Bab 3 Eklampsia
-
Upload
ulan-nopputri -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Bab 3 Eklampsia
BAB 3
PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA
PENGERTIAN
Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia (Duley,1994). Insidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700 (Crowther, 1985), karena itu kejadian kejang ini harus dihindarkan.
Dalam suatu studi multisenter, multinasional untuk membandingkan berbagai cara pengobatan, telah dibuktikan bahwa Magnesium sulfat merupakan obat yang paling efektif untuk mengatasi kejang pada eklampsia dibandingkan dengan obat lain misalnya diazepam. Untuk itu direkomendasikan menjadi obat terpilih dalam pengobatan eklampsia (The Eclampsia Collaborative Trial Group, 1995, Neilson, 1995, Lucas, Levano and Cunningham, 1995).
Dalam Cochrane Eclampsia Review, Dudley dan Henderson-Smart (1995), Attallah (1997) menyatakan bahwa Magnesium sulfat dapat digunakan dengan mudah di negara berkembang, karena obat ini tidak mahal dan tidak memerlukan teknologi tinggi dalam penerapannya. Magnesium sulfat hendaknya digunakan sebagai standar pembanding bagi obat lain untuk mengatasi kejang pada eklampsia.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian mutakhir sangat mendukung penggunaan Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang eklampsia dan harus direkomendasikan sebagai obat terpilih.
Eklampsia merupakan salah satu sebab utama kematian ibu di semua negara dan mengakibatkan sekitar 50.000 kematian ibu di dunia setiap tahun.Magnesium sulfat menjadi obat terpilih di semua negara untuk pengelolaan Preeklampsia/ Eklampsia.
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu untuk melakukan penilaian klinik, klasifikasi dan penatalaksanaan serta mencegah komplikasi hipertensi karena kehamilan.
TUJUAN KHUSUS
Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan memiliki kemampuan untuk: Mengenali gejala dan tanda hipertensi karena kehamilan dan menentukan
diagnosis yang paling mungkin dalam hubungan dengan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan (pregnancy induced hypertension) dan hipertensi kronik pada ibu hamil.
Melakukan penatalaksanaan Preeklampsia / Eklampsia dan Hipertensi kronik pada ibu hamil
Melakukan pemberian obat anti kejang (Magnesium sulfat dan Diasepam) serta obat anti hipertensi dalam penatalaksanaan Preeklampsia Berat dan Eklampsia
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3-1
PRINSIP DASAR
MASALAH
Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau penglihatan kabur
Wanita hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan kesadaran/ koma
PENANGANAN UMUM
Segera rawat Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum, sambil mencari riwayat
penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya Jika pasien tidak bernafas:
- Bebaskan jalan nafas- Berikan O2 dengan sungkup- Lakukan intubasi jika diperlukan
Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:- Bebaskan jalan nafas- Baringkan pada satu sisi- Ukur suhu- Periksa apakah ada kaku kuduk
Jika pasien syok Lihat Penanganan Syok Jika terdapat perdarahan Lihat Penanganan Perdarahan
Jika pasien kejang (Eklampsia)
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah
Bebaskan jalan nafas Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur
3-2 Buku Acuan
PENILAIAN KLINIK
GEJALA DAN TANDA
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:- Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum- Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3-3
TEKANAN DARAH
MENINGKAT(TD 140/90 mmHg)
NORMAL
Gejala/tanda lain Gejala/tanda lain
Nyeri kepala dan/atauGangguan penglihatan dan/atauHiperrefleksia dan/atauProteinuria dan/atauKoma
KejangRiwayat kejang (+)Demam (-)Kaku kuduk (-)
DemamNyeri kepalaKaku kuduk (+)Disorientasi
TrismusSpasme otot muka
Nyeri kepalaGangguan penglihatanMuntahRiwayat gejala serupa
Hamil < 20 minggu Hamil > 20 minggu
Hipertensi kronik
Superimposed preeclampsia
Kejang (-) Kejang (+)
EklampsiaHipertensi Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
EPILEPSI MALARIA SEREBRALMENINGITIS
ENSEFALITIS
TETANUS MIGRAINE
Skema 1: Penilaian Klinik Preeklampsia dan Eklampsia
DIAGNOSIS
TEKANAN DARAH TANDA LAIN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN Hipertensi
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Eklampsia
Kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau 90 mmHg dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam
Idem
Tekanan diastolik > 110 mmHg
Hipertensi
Proteinuria (-)Kehamilan > 20 minggu
Proteinuria 1+
Proteinuria 2+OliguriaHiperrefleksiaGangguan penglihatanNyeri epigastrium
Kejang
HIPERTENSI KRONIK Hipertensi kronik Superimposed
preeclampsia
HipertensiHipertensi kronik
Kehamilan < 20 mingguProteinuria dan tanda lain dari preeklampsia
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN
Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak implantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengan sindroma inflamasi.
