BAB 2 Status Pasien Baru

download BAB 2 Status Pasien Baru

of 35

Transcript of BAB 2 Status Pasien Baru

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    1/35

    3

    SMF ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI RSUD EMBUNG FATIMAH

    BATAM 2014

    Laporan Kasus : Desember 2014Oleh : Riski Amanda

    Pembimbing : dr. Ni Made Indri, Sp.OG

    Hari/ Tanggal : 19 Desember 2014

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Preeklamsia

    IDENTITAS

    Nama Pasien : Ny. S.W

    Umur : 38 Tahun

    Alamat : Perum Masyeba Batu Aji Batam

    Agama, Suku : Islam, Jawa

    Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

    Pendidikan Terakhir : SMA

    Masuk Rumah Sakit : 21 Oktober 2014 pukul 11.00 WIB

    HPHT : 05-03-2014

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    2/35

    4

    ANAMNESA (Autoanamnesa) 06 November 2014 Pukul 14.00 wib

    Keluhan Utama : Kepala pusing sejak kemarin malam

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Rasa pusing dialami pasien sejak tanggal 20 November 2014 pukul 21.00

    WIB hilang timbul dan tidak teratur, penglihatan kabur dan berkunang-kunang.

    Pasien juga mengeluh sesak serta kaki,tangan dan muka bengkak. Riwayat keluar

    lendir darah dari kemaluan (-). Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). BAK (+)

    Normal, BAB (+) normal.

    Riwayat Penyakit Terdahulu :

    Os memiliki riwayat darah tinggi, Os tidak memiliki riwayat asma, penyakit

    jantung, penyakit ginjal, dan kencing manis.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Ayah Os menderita hipertensi.

    Riwayat Alergi :

    Os tidak memiliki riwayat alergi debu dan cuaca dingin. Os tidak memiliki

    alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

    Riwayat Haid :

    Menarche : Usia 14 tahun

    Lama Haid : 7 hari

    Siklus Haid : 28 hari

    Jumlah : Mengganti 2 pembalut sehari

    Riwayat Perkawinan :

    Os sudah menikah selama 15 tahun.

    Riwayat Obstetrik

    Kehamilan saat ini adalah kehamilan keempat, anak pertama adalah anak

    perempuan dengan berat lahir 2900 gr pada tahun 2001, lahir secara normal, Anak

    kedua perempuan dengan berat lahir 2900 gr pada tahun 2003 secara normal.

    Anak ketiga perempuan dengan berat lahir 3000 gr secara sectio caesar atas

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    3/35

    5

    indikasi placenta previa dan letak lintang tahun 2009.os mengaku tidak pernah

    keguguran, jarak kehamilan saat ini dengan kehamilan sebelumnya adalah 5

    tahun.

    ANC : Periksa kehamilan pada dokter dan bidan

    Trimester I : 2x

    Trimester II : 1x

    Trimester III : 2x

    Riwayat Kontrasepsi :

    Os mengaku pernah menggunakan alat kontrasepsi KB suntik setelah

    kelahiran anak pertama.

    Riwayat Operasi :

    Os mengatakan pernah mengalami operasi sectio caesaria sebanyak 1x pada

    kehamilan ketiga.

    Riwayat Habituasi :

    Os tinggal diperumahan komplek, kerbesihan kurang terjaga, cukup cahaya.

    Udara tercemar oleh asap pabrik, got tersumbat, banyak tikus dilingkungan os.

    PEMERIKSAAN FISIK

    A. STATUS PRESENT

    Keadaan Umum : Baik

    Vital Sign :

    - Kesadaran : Compos Mentis

    -Tekanan Darah : 220/120 mmHg

    - Nadi : 88 x/menit

    - Suhu : 36,2 C

    - Respirasi : 23 x/menit

    Berat Badan : 60 kg

    Tinggi Badan : 155 cm

    Gizi : gizi kesan cukup

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    4/35

    6

    B.

    STATUS GENERALIS

    Kepala : Normocephali

    - Mata : pupil isokor D/S, konjungtiva tidak anemis

    D/S, Sklera tidak ikterik D/S

    - Hidung : Tidak ada septum deviasi, tidak ada polip,

    sekret (-), mukosa tidak hiperemis.

    - Muka : Chloasma Gravidarum (+), oedem (+)

    -Mulut : Tidak ada karies, bibir tidak pucat.

    Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar

    tiroid, JVP : 5 2 cmH2O

    Thorax : Simetris D/S, tidak ada retraksi intercostalis, areola

    mammae hiperpigmentasi (+)

    - Paru :

    o Inspeksi : Simetris, tidak ada napas tertinggal,

    pergerakan pernapasan reguler.

    o Palpasi : Fokal fremitus D/S normal

    o Perkusi : Sonor di semua lapangan paru

    o Auskultasi : Vesikuler D/S sama, rhonki (-/-)

    Wheezing (-/-)

    - Jantung

    o Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

    o

    Palpasi : tidak teraba ictus cordiso Perkusi :

    Batas jantung kanan ( Sonor ke

    redup), Linea parasternalis dextra ICS

    IV

    Batas jantung kiri ( Sonor ke redup),

    Linea Midclavicula sinistra ICS V

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    5/35

    7

    Batas jantung atas ( sonor ke redup),

    Linea sternalis Sinistra ICS II

    Pinggang jantung (Sonor ke redup),

    Linea parasternalis sinistra ICS III

    o Auskultasi : Bunyi jantung I/II muni regular,

    gallop (-), murmur (-)

    - Abdomen : Cembung, striae gravidarum (-)

