa yang disebut EE(Emotional Expresion)

yang terdiri atas kritikan atau komentar negatif, emotional over

involvment, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan

Page 10: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

10

kehangatan. Bila keluarga EEnya tinggi maka kekambuhan akan

tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka kekambuhan pun

akan rendah.

2) Menurut Nurhaeni dkk (2002) adalah fokus pada pencegahan

kekambuhan klien gangguan jiwa antara lain:

a) Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin

b) Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan

keesehatan sedini mungkin

c) Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, cacat atau

memerlukan bantuan dan menanggulangi keadaan darurat kesehatan

d) Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat

e) Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

f) Melaksanakan program rekreasi misalnya: mengajak klien nonton

bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi

g) Melaksakan kegiatan sosial dan keagamaan misalnya: mengajak

klien arisan bersama,mengajak pergi ke Pura,pengajian dll.

h) Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti:

pendekatan pada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh

dalam rangka mensosialisakan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.

i) saling terbuka dan tidak ada diskriminasi

j) Saling menghargai dan mempercayai

k) Menghadapi ketegangan dengan tenang dan menyelesaikan masalah

kritis/darurat secara tuntas dan wajar.

Page 11: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

11

4. Skizofrenia

a. Pengertian

Ada beberapa pendapat tentang pengertian skizofrenia yaitu menurut

(Gunadi, 2008) Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang

berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada

skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan

perilaku. Jadi, skizofrenia mengacu kepada perpecahan ego-aspek rasional

dalam jiwa-sehingga penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara alam

khayal dan alam riil. (Kraepelin dalam Maramis 2005: 215) menyebutkan

“dementia pre cock” karena skizofrenia mengalami kemunduran intelegensi

sebelum waktunya. (Bleuler dalam Maramis 2005: 217) menggunakan

istilah skizofrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih

menekankan pola perilaku, yaitu tidak adanya integrasi otak yang

mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan demikian tidak ada

kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi terhadap kenyataan

yang sebenarnya.

b. Penyebab skizofrenia

Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,

walaupun begitu banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa

teorinya. Fortinash (1996) membagi penyebab skizofrenia sebagai berikut :

Page 12: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

12

1) Faktor biologi (teori-teori somatogenesis)

Fakor ini meliputi faktor genetik (keturunan), Biochemistry

(ketidakseimbangan kimiawi otak), Neuroanatomy (abnormalitas

struktur otak).

a) Faktor-faktor genetik (keturunan)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi

seseorang sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang mengalami

skisofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-

keluarga tentang skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu

telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi

saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua

yang menderita skizofrenia 7-16%; bagi kedua orang tua menderita

skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur (heterozygote) 2-15%;

bagi kembar satu telur (monozygot) 61-86% (Maramis 2005: 215).

b) Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)

Beberapa bukti menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin

berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut

neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-

neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan

bahwa skizofrenia berasal dari neurotransmitter dopamine yang

berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan

sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang

berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak

Page 13: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

13

cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain serotonin

dan norephinephrine tampaknya juga memainkan peran.

c) Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak).

Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para

ilmuwan untuk menemukan abnormalitas struktural spesifik pada

otak klien skizofrenia. Misalnya, klien skizofrenia yang kronis

cenderung memiliki ventrikel otak yang lebih besar. Mereka juga

memiliki volume jaringan otak yang lebih sedikit daripada orang

normal. Klien skizofrenia menunjukkan aktivitas yang sangat

rendah pada lobus frontalis otak. Ada juga kemungkinan

abnormalitas di bagian-bagian lain otak seperti di lobus temporalis,

basal ganglia,thalamus,hippocampus, dan superior temporal

gyrus.

*)

G

ambar 2.1 : Struktur otak normal dan otak pasien skizofrenia

Page 14: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

14

Sumber : http://www.sivalintar.com/skizofrenia.html

Gambar 2.2 : Gangguan Pada Struktur otak pasien skizofrenia

Magnitic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan

perbedaan struktural antara otak orang dewasa normal di sebelah

kiri dengan otak klien skizofrenia di sebelah kanan. Otak klien

skizofenia menunjukkan pembesaran ventrikel, namun tidak semua

klien skizofrenia menunjukkan abnormalitas ini.

