Eklampsia Print

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sampai sekarang penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas. HDK adalah salah satu dari trias penyebab utama kematian ibu di samping perdarahan dan infeksi, kematian pada HDK berhubungan dengan perdarahan pada intracerebral, eklamsia, dan disfungi organ . Penanganan kasus HDK atau Gestosis atau EPH Gestosis masih tetap merupakan kontroversi karena sampai saat ini etiologi dan patofisiologi penyakit HDK masih belum jelas diketahui, sehingga penanganan yang definitif belum mungkin dijalankan dengan sempurna. Hanya terninasi kehamilan yang dapat dianggap sebagai terapi yang definitif. 1,2 1.2 DEFINISI Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan : Tekanan diastole lebih dari 90 mmhg Tekanan sistole lebih dari 140 mmhg dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan ulang dalam beberapa jam. 3 Hipertensi pada kehamilan di klasifikasikan menjadi 5 kategori, 1. kronik hypertension, 2. preeklamsi, 3.eklamsi, 4. superimposed preeklamsi 5.gestasional 1

description

eklamsia

Transcript of Eklampsia Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sampai sekarang penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) masih merupakan

masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas. HDK adalah

salah satu dari trias penyebab utama kematian ibu di samping perdarahan dan

infeksi, kematian pada HDK berhubungan dengan perdarahan pada intracerebral,

eklamsia, dan disfungi organ . Penanganan kasus HDK atau Gestosis atau EPH

Gestosis masih tetap merupakan kontroversi karena sampai saat ini etiologi dan

patofisiologi penyakit HDK masih belum jelas diketahui, sehingga penanganan

yang definitif belum mungkin dijalankan dengan sempurna. Hanya terninasi

kehamilan yang dapat dianggap sebagai terapi yang definitif. 1,2

1.2 DEFINISI

Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan :

Tekanan diastole lebih dari 90 mmhg

Tekanan sistole lebih dari 140 mmhg

dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan ulang dalam beberapa jam.3

Hipertensi pada kehamilan di klasifikasikan menjadi 5 kategori, 1. kronik

hypertension, 2. preeklamsi, 3.eklamsi, 4. superimposed preeklamsi 5.gestasional

hipertensi(transient hipertensi/pregnancy induced hipertensi). 4

Gestasional hipertensi adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20 minggu

yang ditandai dengan timbulnya hipertensi dan biasanya terjadi pada 5-10%

kehamilan. 1,2

Preeklamsia merupakan keadaan yang berlaku ketika hamil dimana ibu hamil

mengalami takanan darah tinggi disebabkan kehamilan atau dikenali juga sebagai

Hipertensi Cetusan Kehamilan.dan disertai dengan pengeluaran sejumlah besar

protein dalam air kencing (proteinuria) dan/atau adanya edema pada saat hamil. 5

1

Eklamsia di definisikan sebagai kejang atau koma yang tidak berkaitan dengan

gejala otak yang lain yang berlaku di kalangan ibu mengandung yang mengalami

praeklamsia. 5

Dengan kata lain eklamsia merupakan komplikasi terhadap praeklamsia.

American College of Obstetricians & Gynecologists (ACOG 1996) telah

menyatakan bahwa Hipertensi Cetusan-Kehamilan ini sebagai suatu istilah umum

yang meliputi kedua-duanya praeklampsia dan eklampsia. 5

Eklamsia biasanya datang secara menadak tanpa tanda-tanda awal. Dalam

kebanyakan kasus, eklamsia terjadi pada kandungan di trimester ketiga atau dalam

tempo 48 jam selepas bayi dilahirkan. Terdapat juga kasus yang dilaporkan

dimana eklamsia terjadi pada kandungan yang berusia kurang 20 minggu atau 23

hari setelah bayi dilahirkan. Namun, kasus-kasus seperti ini jarang berlaku. 5

1.3 EPIDEMIOLOGI

Mayoritas kasus eklamsia harus dirawat namun, terdapat 1 dari 50 kasus yang

tidak berat. Selain itu, 1 daripada 14 janin dari wanita yang menghidap eklamsia

mengalami komplikasi. Lebih kurang 50.000 kematian para ibu di dunia

disebabkan eklamsia. Di Amerika Serikat, kematian para ibu yang disebabkan

eklamsia berat kurang daripada 1 % dengan membuat diagnosis dini dan

perawatan yang agresif. Jumlah kematian bayi disebabkan eklamsia juga

berkurang tetapi masih sekitar 12 % . 5

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI 6

Hipertensi dalam kehamilan dapat di klasifikasikan menjadi :