    - Ekstremitas : edema pada kedua kaki

    STATUS OBSTETRI

    Pemeriksaan Luar :

    -Inspeksi : Uterus tampak lebih melebar kesamping

    dan fundus uteri membentang di atas

    umbilikus

    - Palpasi :

    o Leopold I

    Tinggi fundus uteri : 28 cm, lebih

    rendah dari usia kehamilan, di bagian

    fundus teraba disebelah atas perut ibu,

    berkesan bokong.

    o Leopold II

    Teraba bagian panjang, datar dan keras

    disebelah bawah ibu, berkesan

    punggung sebelah kiri, ekstremitas

    kanan

    o

    Leopold IIITeraba bagian bulat, keras dan

    melenting berkesan kepala janin pada

    bagian kiri perut ibu, teraba bagian

    tidak bulat, lunak di bagian kanan perut

    ibu, berkesan bokong janin Leopold IV

    kepala belum masuk PAP

    - HIS : -

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    6/35

    8

    - DJJ : 149x/menit

    - TBJ : 2480 gr

    Pemeriksaan Dalam (Vaginal Thoucer) :

    - Inspeksi : Vulva, labia mayor dan minor tidak tampak

    kelainan (-), flour (-) lendir darah (-)

    - Vaginal Toucher : Portio tebal, lunak dan mencucu, ketuban

    utuh, presentasi kepalag, hodge I, sarung

    tangan lendir darah (-)

    -

    BISHOP SCORE :

    - Pembukaan Servix 4cm = 0

    - konsistensi servix ,sedang = 1

    - posisis servix, tengah = 1

    -

    penurunan terbawah spina ischiadica -1 = 2

    - TOTAL : 4

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    USG

    Hasil :

    presentasi kepala

    Laboraturium

    Hematologi ( 21 Oktober 2014 Pukul 15.00 WIB)

    - Hb : 13,1 g/dl

    - Leukosit : 12.500/ul

    - Ht : 36%

    - Trombosit : 298.000/mm3

    - Eritrosit : 4,3 Juta/ mm3

    -BT : 3,4 menit

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    7/35

    9

    - CT : 8,2 menit

    - Gol darah : 0 +

    - GDS : 110 mg/dl

    -HbsAg : Negatif

    - Anti HIV : Non Reaktif

    URINALISA

    - Warna : Kuning agak keruh

    - Kejernihan : Keruh

    - BJ : 1,015

    - PH : 6,5

    - Leukosit : +1

    - Eritrosit : +5

    - Proteinuria : +4

    DIAGNOSIS KERJA

    - G4P3A0H3 gravid preterm 33-34 minggu + PEB +

    bekas SC 1x, janin hidup tunggal persentasi kepala

    PENATALAKSAAN

    -Kontrol KU,VS,DJJ,HIS dan Urine

    - Regimen SM dosis Initial lanjutkan regimen SM

    dosis maintenance

    - Dopamet 3x500mg

    - Pematangan paru : dexamethason 2x2 (selama 2 hari)

    - terapi ekspektatif.

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    8/35

    10

    FOLLOW UP PASIEN

    Tanggal Jam S O A P

    21/10/2014 15.00

    Pusing (+),

    penglihatan

    kabur dan

    berkunang-

    kunang. sesak

    (+) kaki,tangan

    dan muka

    bengkak.

    Riwayat keluar

    lendir darah dari

    kemaluan (-).

    Riwayat keluar

    air-air dari

    kemaluan (-).

    BAK (+)

    Normal, BAB

    (+) normal.

    KU: Tampak sakitsedang

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 220/110

    N : 88 x

    RR : 23x/menit

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen :

    I : tampak cembung

    A : peristaltik (+)

    P: TFU 28 cm

    DJJ :149 x/I , terdengar

    sangat keras dibawah

    pusat

    VT : tidak diakukanEkstremitas : oedem

    (+/+)

    G4P3A0H3

    gravid preterm

    33-34 minggu +

    PEB + bekas SC

    1x, janin hidup

    tunggal

    persentasi kepala

    - IVSD RL 20 tetes

    - Reg SM dosis

    initial lanjutkan

    regimen Sm dosis

    maintenance

    - dopamet

    3x500mg

    -dexamethason 2x2

    (2hari)

    - pasang DC

    22/10/2014 08.00

    Pusing (+),

    sesak

    berkurang,

    tanda-tanda

    impending

    eklamsi (-), his

    KU: Tampak sakit

    sedang

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 190/100

    G4P3A0H3

    gravid preterm

    33-34 minggu +

    PEB + bekas SC

    1x, janin hidup

    tunggal

    - IVSD RL 20 tetes

    + Reg SM drip 1 fl

    20 tpm

    maintenance

    - dopamet

    3x500mg

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    9/35

    11

    (-) , gerak janin

    (+)

    N : 80 x, DJJ : 133

    RR : 20x/menit,SPO2: 98

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 28cm

    Perdarahan : (-)

    Ekstremitas : oedem

    (+/+)

    persentasi kepala -dexamethason 2x2

    (2hari)

    - adalataros 1x30

    jika td 160

    23/10/2014 08. Keluhan :pusing

    (+ ) berkurang,

    his (-) sesak (-)

    , tidak ada

    keluhan lain.

    gerak janin

    berkurang

    KU: Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 150/90

    N : 78 x djj : 126

    RR : 20x/menit

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 28cm

    Perdarahan : negatif

    Ekstremitas : oedem

    (+/+)

    Mobilisasi : (+)

