makalah eklampsia

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa saat ini sedang dihebohkan oleh berita seorang ibu yang tiba tiba lumpuh dan kejang kejang setelah menjalani operasi sesar. Berbagai tanggapan muncul, ada yang menganggap hal tersebut sebagai sebuah malpraktek, ada pula yang menganggap hal tersebut sebagai komplikasi dari penyakit hipertensi pada kehamilan atau eklampsia. Eklampsia suatu keadaan dimana ibu hamil mengalami kejang dan sebelumnya didahului dengan adanya tanda dan gejala dari preeklampsia. Pada saat usia kehamilan memasuki lima bulan atau lebih Ibu hamil mengalami kenaikan tekanan darah > 140/ 90 mmhg, wajah, tangan dan kaki bengkak, penambahan berat badan yang sangat cepat, diikuti keluhan nyeri kepala hebat, mata berkunang – kunang, nyeri ulu hati dan keluhan nafas sesak. Dalam dunia kebidanan kejadian Eklampsia pada

description

makalah

Transcript of makalah eklampsia

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMedia massa saat ini sedang dihebohkan oleh berita seorang ibu yang tiba tiba lumpuh dan kejang kejang setelah menjalani operasi sesar. Berbagai tanggapan muncul, ada yang menganggap hal tersebut sebagai sebuah malpraktek, ada pula yang menganggap hal tersebut sebagai komplikasi dari penyakit hipertensi pada kehamilan atau eklampsia. Eklampsia suatu keadaan dimana ibu hamil mengalami kejang dan sebelumnya didahului dengan adanya tanda dan gejala dari preeklampsia. Pada saat usia kehamilan memasuki lima bulan atau lebih Ibu hamil mengalami kenaikan tekanan darah > 140/ 90 mmhg, wajah, tangan dan kaki bengkak, penambahan berat badan yang sangat cepat, diikuti keluhan nyeri kepala hebat, mata berkunang kunang, nyeri ulu hati dan keluhan nafas sesak. Dalam dunia kebidanan kejadian Eklampsia pada kehamilan ini menempati urutan kedua setelah perdarahan sebagai penyebab kematian ibu hamil, bersalin dan nifas. Kejadian eklampsia ini sebenarnya dapat teratasi dengan baik bila ditemukan sejak dini, yakni dengan pengenalan tanda tanda atau gejala pada ibu hamil yang mengarah pada preeklampsia baik yang ringan maupun yang berat.BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi Secara umum Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia dapat didefinisikan suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.B. Patofisiologi Pre-Eklampsia Dan Eklampsia1. Patofisiologi Dan Dignosis Pre-EklampsiaSampai sekarang etiologi pre-eklampsia belum diketahui. Membicarakan patofisiologinya tidak lebih dari "mengumpulkan" temuan-temuan fenomena yang beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama suksesnya penangaan pre-eklampsia. Sehingga pre-eklampsia / eklampsia disebut sebagai "the disease of many theories in obstetrics." Perubahan kardiovaskularTurunnya tekanan darah pada kehamilan normal : karena vasodilatasi perifer. Vasodilatasi perifer disebabkan penurunan tonus otot polos arteriol, akibat :a) Meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasib) Menurunnya kadar vasokonstriktor (adrenalin/ noradrenalin/ angiotensin II)c) Menurunnya respons dinding vaskular terhadap vasokonstriktor akibat produksi vasodilator / prostanoid yang juga tinggi (PGE2 / PGI2)d) Menurunnya aktifitas susunan saraf simpatis vasomotorPada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal ke tekanan darah sebelum hamil. + 1/3 pasien pre-eklampsia : terjadi pembalikan ritme diurnal, tekanan darah naik pada malam hari. Juga terdapat perubahan lama siklus diurnal menjadi 20 jam per hari, dengan penurunan selama tidur, yang mungkin disebabkan perubahan di pusat pengatur tekanan darah atau pada refleks baroreseptor.

