Status Pasien Dka

30
BAB I LAPORAN KASUS 1. Identitas Pasien a. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Ny. R/ Perempuan/33 Tahun a. Pekerjaan/ Pendidikan : IRT / SMA b. Alamat : RT. 08 Ulu Gedong 2. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : Menikah b. Jumlah Anak/ Saudara : Anak 2 orang c. Status Ekonomi Keluarga : Social ekonomi kurang d. Kondisi Rumah : Baik, ventilasi cukup, WC leher angsa dengan septik tank, penerangan cukup, sumber air bersih PDAM. e. Kondisi Lingkungan Keluarga: Pasien tinggal di tempat yang padat penduduk 3. Aspek Psikologis Dalam Keluarga : Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga mempunyai 1 orang suami yang bekerja sebagai buruh dan 2 orang anak. 4. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga: 1

Transcript of Status Pasien Dka

Page 1: Status Pasien Dka

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

a. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Ny. R/ Perempuan/33 Tahun

a. Pekerjaan/ Pendidikan : IRT / SMA

b. Alamat : RT. 08 Ulu Gedong

2. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah Anak/ Saudara : Anak 2 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Social ekonomi kurang

d. Kondisi Rumah : Baik, ventilasi cukup, WC leher angsa

dengan septik tank, penerangan cukup, sumber air bersih PDAM.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal di tempat yang padat

penduduk

3. Aspek Psikologis Dalam Keluarga : Pasien merupakan seorang ibu

rumah tangga mempunyai 1 orang suami yang bekerja sebagai buruh dan 2

orang anak.

4. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :

Pasien tidak pernah mengalami gejala ini sebelumnya.

Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.

Riwayat bersin-bersin pagi hari disangkal.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

5. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama : Gatal-gatal pada pinggir kuku kaki kiri dan tangan kanan

sejak± 3 minggu

Riwayat penyakit sekarang :

1

Page 2: Status Pasien Dka

Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada pinggir kuku kaki kiri

dan tangan kanan awalnya muncul bercak merah dan kulit mengelupas di

pinggir kuku kaki kiri dan tangan kanan. Keluhan dirasakan sejak 3

minggu yang lalu. Keluhan bertambah luas sejak pertama kali muncul.

Pasien mengatakan keluhan muncul setelah ia sering mencuci pakaian dan

piring menggunakan sabun bubuk merk BOOM. Pertama kali muncul

berupa merah berair yang terasa gatal Pasien mengatakan sering

menggaruk kedua tangannya tersebut. Lama-kelamaan menjadi bercak-

bercak merah disertai kulit mengelupas.

Selama 1 minggu ini pasien mengganti sabun cuci detejen dengan

sabun cuci batangan. Pasien mengatakan merah sedikit berkurang, tetapi

masih terasa gatal . gatal- gatal dirasakan pada pinggir jari kaki dan

tangan.

6. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : compos mentis

Vital sign : TD : 110/80 mmHg

N : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,5˚ C

Tinggi badan : 155 cm

Berat Badan : 65 kg

Kepala : normochepal

Mata : Conjugtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor,

Diameter 3mm/3mm, Udem palpebra -/-, mata merah -/-

Telinga : normotia, sekret -/-, tidak ada tanda perdarahan

Hidung : lapang, deviasi septum (-), konka hiperemis (-), sekret bening (-),

pernafasan cuping hidung (-)

Mulut : Bibir basah, selaput lendir basah, palatum utuh, lidah kotor (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada

pembesaran getah bening,

2

Page 3: Status Pasien Dka

Dada

Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-)

Perkusi : sonor +/+

Palpasi : pengembangan dada simetris +/+

Fremitus (+) normal

Auskultasi :

Cor : S1 S2 reguler, bising jantung (-)

Pulmo : vesikuler +/+, suara tambahan ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Abdomen :bekas operasi (-),bising usus (+) , nyeri tekan

epigastrium (-)

Genitalia : tidak dilakukan

Anggota Gerak : akral hangat, RCT <2 detik, oedem (-)

Status Dermatologik :

Lokasi : Pinggir kuku kaki kiri dan tangan tangan kanan

Efloresensi : eritem, skuama

7. Laboratorium Dan Usulan pemeriksaan :

Usulan pemeriksaan penunjang: Tes alergi pacths test

8. Diagnose Kerja : Dermatitis Kontak Alegen et causa Sabun Deterjen

9. Manajemen:

1. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien tentang penyebab penyakitnya

- Menjelaskan kepada pasien cara menghindari dan mengurangi

berulangnya gejala tersebut

2. Preventif :

Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kantong plastik

dan sepatu boat) saat kontak dengan sabun

Mencegah atau menghindari bahan yang mengiritasi (deterjen).