2) Teori Model Keluarga

Memang tidak ada teori yang mendemonstrasikan bahwa

atribut keluarga merupakan penyebab dari skizofrenia tetapi

beberapa pola asuh keluarga menyebabkan gangguan

Page 15: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

15

perkembangan anak, seperti : keluarga dengan “double blind” bisa

menyebabkan kecemasan, rasa bersalah dan kebingungan pada

anak, pada anggota keluarga yang salah satu atau kedua orang

tuanya menderita skizofrenia akan membuat anak tidak memiliki

role model yang baik untuk perkembangannya.

3) Teori budaya dan Lingkungan

Skizofrenia dapat terjadi pada semua status sosial ekonomi

tetapi seringkali lebih banyak ditemukan pada kelompok dengan

kemampuan sosial ekonomi rendah. Seperti dikatakan Kaplan

(2002) bahwa klien Skizofrenia lebih banyak ditemukan pada

kelompok dengan kemampuan sosial ekonomi rendah dan

mempunyai permasalahan yang komplek. Hal ini terjadi karena

kelompok ini lebih banyak mengalami stress.

4) Teori Belajar

Perilaku, perasaan dan cara berpikir seseorang diperoleh

dari belajar. Jika dalam proses belajarnya sehari-hari, individu

berinteraksi dengan klien skizofrenia maka hal ini bisa

mempengaruhi individu tersebut seperti dikatakan Sullivan dan

Fortinash (1996) bahwa perasaan, cara berpikir, dan berperilaku

tumbuh dari pengalaman individu dengan orang lain.

Page 16: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

16

c. Gejala Skizofrenia

Pada skizofrenia tidak terdapat gejala yang patognomik khusus.

Untuk mempermudah pengenalan dalam praktik, (PPDGJ III, 2001 : 46)

membagi dalam kelompok-kelompok :

1) Delusi (waham)

Suatu delusi atau waham adalah suatu keyakinan yang salah

yang tidak dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien atau

pendidikannya; pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang lain bahwa

keyakinannya salah, meskipun banyak bukti kuat yang dapat diajukan

untuk membantah keyakinan pasien tersebut (Arif, 2006 : 17). Ada

beberapa jenis delusi :

a) Grandeur (waham kebesaran)

Pasien yakin bahwa mereka adalah seseorang yang sangat

luar biasa,misalnya seorang artis yang terkenal, atau seorang nabi

atau bahkan merasa dirinya adalah Tuhan.

b) Guilt (waham rasa bersalah)

Pasien merasa bahwa dirinya telah melakukan dosa yang

sangat besar.

c) Ill Health (waham penyakit)

Pasien yakin bahwa dirinya mengalami penyakit yang

sangat serius.

d) Jealousy (waham cemburu)

Pasien yakin bahwa pasangannya telah berlaku tidak setia.

Page 17: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

17

e) Passivity (waham pasif)

Pasien yakin bahwa mereka dikendalikan atau dimanipulasi

dari berbagai kekuatan dari luar, misalnya oleh suatu pancaran

sinyal radio makhluk Mars.

f) Persecution (waham kejar)

Pasien merasa dikejar-kejar oleh pihak-pihak tertentu yang

ingin mencelakainya.

g) Poverty (waham kemiskinan)

Pasien takut mereka mengalami kebangkrutan, dimana pada

kenyataannya tidak demikian.

h) Reference (waham rujukan)

Pasien merasa mereka dibicarakan oleh orang lain secara

luas misalnya menjadi pembicaraan masyarakat atau disiarkan di

televisi.

2) Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah dimana tidak

terdapat stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi

dapat berwujud pengindraan kelima indra yang keliru, tetapi yang

paling sering adalah halusinasi dengar (auditory) dan halusinasi

penglihatan (visual). Contoh halusinasi : pasien merasa mendangar

suara-suara yang mengajaknya bicara padahal kenyataannya tidak ada

orang yang mengajaknya bicara; atau pasien merasa ia melihat

sesuatu yang pada kenyataanya tidak ada.

Page 18: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

18

3) Disorganized speech (pembicaraan kacau)

Dalam pembicaraan yang kacau, terdapat asosiasi yang terlalu

longgar. Asosiasi mental tidak diatur oleh logika, tetapi atran-aturan

tertentu yang hanya dimiliki oleh pasien.