Regulasi Volume DarahPengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada pre-eklampsia. Kemampuan mengeluarkan natrium terganggu, tapi derajatnya bervariasi. Pada keadaan berat mungkin juga tidak ditemukan edema (suatu "pre-eklampsia kering").Jika ada edema interstisial, volume plasma lebih rendah dibandingkan wanita hamil normal, dan dengan demikian terjadi hemokonsentrasi. Porsi cardiac output untuk perfusi perifer relatif turun.Perfusi plasenta melakukan adaptasi terhadap perubahan2 ini, maka pemakaian diuretik adalah TIDAK sesuai karena justru akan memperburuk hipovolemia. Plasenta juga menghasilkan renin, diduga berfungsi cadangan untuk mengatur tonus dan permeabilitas vaskular lokal demi mempertahankan sirkulasi fetomaternal.Perubahan metabolisme steroid tidak jelas. Kadar aldosteron turun, kadar progesteron tidak berubah. Kelainan fungsi pembekuan darah ditunjukkan dengan penurunan AT III. Rata-rata volume darah pada penderita pre-eklampsia lebih rendah sampai + 500 ml dibanding wanita hamil normal.

Fungsi organ-organ laina) OtakPada hamil normal, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya perdarahan otak dan kejang / eklampsia.b) HatiTerjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati pada pre-eklampsia, yang berhubungan dengan beratnya penyakit.c) GinjalPada pre-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang + 20%, filtrasi glomerulus berkurang + 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh di atas normal. Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein ("sindroma nefrotik pada kehamilan").d) Sirkulasi uterus, koriodesidua dan plasentaPerubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah patofisiologi yang TERPENTING pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang menentukan hasil akhir kehamilan. Terjadi iskemia uteroplasenter, menyebabkan ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang. Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, yang mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga meningkatkan kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron) sehingga terjadi tonus pembuluh darah yang lebih tinggi. Karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian janin. Diagnosis pre-eklampsia ditegakkan berdasarkan :a. Peningkatan tekanan darah yang lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHgb. Atau peningkatan tekanan sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHgc. Atau peningkatan mean arterial pressure >20 mmHg, atau MAP > 105 mmHgd. Proteinuria signifikan, 300 mg/24 jam atau > 1 g/mle. Diukur pada dua kali pemeriksaan dengan jarak waktu 6 jamf. Edema umum atau peningkatan berat badan berlebihanTekanan darah diukur setelah pasien istirahat 30 menit (ideal). Tekanan darah sistolik adalah saat terdengar bunyi Korotkoff I, tekanan darah diastolik pada Korotkoff IV.Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka pre-eklampsia disebut berat. Meskipun tekanan darah belum mencapai 160/110 mmHg, pre-eklampsia termasuk kriteria berat jika terdapat gejala lain seperti. Kriteria Diagnostik Preeklampsia Berata. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg.b. Proteinuria = 5 atau (3+) pada tes celup strip.c. Oliguria, diuresis usia kehamilan belum 20 minggu, keadaan ini dianggap sebagaihipertensi kronik.Pre-eklampsia dapat berlanjut ke keadaan yang lebih berat, yaitu eklampsia. Eklampsia adalah keadaan pre-eklampsia yang disertai kejang.Gejala klinik pre-eklampsia dapat bervariasi sebagai akibat patologi kebocoran kapiler dan vasospasme yang mungkin tidak disertai dengan tekanan darah yang terlalu tinggi. Misalnya, dapat dijumpaiascites, peningkatan enzim hati, koagulasi intravaskular, sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets),pertumbuhan janin terhambat,dan sebagainya.Bila dalam asuhan antenatal diperoleh tekanan darah diastolik lebih dari 85 mmHg, perlu dipikirkan kemungkinan adanya pre-eklampsia membakat. Apalagi bila ibu hamil merupakan kelompok risiko terhadap pre-eklampsia.Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan pre-eklampsia sebaiknya diperiksa juga :a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : ureum-kreatinin, SGOT, LD, bilirubinb. Pemeriksaan urine : protein, reduksi, bilirubin, sedimenc. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat, konfirmasi USG bila ada.d. Nilai kesejahteraan janin (kardiotokografi).Komplikasi pre-eklampsia berat / eklampsia Ablatio retinae DIC Gagal ginjal Perdarahan otak Gagal jantung Edema paruPre-eklampsia berat disertai satu atau lebih gejala : nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan tekanan darah progresif. Ditangani sebagai kasus eklampsia.2. Patofisiologi Dan Diagnosis Eklampsiaa. Penghambatan pembangunan uterovascular Banyak perubahan uterovascular terjadi ketika seorang wanita hamil. Hal ini diyakini bahwa perubahan ini adalah karena interaksi antara Allografts janin dan ibu dan mengakibatkan perubahan vaskular sistemik dan lokal. Telah menunjukkan bahwa pada pasien dengan eklampsia, pengembangan arteri uteroplasental terhalang. b. Hambatan regulasi aliran darah serebral Hal ini diyakini bahwa di eklampsia ada abnormal aliran darah serebral dalam pengaturan hipertensi ekstrim. Peraturan perfusi serebral terhambat, pembuluh menjadi melebar dengan peningkatan permeabilitas, dan edema serebral terjadi, mengakibatkan iskemia dan ensefalopati. Pada hipertensi ekstrim, vasokonstriksi kompensasi normal dapat menjadi rusak. Beberapa temuan otopsi mendukung model ini dan secara konsisten menunjukkan nekrosis fibrinoid pembengkakan dan dinding pembuluh.

