nifas patol

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Luka yang luas bisa menyebabkan perdarahan pasca persalinan yaitu perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus di evaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi sumber perdarahan yang berasal dari perineum, vagina dan robekan uterus (ruptura uteri). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya robekan jalan lahir, di antarnya adalah persalinan dengan distosia bahu, partus presipitatus, perluasan episiotomi, multiparitas, dan lain-lain. Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak di jumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa di jahit. Bidan di harapkan melaksanakan pertolongan persalinan secara legalitas di tengah masyarakat melalui polindes. Bidan dengan pengetahuan medisnya di harapkan bisa mengarahkan pertolongan persalinan dengan resiko rendah. Pertolongan persalinan resiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga 1

Transcript of nifas patol

Page 1: nifas patol

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya

ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka luas dan berbahaya. Setelah

persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Luka yang luas bisa

menyebabkan perdarahan pasca persalinan yaitu perdarahan lebih dari 500-600 ml

dalam masa 24 jam setelah anak lahir.

Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus di evaluasi, yaitu sumber

dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi sumber perdarahan yang berasal

dari perineum, vagina dan robekan uterus (ruptura uteri).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya robekan jalan lahir, di

antarnya adalah persalinan dengan distosia bahu, partus presipitatus, perluasan

episiotomi, multiparitas, dan lain-lain.

Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak di jumpai pada pertolongan

persalinan oleh dukun karena tanpa di jahit. Bidan di harapkan melaksanakan

pertolongan persalinan secara legalitas di tengah masyarakat melalui polindes.

Bidan dengan pengetahuan medisnya di harapkan bisa mengarahkan pertolongan

persalinan dengan resiko rendah. Pertolongan persalinan resiko rendah

mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menimbulkan perdarahan pun akan

semakin berkurang.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir.

1

Page 2: nifas patol

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data pada ibu bersalin dengan

penyulit robekan jalan lahir

2. Mahasiswa mampu melalakukan analisa data untuk menentukan diagnosa

pada ibu bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu bersalin

dengan penyulit robekan jalan lahir

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu bersalin

dengan penyulit robekan jalan lahir

5. Mahasiswa mampu menyusun rencana askeb berdasarkan diagnosa pada ibu

bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir

6. Mahasiswa mampu melaksanakan askeb sesuai rencana yang dibuat pada ibu

bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir

7. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil askeb yang telah dilaksanakan pada

ibu bersalin dengan penyulit robekan jalan lahir

2

Page 3: nifas patol

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Robekan Jalan Lahir

2.1.1 Pengertian

a. Robekan adalah terputusnya kontinyuitas jaringan.

(Kamus Lengkap Kedokteran : 109)

b. Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagia keras dan jalan lahir bagian lunak

yang harus di lewati oleh janin dalam proses persalinan pervaginam.

(Ilmu Bedah Kebidanan : 1)

c. Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan

dalam jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum,

vagina serviks, dan uterus.

(Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, & KB untuk pendidikan bidan : 308)

2.1.2 Klasifikasi

2.1.2.1 Perineum

a. Pengertian

Perineum adalah bagian terendah badan yaitu sabuah garis yang

menyambung kedua tuberositas iskhil, membaginya menjadi daerah

depan garis ini yaitusegitiga urogenital dan belakangnya ialah segitiga

anal. (anatomi fisiologi , evelyn : 256)

b. Etiologi

1. Secara umum

a. Kepala janin terlalu cepat lahir

b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya

c. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut

d. Pada persalinan dengan distosia bahu

2. Faktor maternal

a. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak di

tolong

b. Pasien tidak mampu berenti mengejan

3

Page 4: nifas patol

c. Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan

fundus yang berlebihan

d. Edema dan kerapuhan pada perineum

e. Perluasan perineum

3. Faktor janin

a. Bayi yang besar

b. Posisi kepala bayi yang normal

c. Kelahiran bokong

d. Ekstraksi forsep yang sukar

e. Distosia bahu

(Ilmu kebidanan, patologi & fis. Persalinan : 451-452)

c. Tingkat robekan perineum

A. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir

vaginadengan atau tanpa mengenai kulit perineum

sedikit.

B. Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai

selaput lendir vagina dan muskulus perinea trasvesalis

tapi tidak mengenai sfingter ani

C. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum

sampai mengenai otot-otot sfingter ani

D. Tingkat IV : Robekan meluas keseluruh kulit perineum membran

mukosa vagina, senrum tendineum perinei, sfingter ani

dan mukosa rektum.

(Ilmu Bedah Kebidanan :175)

4

Page 5: nifas patol

d. Patofisiologi

Perineum kaku Kesalahan memimpin

Kepala janin terlalu cepat lahir Persalinan

Regangan Perineum

Robekan Perineum

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat VI

Pada selaput Pada selaput Robekan sampai Robekan

Lendir vagina lendir vagina dengan otot sampai dengan

(tanpa mengenal otot perinea sfingter ani otot sfingter

Kulit perineum) trans versalis ani + mukosa

e. Penanganan

Persiapan alat

- Wadah DTT ber isi : sarung tangan, pemegang jarum,

jarum jahit

- Cairan antiseptik (alkohol, betadin)

- Anastesi : lidokain 1%

Persiapan pasien

Ibu posisi litotomi, pasang kain bersih di bawah bokong, atur

lampu kearah vulva atau perineum bersihkan dengan cairan

antiseptik

Persiapan petugas

Lepas perhiasan dan cuci tangan, pakai sarung tangan DTT untuk

memasukkan lidokain 1% kedalam spuit kemudian pakai sarung

tangan lain

5

Page 6: nifas patol

f. Perawatan pasca persalinan

Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis

dosis tunggal :

- Ampicilin 500 mg/oral

- DHN metronidazol 500 mg/oral

Observasi tanda-tanda infeksi

Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema 2 mgg

Berikan pelembut keses selama 1 mg/oral

Teknik menjahit robekan perineum

A. Tingkat I : Dapat di lakukan hanya menggunakan cutgut yang di jahitkan

secara jelujur (continous sutare) atau dengan cara angka delapan

(figure of eight)

B. Tingkat II : - Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata aalh brgerigi maka

pinggir yang bergerigi harus di rapikan lebih dulu

- Pinggir robekan kanan, kiri masing-masing di klem kemudian di

gunting dan di lakukan penjahitan

- Mula-mula otot din jahit catgut, selaput lendir vagina di jahit

dengan catgut secara terputus atau jelujur

- Penjahitan selaput lendir vagina di mulai dari puncak robekan

- Terakhir kulit perineum di jahit dengan benang sutera secara

terputus

C. Tingkat III : - Dinding depan rektum yang robek di jahit dulu

- Fasia perifektal dan fasia septm rekto vaginal di jahit dengan catgut

kromik sehingga bertemu kembali

- Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah di klem dengan

klemplen lurus kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik

- Robekan dijahit lapis demi lapisseperti menjahit robekan perineum

tingkat II

2.1.2.2 Vagina

6

Page 7: nifas patol

a. Pengertian

Vagina adalah saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus

yang berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk

pelvis dan dikelilingi serta di topang oleh otot-otot dasar pelvis.

Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis

epitelium bergaris yang khusus, di aliri pembuluh darah dan serabut

saraf secara berlimpah.

b. Klasifikasi robekan jalan lahir pada vagina

Kolporeksi

a. Pengertian

Kolporeksi adalah suatu keadaan di mana terjadi robekan di

pada vagina baian atas sehingga sebagian serviks uteri dan

vagina terlepas yang dapat memanjang atau melintang.

b. Etiologi

1. Pada persalinan dengan EPD sehingga terjadi regangan

segmen bahwa uttrus dengan servix uteri tidak terjepit

antara kepala janin dan tulang panggul.