3

Page 4: Status Pasien Dka

Menggunakan pelembab kulit atau emolien untuk mengatasi

kulit kering.

Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi

baru dan dapat meninggalkan bekas garukan yang permanen.

Kontrol bila obat habis.

3. Kuratif :

- Non Farmakologik

Menggunakan alat pelindung (sarung tangan) saat

kontak dengan sabun

- Farmakologik

Chlorpheniramini maleas tab 4mg 3x1

Dexamethason tab 0,5 mg 3x1

krim hidrokortison 1%

- Tradisional

Rebusan daun sirih yang bersifat antiseptik bisa

digunakan sebagai pembersih daerah yang gatal

sebelum diobati dengan obat oles

Rebus 15 lembar daun sirih dengan 2 liter air.

Jika sudah mendidih dan warnanya berubah, air rebusan

daun srih yang masih ruam-ruam kuku bisa digunakan

untuk membersihkan daerah yang terkena dermatitis

kontak alergi

4. Rehabilitatif :

- Minum obat sesuai anjuran dan jangan menggaruk agar tidak

terjadi infeksi.

- Menghindari kontak dengan penyebab alergi

- Jika semakin bertambah berat dan tidak sembuh, maka segera

periksa ke RS

4

Page 5: Status Pasien Dka

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Perawatan Pasir Panjang

Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk

Dokter : Ricky SukyantiSIP : No. 6032/SIK/2013

Tanggal: 09 Desember 2013

R/ Chlorpheniramini maleas tab 4mg no. X

S3ddtab1

R/ Dexamethason tab 0,5 mg no.X

S3ddtabI

R/ krim hidrokortison 1% no.I

S3ddSUE 1

Pro : Ny. R

Umur : 33 tahun

Alamat: RT.08Ulu Gedong

5

Page 6: Status Pasien Dka

BAB II

Tinjauan Pustaka

1. Definisi

Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang

timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi. 1

2. Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa

bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut

bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi

sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit. 2

Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari tumbuh-

tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami sensitisasi terhadap

tanaman dari genus Toxicodendron, misalnya poison ivy, poison oak dan poison

sumac. Toxicodendron mengandung urushiol yaitu suatu campuran dari highly

antigenic 3- enta decyl cathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan

logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat -alat rumah tangga),

formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-obatan), mercaptobenzotiazol (karet),

tiuram (fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi). 3

3. Predisposisi

Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi.

Misalnya antara lain:2

Faktor eksternal

1. Potesi sensitisasi allergen

2. Dosis per unit area

3. Luas daerah yang terkena

4. Lama pajanan

5. Oklusi

6

Page 7: Status Pasien Dka

6. Suhu dan kelembaban lingkungan

7. Vehikulum

8. pH

b. Faktor Internal/ Faktor Individu

1. Keadaan kulit pada lokasi kontak :Contohnya ialah

ketebalan epidermis dan keadaan stratum korneum.

2. Status imunologik: Misal orang tersebut sedang menderita

sakit, atau terpajan sinar matahari.

3. Genetik :Faktor predisposisi genetic berperan kecil,

meskipun misalnya mutasi null pada kompleks gen fillagrin

lebih berperan karena alergi nickel.

4. status higinie dan gizi

4. Patofisiologi

Dermatitis kontak alergi atau DKA disebabkan oleh pajanan secara

berulang oleh suatu alergen tertentu secara berulang, seperti zat kimia yang

sangat reaktif dan seringkali mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana.

Struktur kimia tersebut bila terkena kulit dapat menembus lapisan epidermis yang

lebih dalam menembus stratum corneum dan membentuk kompleks sebagai

hapten dengan protein kulit. Konjugat yang terbentuk diperkenalkan oleh sel

dendrit ke sel-sel kelenjar getah bening yang mengalir dan limfosit-limfosit secara

khusus dapat mengenali konjugat hapten dan terbentuk bagian protein karier yang

berdekatan. Kojugasi hapten-hapten diulang pada kontak selanjutnya dan limfosit

yang sudah disensitisasikan memberikan respons, menyebabkan timbulnya

sitotoksisitas langsung dan terjadinya radang yang ditimbulkan oleh limfokin. 4

Sebenarnya, DKA ini memiliki 2 fase yaitu fase sensitisasi dan fase

elisitasi yang akhirnya dapat menyebabkan DKA. Pada kedua fase ini akan

melepaskan mediator-mediator inflamasi seperti IL-2, TNFα, leukotrien, IFNγ,

dan sebagainya, sebagai respon terhadap pajanan yang mengenai kulit tersebut.