c. Disfungsi endotel Faktor yang terkait dengan disfungsi endotel telah terbukti meningkat dalam sirkulasi sistemik wanita yang menderita eklampsia. Ini meliputi : Selular fibronektin Faktor von Willebrand Molekul adhesi sel (yaitu, P-selectin, vaskular adhesi molekul-1 endotel [VCAM-1] Adhesi antar molekul-1 [ICAM-1]) Sitokin (yaitu, interleukin-6 [IL-6]) Tumor necrosis factor- [TNF-] Selain itu, diyakini bahwa faktor antiangiogenic, seperti protein plasenta fms seperti tirosin kinase 1 (sFlt-1) dan aktivin A, antagonis faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF). Peningkatan kadar protein ini menyebabkan pengurangan VEGF dan menginduksi disfungsi sel endotel sistemik dan lokal. Kebocoran protein dari sirkulasi dan edema umum adalah gejala sisa dari disfungsi endotel dan dengan demikian faktor yang menentukan terkait dengan preeklampsia dan eklampsia. d. Stres oksidatif Bukti menunjukkan bahwa molekul leptin peningkatan sirkulasi wanita dengan eklampsia, menginduksi stres oksidatif, faktor lain dalam eklampsia, pada sel (Peningkatan leptin juga menyebabkan agregasi platelet, kemungkinan besar berkontribusi terhadap koagulopati yang berhubungan dengan eklampsia.) Stres oksidatif telah ditemukan untuk merangsang produksi dan sekresi dari faktor antiangiogenic aktivin A dari sel-sel plasenta dan endotel. Studi pada model tikus hamil telah mengusulkan bahwa ada dysregulation dalam spesies oksigen reaktif (ROS) sinyal jalur. Studi juga menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas leukosit sistemik berperan dalam mediasi stres oksidatif, inflamasi, dan disfungsi sel endotel. Studi histokimia menunjukkan bahwa ada sebagian besar peningkatan infiltrasi neutrofil pembuluh darah pada pasien dengan eklampsia. e. Evaluasi Eklampsia harus selalu dipertimbangkan pada pasien hamil dengan episode kejang. Seorang pasien hamil yang telah terlibat dalam trauma yang tidak dapat dijelaskan (seperti kecelakaan mobil tunggal kendaraan) dan telah menunjukkan aktivitas kejang harus dievaluasi untuk eklampsia. Eklampsia dapat terjadi selama antepartum, intrapartum, dan periode postpartum. Sembilan puluh persen kasus eklampsia terjadi setelah usia kehamilan 28 minggu. Preeklamsia dapat dengan cepat berkembang menjadi eklampsia.Perkembangan alami dari penyakit ini dari preeklamsia berat gejala (dibedakan dari preeklamsia dengan tanda-tanda vital spesifik, gejala, dan kelainan laboratorium) untuk kejang. a. Kejadian tanda-tanda atau gejala sebelum kejang adalah sebagai berikut: Sakit kepala (83%) Hiperaktif refleks (80%) Ditandai proteinuria (52%) Generalized edema (49%) Visual gangguan (44%) Nyeri kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium (19%) b. Tidak adanya tanda-tanda atau gejala sebelum kejang adalah sebagai berikut: Kurangnya edema (39%) Tidak adanya proteinuria (21%) Refleks normal (20%) c. Hubungan kejang untuk pengiriman adalah sebagai berikut: Sebelum pengiriman (> 70%) Sebelum persalinan (antepartum) (25%) Selama persalinan (intrapartum) (50%) Setelah melahirkan (postpartum) (25%) Walaupun pasien dengan preeklamsia berat berada pada risiko lebih besar untuk kejang, 25% pasien memiliki gejala yang konsisten dengan preeklampsia ringan sebelum kejang. f. Temuan Fisik Kebanyakan pasien dengan eklampsia hadir dengan hipertensi dan kejang, bersama dengan beberapa kombinasi proteinuria dan edema. Temuan pada pemeriksaan fisik mungkin termasuk yang berikut: sistolik berkelanjutan lebih besar dari 160 mm Hg atau diastolik lebih besar dari 110 BP mm Hg Takikardia Takipnea Rales Perubahan status mental Hyperreflexia Clonus Papilledema Oliguria atau anuria Lokalisasi defisit neurologis Kuadran kanan atas atau nyeri tekan abdomen epigastrium Generalized edema Kecil fundus tinggi untuk usia kehamilan diperkirakan Penangkapan Pemeriksaan leher rahim dari pasien dengan eklampsia tidak boleh diabaikan, karena modus pengiriman sebagian besar mungkin tergantung pada status yang serviks pasien. Diagnosis Diferensial 1. Insufisiensi adrenal