1. Hipertensi Gestasional (Transient hypertension)

- TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan

- Tidak ada proteinuria

- TD kembai ke normal < 12 minggu postpartum

- Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum

- Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsi, nyeri

epigastrium atau trombositopenia.

2. Preeklamsia

Patofisologi preklamsi

Faktor resiko (emedicine) :

a.Faktor resiko maternal personal :

Hamil pertama

Umur kurang dari 18 thn atau lebih dari 35 thn

Riwayat preeklamsi

Suku negro

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dan lebih dari 10 tahun

b.Faktor resiko medis :

kronik hipertensi

Diabetes tipe 1 dan 2

Penyakit ginjal

Obesitas

c.Faktor resiko placenta/fetal

Multipel gestasi

Hidrops fetalis

3

Kriteria minimum :

- TD > 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu

- Proteinuria > 300mg/ 24 jam atau > +1 pada dipstick

Peningkatan kepastian preeklamsia :

- TD > 160/100 mmHg

- Proteinuria 2,0 gr/ 24 jam atau > +2 pada dipstick

- Kreatinin serum > 1,2 mg/ dl kecuali apabila diketahui telah -

meningkat sebelumnya.

- Trombosit < 100.000/ mm3

- Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)

- SGPT (ALT) atau SGOT (AST) meningkat

- Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan

lainnya.

- Nyeri epigastrium menetap

3. Eklamsia

- Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan

Preeklamsia. 6

- Timbulnya kejang pada penderita pre-eklamsia yang disusul dengan

koma. Kejang ini bukan akibat dari kelainan neurologik. 1

4. Preeklamsia pada hipertensi kronik (superimposed preeclamsia on chronic

hypertension)

- Proteinuria awitan-baru > 300mg/ 24 jam pada pengita pengidap

hipertensi tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.

- Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit

< 100.000/ mm3 secara mendadak pada wanita dengan hipertensi dan

proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.

- Timbulnya pre-eklamsia atau eklamsia pada hipertensi kronik.

5. Hipertensi kronik 1,6

- TD > 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum

gestasi 20 minggu atau

- Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu dan

menetap setelah 12 minggu postpartum.

4

2.2 ETIOLOGI 5

Hingga kini, etiologi preeklampsi/eklampsi belum diketahui. Ada beberapa

teori yang menjelaskan etiologi sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the

diseases of theory. Teori-teori tersebut adalah:

Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada PE - E didapati kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi

penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal

meningkat, aktivitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan

diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan menggunakan antitrombin

III sehingga terjadi pemendakan fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan

pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan

kerusakan endotel.

Peran Faktor Imunologis

Praeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi

pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahawa pada kehamilan

pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Fierlie F.M. (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya

sistem imun pada penderita Preeklampsia dan eklampsia:

- Beberapa wanita dengan Preeklampsia dan eklampsia mempunyai

kompleks imun dalam serum.

- Beberapa kajian juga mendapati adanya aktivitas sistem komplemen pada

Preeklampsia dan eklampsia diikuti dengan adanya protein di dalam air

kencing.

Stirat (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan

bahwa sistem imun humoral dan aktivitas komplemen terjadi pada

Preeklampsia dan eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi

dapat menyebabkan Preeklampsia dan eklampsia.

Peran Faktor Genetik/familial

5

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian

Preeklampsia dan eklampsia antara lain:

- Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.

- Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia dan

eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia dan

eklampsia.

- Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia dan eklampsia

pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia dan

eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

- Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)

2.3 PATOGENESIS 7

Terjadinya spesme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam

tubuh dapat menimbulkan:

a. Gangguan metabolisme jaringan.

• Terjadi metabolisme anaerobic lemak dan protein.

• Pembakaran yang tidk sempurna menyebabkan pembentukan badan keton

dan asidosis

b. Gangguan peredaran darah dapat menimbulkan:

• Nekrosis

• Perdarahan

• Edema jaringan

c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter siskulasi menimbulkan

gangguan pertukaran nutrisi. CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai

kematian janin dalam rahim.

Perubahan patologis organ-organ penting dijelaskan sebagai berikut:

1. Perubahan hati.

• Perdarahan yang tidak teratur.

• Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati.

• Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler.

2. Retina

6

• Spesme arteriol,edema sekitar diskus optikus

• Ablosio retina (lepasnya retina)

• Menyebabkan penglihatan kabur.

3. Otak

• Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak,

perdarahan dan nekrosis

• Menimbulkan nyeri kepala yang berat.

4. Paru – paru

• Berbagai tingkat edema.

• Bronkopneumonia sampai abses.

• Menyebabkan sesak napas sampai sianosis.

5. Jantung

• perubahan degenerasi lemak dan edema.

• Perdarahan sub-endokardial

• Menimbulkan dekompensasio kardis sampai terhentinya fungsi jantung.

6. Aliran darah ke plasenta.

• Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian

janin.

• Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin.

7. Perubahn ginjal.

• Spasme arteriol menyebabkan aliran darah keginjal menurun sehingga filterasi

glomelurus berkurang.

• Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam.

• Edema pad tungakai dan tangan, paru dan organ lain.

8. Perubahan pembuluh darah.

• Permeabeliltas terhadap protein makin tinggi sehingga terjdi vasasi protein ke

jaringan .

• Protein ektravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema.

• Hemokondentrasi darah yang menyebbkan gangguan fungsi metabolisme

tubuh dan trombosis.

2.4 PENATALAKSANAAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 8,9,0,11

1. PRE-EKLAMSIA RINGAN

7

Kriteria

1). Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan darah sistolik naik > 30

mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik > 15 mmHg tetapi

< 160/110 mmHg.

2). Edema dan/atau

3). Proteinuria, setelah kehamilan 20 minggu.

Pengobatan

A. Rawat jalan :

- Banyak istirahat (baring/tidur miring).

- Makanan cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan

garam.

- Sedativa : phenobarbital 3 x 30 mg per hari/oral atau diazepam

3 x 2 mg per hari/oral (7 hari).

- Roboransia (vitamin dan mineral).

- Tidak boleh diberikan diuretikum atau Antihipertensi.

- Periksa ulang 1 x 1 minggu.

- Pemeriksaan Laboratorium : Hb, hematokrit, trombosit, asam urat,

urine lengkap (m.s.u), fungsi hati, fungsi ginjal.

B. Penderita baru dirawat :

1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan

adanya perbaikan gejala-gejala pre-eklamsi.

2) Kenaikan berat badan ibu ? 1 kg per minggu selama 2 kali

berturut-turut.

3) Kalau setelah 1 minggu dirawat tidak jelas terjadi perbaikan,

penderita dimasukkan ke golongan PE berat, atau kalau

dijumpai salah satu atau lebih gejala PE Berat.

4) obat-obat antihipertensi

* Methyldopa 3x125 mg/hr dapat ditingkatkan sampai 1500

mg/hr

* Nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hr atau adalat retard 2-3x20 mg/hr

* Pindolol 1-3 x 5 mg/hr dapat sampai 30 mg/h (blogger.com

8

Persalinan :

Penderita PE ringan yang mencapai normotensif selama perawatan,

persalinannya ditunggu sampai 40 minggu. Lewat TTP dilakukan induksi

partus.

Penderita PE ringan yang tekanan darahnya turun selama perawatan tetapi

belum mencapai normotensif, terminasi kehamilan dilakukan pada

kehamilan 37 minggu.