Pelepasan mediator-mediator tersebut akan menimbulkan manifestasi klinis khas

khas yang hampir sama seperti dermatitis lainnya. DKA ini akan terlihat jelas

7

Page 8: Status Pasien Dka

setelah terpajan oleh alergen selama beberapa waktu yang lama sekitar berbulan-

bulan bahkan beberapa tahun.4

Secara khas, DKA bermanifestasi klinis sebagai pruritus, kemerahan dan

penebalan kulit yang seringkali memperlihatkan adanya vesikel-vesikel yang

relatif rapuh. Edema pada daerah yang terserang mula-mula tampak nyata dan jika

mengenai wajah, genitalia atau ekstrimitas distal dapat menyerupai eksema.

Edema memisahkan sel-sel lapisan epidermis yang lebih dalam (spongiosus) dan

dermis yang berdekatan. Lebih sering mengenai bagian kulit yang tidak memiliki

rambut terutama kelopak mata. 4

5. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesa

Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan

kelainan kulit berukuran numular di sekitar umbilikus berupa

hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu

ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat

pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari

anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah

digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui

menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi,

baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya.2

8

Page 9: Status Pasien Dka

Tabel 2.1 Penelusuran riwayat pada DKA

Demografi dan riwayat

pekerjaan

Umur, jenis kelamin, ras, suku, agama, status

pernikahan, pekerjaan, deskripsi dari pekerjaan,

paparan berulang dari alergen yang didapat saat

kerja, tempat bekerja, pekerjaan sebelumnya.

Riwayat penyakit dalam

keluarga

Faktor genetik, predisposisi

Riwayat penyakit

sebelumnya

Alergi obat, penyakit yang sedang diderita, obat-

obat yang digunakan, tindakan bedah

Riwayat dermatitis yang

spesifik

Onset, lokasi, pengobatan

6. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola

kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Berbagai

lokasi terjadinya DKA dapat dilihat pada tabel 2.2. Misalnya, di ketiak oleh

deodoran; di pergelangan tangan oleh jam tangan; di kedua kaki oleh

sepatu/sandal. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang cukup terang,

pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-

sebab endogen.2

Tabel 2.2 Berbagai Lokasi Terjadinya DKA

Lokasi Kemungkinan Penyebab

Tangan Pekerjaan yang basah (‘Wet Work’) misalnya

memasak makanan (getah sayuran, pestisida)

dan mencuci pakaian menggunakan deterjen.

Lengan Jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu

semen, dan tanaman.

Ketiak Deodoran, anti-perspiran, formaldehid yang ada

9

Page 10: Status Pasien Dka

di pakaian.

Wajah Bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal,

alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai

kacamata).

Bibir Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.

Kelopak mata Maskara, eye shadow, obat tetes mata, salep

mata.

Telinga Anting yang terbuat dari nikel, tangkai

kacamata, obat topikal, gagang telepon.

Leher Kalung dari nikel, parfum, alergen di udara, zat

warna pakaian.

Badan Tekstil, zat warna, kancing logam, karet

(elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut

atau pewangi pakaian.

Genitalia Antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,

pembalut wanita, alergen yang berada di

tangan, parfum, kontrasepsi.

Paha dan tungkai bawah Tekstil, kaus kaki nilon, obat topikal,

sepatu/sandal.

Pada pemeriksaan fisik dermatitis kontak alergi secara umum dapat

diamati beberapa ujud kelainan kulit antara lain edema, papulovesikel, vesikel

atau bula. Ujud kelainan kulit dapat dilihat pada beberapa gambar berikut :

a. Dermatitis kontak alergi pada di lengan tempat tali jam tangan karena

alergi terhadap nikel menyebabkan eritema. Lesi yang timbul pada lokasi

kontak langsung dengan nikel (lesi eksematosa dan terkadang popular).

Lesi eksematosa berupa papul-papul, vesikel-vesikel yang dijumpai pada

lokasi kontak langsung.

10

Page 11: Status Pasien Dka

b. Dermatitis kontak alergi akut pada bibir yang terjadi karena lipstick. Pasien

hipersensitif terhadap eosin mengakibatkan eritema pada bibir

c. Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis

kontak pada telinga. Penyebab lain misalnya obat topikal, tangkai kaca

mata, cat rambut, alat bantu dengar, gagang telepon. Alat bantu dengar

dapat mengandung akrilak, bahan plastik, serta bahan kimia lainnya.

