BAB 2 nifas

31
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitan Terdahulu Penelitian tentang nifas pernah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2005, berjudul Gambaran kebutuhan perawatan nifas tentang kepercayaan dan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan pada masa nifas. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan nifas dan menggambarkan kepercayaan dan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan pada masa nifas. Studi ini menggunakan desain deskriptif dengan dasar model Cox. Dari populasi yang berjumlah 132 orang diambil sampel sejumlah 100 ibu yang melahirkan di sebuah Puskesmas di Jakarta Pusat, sedangkan pemberian pelayanan kesehatan 15 orang. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara berstruktur. Hasil analisis diperoleh bahwa ada kebutuhan yang kuat terhadap perawatan pada masa nifas. Komplikasi yang sering terjadi adalah 6

description

kelainan pada masa nifas salah satunya adalah psikologi

Transcript of BAB 2 nifas

Page 1: BAB 2 nifas

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitan Terdahulu

Penelitian tentang nifas pernah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia tahun 2005, berjudul Gambaran kebutuhan perawatan nifas

tentang kepercayaan dan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan pada

masa nifas. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan

nifas dan menggambarkan kepercayaan dan kebiasaan yang berhubungan dengan

kesehatan pada masa nifas. Studi ini menggunakan desain deskriptif dengan dasar

model Cox. Dari populasi yang berjumlah 132 orang diambil sampel sejumlah

100 ibu yang melahirkan di sebuah Puskesmas di Jakarta Pusat, sedangkan

pemberian pelayanan kesehatan 15 orang. Data diperoleh melalui kuesioner dan

wawancara berstruktur. Hasil analisis diperoleh bahwa ada kebutuhan yang kuat

terhadap perawatan pada masa nifas. Komplikasi yang sering terjadi adalah

pembengkakan payudara. Ibu nifas tidak memperoleh informasi yang adekuat

tentang perawatan nifas. Kebiasaan yang banyak dilakukan Ibu nifas adalah

tapelan untuk merawat otot perut dan rahim, pemijatan seluruh tubuh pada saat

tertentu sedangkan hubungan seksual sangat dilarang sebelum masa nifas

berakhir. Terdapat keterbatasan sumber-sumber untuk pendidikan kesehatan di

Puskesmas khususnya mengenai perawatan nifas. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat kebutuhan perawatan mandiri selama nifas dengan

menggunakan pedoman yang tepat. (Rachmawati, 2005)

6

Page 2: BAB 2 nifas

2.2. Konsep Nifas

2.2.1 Pengertian nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini

yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1999:115)

2.2.3 Pembagian nifas

Menurut Mochtar (1999:115) nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu :

1. Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk

sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.2.2 Perubahan fisik pada masa nifas

Perubahan pada masa nifas menurut Mochtar (1998:116) adalah berupa

Perubahan- perubahan fisik yang meliputi :

1. Involusi

Involusi adalah perubahan dalam proses kembalinya alat-alat kandungan atau

uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti

sebelum hamil. Involusi terjadi karena :1) Autolysis Yaitu penghancuran

7

Page 3: BAB 2 nifas

jaringan alat-alat uterus yang di absorbsi dan kemudian dibuang melalui

ginjal, sehingga setelah melahirkan ibu sering miksi. 2) Aktifitas otot – otot

Yaitu kontraksi dan retraksi setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit

pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan placenta dan berguna

untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak keluar. 3) Ischaenemia disebut juga

local anemia yaitu kekurangan aliran darah ke uterus yang mengakibatkan

jaringan otot mengalami atropi. Ketiga Faktor tersebut saling berkaitan dan

saling mempengaruhi sehingga memberikan dampak terhadap perubahan

uterus kandung kemih ovarium, vagina, serviks dan dinding abdeomen .