dan Krisis adrenal 2. Perdarahan cerebellar 3. Aneurisma serebral 4. Trombosis vena serebral 5. Ensefalopati, hipertensi 6. Radang otak 7. Gestational trophoblastic Neoplasia 8. Trauma Kepala 9. Hiperaldosteronisme, Primer 10. Hipertensi Darurat 11. Hipoglikemia 12. Meningitis 13. Neoplasma, Otak 14. Kehamilan, Preeklampsia 15. Kejang dan Epilepsi: Tinjauan dan Klasifikasi 16. Shock, Septic 17. Stroke, Dengue 18. Stroke, Iskemik 19. Perdarahan subarachnoid 20. Lupus Eritematosus 21. Thrombocytopenic Purpura trombotik 22. Penarikan Syndromes 23. Angioma 24. Cerebral Vaskulitis 25. Overdosis Obat 26. Gangguan metabolik 27. Terdiagnosis Tumor Otak C. Faktor Resiko Pre-Eklampsia Dan Eklampsiaa. Faktor Resiko Pre-EklampsiaPreeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah : Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan. Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya. Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan. Kegemukan. Mengandung lebih dari satu orang bayi. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.b. Faktor Resiko EklampsiaBerikut ini dianggap faktor risiko untuk eklampsia: Sejarah keluarga preeklamsia, preeklampsia dan eklampsia sebelumnya Miskin hasil dari kehamilan sebelumnya, termasuk retardasi pertumbuhan intrauterin , abrupsio plasenta , atau kematian janin Kehamilan remaja Pasien yang lebih tua dari 35 tahun status Rendah status sosial ekonomi Kondisi berikut medis yang sudah ada sebelumnya juga dianggap faktor risiko : Kegemukan Hipertensi kronis Penyakit ginjal Thrombophilias-antifosfolipid antibodi sindrom Defisiensi protein C dan protein S defisiensi Defisiensi antithrombin Pembuluh darah dan jaringan ikat gangguan Gestational diabetes Sistemik lupus eritematosus D. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Dan Eklampsia1. Penatalaksanaan Pre-EklampsiaPrinsip penatalaksanaan pre-eklampsia :a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darahb. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsiac. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan :a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janinb. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg).c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidure. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari). 7. Diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLUg. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 mingguh. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.i. jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalanj. pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.k. persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat :Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.a. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.b. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!a. Penanganan aktif.Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini : ada tanda-tanda impending eklampsia ada HELLP syndrome ada kegagalan penanganan konservatif ada tanda-tanda gawat janin usia kehamilan 35 minggu atau lebih (Prof.Gul : 34 minggu berani terminasi. Pernah ada kasus 31 minggu, berhasil, kerjasama dengan perinatologi, bayi masuk inkubator dan NICU) JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !!.Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).Syarat pemberian MgSO4 : Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit - tidak ada tanda-tanda gawat napas Diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya - refleks patella positif.MgSO4 dihentikan bila : Ada tanda-tanda intoksikasi - atau setelah 24 jam pasca persalinan Atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit). Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.b. Penanganan konservatifPada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif. Medisinal : Sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !! Obstetrik :Pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung terminasi.2. Penatalaksanaan EklampsiaEklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma.Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain). Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau koma.a. Tujuan pengobatan : menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan fungsi organ vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.b. Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.c. Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4 dapat ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya diberikan satu kali saja. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB intravena perlahan-lahan.JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !!d. Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar isolasi dengan penerangan cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya.Sikap dasar semua kehamilan dengan eklampsia HARUS diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu. Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu, paling lama 4-8 jam sejak diagnosis ditegakkan. Yang penting adalah koreksi asidosis dan tekanan darah.Cara terminasi juga dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin. Bayi dirawat dalam unit perawatan intensif neonatus (NICU).Pada kasus pre-eklampsia / eklampsia, jika diputuskan untuk sectio cesarea, sebaiknya dipakai ANESTESIA UMUM. Karena kalau menggunakan anestesia spinal, akan terjadi vasodilatasi perifer yang luas, menyebabkan tekanan darah turun. Jika diguyur cairan (untuk mempertahankan tekanan darah) bisa terjadi edema paru, risiko tinggi untuk kematian ibu.Pasca persalinan : maintenance kalori 1500 kkal / 24 jam, bila perlu dengan selang nasogastrik atau parenteral, karena pasien belum tentu dapat makan dengan baik. MgSO4 dipertahankan sampai 24 jam postpartum, atau sampai tekanan darah terkendali. Resusitasi janin : penting dikuasai !!e. Catatan : di Indonesia Kasus pre-eklampsia ringan sampai berat di daerah, jika mungkin, dipertahankan selama mungkin sambil dirujuk. Karena resusitasi / perawatan intensif neonatus di daerah sangat sulit dilakukan. Kecuali jika kasus terjadi di rumahsakit dengan fasilitas lengkap, dapat langsung terminasi.Tapi sebagian besar kasus masih ditangani konservatif sambil dirujuk. Akibatnya, perjalanan penyakit makin berat, prognosis makin buruk, angka kematian maternal / perinatal makin tinggi (pre-eklampsia / eklampsia merupakan salah satu faktor penentu angka kematian maternal / perinatal yang terutama di Indonesia).E.Terapi Pre-Eklampsia Dan Eklampsia1. Terapi MedisKejang eklampsia mengancam nyawa keadaan darurat dan membutuhkan perawatan yang tepat untuk mengurangi morbiditas ibu dan kematian. Pengiriman satunya pengobatan definitif untuk eklampsia. Pasien harus disarankan dan dididik pada perjalanan penyakit dan masalah sisa. Dia juga harus dididik tentang pentingnya perawatan kehamilan yang memadai pada kehamilan berikutnya. Beberapa organisasi telah skrining dikembangkan, pengobatan, dan pedoman pencegahan untuk preeklampsia dan eklampsia. a. Konsultasi dan / atau Transfer Seorang spesialis dokter kandungan atau kedokteran ibu-janin yang berpengalaman dapat dikonsultasikan. Pasien dengan eklampsia memerlukan konsultasi langsung obstetri dan masuk ke perawatan intensif untuk perawatan dukungan dan pengobatan sampai pengiriman neonatus. Dalam hal pengiriman atau kompromi prematur janin, seorang dokter anak atau neonatologis harus dikonsultasikan. Ketika awalnya mengevaluasi pasien dengan eklampsia, menjadi akrab dengan tingkat perawatan yang pusat medis dapat menawarkan pasien, seperti eklampsia jelas menimbulkan risiko morbiditas ibu dan bayi yang cukup dan kematian. Pasien dengan eklampsia mungkin mendapat manfaat dari manajemen di pusat perawatan tersier, berisiko tinggi obstetrik fasilitas yang menyediakan perawatan intensif neonatal dan ibu. b. Pendukung perawatan Layanan medis darurat personil harus (1) mengamankan jalur intravena (IV) dengan kateter besar-menanggung, (2) melakukan pemantauan jantung dan mengelola oksigen, dan (3) transportasi pasien dalam posisi dekubitus kiri