2. PRE-EKLAMSIA BERAT

Kriteria : 5

Diagnosis Praeklamsia berat ditegaskan apabila pada kehamilan > 20

minggu mendapati satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:

Tekanan darah > 160/110. Syarat:

o Bumil Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran T

minimal setelah istirahat 10 menit)

o Bumil tidak dalam keadaan his.

Proteinuria > 5 gr/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.

Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan

kreatinin plasma.

Gangguan visus dan serebral.

Nyeri epigastrum/hipokondrium kanan.

Edema paru dan sianosis.

Gangguan pertumbuhan janin intrauteri (IUFGR)

Adanya Hellp Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low

Platelet count). 12

Penatalaksanaan PEB > 37 minggu & PEB < 37 minggu

a. PE berat dengan kehamilan > 37 minggu

9

1. Pengobatan medisinalis :

Rawat :

a) Istirahat mutlak/isolasi.

b) Diet rendah garam.

c) Suntikan sulfas magnesikus :

Loading dose : 4 g 20% iv. (20% dalam 20 ml) selama 4 – 5 menit (1

g/menit), dan 8g 40% dalam 10 ml im., 4 g di bokong kiri dan 4 g di

bokong kanan (sebaiknya dicampur dengan lidonest untuk mengurangi

rasa sakit), yang diteruskan dengan 4 g tiap 4 jam (maintenance dose).

d) Infus dextrose 5% 1 liter diselingi dengan Ringer laktat 500 ml (2 : 1).

e) Kateter menetap.

f) Empat jam setelah pemberian MgSO tekanan darah dikontrol, jika

tekanan darah sistolik 180 mmHg atau diastolik 120 mmHg diberikan

suntikan Catapres� 1 ampul im. Tekanan darah tidak boleh

diturunkan secara drastis, sebaiknya tekanan diastolik berkisar antara

90--100 mmHg.

g) Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada: edema paru gagal jantung

kongestif edema anasarka.

Syarat pemberian MgSO4

1. Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu Calcium Gluconas 10% diberikan

iv. pelan-pelan (3 menit).

2. Refleks patella (+) kuat.

3. Frekuensi pernafasan > 16 x/menit.

4. Produksi urine > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kgbb/jam).

5. Pemberian MgSO4 sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan diuresis.

Pengobatan obstetrik :

a) Belum inpartu :

Dilakukan induksi persalinan segera sesudah pemberian MgSO4

kedua. Dilakukan amniotomi dan drip oksitosin dengan syarat : pelvik

skor Bishop 5.

10

SC dilakukan bila : Syarat drip tidak dipenuhi. 12 jam sejak drip

oksitosin anal (belum lahir). Pada primi cenderung SC.

b) Inpartu :

Fase laten : 6 jam tidak masuk fase aktif, dilakukan SC.

Fase aktif : amniotomi, kalau perlu drip oksitosin. bila 6 jam

pembukaan belum lengkap, dilakukan SC.

c) Kala II dipercepat, bila syarat partus pervaginam dipenuhi, dilakukan

EV/EF.

d) Persalinan harus sudah selesai kurang dari 12 jam setelah dilakukan

amniotomi dan drip oksitosin; jika dalam 6 jam tidak menunjukkan

kemajuan yang nyata, pertimbangkan SC.

e) Ergometrin tidak boleh diberikan kecuali ada PPH oleh atonia uteri.

f) Pemberian MgSO4 dapat diberikan sampai 24 jam pasca persalinan

kalau tekanan darah masih tinggi. MgSO4 dihentikan bila :

- Ada tanda-tanda intoksikasi.

- Dalam 8 jam pasca persalinan sudah normotensif.

b. PE berat dengan kehamilan < 37 minggu tanpa tanda impending

eclampsia

1) Pengobatan medisinal : Pemberian MgSO 4 selama 1 x 24 jam

dimulai dengan loading dose yang diteruskan dengan suntikan 4 g

MgSO4 tiap 4 jam.