Tabel 2.1 Proses involusi secara normal dapat dilihat pada tabel berikut

: Involusi Tinggi fundus uteri Berat UterusBayi baru lahir Uri lahir 1 minggu2 minggu 6 minggu 8 minggu

Setinggi pusat 2 jari bawah pusat Pertengahan pusat syphisis Tidak teraba di atas syphisis Bertambah kecil Sebesar normal

1000 gram750 gram500 gram350 gram50 gram30 gram

Sumber : Wiknjosastro, 2007: 237-238.

Bekas implantasi uri placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol

ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada

minggu ke 6 diameter 2,4 cm dan akhirnya pulih luka pada jalan lahir, bila

tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

2. Lochia

Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam

masa nifas. Macam – macam Lochia , yaitu : 1) Lochia Rubra (cruentra) :

Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban sel-sel desi dua, vernix kaseosa,

8

Page 4: BAB 2 nifas

lanugo dan mekonium selama dua hari pesca persalinan. 2) Lochia

Sanguinnolenta : warna merah, kuning berisi darah dan lender, terjadi pada

hari ke 3-7 pasca persalinan. 3) Lochia Serosa : warna kuning kecoklatan hari

ke 7-14. 4) Lochia Alba : warna keputihan 14 hari. 5) Lochia Purulenta :

terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 6) Lhociostatis:

lochia keluarnya tidak lancar. (Wiknjoastro, 2007: 241).

3. Lactasi

Untuk menghadapi masa lactasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan –

perubahan pada kelenjar mammae, yaitu : 1) Proliferensi jaringan pada

kelenjar aviola dan jaringan lemak bertambah. 2) Keluarnya cairan susu jolong

dari duktus lactifecus disebut kolostrum warna putih kuning susu. 3)

Hypervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena

kondiolatasi tampak jelas. 4) Setelah persalinan pengaruh sopresi estrogen

dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone lactogenis (LH) atau

prolaktatin. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan epitel kelenjar

susu berkontraksi sehingga air susu keluar, bertambah banyak sesudah 2-3

hari pasca persalinan. Bila bayi mulai menetek, isapan pada putting susu

merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris, menyebabkan oksitisin

dikeluarkan oleh hypophisis, produksi akan lebih sempurna disamping ASI

merupakan makanan utama untuk bayi yang baik. (Wiknjosastro, 2007 : 239)

4. Beberapa perubahan lain pada masa nifas

Bila tidak ada infeksi atau luka-luka jalan lahir yang berarti wanita yang baru

melahirkan merasa sangat lega. After pains atau mules-mules sesudah partus

9

Page 5: BAB 2 nifas

akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2 sampai 3

hari post partum perasaan sakit itupun timbul bila masih terdapat sisa-sisa

selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.

Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat naik

+ 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C. Sesudah 12 jam

pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu

badan > 38,00C, mungkin ada infeksi. Nadi berkisar umumnya antara 60 – 80

denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia. Bila

terdapat takikardia sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan

berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya

denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan. Pada beberapa kasus

ditemukan keadaan hipertensi post partum. Tetapi ini akan menghilang

dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang

menyertainya dalam ± 2 bulan pengobatan. Abdomen, tertutama uterus, harus

diawasi secara teliti dalam masa nifas. Pada hari pertama post partum tinggi

fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah pusat. Setelah 5 hari post partum

menjadi 1/3 jarak antara simfisis ke pusat. Dan setelah 10 hari fundus uterus

sukar diraba diatas simfisis. Syarat pada pemeriksaan ini ialah kandung

kencing harus kosong. (Wiknjosastro, 2007 : 241)

2.3 Komplikasi ibu nifas

Komplikasi yang dimaksud adalah penyulit-penyulit yang terjadi pada masa

nifas. Komplikasi yang paling sering dihadapi oleh bidan adalah:

10

Page 6: BAB 2 nifas

2.3.1 Infeksi puerperium

1. pengertian.