4) Disorganized behaviour (tingkah laku kacau)

Berbagai tingkah laku yang tidak terarah pada tujuan tertentu.

Misalnya membuka baju depan umum, berulang kali membuat tanda

salib tanpa makna, dan lain-lain.

5) Gejala-gejala negatif : apatis, pembicaraan yang terhenti, dan respon

emosional yang menumpul atau tidak wajar. Biasanya menarik diri

dari pergaulan sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut

tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Waham rasa bersalah Halusinasi pendengaran Disorganized behavior

Disorganized speech Gejala negatif: menarik diri Orang gila dikurung

Gambar 2.3: Gejala-gejala Skizofrenia.

Page 19: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

19

d. Jenis- jenis skizofrenia

Menurut (Twosend 1998: 143), skizofrenia dapat dibagi menjadi

beberapa diantaranya:

1) Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia katatonik dimanifestasikan dalam bentuk stupor

ditandai dengan retardasi psikomotor, multisme, kelenturan seperti

lilin, negativisme egoiditas, atau kegaduhan (agitasi psikomotor) yang

ekstern, yang dapat menyebabkan kelelahan/ kemungkinan melukai

diri sendiri atau orang lain jika tidak segera di kontrol.

2) Skizofrenia paranoid

Skizoprenia paranoid dikarakteristikan dengan adanya

kecurigaan ekstern, terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham

kejar/ kebesaran.

3) Skizofrenia tak terinci

Dikarakteristikkan dengan adanya gejala psikosis (waham

halusinasi, inkoherensi atau perilaku kacau yang sangat jelas) yang

mungkin memenuhi lebih dari satu tipe/ kelompok kriteria

skizofrenia.

4) Skizofrenia residual

Perilaku pada skizofrenia adalah eksentrik tetapi gejala

psikosis saat diperiksa/ dirawat tidak menonjol. Menarik diri dan efek

yang tidak serasi merupakan karakteristik dari kelainan ini. Pasien

Page 20: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

20

memiliki riwayat paling sedikit satu episode skizofrenia dengan gejala

yang menonjol.

5) Skizofrenia hebifrenik

Dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak bertanggung

jawab dan tidak dapat diramalkan, mannerisme. Ada kecendrungan

untuk selalu menyendiri. Perilaku menunjukkan hampa tujuan/ hampa

perasaan, afek pasien dangkal, dan tidak wajar. Sering disertai

cekikikan atau perasaan puas sendiri, senyum, sendiri, proses pikir

mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta

inkoheren.

e. Dampak Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Menurut Keliat (1995), dampak skizofrenia antara lain :

1) Aktifitas hidup sehari- hari

Mengelami gangguan dalam melakukan fungsi dasar mandiri,

misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi yang kurang.

2) Hubungan interpersonal

Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri,

terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan

proses adaptasi klien terhadap klien dan lingkungan kehidupan yang

kaku dan stimulus yang kurang. Klien yang aktif dalam kegiatan

sosial, cendrung tidak kronis, bekerja, kawin dan berfungsi baik di

masyarakat.

Page 21: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

21

3) Sumber koping

Isolasi sosial, kurangnya sistim pendukung dan adanya

gangguan fungsi pada klien menyebabkan kurangnya kesempatan

koping untuk menghadapi stress. Akibatnya koping klien melemah.

4) Harga Diri Rendah

Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi

kekurangannya tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari

kegagalan( takut gagal) dan tidak berani mencapai sukses.

5) Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan/interest yang

dimiliki dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu atau

sebelum sakit dan saat mengalami gangguan jiwa fungsi sebagai

kekuatan atau ketrampilan yang dimiliki mengalami kemunduran

akibat menurunnya fungsi otak

6) Motivasi

Klien yang mengalami gagal yang berulang. Ia tak dapat

memenuhi harapannya sendiri, maupun harapan teman, keluarga, dan

masyarakat. Situasi ini akan bertambah berat jika lingkungan

mengucilkan klien.

7) Kebutuhan terapi yang lama

Fakta yang membantu klien tetap di masyarakat (keluarga)

adalah pengobatan dan program after care.

Page 22: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

22

f. Pengobatan Skizofrenia.