2) Pengobatan obstetrik :

Kalau setelah 24 jam tidak terjadi perbaikan maka dilakukan

terminasi kehamilan. MgSO4 dihentikan bila sudah dicapai tanda-

tanda pre-eklamsi ringan. Selama perawatan konservatif, observasi

dan evaluasi sama seperti perawatan pre-eklamsi berat 37 minggu,

hanya di sini penderita boleh pulang jika selama 3 hari perawatan

tetap dalam keadaan PE ringan.

Impending Eklamsia :

11

Tanda-tanda : PE berat disertai gejala-gejala : nyeri kepala hebat,

gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan prograsif

tekanan darah (sistolik > 200 mmHg). Penanganan : SC.

3. EKLAMSIA

Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas

yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tadi

menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia (kejang-kejang timbul bukan akibat

kelainan neurologik). Kejang bersifat grandmal dan mungkin timbul sebelum,

selama, atau setelah persalinan. Namun, kejang yang timbul lebih dari 48 jam

pospartum, terutama pada nulipara dapat dijumpai sampai 10 hari pospartum. 6

Prinsip penanganan :

- Penanganan eklamsia sama dengan pre-eklamsia berat.

- Terminasi kehamilan dilakukan 4--8 jam setelah stabilisasi.

PENANGANAN EKLAMSI : 1

A. Pengobatan Medisinal

1) MgSO4 Loading dose :4 g MgSO 4 dalam larutan 20 ml (20%) iv. selama

5 menit. 8 g MgSO4 dalam larutan 10 ml (40%) im. (bokong kiri 4 g, dan

bokong kanan 4 g).

b. Maintenance dose :

Tiap 4 jam diberikan 4 g im. bila tidak ada kontra indikasi (24 jam setelah

kejang terakhir/pasca persalinan).

c. Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20% 2 g iv; diberikan sekurang-

kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila setelah diberi dosis

tambahan masih tetap kejang dapat diberikan amobarbital 3 -- 5 mg/kgbb iv.

pelan-pelan.

2) Infus Dextrose 5% 1 liter kemudian dilanjutkan dengan Ringer Laktat.

Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml, berpedoman kepada diuresis,

insensible water loss dan CVP.

3) Antibiotika : dengan dosis yang cukup.

4) Perawatan pada serangan kejang :

- Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.

12

- Masukkan sudip Iidah (tong spatel) ke dalam mulut penderita.

- Kepala direndahkan, lendir diisap dari daerah orofaring.

- Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor guna

menghindari fraktur.

- Pemberian O2

- Dipasang kateter menetap (Foley kateter).

5) Perawatan pada penderita koma :

Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai

Glasgow-Pittsburg Coma Scale.

-- Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan

penderita.

-- Pada koma yang lama (> 24 jam), makanan melalui hidung

(NGT = Naso Gastric Tube; Neus Sonde Voeding).

6) Diuretikum dan antihipertensi sama seperti pre-eklamsia berat.

7) Kardiotonikum (Cedilanid�) jika ada indikasi.

8) Tidak ada respons terhadap penanganan konservatif, pertimbangkan seksio

sesarea.

B. Pengobatan Obstetrik :

1) Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa memandang umur

kehamilan dan keadaan janin.

2) Terminasi kehamilan.

Sikap dasar : Bila sudah terjadi "stabilisasi" (pemulihan) hemodinamika dan

metabolisme ibu, yaitu 4 -- 8 jam stelah salah satu atau lebih keadaan di

bawah ini:

- setelah pemberian obat anti kejang terakhir.

- setelah kejang terakhir.

- setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.

- penderita mulai sadar (responsif dan orientasi).

3) Bila anak hidup, SC dapat dipertimbangkan.

Perawatan Pasca Persalinan:

13

1) Bila persalinan terjadi pervaginam, pengawasan tanda-tanda vital dilakukan

sebagaimana lazimnya.

2) Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.

3) Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24 -- 48 jam pasca persalinan.

4. HIPERTENSI KRONIK DALAM KEHAMILAN

Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah adanya hipertensi yang persisten

oleh sebab apapun juga yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20

minggu atau hipertensi persisten setelah 6 minggu pasca persalinan.