Infeksi peurperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi

selama persalinan atau peurperium. Infeksi tidak lagi bertanggung jawab

terhadap tingginya insiden mortalitas peurperium seperti dahulu, saat dikenal

sebagai demam nifas. Akan tetapi, infeksi peurperium masih tetap bertanggung

jawab terhadap persentase signifikan morbiditas peurperium (Varney, 2008:

1005).

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin

meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi

penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga

terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan

patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan

merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan

infeksi pada kala nifas. (Manuaba, 1999 : 313)

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya

kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.

Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang paling penting.

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam

dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint Committee on Maternal

Welfare (Amerika Serikat) definisi morbiditas puerpuralis adalah kenaikan

11

Page 7: BAB 2 nifas

suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum,

dengan mengecualikan hari pertama (Wiknjosastro, 2007 : 689).

2. Tanda dan gejala.

Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna

kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas

dapat berbentuk:

a. Infeksi lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,

pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitas terbatas karena rasa nyeri,

temperature badan dapat meningkat.

b. Infeksi umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah menurun

dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak,

kesadaran gelisah sampai sampai menurun dan koma, terjadi gangguan

involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor (Ambarwati, 2008:

124).

3. Cara terjadinya infeksi

a. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau periksa dalam yang

berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada kedalam rongga

Rahim.

b. Alat-alat yang tidak suci hama.

c. Infeksi doplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi, kontaminasi

yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong.

12

Page 8: BAB 2 nifas

d. Infeksi rumah sakit.

e. Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini.

f. Infeksi intrapartum (Ambarwati, 2008: 124-125).

4. Faktor predisposisi

a. Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban.

b. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan.

c. Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan kususnya pecah

ketuban.

d. Tehnik aseptik tidak sempurna.

e. Tidak memperhatikan tehnik mencuci tangan.

f. Manipulasi intra uterin (misal, exsplorasi uteri, pengeluaran placenta

manual).

g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak

diperbaiki.

h. Hematoma.

i. Haemorargie, khusunya jika kehilangan darah lebih 1000 ml., 10)

Kelahiran operatip, terutama kelahiran seksio sesaria.

j. Retensi sisa plasenta atau membran janin.

k. Perawatan perineum tidak memadai.

l. Infeksi vagina/ servik atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani

(misal Vaginosis bakteri, clamidia, gonorroe) (Varney, 2008: 1005).

13

Page 9: BAB 2 nifas

2.3.2 Mastitis.

Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap wanita,

Mastitis semata-mata merupakan komplikasi pada wanita menyusuio. Mastitis

harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat

pembesaran awal karena air susu masuk kedalam payudara Mastitis terjadi akibat

invasi jaringan payudara (mis: glandular, jaringan ikat, areolar, lemak) oleh

organisme infeksius atau adanya cedera payudara. Organisme yang umum

termasuk S. aureus, streptococci, dan H. Parainfluenzae. Cedera payudara

mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara,

stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau fisura putting susu bakteri

dapat berasal dari berbagai sumber: tangan ibu, tangan orang yang merawat ibu

atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi, stress dan keletihan (Varney,

2008 : 1006).

Mastitis dapat terjadi pada setiap wanita, mastitis semata-mata merupakan

komplikasi pada wanita menyusui. Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi

peningkatan suhu yang cepat dari 39,50C s/d 400C, peningkatan kecepatan nadi,

menggigil, malaise umum, sakit kepala, nyeri hebat, bengkak, perubahan warna

mamae area payudara keras (Varney, 2008 : 1007).

2.3.3 Hemoragi pascapartum lambat

Perdarahan nifas dinamakan sekunder (hemoragi pascapartum lambat) bila

terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan, perdarahan ini bisa timbul pada

minggu kedua nifas. Perdarahan sekunder ini ditemukan kurang dari 1% dari

semua persalinan. Sebab-sebabnya ialah sub involusi, kelainan kongenital uterus,

14

Page 10: BAB 2 nifas

inversion uteri, mioma uteri, submukosum, dan penghentian pengobatan dengan

estrogen untuk menghentikan laktasi.Tetapi dapat dimulai dengan pemberian 0,5

mg ergometrin intra muskuler, yang dapat diulang dalam 4 jam atau kurang.

Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang sebabnya. Apabila

tidak ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum yang memerlukan

penanganan khusus, kerokan dapat menghentikan perdarahan. Pada tindakan ini

perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi (Wiknjosastro, 2007 : 703).

hemoragi pascapartum lambat (tertunda) adalah hemoragi yang terjadi setelah

24 jam pertama pascapartum. Penyebab umumnya meliputi:

1. subinvolusi di tempat perlekatan plasenta.

2. Fragmen plasenta atau membrane janin yang tertinggal.

3. Laserasi saluran reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosa.

4. Hematoma.

Tanda dan gejala hemoragi pascapartum lambat meliputi perdarahan eksternal

yang jelas, tanda dan gejala syok serta anemia. Bidan berkolaborasi dengan dokter

konsultan untuk mendiagnosis penyebab dan terapi yang tepat (Varney, 2008:

1008-1009).

2.3.4 Subinvolusi uteri.

Sub involusi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi dan kontraksi ini

lama atau berhenti. Proses involusi bisa dihambat oleh retensi sisa plasenta,

mioma, atau infeksi. Retensi sisa plasenta atau membrane janin adalah penyebab

yang paling sering terjadi. Sub involusi dapat didiagnosis selama pemeriksanaan

pasca persalinan dan adanya keluhan peningkatan perdarahan peresisten, periode

15

Page 11: BAB 2 nifas

lochea lebih lama, diikuti dengan leukoria dan perdarahan banyak yang tidak

teratur. Sub involusi awal pada masa purpurium menunjukkan uterus lunak, tidak

bergerak, tidak berkurang ukurannya dan tinggi fundus uteri tidak berubah, tidak

menurun, lochea banyak dan berwarna merah terang sampai coklat kemerahan

(Varney, 2007 : 1009).

2.3.5 Tromboflebitis dan emboli paru.

Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita

varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding

vena dan statis vena. Kehamilan menyebabkan statis vena dengan sifat relaksasi

dinding vena akibat efek progesterom dan tekanan pada vena uterus. Kehamilan

juga merupakan status hiperkoagulabel. Kompresi vena selama posisi persalinan

atau peralihan juga dapat berperan terhadap masalah ini. Tromboflebitis

digambarkan sebagai superfisial atau bergantung pada vena apa yang terkena.

Tromboflebitis superfisial ditandai dengan nyeri tungkai, hangat terlokalisasi,

nyeri tekan, atau inflamasi pada sisi tersebut, dan palpasi adanya simpulan atau

teraba pembuluh darah. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan tanda dan

gejala berikut:

1. Kemungkinan peningkatan suhu ringan.

2. Takikardia ringan.

3. Awitan tiba-tiba nyeri, sangat berat pada tungkai diperburuk dengan

pergerakan atau saat berdiri.

4. Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha.

5. Tanda Homan positif.

16

Page 12: BAB 2 nifas

6. Nyeri saat penekanan betis.

7. Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh

darah dapat teraba.

Tanda Homan diperiksa dengan menempatkan satu tangan di lutut ibu dan

memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri

nyeri betis saat dorsifleksi kaki, tanda ini positif.

Resiko terbesar yang berkaitan dengan tromboflebitis adalah emboli paru,

terutama sekali terjadi pada tromboflebitis vena profunda dan kecil

kemungkinannya terjadi pada tromboplebitis superfisial. Awitan tiba-tiba

takipnea, dyspnea, dan nyeri dada tajam adalah gejala yang paling umum. Banyak

gejala yang kurang spesifik mungkin muncul, dan meliputi perubahan suara paru

atau bunyi jantung dan kecenderungan terjadinya penurunan kadar oksigen darah

wanita. Awitan tiba-tiba tiga gejala pertama mengharuskan evaluasi dokter segera

pada wanita (Varney, 2007 : 1008).