Risiko meningkat pada:- Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)- Hidramnion- Diabetes melitus- Isoimunisasi rhesus- Faktor herediter- Autoimun: SLE
Hipertensi karena kehamilan:- Hipertensi tanpa proteinuria atau edema- Preeklampsia ringan- Preeklampsia berat- Eklampsia
Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.
Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:- Tekanan darah diastolik > 110 mmHg- Proteinuria 2+- Oliguria < 400 ml per 24 jam- Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi- Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
3-4 Buku Acuan
- Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut- Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa- Hiperrefleksia- Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina- Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP- Pertumbuhan janin terhambat- Otak: edema serebri- Jantung: gagal jantung
Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang- Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi- Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal- Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)
HIPERTENSI KRONIK
Hipertensi kronik dideteksi sebelum usia kehamilan 20 minggu Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dan preeklampsia
DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi kronik Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit
untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga
terdapat proteinuria Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga
dapat menyebabkan proteinuria Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria
positif palsu
Kejang dan koma Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral,
trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria dan lain-lain
KOMPLIKASI
Iskemia uteroplasenter- Pertumbuhan janin terhambat- Kematian janin- Persalinan prematur- Solusio plasenta
Spasme arteriolar- Perdarahan serebral- Gagal jantung, ginjal dan hati- Ablasio retina- Thromboemboli- Gangguan pembekuan darah
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3-5
- Buta kortikal Kejang dan koma
- Trauma karena kejang- Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan
Penanganan tidak tepat- Edema paru- Infeksi saluran kemih- Kelebihan cairan- Komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik
PENCEGAHAN
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti
Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal
Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru
3-6 Buku Acuan
Skema 2: Alur pengobatan Hipertensi dalam kehamilan
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3-7
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
PREEKLAMPSIA RINGAN
PREEKLAMPSIA BERAT
EKLAMPSIA HIPERTENSI KRONIK
ISTIRAHATKendalikan
tekanan darah
MgSO4Turunkan TensiRAWAT INAP
MgSO4Turunkan Tensi
Cari penyebab SLE, Diabetes
TERAPI + Kendalikan tensi 140/90
Terkendali Tak terkendali
HELLPGawat Janin
PJT
<35 MINGGU
>35 MINGGU
TERMINASI KEHAMILAN dalam
6 jam
TERKENDALI TAK TERKENDALI
ATERM
STEROID
TERMINASI TERMINASI TERMINASIATERM TERMINASI
PENANGANAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA
Jika kehamilan < 37 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan: Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap
minggu Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat,
rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan
PREEKLAMPSIA RINGAN
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin Lebih banyak istirahat Diet biasa Tidak perlu pemberian obat Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
- Diet biasa- Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari- Tidak memerlukan pengobatan- Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut- Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia berat
Periksa ulang 2 kali seminggu Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
- Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat- Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan- Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500 ml RL/
Dekstrose 5% IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
Foley, atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar
PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan kejang: Beri obat anti kejang (anti konvulsan) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker
oksigen, oksigen) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma Aspirasi mulut dan tenggorokan Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko
aspirasi Berikan O2 4-6 liter/menit
3-8 Buku Acuan
Penanganan umum Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mmHg Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan
tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
Anti konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan:
Cara pemberian MgSO4 IV/Drip ialah:
Hentikan pemberian MgSO4, jika:
Siapkan antidotum
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama)Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menitRefleks patella (+)Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhirFrekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Setelah pemberian dosis awal, diberikan 12 gram dalam 500 ml RL dengan tetesan 15/menit (2 gram/jam)
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
Jika terjadi henti nafas:Bantu pernafasan dengan ventilatorBerikan Kalsium glukonas 2 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menitJika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal
Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat melalui infusDepresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila dosis > 30 mg/jamJangan berikan melebihi 100 mg/jam
Anti hipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3-9
Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg sublingual Nifedipin 10 mg sublingual.
Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
Persalinan
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklampsia), lakukan bedah Caesar
Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:- Tidak terdapat koagulopati. Koagulopati kontra indikasi anestesi spinal.- Anestesia yang aman/terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi. Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5
IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes/menit atau dengan cara pemberian prostaglandin/misoprostol
Perawatan post partum
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg Lakukan pemantauan jumlah urin
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:- Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)- Terdapat sindroma HELLP- Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang
HIPERTENSI KRONIK
Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan pengobatan dengan obat anti hipertensi dan terpantau dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg atau tekanan sistolik 160 mmHg, berikan anti hipertensi
Jika terdapat proteinuria, pikirkan superimposed preeclampsia Istirahat Lakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi janin Jika tidak terdapat komplikasi, tunggu persalinan sampai aterm Jika terdapat preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin,
lakukan:- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
Dekstrose melalui infus 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
Foley Observasi komplikasi seperti solusio plasenta atau superimposed preeklampsia.
RINGKASAN
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien.
3-10 Buku Acuan
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:- Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum- Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti.Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3-11