Pengobatan skizofrenia terdiri dari farmakoterapi dan terapi

elektrokonvulsi :

1) Farmakoterapi yaitu terapi yang diberikan pada klien skizofrenia

berupa obat-obatan neuroleptika yang mempunyai efek anti psikosa

dan anti skizofrenia serta efek anti cemas, anti depresi dan anti agitasi.

Obat-obat anti psikosa tersebut adalah Chlorpromazine, haloperidol,

perfenazin, flufenazin, levomepromazine, trifluoferazin, thioridazine,

pimozide, risperidon (Maramis, 2005: 462). Dampak dari penggunaan

obat di atas yaitu mulut kering, pendangan mengabur, sulit

berkonsentrasi, sehingga banyak orang menghentikan pengobatan

mereka. Selain itu juga terdapat dampak yang lebih serius dalam

beberapa hal, misalnya tekanan darah rendah dan gangguan otot yang

menyebabkan gerakan mulut dan dagu yang tidak disengaja

2) Terapi elektrokonvulsi yaitu terapi kejut listrik untuk memperpendek

serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan klien. Akan

tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.

Biasanya setelah diberikan terapi ini klien menjadi tidak sadar

seketika. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah kebingungan

sesudah konvulsi kadang-kadang hebat, klien dapat menjadi sangat

gelisah, agresif atau destruktif. Klien harus diawasi oleh beberapa

orang dan biasanya sesudah beberapa menit atau paling lama 10 menit

klien sudah tenang kembali. Jika seorang klien sesudah terapi

Page 23: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

23

elektrokonvulsi yang pertama bereaksi tenang maka untuk selanjutnya

ia akan tenang juga. Sebaliknya, jika klien mengalami kebingungan

pre-konvulsi maka untuk selanjutnya ia akan gelisah juga sesudah

terapi elektro konvulsi.

5. Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia

a. Pengertian Kekambuhan

Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah nampaknya

mereda. Kekambuhan menunjukkan kembalinya gejala-gejala penyakit

sebelumnya cukup parah dan mengganggu aktifitas sehari-hari dan

memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal. Menurut

Dorland ( 2002).

Berbeda halnya dengan Suntannui, et all (1995) kekambuhan

menunjukkan penderita yang telah mengalami penyembuhan atau

perbaikan dari gangguan atau penyakit yang secara berurutan mengalami

kembali gejala-gejala gangguan atau penyakit tersebut.

b. Penyebab kekambuhan

Penyebab kekambuhan yaitu tidak teratur minum obat, dosis obat

tidak sesuai, tidak ada dukungan dari keluarga, adanya masalah yang tidak

teratasi (PKMRS, Dr. Soetomo Surabaya).

Page 24: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

24

c. Faktor-faktor penyebab kekambuhan

Menurut Keliat (1998) faktor-faktor penyebab kekambuhan terdiri dari :

1) Klien

Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal meminum obat dengan

teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Klien skizofrenia

khususnya sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan

realitas dan ketidakmampuan membuat keputusan.

2) Penanggung jawab klien

Setelah klien pulang ke rumah, maka perawat puskesmas tetap

bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah. Penanggung

jawab kasus mempunyai lebih banyak kesempatan untuk bertemu klien

sehingga dapat melihat gejala dini dan segera melihat tindakan.

3) Keluarga

Penelitian yang sama di Inggris dan Amerika Serikat menyatakan bahwa

keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik,

banyak melibatkan diri dengan klien), diperkirakan mengalami

kekambuhan dalam waktu 9 bulan. Hasilnya, 57 persen kembali dirawat

dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17 persen kembali

dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah. Terapi keluarga

dapat diberikan untuk menurunkan ekspresi emosi.

Page 25: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

25

d. Tahap-tahap Kekambuhan

Menurut Hertz Oit Stuart dan Sundeen ( 1999 ), kekambuhan dibagi menjadi

5 tahap, yaitu :

1) Overextension

Tahap ini menunjukkan ketegangan yang berlebihan. Pasien mengeluh

perasaannya terbebani. Gejala dari cemas intensif dan energi yang besar

digunakan untuk mengatasi hal ini .

2) Restricted Consciousnes

Tahap ini menunjukkan pada kesadaran yang terbatas. Gejala yang

sebelumnya cemas, digantikan oleh depresi.