Anting-anting yang menyebabkan dermatitis pada telinga umumnya yang

terbuat dari nikel dan jarang pada emas. Tindikan pada telinga mungkin

menjadi fase sensitisasi pada dermatitis karena nikel yang bisa mengarah

pada dermatitis kontak kronik. Dermatitis kontak alergi subakut pada telinga

dan sebagian leher. Akhirnya diketahui bahwa pasien alergi terhadap bahan

plastik

11

Page 12: Status Pasien Dka

d. Badan. Dermatitis kontak di badandapatdisebabkanolehtekstil,

zatwarnakancinglogam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen bahan

pelembutatau pewangi pakaian. Dermatitis kontak pada perut karena pasien

alergip ada karet dari celananya. Terlihata dan yaeritema yang berbatas

tegas sesuai dengan daerah yang terkenaalergen.

e. Genitalia.Penyebabnya data antiseptik, obat topikal, nilon,

kondom,pembalut wanita alergen yang berada di tangan, parfum,

kontrasepsi, deterjen. Dermatitis kontak yang terjadi pada daerah vulva

karena alergi pada cream yang mengandung neomisin, terlihat eritema

12

Page 13: Status Pasien Dka

f. Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh

tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen,

sepatu/sandal. Pada gambar dermatitis kontakalergi yang terjadi karena

Quaternium-15,bahan pengawet pada pelembab.Kaki mengalami skuama,

krusta

7. Pemeriksaan Penunjang2

a. Uji Tempel

Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran

morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis

numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang

utama ialah dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI). Dalam keadaan ini

pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah

dermatitis tersebut karena kontak alergi.

Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Bahan

yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit, misalnya kosmetik,

pelembab, bila dipakai untuk uji tempel, dapat langsung digunakan apa

adanya. Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air

untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih

dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam

vaselin atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan,

13

Page 14: Status Pasien Dka

misalnya deterjen, hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi.

Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab

alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut

yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau

air, dan ditempelkan di kulit dengan memakai Finn chamber, dibiarkan

sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan

alergen bukan standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang) untuk

menyingkirkan kemungkinan terkena iritasi.

Aplikasi Patch Test (Uji Tempel) pada pasien

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel : 2

1. Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam

keadaan akut atau berat dapat terjadi reaksi ‘angry back’ atau

‘excited skin’ reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan

penyakit yang sedang dideritanya semakin memburuk.

2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian

kortikosteroid sistemik dihentikan (walaupun dikatakan bahwa uji

tempel dapat dilakukan pada pemakaian prednison kurang dari 20

mg/hari atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain), sebab dapat

menghasilkan reaksi negatif palsu. Sedangkan antihistamin

sistemik tidak mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena

urtikaria kontak.

14

Page 15: Status Pasien Dka

3. Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan

kedua dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah aplikasi.

4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji

tempel menjadi longgar (tidak menempel dengan baik), karena

memberikan hasil negatif palsu. Penderita juga dilarang mandi

sekurang-kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung

selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan

terakhir selesai.

5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap

penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan

(immediate urticaria type), karena dapat menimbulkan urtikaria

generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini

dilakukan tes dengan prosedur khusus.

Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan

pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang

diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicatat seperti berikut:2

1 = reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)

2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)

3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)

4 = meragukan : hanya makula eritematosa

5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)

6 = reaksi negatif (-)

7 = excited skin

8 = tidak dites (NT=non tested)

15

Page 16: Status Pasien Dka

Hasil Patch Tes/Uji Tempel setelah 72 jam

Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai satu minggu setelah aplikasi,

biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk

membantu membedakan antara respons alergik atau iritasi, dan juga

mengidentifikasi lebih banyak lagi respons positif alergen. Hasil positif dapat

bertambah setelah 96 jam aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada pasien

untuk melapor, bila hal itu terjadi sampai satu minggu setelah aplikasi. 2

Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi

dilakukan setelah pembacaan kedua. Respon alergik biasanya menjadi lebih jelas

antara pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++

(reaksi tipe crescendo), sedangkan respon iritan cenderung menurun (reaksi tipe

decrescendo). 2

8. Gold Standard Diagnosis

Gold standard pada diagnosis dermatitis kontak alergika yaitu dilakukan

uji tempel. Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Untuk

melakukan uji tempel diperukan antigen standar buatan pabrik, misalnya Finn

Chamber System Kit dan T.R.U.E Test. Adakalanya tes dilakukan dengan antigen

bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran

yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada

16

T.R.U.E. Test® (Mekos Laboratories, Hillerod, Denmark) patch-test.