    Urine Output : 200cc

    G4P3A0H3

    gravid preterm

    33-34 minggu +

    PEB + bekas SC

    1x, janin hidup

    tunggal

    persentasi kepala

    -Terapi lanjut

    - lanjut pematangan

    paru

    24/10/2014 08.00 Keluhan :

    pusing (+ ),

    sesak (-) , tidak

    ada keluhan

    lain. his (-)

    tanda- tanda

    impending (-)

    KU: Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 220/120

    N : 90 x

    RR : 23x/menit

    G4P3A0H3

    gravid preterm

    33-34 minggu +

    PEB gagal terapi

    ekspektatif +

    bekas SC 1x,

    janin hidup

    -Terapi lanjut

    -DILAKUKAN SC

    CYTO

    -Penyakit Dalam

    -isdn 15mg

    subingual/15 menit

    sampai tek.darah

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    10/35

    12

    gerak janin (+) Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 28cm

    Perdarahan : negatif

    Ekstremitas : oedem

    (+/+)

    tunggal

    persentasi kepala

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    11/35

    13

    25/10/2014 08.00 Keluhan :

    pusing (+) nyeri

    bekas op (+)

    sesak (+)

    KU: Tampak sakit

    sedang

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 123/79

    N : 79 x

    RR : 21x/menit

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 2 jari dibawah

    pusat

    PPV : (+)

    Ekstremitas : oedem (-/-)

    P4A0H4 post

    SCTPP a.i PEB

    gagal terapi

    ekspektatif + tp

    (sterilisasi a.i

    anak cukup

    -OBGYN :

    -pantau PPV

    -TERAPI LANJUT

    -ANASTESI :

    - transfusi prc 1 kolf

    premedikasi dexa

    2 amp

    -Ketorolac 3x30mg

    - fentanyl (1hari)

    -PENY.DALAM:

    - Inj Furosemid stop

    - lain2 lanjut

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    12/35

    14

    27/10/2014 08.00 Demam (-) ,

    BAK (+) pusing

    (-) nyeri bekas

    op (+)

    KU: Tampak sakit

    sedang

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 165/99

    N : 82 x

    RR : 22x/menit

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 2 jari dibawah

    pusat

    PPV : (-)

    Ekstremitas : oedem (-/-)

    P4A0H4 post

    SCTPP a.i PEB

    gagal terapi

    ekspektatif + tp

    (sterilisasi a.i

    anak cukup

    -OBGYN :

    -Regimen SM dosis

    meintenance stop

    -dopamet 3x1

    -metronidazol 3x1

    -amlodipin 1x10mg

    -cefixime 3x1

    -as.mef 3x1

    - inbion 1x1

    -PENY DALAM :

    - ISDN 3x5mg

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    13/35

    15

    28/10/2014 08.00 Keluhan (-)

    nyeri luka post

    op (+)

    KU: Tampak sakit

    sedang

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 170/90

    N : 97 x

    RR : 22x/menit

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 2 jari dibawah

    pusat

    PPV : (-)

    Ekstremitas : oedem (-/-)

    P4A0H4 post

    SCTPP a.i PEB

    gagal terapi

    ekspektatif + tp

    (sterilisasi a.i

    anak cukup

    -OBGYN :

    - terapi lanjut

    -GV

    -ANASTESI :

    -alprazolam 1x 0,5

    mg

    -PENY.DALAM :

    -acc pindah

    ruangan jika TD

    170

    - irbesartan 1x150

    mg

    JAM 16.20 pindah

    RUANG MAWAR

    TD : 150/90mmHg

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    14/35

    16

    29/10/2014 08.00 Keluhan (-)

    nyeri luka post

    op (+)

    KU: Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos

    Mentis

    Vital sign :

    TD : 160/80

    N : 97 x

    RR : 22x/menit

    Pemeriksaan fisik:

    Kepala : Normocephali

    konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Thorax : c/p DBN

    Abdomen : BU (+)

    TFU : 2 jari dibawah

    pusat

    PPV : (-)

    Ekstremitas : oedem (-/-)

    P4A0H4 post

    SCTPP a.i PEB

    gagal terapi

    ekspektatif + tp

    (sterilisasi a.i

    anak cukup

    - terapi oral lanjut

    -cefixime 2x1

    -as.mef 3x1

    -vit c 2x1

    - inbion 1x1

    -ACC PULANG

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    15/35

    17

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 PREEKLAMPSIA

    2.1.1 Definisi

    Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang

    mengenai wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan

    tanda utama berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Bila seorang wanita

    memenuhi kriteria preeklampsia dan disertai kejang yang bukan

    disebabkan oleh penyakit neurologis dan atau koma maka ia dikatakan

    mengalami eklampsia. Umumnya wanita hamil tersebut tidak

    menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.2,3

    Kumpulan gejala itu berhubungan dengan vasospasme, peningkatan

    resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ. Kelainan

    yang berupa lesi vaskuler tersebut mengenai berbagai sistem organ,

    termasuk plasenta. Selain itu, sering pula dijumpai peningkatan aktivasi

    trombosit dan aktivasi sistem koagulasi.7

    2.1.2 Etiologi

    Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

    Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi

    jawaban yang memuaskan Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut

    sebagai the disease of theory. Teori yang dapat diterima harus dapatmenerangkan hal-hal berikut7:

    1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida,

    kehamilan ganda,

    hidramnion, dan mola hidatidosa

    2. peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia

    kehamilan

    3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    16/35

    18

    4. penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan

    berikutnya

    5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi,

    edema,

    proteinuria, kejang dan koma

    Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia

    hingga saat ini, yaitu:14,15

    1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal

    terhadap arteri spiralis

    sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang

    dapat

    berkembang menjadi iskemia plasenta.

    2. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).