3) Disinhibition

Penampilan pertama pada tahap ini adalah adanya hipomania dan biasanya

meliputi munculnya halusinasi (halusinasi tahap I dan II) dan delusi, di

mana pasien tidak lagi mengontrol defense mekanisme sebelumnya telah

gagal disini. Hipomania awal ditandai dengan mood yang tinggi.

Kegembiraan optimisme dan percaya diri. Gejala lain dari hipomania ini

adalah rasa percaya diri yang berlebihan, waham kebesaran, mudah

marah,senang bersukaria dan menghamburkan uang, euforia.

4) Psikotic disorganization

Pada saat ini gejala psikotik sangat jelas dilihat. Tahap ini diuraikan

sebagai berikut

1) Pasien tak lagi mengenal lingkungan/ orang yang familiar dan

mungkin menuduh anggota keluarga menjadi penipu. Agitasi yang

Galih
Highlight
Page 26: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

26

ekstrim mungkin terjadi, fase ini dikenal sebagai penghancuran dari

dunia luar.

2) Pasien kehilangan identitas personal dan mungkin melihat dirinya

sendiri sebagai orang ke-3. Fase ini menunjukkan kehancuran pada

diri.

3) Total fragmentation adalah kehilangan kemampuan untuk

membedakan realitas dari psikosis dan kemungkinan dikenal sebagai

loudly psychotik.

5) Psychotic Resolution

Tahap ini biasanya terjadi di rumah sakit. Pasien diobati dan masih

mengalami psikosis tetapi gejalanya berhenti atau diam.

B. Kerangka Teori

Untuk lebih jelasnya kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4: Skema Kerangka Teori

Dukungan Keluarga:1.Pengetahan2. Sikap3.Perilaku

SKIZOFRENIA

Keteraturan Minum Obat

Masalah Tidak Teratasi

Dosis Obat

Penanggung Jawab Klien

Karakteristik Keluarga:1. Usia2. Jenis Kelamin3. Pendidikan 4. Pekerjaan5. Penghasilan6. Agama7. Suku

Page 27: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

27

Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan teoritis yang

dibuat oleh peneliti.

Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, dan Sikap (attitude) merupakan reaksi

atau respons seseorang yanng masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek. Menurut Newcomb (salah seorang ahli psikologi sosial) menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk menindak, dan

bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Tanpa pengetahuan dan sikap,

keluarga tidak akan mempunyai dasar dalam pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan klien skizofrenia agar tidak

mengalami kekambuhan. Pengetahuan dan sikap individu tentang

skizofrenia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keinginan keluarga

agar klien bisa sembuh.

Pengetahuan dan sikap keluarga mempengaruhi kekambuhan

pasien skizofrenia sehingga dikategorikan menjadi dua yaitu klien

skizofrenia tidak kambuh dan klien skizofrenia kambuh ke Unit Rawat

Jalan.

C. Penelitian Terkait

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul ”hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap keluarga tentang skizofrenia dengan kekambuhan

pasien skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rs. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Page 28: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

28

Jakarta” ini belum pernah dilakukan. Dalam penelusuran peneliti,

beberapa penelitian yang berhubungan adalah :

1) Dalam penelitian Afif Udin (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian skizofrenia yang dirawat inap di rumah

sakit Marzuki Mahdi Bogor” penelitian ini adalah penelitian diskriptif

analitik dengan menggunakan desain crossetional. Jumlah populasi

1404 penderita dengan jenis skizofrenia sebanyak 1087 pendeita dan

317 penderita lainnya. Hasil penelitian adalah kecendrungan

peningkatan kejadian skizofrenia yang dirawat inap dari tahun 1998

sampai 2001. Proporsi kejadian skizofrenia lebih tinggi pada kelompok

umur 15-45 tahun, jenis klamin laki-laki, pendidikan SLTA kebawah

dan tingkat ekonomi menengah kebawah. Seseorang yang mempunyai

riwayat pekerjaan berpeluang lebih besar terhadap kejadian skizofrenia

dibandingkan dengan tidak mempunyai pekerjaan. Faktor-faktor yang

secara statistic bermakna terhadap kejadian skizofrenia adalah yang

positif mempunyai riwayat faktor keturunan dan yang mempunyai

riwayat pekerjaan sebagai faktor risiko. Untuk sosek yang rendah dan

yang dirawat kurang dari 30 hari sebagai factor protektif.