2.3.6 Depresi pascapartum

1. Psikologi Pada Masa Nifas

Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi.

Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah

melahirkan. Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak

kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat

terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami

kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam hari. Pada 3 -10

hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul, biasanya disebut

17

Page 13: BAB 2 nifas

dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang

dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah

suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan

terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan

sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya. Pada 1 – 12 minggu

setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap

normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin

baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada

keadaan normal.

2. Depresi Pada Masa Nifas

Identifikasi depresi postpartum adalah tanggung jawab bidan dan ahli klinis

lain menemui wanita sepanjang tahun pasca partum pertama. Seperti halnya

proses pada penyakit lain, yang mungkin segan untuk dibicarakan oleh

wanita mendengar aktif dan penerimaan terhadap penjelasan wanita

mengenai pengalamannya adalah kunci untuk menggali ketakutan dan

kekhawatirannya. Beck menyebutkan prase “pencuri yang mencuri

keibuannya” untuk menggambarkan efek depresi pascapartum pada

kehidupan wanita. Nyatanya, setengah dari semua wanita yang mengalami

depresi pascapartum tidak mencari bantuan atau tidak didiagnosis dengan

penyakit umum ini (Varney, 2008: 1009)

Berbeda dengan baby blues, yang ringan dan sementara, depresi postpartum

sejati dapat terjadi pada setiap titik dalam bulan pertama pascapartum dan

18

Page 14: BAB 2 nifas

mempunyai andil dalam karakteristik diagnostic depresi mayor atau minor.

Pada kondisi terparah spektrum gangguan alam perasaan pascapartum,

psikosis pascapartum yang jarang terjadi dikarakteristikkan dengan perilaku

bunuhdiri atau menyakiti bayi, dan perubahan proses piker, selain gejala lain

yang berkaitan dengan depresi.

Depresi pasca partum harus dibedakan dengan tiroiditid pascapartum, yang

insidennya 5-7%. Fase tiroltoksik diikuti dengn hipotiroidisme. Keletihan dan

depresi dikaitkan dengan kedua fase tersebut. Meskipun tiroiditis umumnya

dianggap sementara, terdapat hubungan dengan terjadinya hipotiroidisme

klinis permanen di kemudian hari.

Penapisan disfungsi tiroid pada kasus depresi dapat memberikan terapi yang

lebih baik bagi beberapa wanita. Kerja skala besar beck dengan depresi

pascapartum menghasilkan postpartum depression predictors inventory/PDPI.

Versi terbaru menurut varney 2008, instrument penapisan ini meliputi 13

prediktor:

a. Depresi prenatal.

b. Stres merawat anak.

c. Stress kehidupan.

d. Dukungan social.

e. Ansietas prenatal.

f. Kepuasan perkawinan.

g. Riwayat depresi sebelumnya.

h. Temperamen bayi.

19

Page 15: BAB 2 nifas

i. Maternity blues.

j. Harga diri.

k. Status sosioekonomi.

l. Status perkawinan.

m. Kehamilan tidak diinginkan/tidak direncanakan.

2.4 Perawatan Ibu Nifas

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah

selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih

kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa

nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya

kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada

perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan

perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada

sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya perdarahan post partum. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

perawatan masa nifas :

2.4.1. Ambulasi Dini

Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk

selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun

dari tempat tidur dalam 24-48 jam post Partum. Keuntungan early ambulation

adalah : Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat, Faal usus dan

20

Page 16: BAB 2 nifas

kandung kencing lebih baik, Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu

untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dll selama ibu masih

dalam perawatan.