lateral. Perawatan suportif untuk kejang-kejang eklampsia meliputi: Tutup pemantauan (invasif, jika terindikasi secara klinis) Airway dukungan Oksigenasi yang memadai Terapi antikonvulsan Tekanan darah (BP) kontrol Tempatkan pasien pada posisi lateral kiri. Posisi ini mengurangi resiko aspirasi dan akan membantu untuk meningkatkan aliran darah uterus dengan menghilangkan obstruksi vena kava oleh uterus gravid. Melindungi pasien terhadap cedera selama kejang dengan padding dan menaikkan pagar, menggunakan pisau lidah empuk antara gigi, dan penyedotan sekresi oral diperlukan. Setelah kejang berakhir, 16 - untuk 18-gauge infus harus ditetapkan untuk menggambar spesimen dan administrasi cairan dan obat-obatan. (Manajemen Cairan sangat penting pada pasien dengan eklampsia.) IV cairan harus dibatasi untuk solusi isotonik untuk mengganti output urin ditambah sekitar 700 mL / d untuk mengganti insensible losses. c. Farmakologis pertimbangan untuk kejang-kejang dan hipertensi Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas, mencegah komplikasi, dan eklampsia benar. Obat pilihan untuk mengobati dan mencegah eklampsia adalah magnesium sulfat. Keakraban dengan lini kedua obat fenitoin dan diazepam / lorazepam diperlukan untuk kasus-kasus di mana magnesium sulfat mungkin kontraindikasi (misalnya, miastenia gravis ) atau tidak efektif. Pengendalian hipertensi penting untuk mencegah morbiditas lebih lanjut atau kematian mungkin. Para agen antihipertensi yang paling sering digunakan adalah hydralazine, labetalol, dan nifedipin. Magnesium sulfat IV adalah obat awal yang diberikan untuk mengakhiri kejang dan BP yang lebih rendah. Dosis loading 6 g (15-20 menit) dan dosis pemeliharaan 2 g per jam sebagai larutan IV harus diberikan terus menerus. Setelah kejang berhenti, 85% dari pasien dicatat meningkatkan pengawasan BP. Catatan:. toksisitas magnesium dapat menyebabkan koma, dan, jika perubahan status mental dengan tingkat infus, ini harus dipertimbangkan Benzodiazepine atau fenitoin dapat digunakan untuk kejang yang tidak responsif terhadap magnesium sulfat. Hindari penggunaan agen ganda untuk mengurangi kejang eklampsia, kecuali jika diperlukan. Hipertensi berat harus ditangani setelah infus magnesium. Hydralazine atau labetalol kemudian dapat diberikan IV untuk BP kontrolTujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan darah sistolik antara 140 dan 160 mm Hg dan tekanan darah diastolik antara 90 dan 110 mm Hg. Direkomendasikan IV bolus hydralazine (5-10 mg) atau labetalol (20-40 mg q15min prn). Lain obat antihipertensi ampuh, seperti natrium atau nitrogliserin nitroprusside, dapat digunakan tetapi jarang diperlukan. Diuretik hanya digunakan dalam pengaturan edema paru. Perawatan harus diambil untuk tidak menurunkan BP terlalu drastis;. Penurunan yang berlebihan dapat menyebabkan perfusi uteroplasenta tidak memadai dan gawat janin Dosis steroid antenatal dapat diberikan dalam mengantisipasi pengiriman muncul saat usia kehamilan kurang dari 32 minggu. Betametason (12 mg IM q24h 2 dosis) atau deksametason (6 mg IM q12h 4 dosis) dianjurkan. Sekitar 10% dari wanita dengan eklampsia akan memiliki kejang tambahan setelah menerima magnesium sulfat. Lain 2 g bolus magnesium dapat diberikan dalam kasus ini. Untuk pasien langka yang terus memiliki aktivitas kejang saat menerima terapi magnesium yang memadai, kejang dapat diobati dengan natrium amobarbital, 250 mg IV selama 3-5 menit. Lebih umum, lorazepam (Ativan) 4 mg IV selama 2-5 menit (dapat mengulang dalam 5-15 menit untuk maksimum 8 mg dalam 12 jam atau diazepam (Valium), 5-10 mg IV lambat (mungkin diulang setiap 15 menit sampai 30 mg) baik sebagai protokol per untuk status epileptikus. BP harus dinilai dengan tujuan menjaga tekanan darah diastolik kurang dari 110 mm Hg dengan pemberian obat antihipertensi yang diperlukan (misalnya, hydralazine, labetalol). Jauhkan apa-apa melalui mulut (termasuk obat) sampai pasien secara medis stabil atau disampaikan, karena dia berada pada risiko aspirasi saat postictal dan