    3. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi

    arteri spiralis oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel

    yang diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim

    proteolitik dan radikal bebas.

    4. Genetik.

    Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.

    Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di

    antara faktor-faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar

    ditentukan apakah faktor penyebab atau merupakan akibat.

    2.1.3 Klasifikasi

    Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat(PEB):7,16

    1. Preeklampsia ringan

    Dikatakan preeklampsia ringan bila :

    a. Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah

    b. diastolik 90-110 mmHg

    c. Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)

    d. Tidak disertai gangguan fungsi organ

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    17/35

    19

    2. Preeklampsia berat

    Dikatakan preeklampsia berat bila :

    a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik >

    110 mmHg

    b. Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan

    kuantitatif

    c. Bisa disertai dengan :

    i. Oliguria (urine 400 mL/24jam)

    ii. Keluhan serebral, gangguan penglihatan

    iii. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerahepigastrium

    iv. Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia

    v. Edema pulmonum, sianosis

    vi. Gangguan perkembangan intrauterine

    vii. Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia

    3. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai

    dengan adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.

    Preklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:2,4

    a. PEB tanpa impending eclampsia

    b. PEB dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending

    di antaranya nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri

    epigastrium, dan nyeri abdomen kuadran kanan atas.

    2.1.4 Insidens dan Faktor Risiko

    Insidens preeklampsia sebesar 45 kasus per 10.000 kelahiran hidup

    pada negara maju. 7 Di negara berkembang insidensnya bervariasi antara610 kasus per 10.000 kelahiran hidup.17

    Angka kematian ibu akibat kasus preeklampsia bervariasi antara 0-4%.

    1 Angka kematian ibu meningkat karena komplikasi yang dapat mengenai

    berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak wanita hamil akibat

    preeklampsia adalah perdarahan intraserebral dan edema paru. Efek

    preeklampsia pada kematian perinatal berkisar antara 10-28%. Penyebab

    terbanyak kematian perinatal disebabkan prematuritas, pertumbuhan janin

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    18/35

    20

    terhambat, dan solutio plasenta. Sekitar 75% eklampsia terjadi antepartum

    dan sisanya terjadi pada postpartum. Hampir semua kasus (95%)

    eklampsia antepartum terjadi pada trimester ketiga.18,19

    Angka kejadian preeklampsia rata-rata sebanyak 6% dari seluruh

    kehamilan dan 12% pada kehamilan primigravida. Kejadian penyakit ini

    lebih banyak dijumpai pada primigravida terutama primigravida pada usia

    muda daripada multigravida.2,3

    Penelitian mengenai prevalensi preeklampsia dan PEB di Indonesia

    dilakukan di Rumah Sakit Denpasar. Pada primigravida frekuensi

    preeklampsia/eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan

    multigravida, terutama primigravida muda. Hasil penelitian tersebut

    menunjukkan insidensi preeklampsia pada primigravida 11,03%. Angka

    kematian maternal akibat penyakit ini 8,07% dan angka kematian perinatal

    27,42%. Sedangkan pada periode Juli 1997 s/d Juni 2000 didapatkan 191

    kasus (1,21%) PEB dengan 55 kasus di antaranya dirawat konservatif.20

    Selain primigravida, faktor risiko preeklampsia lain di antaranya

    adalah7,14,15:

    1. nullipara

    2. kehamilan ganda

    3. obesitas

    4. riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia

    5. riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

    6. abnormalitas uterus yang diperoleh pada Doppler pada usia

    kandungan 18 dan 24 minggu

    7. diabetes melitus gestasional8. trombofilia

    9. hipertensi atau penyakit ginjal.

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    19/35

    21

    2.1.5 Patofisiologi

    Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah

    adanya spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.

    Bila spasme arteriolar juga ditemukan di seluruh tubuh, maka dapat

    dipahami bahwa tekanan darah yang meningkat merupakan

    kompensasi mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi

    jaringan tetap tercukupi. Sedangkan peningkatan berat badan dan

    edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam

    ruang interstitial belum diketahui penyebabnya. Beberapa literatur

    menyebutkan bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron

    yang rendah dan kadar prolaktin yang tinggi dibandingkan pada

    kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume

    plasma dan mengatur retensi air serta natrium. Pada preeklampsia

    permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.14,15

    Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena

    vasodilatasi perifer yang diakibatkan turunnya tonus otot polos

    arteriol. Hal ini kemungkinan akibat meningkatnya kadar progesteron

    di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar vasokonstriktor seperti

    angiotensin II, adrenalin, dan noradrenalin, dan atau menurunnya

    respon terhadap zat-zat vasokonstriktor. Semua hal tersebut akan

    meningkatkan produksi vasodilator atau prostanoid seperti PGE2 atau

    PGI2. Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah

    yang normal seperti tekanan darah sebelum hamil.14-6

    1. Regulasi volume darah

    Pengendalian garam dan homeostasis meningkat padapreeklampsia. Kemampuan untuk mengeluarkan natrium juga

    terganggu, tetapi pada derajat mana hal ini terjadi sangat

    bervariasi dan pada keadaan berat mungkin tidak dijumpai adanya

    edema. Bahkan jika dijumpai edema interstitial, volume plasma

    adalah lebih rendah dibandingkan pada wanita hamil normal dan

    akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebih lagi suatu penurunan atau

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    20/35

    22

    suatu peningkatan ringan volume plasma dapat menjadi tanda

    awal hipertensi.