Kontra indikasi : Klien dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung,

penyakit paru dll.(Ambarwati, 2008 : 105)

2.4.2. Diet / Makanan

Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang

mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran

karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi. (Mansjoer, 2006)

2.4.3. Buang Air Kecil

Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita

sulit kencing karena pada persalinan muschulus sphicter vesica et urethare

mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muschulus sphicter

ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama

persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya

lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila

infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika

sudah pada tempatnya. (Mansjoer, 2006)

2.4.4. Buang Air Besar

Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada

obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat

pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila masih

21

Page 17: BAB 2 nifas

belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan

menimbulkan demam. (Mansjoer, 2006)

2.5 Kunjungan Nifas

Kunjungan Nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini dilakukan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir serta mencegah terjadinya masalah.

(Ambarwati, 2008)

2.5.1 Kunjungan I dilakukan 6-8 jam setelah persalinan

Tujuannya :

1. Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan

berlanjut.

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bila terjadi

perdarahan banyak.

4. Pemberian ASI awal.

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermi.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan petugas harus tinggal dan

mengawasi 2 jam pertama.

2.5.2 Kunjungan II 6 hari setelah persalinan

Tujuannya :

1. Memastikan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

22

Page 18: BAB 2 nifas

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan

tanda-tanda penyakit.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

2.5.3 Kunjungan III 2-3 minggu setelah persalinan

1. Memastikan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri

dibawah pusat, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan

tanda-tanda penyakit.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

2.5.4 Kunjungan IV 4-6 minggu setelah persalinan

1. Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang

ibu dan bayi yang alami.

2. Memberikan konseling KB secara dini

3. Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu

bahaya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau

bahan lain. Jika ada kemerahan pada tali pusat, perdarahan tercium bau

busuk, bayi segera dirujuk.

23

Page 19: BAB 2 nifas

4. Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau

tidak, ikterus pada hari ke tiga post partum adalah fisiologis yang tidak perlu

pengobatan. Namun bila ikterus terjadi pada hari ketiga atau kapan saja dan

bayi malas untuk menetek serta tampak mengantuk maka segera rujuk ke RS.

5. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan

apakah bayi menetek dengan baik.

6. Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi

selama minimal 4-6 bulan dan bahaya pemberian makanan tambahan selain

ASI sebelum usia 4-6 bulan.

7. Catat semua dengan tepat hal-hal yang diperlukan.

8. Jika ada yang tidak normal segera merujuk ibu dan atau

bayi ke puskesmas atau RS. (Ambarwati,2008:119)

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu abstrak – logikal, secara arti harfiah dan

akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan Body of

Knowledge (Nursalam, 2000 : 31). Dalam penelitian ini dikembangkan kerangka

konsep sebagai berikut :

24

Page 20: BAB 2 nifas

Keterangan :: Variabel yang tidak diteliti: Variabel yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Kesehatan ibu pada masa nifas perlu diperhatikan dengan upaya kunjungan

nifas. Kunjungan ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KN I, KN II, KN III dan KN

IV. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan

anak serta mencegah terjadinya kematian ibu. Dengan KN ini diharapkan

diketahui secara dini komplikasi yang muncul pada ibu di masa nifas. Beberapa

25

Tidak komplikasi

Komplikasi:Infeksi puerperiumMastitisHemoragi pascapartum lambat.Subinvolusi.Depresi pascapartum.

IBU

KN IKN IIKN IIIKN IV

Nifas

Tromboflebitis dan emboli paru.Hematoma.

Page 21: BAB 2 nifas

komplikasi sering dihadapi oleh bidan pada masa nifas adalah infeksi puerperium,

mastitis, tromboflebitis dan emboli paru, hematoma, hemoragi pascapartum

lambat, subinvolusi, depresi pascapartum (Varney, 2008: 1004-1013). Namun

peneliti membatasi meneliti komplikasi seperti infeksi puerperium, mastitis,

hemoragi pascapartum lambat, subinvolusi dan depresi pascapartum.

26