Diagnosis hipertensi kronik pada kehamilan ditegakkan berdasarkan gejala-

gejala sebagai berikut :

a) Adanya riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau didapatkan hipertensi

pada kehamilan kurang dari 20 minggu.

b) Ditemukan kelainan organik, misalnya : pembesaran jantung, kelainan

ginjal, dan sebagainya.

c) Umur ibu di atas 30 tahun dan umumnya multigravida.

d) Bila terjadi superimposed preeclampsia, maka didapatkan :

-- tekanan darah sistolik lebih dari 200 mmHg.

-- adanya perubahan-perubahan pada pembuluh darah retina berupa

eksudasi, perdarahan, dan penyempitan.

e) Retensi air dan natrium tidak menonjol. Jarang didapatkan edema dan

proteinuria.

f) Hipertensi masih tetap didapatkan sampai 6 bulan pasca persalinan.

Pemeriksaan Laboratorium:

a) Pemeriksaan urine :

-- sedimen protein

-- kultur

b) BUN, kreatinin serum

c) Elektrolit serum

d) ECG

14

e) Foto thorax.

Pengelolaan

A. Pengobatan Medisinal

a) Istirahat di rumah, dengan tirah baring miring, 1 jam pagi hari, 1 jam

sianghari.

b) Phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg sebagai sedasi selama 1

minggu.

c) Bila dengan perawatan di atas tekanan darah diastolik temp di atas 90

mmHg, maka dapat diberi obat-obat hipertensi, yaitu:

-- Methyldopa 500 - 2000 mg perhari atau hydralazine 40 - 200 mg perhari,

atau clonidine (terapi awal : 1/2 tablet 2 - 3 kali sehari).

� Bila tekanan darah belum turun, dapat ditambah propanolol

. Dosis permulaan : 10 mg, 4 x sehari, dinaikkan menjadi 40 mg 4 x sehari.

d) Bila terjadi pseudotoleransi terhadap obat-obat antihipertensi, dapat

diberikan HCT 50 mg oral 2 hari sekali.

e) Bila terjadi superimposed preeclampsialeclampsia, maka pengobatan

disesuaikan dengan pengobatan preeklamsia/ eklamsia.

B. Pengobatan Obstetrik

Pengobatan hipertensi kronik maupun superimposed, disesuaikan dengan

pengobatan obstetrik pada preeklamsia/eklamsia.

Obat-obat anti hipertensi diberikan bila :

1) Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.

2) Tekanan darah sistolik 180 mmHg.

3) Tekanan darah tetap >. 160/110 mmHg setelah istirahat baring (bedrest)

dan diberi sedativa selama 12--48 jam.

4) Tekanan darah diastolik 90 -- 100 mmHg pada kehamilan trimester kedua.

2.5 Komplikasi 5,11

15

Komplikasi kejang pada eklamsi

o Tergigit lidah

o Patah tulang

o Ganguan pernafasan

Komplikasi kepada ibu

o Kerusakan sistem saraf

o Serangan kejang berulang

o Pendarahan otak

o Kematian

Komplikasi kepada bayi

o Kelahiran prematur

o Pembesaran janin terhambat

o Plasenta terlepas dari rahim

o Janin kekurangan oksigen

2.6 Pencegahan 5,7

Tidak terdapat pencegahan yang khusus namun sangat penting bagi ibu-ibu yang

mengandung untuk mendapatkan pencegahan

Ini dapat membantu dalam memberi diagnosis dan terapi dini untuk keadaan

seperti praeklamsia. Pengobatan dan perawatan praeklamsia mampu mencegah

terjadinya eklamsia.

Cara yang terbaik untuk mengetahui praeklampsia ialah melalui pemeriksaan yang

berkala semasa mengandung.

Ibu hamil yang pernah mengalami praeklampsia dan mereka yang

mempunyai sejarah keluarga menghidapi praeklampsia atau eklampsia

adalah lebih cenderung untuk mengalami praeklampsia. Golongan ini

perlu diperiksa dengan lebih teliti semasa kehamilan.