2) Dalam penelitian Anindito Widyantoro (2003) dengan judul “faktor-

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan keluarga penderita

skizofrenia membawa keluarganya yang sakit berobat jalan di RS jiwa

Propinsi Lampung” Hasil penelitian adalah sebagai berikut : pertama

keluarga penderita skizofrenia yang tidak patuh membawa penderita

Page 29: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

29

berobat jalan di Rumah Sakit Jiwa Lampung sebesar 59,4% dan yang

patuh 40,6%. Kedua faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang

bermakna dengan kepatuhan berobat jalan adalah, bianya pengobatan

p=0,012 dan kemudahan transportasi p=0,012.

3) Dalam penelitian Nurdiana (2007) dengan judul “Hubungan

pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Klien

Skizofrenia Di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin.

yaitu diketahui bahwa 11 responden (36,7%) memiliki tingkat

pengetahuan rendah tentang skizofrenia dan 19 responden (63,3%)

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang skizofrenia serta 8

responden (26,7%) memiliki sikap negatif tentang skizofrenia dan 22

responden (73,3%) mempunyai sikap positif tentang skizofrenia. Pada

studi ini penulis menggunakan desain Cross Sectional. Sampel yang

penulis teliti adalah keluarga dari klien yang menderita skizofrenia di

Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Saat penulis

melakukan penelitian seluruh sampel berjumlah 30 orang, pengambilan

data dengan non Probabilty Samplng tipe Porposif Sampling, data yang

diproses dengan menggunakan Chi-Square dengan angka signifikan(p)

< 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan keluarga dengan tingkat kekambuhan

klien skizofrenia (P = 0,006), terdapat hubungan sikap keluarga dengan

tingkat kekambuhan klien skizofrenia (P = 0,012). Tingkat

kekambuhan tinggi bila klien dalam satu tahun kambuh lebih dari atau

Page 30: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

30

sama dengan 3,dan rendah bila kurang dari 2 kali atau sama dengan 2

pertahun Dari penjelasan studi ini penulis menyimpulkan bahwa

pengetahuan yang tinggi dan sikap keluarga yang positif akan

memperkecil tingkat kekambuhan klien skizofrenia.

4) Dalam penelitian Ni Luh Putu Titim Remiati (2008) dengan judul

“Hubungan Pengetahuan dan motivasi keluarga dengan kepatuhan

berobat pada klien skizofrenia di unit rawat jalan RS. Jiwa Pusat Dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta”. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

responden dengan pengetahuan rendah dengan tidak patuh sebanyak 29

responden (64,4%) dan 16 responden (35,6%) dengan patuh.

Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak

26 responden (32,9%) dan 53 responden (67,1%) dengan patuh. Dari

hasil uji statistik (Chi Square) di dapatkan P value adalah 0,001 yang

berarti P value lebih kecil dari (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden

dengan kepatuhan berobat pada klien skizofrenia. Populasi yang

diambil pada penelitian ini adalah keluarga klien skizofrenia yang

membawa anggota keluarganya untuk kontrol ke Unit Rawat Jalan

Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan dari bulan April

sampai dengan bulan Juni 2008. Jumlah sampel sebanyak 124

responden. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

Page 31: Tahap Kekambuhan gangguan jiwa

31

keluarga dengan kepatuhan berobat (P = 0,001), hubungan motivasi

keluarga dengan kepatuhan berobat (P = 0,008).

5) Dalam penelitian Indarini Dyah SS (2009) dengan judul “Hubungan

Antara Bentuk Dukungan Keluarga Dengan Periode Kekambuhan

Penderita Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Soeroyo Magelang”. Sampel yang diambil adalah 86 responden. Pada

studi ini penulis menggunakan desain Cross Sectional. Hasil penelitian

menunjukan : 72,1% keluarga mempunyai tingkat dukungan keluarga

yang baik dan 27,6% mempunyai bentuk dukungan yang buruk. 68,9%

mempunyai periode kekambuhan yang jarang dan 31,4% penderita

gangguan jiwa mempunyai periode kekambuhan yang sering. Ada

hubungan antara bentuk dukungan keluarga dalam mencegah

kekambuhan dengan periode kekambuhan penderita gangguan jiwa

dengan signifikansi p value = 0,002.