mungkin mengalami kejang berulang. d. Pemantauan IbuTergantung pada perjalanan klinis, secara teratur memeriksa status neurologis pasien untuk tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan (misalnya, pemeriksaan funduskopi, saraf kranial) Memonitor asupan cairan dan output urin, laju pernapasan ibu, dan oksigenasi, seperti yang ditunjukkan, dan terus menerus memonitor status janin. Pemantauan tekanan arteri pulmonal jarang ditunjukkan tetapi dapat membantu pada pasien yang memiliki bukti dari edema paru atau oliguria / anuria. Setelah kejang dikontrol dan pasien telah sadar kembali, kondisi medis umum pasien harus dinilai untuk mengidentifikasi penyebab lain untuk kejang. Induksi persalinan dapat dimulai saat pasien stabil. e. Pemantauan janin Denyut jantung janin dan kontraksi uterus harus terus dipantau. Bradikardia janin umum berikut penyitaan eklampsia dan telah dilaporkan untuk terakhir dari 30 detik sampai 9 menit. Interval dari awal kejang jatuh dalam detak jantung janin biasanya 5 menit atau kurang. Transitory fetal tachycardia may occur following the bradycardia. Sementara janin takikardia dapat terjadi bradikardia berikut ini. Setelah bradikardia awal, selama tahap pemulihan, jantung janin dapat mengungkapkan tingkat melacak hilangnya variabilitas jangka pendek dan jangka panjang dan adanya deselerasi lambat. Kelainan ini kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan aliran darah uterus yang disebabkan oleh vasospasme intens dan hiperaktivitas uterus selama kejang tersebut. Jika jantung janin pelacakan tidak membaik setelah kejang, evaluasi lebih lanjut harus dilakukan. Pertumbuhan janin prematur-dibatasi dan bisa lebih lama untuk pulih setelah kejang. Abrupsio plasenta mungkin hadir jika rahim hiperaktif dan bradikardi janin tetap berlanjut. f. Pengiriman (antepartum atau intrapartum eklampsia) Pengiriman adalah pengobatan untuk eklampsia setelah pasien telah stabil. Tidak ada usaha harus dilakukan untuk memberikan bayi baik melalui vagina atau dengan kelahiran sesar sampai fase akut kejang atau koma telah berlalu. Modus pengiriman harus didasarkan pada indikasi obstetri tetapi harus dipilih dengan kesadaran bahwa pengiriman vagina adalah lebih baik dari sudut pandang ibu. Memadai nyeri ibu untuk persalinan sangat penting dan dapat diberikan dengan baik opioid sistemik atau anestesi epidural. Dengan tidak adanya malpresentation janin atau gawat janin, oxytocin atau prostaglandin dapat dimulai untuk menginduksi persalinan. Sesar pengiriman dapat dipertimbangkan pada pasien dengan serviks yang tidak menguntungkan dan usia kehamilan 30 minggu atau kurang, seperti induksi dalam situasi seperti ini dapat mengakibatkan program intrapartum berkepanjangan dan sering gagal dalam menghindari operasi caesar, mengingat tingginya tingkat komplikasi intrapartum. Ketika muncul kelahiran sesar diindikasikan, substantiating adanya koagulopati sebelum prosedur itu penting. (Lihat Terapi Bedah.) [17] Intrapartum komplikasi meliputi: Retardasi pertumbuhan janin (30%) pola denyut jantung janin (30%) Abrupsio plasenta (23%) Terlepas dari usia kehamilan, induksi berkepanjangan signifikan secara klinis memburuknya ibu kardiovaskular, hematologi, hati ginjal,, dan / atau status saraf umumnya indikasi untuk kelahiran sesar ketika waktu pengiriman diantisipasi jauh. 2. Terapi Bedah Kelahiran sesar mungkin diperlukan untuk indikasi obstetri atau kondisi ibu memburuk. Pasien harus distabilkan sehubungan dengan kejang, oksigenasi, dan status hemodinamik sebelum inisiasi kelahiran sesar. BP harus dikontrol dan koagulopati dimonitor atau diperbaiki.

a. Anestesi Konsultasi anestesiologi dapat diperoleh. Evaluasi awal dianjurkan untuk membantu dengan stabilisasi kardiopulmoner dan untuk mempersiapkan pengiriman operasi mungkin atau intubasi endotrakeal. Untuk pengiriman sesar tidak darurat, teknik epidural atau gabungan dari anestesi regional lebih disukai. Anestesi regional merupakan kontraindikasi pada adanya koagulopati atau trombositopenia berat (