Wanita yang hamil pertama kali lebih cenderung mendapat praeklampsia.

Sebanyak 5-7% wanita dalam golongan ini akan mengalami praeklampsia

16

berbanding dengan kurang dari 1% bagi golongan wanita yang tidak

menghidap tekanan darah tinggi dan telah beberapa kali hamil.

Persentasi untuk mengalami praeklampsia bagi wanita yang menghidap

tekanan darah tinggi kronik ialah sebanyak 25% manakala bagi mereka

yang menghidapi tekanan darah tinggi yang tinggi, presentasi mendapat

praeklampsia ialah 75%.

Apabila telah terjadi preeclampsia, melahirkan adalah cara yang paling

tepat untuk melindungi ibu dan bayi. Tapi hal ini tidak selalu harus

dilakukan, karena bisa jadi bayi terlalu dini untuk dilahirkan.

Apabila kelahiran tidak memungkinkan karena usia kandungan yang

terlalu dini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi

preeclampsia sampai bayi dinyatakan cukup umur untuk bisa dilahirkan.

Langkah-langkah tersebut meliputi penurunan tekanan darah dengan cara

istirahat total ( bed-rest ) atau dengan obat-obatan, dan perhatian khusus

dari dokter. Pada beberapa kasus, bisa jadi diperlukan opname di rumah

sakit.

Salah satu cara mengendalikan tekanan darah ketika ibu tidak sedang

hamil adalah dengan membatasi jumlah garam pada makanan Anda.

Namun hal ini bukanlah ide bagus apabila ibu mengalami hipertensi pada

saat hamil. Tubuh kita membutuhkan garam untuk menjaga aliran cairan

tubuh, jadi kita tetap membutuhkan asupan garam dalam jumlah normal.

Dokter mungkin akan memberikan aspirin atau tambahan kalsium untuk

mencegah preeclampsia . Dokter mungkin juga akan menyarankan untuk

berbaring pada sisi kiri anda saat anda beristirahat. Hal ini akan

meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban arteri. Banyak dokter

memberikan magnesium sulfat selama proses melahirkan dan beberapa

hari setelah melahirkan untuk mencegah eclampsia. 7

Para ahli meneliti  bahwa pemberian suplemen asam folat di awal trimester

pertama atau di awal trimester kedua akan sangat penting artinya untuk

pencegahan preeklamsia. Dosis asam folat yang direkomendasikan adalah

4 mg atau 5 mg untuk wanita yang kehamilannya memiliki risiko

tinggi atau yang berisiko cacat tabung syaraf (neural tube defects/NTD)).

17

Namun, jika dosis asam folat berlebihan dapat menyebabkan gangguan

pada perut, kulit dan kejang/seizures. 13,15

2.7 Prognosis

Preeklampsia lazimnya sembuh dengan sendirinya seiring dengan lepasnya

plasenta dan bayi dilahirkan. Ibu dan anak biasanya dibolehkan pulang ke rumah

selepas beberapa hari kelahiran. Tekanan darah ibu diawasi setiap minggu untuk

memastikan tekanan darah tinggi tidak terus berlangsung.

Persentasi kematian janin agak tinggi di kalangan wanita yang menghidapi

praeklampsia semasa hamil. Tetapi, dengan peningkatan kualitas perawatan

prenatal, terjadinya preeklapmsia jauh berkurang. 5

Prognosis Eklampsia

Ditentukan oleh kriteria EDEN :

1) Koma yang lama (6 jam atau lebih).

2) Nadi di atas 120 x permenit.

3) Suhu 30�C (103�F).

4) Tekanan darah sistolik di atas 200 mmHg.

5) Proteinuria lebih 10 g/liter.

6) Kejang lebih 10 hari.

7) Tidak ada edema.

8) Kegagalan sistem kardiovaskular :

- edema pulmonum

- sianosis

- rendah atau menurunnya tekanan darah

- rendahnya tekanan nadi.

10) Gangguan keseimbangan elektrolit.