    2. Volume darah, hematokrit, dan viskositas darah

    Rata-rata volume plasma menurun 500 ml pada preeklampsia

    dibandingkan hamil normal, penurunan ini lebih erat hubungannya

    dengan wanita yang melahirkan bayi dengan berat bayi lahir

    rendah (BBLR).

    3. Aliran Darah di Organ-Organ

    a. Aliran darah di otak

    Pada preeklampsia arus darah dan konsumsi oksigen

    berkurang 20%. Hal ini berhubungan dengan spasme pembuluh

    darah otak yang mungkin merupakan suatu faktor penting dalam

    terjadinya kejang pada preeklampsia maupun perdarahan otak.

    b. Aliran darah ginjal dan fungsi ginjal

    Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang

    sering menjadi penanda pada kehamilan muda. Pada

    preeklampsia arus darah efektif ginjal rata-rata berkurang 20%,

    dari 750 ml menjadi 600ml/menit, dan filtrasi glomerulus

    berkurang rata-rata 30%, dari 170 menjadi 120ml/menit,

    sehingga terjadi penurunan filtrasi. Pada kasus berat akan terjadi

    oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis

    tubular dan kortikal. Plasenta ternyata membentuk renin dalam

    jumlah besar, yang fungsinya mungkin sebagai cadangan

    menaikkan tekanan darah dan menjamin perfusi plasenta yang

    adekuat. Pada kehamilan normal renin plasma, angiotensinogen,angiotensinogen II, dan aldosteron meningkat nyata di atas nilai

    normal wanita tidak hamil. Perubahan ini merupakan

    kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam

    sirkulasi. Pada kehamilan normal efek progesteron diimbangi

    oleh renin, angiotensin, dan aldosteron, tetapi keseimbangan ini

    tidak terjadi pada preeklampsia. Sperof (1973) menyatakan

    bahwa dasar terjadinya preeklampsia adalah iskemi

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    21/35

    23

    uteroplasenter dimana terjadi ketidakseimbangan antara massa

    plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah

    plasenta yang berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus,

    akan dihasilkan lebih banyak renin uterus yang mengakibatkan

    vasokonstriksi dan meningkatnya kepekaan pembuluh darah. Di

    samping itu angiotensin menimbulkan vasodilatasi lokal pada

    uterus akibat efek prostaglandin sebagai mekanisme kompensasi

    dari hipoperfusi uterus. dikutip dari 4 Laju filtrasi glomerulus

    dan arus plasma ginjal menurun pada preeklampsia, tetapi

    karena hemodinamik pada kehamilan normal meningkat 30%

    sampai 50%, nilai pada preeklampsia masih di atas atau sama

    dengan nilai wanita tidak hamil. Klirens fraksi asam urat yang

    menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada

    perubahan pada GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan

    gejala awal. Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein

    biasanya ringan sampai sedang. Preeklampsia merupakan

    penyebab terbesar sindrom nefrotik pada kehamilan. Penurunan

    hemodinamik ginjal dan peningkatan protein urin adalah bagian

    dari lesi morfologi khusus yang melibatkan pembengkakan sel-

    sel intrakapiler glomerulus yang merupakan tanda khas patologi

    ginjal pada preeklampsia.

    c. Aliran darah uterus dan choriodesidua

    Perubahan arus darah di uterus dan choriodesidua adalah

    perubahan patofisiologi terpenting pada preeklampsia, dan

    mungkin merupakan faktor penentu hasil kehamilan. Namunyang disayangkan adalah belum ada satu pun metode

    pengukuran arus darah yang memuaskan baik di uterus maupun

    di desidua.1,2

    d. Aliran darah di paru-paru

    Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya

    karena edema paru yang menimbulkan dekompensasi cordis.

    e. Aliran darah di mata

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    22/35

    24

    Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darah

    orbital. Bila terjadi halhal tersebut, maka harus dicurigai

    terjadinya preeklampsia berat. Gejala lain yang mengarah ke

    eklampsia adalah skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini

    disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat

    penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

    f. Keseimbangan air dan elektrolit

    Terjadi peningkatan kadar gula darah yang meningkat untuk

    sementara, asam laktat dan asam organik lainnya, sehingga

    konvulsi selesai, zat-zat organik dioksidasi dan dilepaskan

    natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik dengan

    terbentuknya natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan

    alkali dapat pulih kembali.

    2.1.6 Manifestasi Klinis

    Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah

    hipertensi dan proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang

    biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan lain

    seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri epigastrium

    mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang terjadi biasanya sudah

    berat.21

    Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah

    vasospasme arteriol sehingga tanda peringatan awal muncul adalah

    peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik merupakan tanda

    prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik dan tekanandiastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan

    abnormal.21-3

    Kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-

    tiba dan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda

    pertama preeklampsia. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg per

    minggu adalah normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu atau

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    23/35

    25

    3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus

    dicurigai.21-3

    Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama

    disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum

    timbul gejala edema nondependen yang terlihat jelas, seperti edema

    kelopak mata, kedua lengan, atau tungkai yang membesar.

    Proteinuria. Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan

    adanya suatu penyebab fungsional dan bukan organik. Pada

    preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya minimal atau tidak

    ditemukan sama sekali. Pada kasus yang berat, proteinuria biasanya

    dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l. Proteinuria hampir selalu

    timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya terjadi

    setelah kenaikan berat badan yang berlebihan.21-3

    Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi

    semakin sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering

    terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan

    pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami

    serangan eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu mendahului

    serangan kejang pertama.21-3

    Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan

    atas merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia

    berat dan dapat menjadi presiktor serangan kejang yang akan terjadi.

    Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat

    edema atau perdarahan.21-3

    Gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan yang dapat terjadidi antaranya pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan

    sebagian atau total. Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia,

    dan perdarahan petekie pada korteks oksipital.21-3

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    24/35

    26

    2.1.7 Penatalaksanaan

    Tujuan dasar dari penatalaksanaan preeklampsia adalah2,3:

    1. terminasi kehamilan dengan kemungkinan setidaknya terdapat

    trauma pada ibu maupun janin

    2. kelahiran bayi yang dapat bertahan

    3. pemulihan kesehatan lengkap pada ibu

    Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika

    diketahui atau diperkirakan janin memiliki usia gestasi preterm,

    kecenderungannya adalah mempertahankansementara janin di dalam

    uterus selama beberapa minggu untuk menurunkan risiko kematian

    neonatus.24

    Khusus pada penatalaksanaan preeklampsia berat (PEB),

    penanganan terdiri dari penanganan aktif dan penanganan ekspektatif.

    Wanita hamil dengan PEB umumnya dilakukan persalinan tanpa ada

    penundaan. Pada beberapa tahun terakhir, sebuah pendekatan yang

    berbeda pada wanita dengan PEB mulai berubah. Pendekatan ini

    mengedepankan penatalaksanaan ekspektatif pada beberapa kelompok

    wanita dengan tujuan meningkatkan luaran pada bayi yang dilahirkan

    tanpa memperburuk keamanan ibu.25

    Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan

    PEB antara lain adalah:22,23

    a. tirah baring

    b. oksigen

    c. kateter menetap

    d. cairan intravena. Cairan intravena yang dapat diberikan dapatberupa kristaloid maupun koloid dengan jumlah input cairan

    1500 ml/24 jam dan berpedoman pada diuresis, insensible water

    loss, dan central venous pressure (CVP). Balans cairan ini harus

    selalu diawasi.

    e. Magnesium sulfat (MgSO4) Obat ini diberikan dengan dosis 20

    cc MgSO4 20% secara intravena loading dose dalam 4-5 menit.

    Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 30 cc

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    25/35

    27

    dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit.

    Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa syarat, yaitu:

    1. refleks patella normal

    2. frekuensi respirasi >16x per menit

    3. produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5

    cc/kgBB/jam

    4. disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai

    antidotum. Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi

    maka kalsium glukonas tersebut diberikan dalam tiga menit.

    f. Antihipertensi

    Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg.

    Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg.

    Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat diberikan

    nifedipin ulangan 10 mg dengan interval satu jam, dua jam, atau

    tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah pada PEB

    tidak boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang

    dari 90 mmHg atau maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini

    sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat, dan

    mudah mengatur dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.

    g. Kortikosteroid

    Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita

    usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan prematur,

    termasuk pasien dengan PEB. Preeklampsia sendiri merupakan

    penyebab 15% dari seluruh kelahiran prematur. Ada pendapat

    bahwa janin penderita preeklampsia berada dalam keadaan stressehingga mengalami percepatan pematangan paru. Akan tetapi

    menurut Schiff dkk, tidak terjadi percepatan pematangan paru pada

    penderita preeklampsia. 25,26

    Gluck pada tahun 1979 menyatakan bahwa produksi surfaktan

    dirangsang oleh adanya komplikasi kehamilan antara lain

    hipertensi dalam kehamilan yang berlangsung lama. Hal

    yang sama juga dilaporkan Chiswick (1976) dan Morrison (1977)

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    26/35

    28

    yaitu rasio L/S yang matang lebih tinggi pada penderita hipertensi

    dalam kehamilan yang lahir prematur. Sementara itu, Owen dkk

    (1990) menyimpulkan bahwa komplikasi kehamilan terutama dalam

    kehamilan tidak memberikan keuntungan terhadap kelangsungan hidup

    janin.

    Banias dkk dan Bowen dkk juga melaporkan terjadi peningkatan

    insidens respiratory distress syndrome (RDS) pada bayi yang lahir dari

    ibu yang menderita hipertensi dalam kehamilan. diambil dari 26 Dalam

    lebih dari dua dekade, kortikosteroid telah diberikan pada masa

    antenatal dengan maksud mengurangi komplikasi, terutama RDS, pada

    bayi prematur. Apabila dilihat dari lamanya interval waktu mulai saat

    pemberian steroid sampai kelahiran, tampak bahwa interval 24 jam

    sampai tujuh hari memberi keuntungan yang lebih besar dengan rasio

    kemungkinan (odds ratio/OR) 0,38 terjadinya RDS. Sementara apabila

    interval kurang dari 24 jam OR 0,70 dan apabila lebih dari 7 hari OR

    0,41. 25,27

    Penelitian US Collaborative tahun 1981 melaporkan perbedaan

    bermakna insiden RDS dengan pemberian steroid antenatal pada

    kehamilan 30-34 minggu dengan interval antara 24 jam sampai dengan

    tujuh hari. Sementara penelitian Liggins dan Howie mendapati

    insidens RDS lebih rendah apabila interval waktu antara saat

    pemberian steroid sampai kelahiran adalah dua hari sampai kurang dari

    tujuh hari dan perbedaan ini bermakna. Mereka menganjurkan steroid

    harus diberikan paling tidak 24 jam sebelum terjadi kelahiran agar

    terlihat manfaatnya terhadap pematangan paru janin. Pemberian steroidsetelah lahir tidak bermanfaat karena kerusakan telah terjadi sebelum

    steroid bekerja. National Institutes of Health (NIH)

    merekomendasikan: 25,27

    1. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 2434 minggu yang

    dalam persalinan prematur mengancam merupakan kandidat untuk

    pemberian kortikosteroid antenatal dosis tunggal.