A. Hasil uji positif terhadap picaridin (KBR) 2,5%.

B. Hasil uji positif terhadap methyl glucose diolate (MGD) 10%.

Page 17: Status Pasien Dka

sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik terhadap kulit, atau walaupun

jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila

menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industri, harus berhati-

hati sekali. Jangan melakukan uji tempel dengan bahan yang tidak diketahui .2

9. Penatalaksanaan2, 5

1. Non medikamentosa

a. Memotong kuku – kuku jari tangan dan jaga tetap bersih dan

pendek serta tidak menggaruk lesi karena akan menimbulkan

infeksi

b. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena

dermatitis kontak alergi

c. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas

yang bersentuhan dengan alergen

d. Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan

perhiasan, aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan

penyebab alergi

2. Medikamentosa

a. Simptomatis

Diberi antihistamin yaitu Chlorpheniramine Maleat (CTM)

sebanyak 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali untuk dewasa dan 0,09

mg/dosis, sehari 3 kali untuk anak – anak untuk menghilangkan

rasa gatal

b. Sistemik

1) Kortikosteroid yaitu prednison sebanyak 5 mg, sehari 3 kali

2) Cetirizine tablet 1x10mg/hari

3) Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotika

(amoksisilin atau eritromisin) dengan dosis

3x500mg/hari, selama 5 hingga 7 hari

c. Topikal

17

Page 18: Status Pasien Dka

1) Krim desoksimetason 0,25%, 2 kali sehari

10. Pencegahan

Pencegahan DKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :6

a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena

dermatitis kontak alergi

b. Menghindari substansi allergen

c. Mengganti semua pakaian yang terkena allergen

d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika

tidak ada sabun bilas dengan air

e. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar allergen

f. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan

pakaian lain

g. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar allergen\

Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas

yang berisiko terhadap paparan allergen

11. Prognosis

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya

dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan

dengan dermatitis yang disebabkan oleh faktor endogen(dermatitis atopik,

dermatitis numularisatau psoriasia) (Vorvick, 2011; Sularsito, 2007). Faktor lain

yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan alergen yang tidak mungkin

dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di

lingkungan penderita. 2

12. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri

terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.

Rasa gatal yang berkepanjangan serta perilaku menggaruk dapat dapat mendorong

kelembaban pada lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi

18

Page 19: Status Pasien Dka

bakteri atau jamur. Selain itu dapat pula menyebabkan eritema multiforme (lecet)

dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau disebut

neurodermatitis (lichen simplex chronicus). 6

19

Page 20: Status Pasien Dka

BAB III

ANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Pasien tinggal di RT.08 Ulu Gedong, rumah pasien adalah rumah

panggung terbuat dari kayu. Pasien dalam satu kamar terdapat 3 orang, jendela

ruangan 10 buah kamar selalu dibuka sehingga cahaya matahari masuk keruangan.

Sumber air berasal dari PAM untuk mencuci, mandi, dan mencuci peralatan

makan dan kondisi airnya bersih.

Tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan rumah

dan lingkungan sekitar karena jendela ruangan selalu. Dan rumah selalu

dibersihkan.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Pada penyakit ini jika salah satu atau lebih anggota kelurga mengalami

dermatitis maka kemungkinan anknya juga mengalami alergi.

Pada pasien ini tidak mempunyai hubungan dengan keluarga. Dari

anamnesis tidak ada riwayat keluarga terkena alergi

Analisis untuk mengurangi paparan

- Pasien kita edukasi dengan menjelaskan kepada pasien tentang

penyebab penyakitnya

- Menjelaskan kepada pasien cara menghindari dan mengurangi

berulangnya gejala tersebut

- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kantong plastik dan

sepatu boat) saat kontak dengan sabun

- Mencegah atau menghindari bahan yang mengiritasi (deterjen).

- Menggunakan pelembab kulit atau emolien untuk mengatasi kulit

kering.

- Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi baru

dan dapat meninggalkan bekas garukan yang permanen.

- Kontrol bila obat habis.

20

Page 21: Status Pasien Dka

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta:

EGC

2. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta : FKUI

3. Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat

Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra Utara,

Medan. Tersedia dalam : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372

4. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses

Penyakit. Jakarta : EGC.

5. Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan

Praktik Edisi 2. Jakarta : EGC

6. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak.

Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM

21