11) Kegagalan pengobatan :

- untuk menghentikan kejang

- untuk menghasilkan urine 30 ml/jam atau 700 ml/24 jam

- untuk menimbulkan hemodilusi dengan menurunkan nilai hematokrit

(Ht) dengan 10%.

18

Bila didapatkan satu atau lebih dari gejala tersebut di atas, prognosis ibu buruk.

BAB III

KESIMPULAN

19

Hipertensi dalam Kehamilan adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20

minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari :

edema, proteinuria, atau kedua-duanya.

Preeklamsia merupakan keadaan yang berlaku ketika hamil dimana ibu hamil

mengalami takanan darah tinggi disebabkan kehamilan atau dikenali juga sebagai

Hipertensi Cetusan Kehamilan.

Eklamsia di definisikan sebagai kejang atau koma yang tidak berkaitan dengan

gejala otak yang lain yang terjadi pada ibu mengandung yang mengalami

praeklamsia.

Hingga saat ini etiologi dari preeklampsi belum diketahui dengan pasti, tetapi ada

kelainan-kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu spasme arteriol, retensi Na

dan koagulasi intravaskuler.

Preeklampsia lazimnya sembuh dengan sendirinya seiring dengan lepasnya

plasenta dan bayi dilahirkan. Ibu dan anak biasanya dibolehkan pulang ke rumah

selepas beberapa hari kelahiran. Tekanan darah ibu diawasi setiap minggu untuk

memastikan tekanan darah tinggi tidak terus berlangsung.

Preeklamsi dapat diobati dengan tujuan supaya mencegah terjadi eklamsi,

mempertahankan kelangsungkan hidup anak, mencegah trauma pada waktu

persalinan dan mencegah jangan sampai terjadi penyakit pada kehamilan dan

persalinan berikutnya serta mencegah terjadinya hipertensi yang menetap.14

Persentasi kematian janin agak tinggi di kalangan wanita yang menghidapi

praeklampsia semasa hamil. Tetapi, dengan peningkatan kualitas perawatan

prenatal, terjadinya preeklamsia jauh berkurang. 5

DAFTAR PUSTAKA

20

1 http://www.portalkalbe.co.id di download tgl 25 Februari 2008, pukul

19.00

2. www.BMJ.com di download tanggal 25 Februari 2008, pukul 19.40

3. www.health.nsw.gov.au/archive/cib/circulars/2004/cir 2004-14.pdf di

download tanggal 25 Februari 2008, pukul 20.30

4. www.emedicine.com/topic3250_files di download tanggal 25 Februari

2008, pukul 20.30

5. http://www.wikipedia.co.id di download tanggal 25 Februari 2008,

pukul 19.00

6. Cunningham, F.gary, dkk. 2006. ”Gangguan hipertensi dalam

kehamilan”, Obstetri Williams. EGC: Jakarta. Hal 624-673.

7. http://www.universitasislamindonesia.co.id di download tanggal 25

Februari 2008, pukul 19.00

8. Saifuddin, Abdul bari, dkk. 2002. ”Nyeri kepala, gangguan

penglihatan, kejang dan atau koma, tekanan darah tinggi”, Buku panduan

praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBPSP, hal. M-

33.

9. Martaadisoebrata, Jhamhoer, dkk. 2005. ”Hipertensi dalam

kehamilan”, Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginecologi RS. DR.

HASAN SADIKIN, bagian 1. Bandung. hal : 60-70.

10. Prawirohardjo sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, Bina pustaka, Jakarta.

11. Mansjoer Arif. 2002. ”Preeklamsi dan Eklamsia”, Kapita selekta

kedokteran. Media aesculapius FK UI, Jilid 1. hal : 270-273.

12. http://www.blog.com di download tanggal 25 Februari 2008, pukul

19.40

13. http://www.papdi.co.id di download tanggal 25 Februari 2008, pukul

19.00

14. Sastrawinata, sulaeman, dkk. 1984. ”penyakit-penyakit hipertensi

dalam kehamilan”, Obstetri Patologi. Elstar: Hal 89-110.

15. www.NEJM.com di download tanggal 25 Februari 2008, pukul 20.00

21