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    27/35

    29

    2. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak

    dua dosis dengan selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg

    sebanyak 4 dosis intramuskular dengan interval 12 jam.

    3. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan

    berlangsung selamatujuh hari.Pemberian deksamethason di Rumah

    Sakit Pendidikan di FK-USU yaitu 15 mg dalamsekali

    pemberian.28

    2.1.7.1 Penanganan Aktif

    Penanganan Aktif. Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan

    dengan peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta

    mortalitas ibu. Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi

    kehamilan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi

    kehamilan adalah terapi definitif yang terbaik untuk ibu untuk mencegah

    progresifitas PEB.10

    Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi

    pada ibu maupun janin:

    1. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:18,19,25

    a. kegagalan terapi medikamentosa:

    setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi

    kenaikan darah yang persisten

    setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa, terjadi

    kenaikan desakan darah yang persisten

    b. tanda dan gejala impending eklampsia

    c. gangguan fungsi hepard. gangguan fungsi ginjal

    e. dicurigai terjadi solusio plasenta

    f. timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan

    g. umur kehamilan 37 minggu

    h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan

    USG timbunya oligohidramnion

    2. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada janin:

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    28/35

    30

    3. Indikasi lain yaitu trombositopenia progresif yang menjurus ke sindrom

    HELLP (hemolytic anemia, elevated liver enzymes, and low platelet

    count).

    Dalam ACOG Practice Bulletin7 mencatat terminasi sebagai terapi

    untuk PEB. Akan tetapi, keputusan untuk terminasi harus melihat keadaan

    ibu dan janinnya. Sementara Nowitz ER29 dkk membuat ketentuan

    penanganan PEB dengan terminasi kehamilan dilakukan ketika diagnosis

    PEB ditegakkan. Hasil penelitian juga menyebutkan tidak ada keuntungan

    terhadap ibu untuk melanjutkan kehamilan jika diagnosis PEB telah

    ditegakkan.

    Ahmed M30 dkk pada sebuah review terhadap PEB melaporkan bahwa

    terminasi kehamilan adalah terapi efektif untuk PEB. Sebelum terminasi,

    pasien telah diberikan dengan antikejang, magnesium sulfat, dan

    pemberian antihipertensi. Wagner LK19 juga mencatat bahwa terminasi

    adalah terapi efektif untuk PEB. Pemilihan terminasi secara vaginal lebih

    diutamakan untuk menghindari faktor stres dari operasi sesar.

    2.1.7.2 Penanganan Ekspektatif

    Penanganan ekspektatif. Terdapat kontroversi mengenai terminasi

    kehamilan pada PEB yang belum cukup bulan. Beberapa ahli berpendapat

    untuk memperpanjang usia kehamilan sampai seaterm mungkin sampai

    tercapainya pematangan paru atau sampai usia kehamilan di atas 37

    minggu. Adapun penatalaksanaan ekspektatif bertujuan:31,32

    1. mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan yang

    memenuhisyarat janin dapat dilahirkan

    2. meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi

    keselamatan ibu Berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia

    kehamilan, pada pasien PEB yang timbul dengan usia kehamilan dibawah

    24 minggu, terminasi kehamilan lebih diutamakan untuk menghindari

    komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu (misalnya perdarahan otak).

    Sedangkan pada pasien PEB dengan usia kehamilan 25 sampai 34

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    29/35

    31

    minggu, penanganan ekspektatif lebih disarankan.

    Penelitian awal mengenai terapi ekspektatif ini dilakukan oleh

    Nochimson dan Petrie33pada tahun 1979. Mereka menunda kelahiran pada

    pasien PEB dengan usia kehamilan 27-33 minggu selama 48 jam untuk

    memberi waktu kerja steroid mempercepat pematangan paru.

    Kemudian Rick34 dkk pada tahun 1980 juga menunda kelahiran

    pasien dengan PEB selama 48-72 jam bila diketahui rasio

    lecitin/spingomyelin (L/S) menunjukkan ketidakmatangan paru.

    Banyak peneliti lain yang juga meneliti efektifitas penatalaksanaan

    ekspektatif ini terutama pada kehamilan preterm. Di antaranya yaitu

    Odendaal dkk35 yang melaporkan hasil perbandingan penatalaksanaan

    ekspektatif dan aktif pada 58 wanita dengan PEB dengan usia kehamilan

    28-34 minggu. Pasien ini diterapi dengan MgSO4, hidralazine, dan

    kortikosteroid untuk pematangan paru. Semua pasien dipantau ketat di

    ruang rawat inap.35

    Dua puluh dari 58 pasien mengalami terminasi karena indikasi ibu

    dan janin setelah 48 jam dirawat inap. Pasien dengan kelompok

    penanganan aktif diterminasi kehamilannya setelah 72 jam, sedangkan

    pasien pada kelompok ekspektatif melahirkan pada usia kehamilan rata-

    rata 34 minggu. Odendaal35 dkk juga menemukan penurunan komplikasi

    perinatal pada kelompok dengan penanganan ekspektatif.

    Penelitian lain yang dilakukan Witlin36dkk melaporkan peningkatan

    angka pertumbuhan janin terhambat yang sejalan dengan peningkatan usia

    kehamilan selama penanganan secara ekspektatif.

    Pada pasien dengan PEB, sedapat mungkin persalinan diarahkan

    pervaginam dengan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

    1. Penderita belum inpartu

    a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop 8Dalam melakukan

    induksi persalinan, bila perlu dapat dilakukan pematangan serviks

    dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah mencapai kala

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    30/35

    32

    II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap

    gagal dan harus disusul dengan pembedahan sesar.

    b. Pembedahan sesar dapat dilakukan jika tidak ada indikasi untuk

    persalinan pervaginam atau bila induksi persalinan gagal, terjadi

    maternal distress, terjadi fetal distress, atau umur kehamilan

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    31/35

    33

    - Profil biofisik < 4 pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam

    - Repetitive late decelerationatausevere variable decelerationatau loss of

    variability

    Indikasi SC

    - Maternal distress dengan skor bishop < 5

    a. Impending eklampsia.

    b. Sindroma Hellp ( partial & komplit )

    c. Eklampsia

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    32/35

    34

    BAB IV

    ANALISA KASUS

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaaan penunjang yang

    telah di lakukan dapat ditegakkan bahwa pasien ini P4A0H4 post SCTPP a.i PEB

    gagal terapi ekspektatif + tp (sterilisasi) a.i anak cukup

    NO TEORI KASUS

    1 Dikatakan preeklampsia

    berat bila :

    a. Tekanan darah

    sistolik > 160 mmHg

    atau tekanan darah

    diastolik > 110 mmHg

    b. Proteinuria (> 5

    g/L/24 jam) atau positif

    3 atau 4 pada

    pemeriksaan kuantitatif

    c. Bisa disertai dengan :

    i. Oliguria (urine 400

    mL/24jam)

    ii. Keluhan serebral,

    gangguan penglihatan

    iii. Nyeri abdomen pada

    kuadran kanan atas atau

    daerahepigastrium

    iv. Gangguan fungsi

    hati dengan

    hiperbilirubinemia

    v. Edema pulmonum,

    sianosis

    Pada pasien ini dengan tekanan darah 220/110

    mmHg dengan protein urine +4, Oedem wajah

    dan ekstremitas disertasi keluhan cerebral

    gangguan penglihatan, sesak nafas (oedem

    pulmonal) dan sebagainya sudah bisa di katakan

    termasuk jenis Prekelamsia Berat.

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    33/35

    35

    vi. Gangguan

    perkembangan

    intrauterine

    vii. Microangiopathic

    hemolytic anemia,

    trombositopenia

    2 Selain primigravida,

    faktor risiko

    preeklampsia lain di

    antaranya adalah7,14,15:

    1. nullipara

    2. kehamilan ganda

    3. obesitas

    4. riwayat keluarga

    dengan

    preeklampsia atau

    eklampsia

    5. riwayat preeklampsia

    pada kehamilan

    sebelumnya

    6. abnormalitas uterus

    yang diperoleh pada

    Doppler pada usia

    kandungan 18

    dan 24 minggu7. diabetes melitus

    gestasional

    8. trombofilia

    9. hipertensi atau

    penyakit ginjal.

    10. Usia tua

    Pada pasien ini adalah ibu hamil dengan

    G4P3A0H3. maka dapat disimpulkan bahwa

    pasien ini disebut multipara, dengan riwayat

    keluarga hipertensi dan riwayat preeklamsia pada

    kehamilan sebelumnya

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    34/35

    36

    3 Penanganan Preeklamsi

    berat

    a.

    tirah baring

    b. oksigen

    c. kateter menetap

    d.

    cairan intravena.

    e. Magnesium sulfat (MgSO4)

    f. disiapkannya kalsium glukonas

    10% dalam 10 cc sebagai

    antidotum. Bila nantinya

    ditemukan gejala dan tanda

    intoksikasi

    g.

    Antihipertensiefektifitas yang

    cukup baik.

    h.

    Kortikosteroid

    4 Terapi ekspektatif Pada kasus ini, ibu Hamil dengan

    memenuhi kriteria dilakukan nya

    management terapi ekspektatif, .

    1. mempertahankan kehamilan sehingga

    mencapai umur kehamilan yang

    memenuhi

    syarat janin dapat dilahirkan

    2. meningkatkan kesejahteraan bayi baru

    lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu

    Berdasarkan luaran ibu dan anak,

    berdasarkan usia kehamilan, pada pasien

    PEB yang timbul dengan usia kehamilandibawah 24 minggu, terminasi kehamilan

    lebih diutamakan untuk menghindari

    komplikasi yang dapat mengancam nyawa

    ibu (misalnya perdarahan otak).

    Sedangkan pada pasien PEB dengan usia

    kehamilan 25 sampai 34 minggu,

    penanganan ekspektatif lebih disarankan

  • 8/21/2019 BAB 2 Status Pasien Baru

    35/35

    37

    5 Kriteria gagal terapi

    ekspektatif dan indikasi

    dilakukanya SCTPP

    Ibu ( maternal )

    - Hipertensi berat yang tidak terkontrol ( TDsistolik 160 mmHg, TD diastolik

    110 mmHg) setelah mendapatkan dosis

    maksimum antihipertensi ( Labetaloli.v 220 mg,hidralazin dan nifedipin oral)

    - Eklampsia atau gejala serebral yang menetap- Edema paru- Solusio plasenta- Trombositopenia (trombosit 24 jam )

    - Dopler arteri umbilikalis menunjukkanpersistent reverse end-diastolic flow

    - Profil biofisik < 4 pada 2 kali pemeriksaandengan jarak 4 jam

    - Repetitive late deceleration atau severevariable decelerationatau loss of

    variability

    KRITERIA DILAKUKANYA SCTPP :

    Indikasi SC- Maternal distress dengan skor bishop < 5

    a. Impending eklampsia.b. Sindroma Hellp ( partial & komplit )c. Eklampsia