2. Trauma sewaktu mengeluarkan placenta manual

3. Pada saat coitus yang kasar di sertai kekerasan

4. Kesalahan dalam memasukkan tangan oleh penolong ke

dalam uterus.

c. Komplikasi

1. Perdarahan terjadi jika robekan lebar, dalam, dan lebih

mengenai pembuluh darah

2. Infeksi, jika robekan tidak ditangani dengan semestinya

bahkan dapat timbul septikemi.

Robekan dinding vagina

a. Pengertian

Robekan dinding vagina adalah robekan pada dinding vagina

yang mengenai pembuluh darah.

b. Etiologi

1. Melahirkan janin dengan cunam

2. Ekstraksi bokong

3. Ekstraksi vakum

7

Page 8: nifas patol

4. Reposisi presentasi kepala janin misal letak oksipito

posterior

5. Akibat lepasnya tulang simfisis pubis (Simfisiolisis)

c. Komplikasi

Sama dengan kolporeksi

d. Penanganan

1. robekan kecil →superfisial tidak perlu penanganan

khusus

2. robekan lebar dan dalam, lakukan penjahitan secara

teratur putus-putus atau jelujur

3. pada puncak vagina sesuai dengan kolporeksi yang

penanganan sesuai dengan ruptur uteri.

Perlukaan vagina

a. Etiologi

1. akibat persalinan karena luka pada vulva

2. robekan pembuluh darah vena di bawah kulit alat kelamin

luar dan selaput lendir vagina

b. Jenis perlukaaan vagina

1. Robekan vulva

Sering dijumpai pada waktu persalinan yang terlihat pada

robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian

belakang vulva, luka robekan dijahit dengan cara cutgut

secara terputus adalah jelujur.

2. Hematoma vulva

Karena robeknya pembulih vena yang ada dibawah

pembuluh kulit alat kelamin luar dan selaput lendir

vagina, terjadi pada kala pengeluaran. Diagnosa tidak

terlalu sulit karena hematoma, terlibat dibagian yang

lembek, membengkok dan disertai nyeri tekan.

(Ilmu Bedah Kebidanan : 177-178)

c. Komplikasi

Sesuai pembahasan di atas.

d. Penanganan

8

Page 9: nifas patol

1. hematoma kecil tidak perlu tindakan operatif cukup

dilakukan pengompresan daerah tersebut

2. jika ada tanda-tanda anemia, syok lakukan pengosongan

3. jahitan di buka kembali atau lakukan sayatan sepanjang

bagian hematoma dan keluarkan jika ada bekuan

4. jika ada sumber perdarahan, ikat pembuluh darah vena

atau arteri yang terputus

5. rongga diisi dengan kasa steril sampai padat

6. luka sayatan dijahit secara terputus-putus atau jelujur

7. pakailah drain

8. tampon dapat dibiarkan selama 24 jam

9. pasien diberi koagulasi + antibiotik sebagai profilaksis

dan berikan ruborasia

Fistula Vesikovaginal

a. Pengertian

Fistula adalah hubungan abnormal antara dua organ atau

lebih (bagian depan)

b. Etiologi

1. Trauma, menggunakan alat-alat (perforator, kait

dekapitasi, cunam)

2. Persalinan lama

3. Robekan cervix yang menjalar ke vagina bagian atas

4. Pada SC (vesika urinaria dan ureter dapat terpotong atau

robek)

c. Penanganan

1. Yang disebabkan oleh trauma

Pasang kateter tetap dalam vesika urinaria

Jika ditemukan air kencing menetes kedalam vagina

segera lakukan penjahitan luka yang terjadi lapis

demi lapis (selaput lendir→ otot-otot dinding vesika

urinaria → dinding depan vagina)

Kateter dapat dibiarkan selama beberapa waktu

2. Yang disebabkan oleh lepasnya jaringan nekrosis

9

Page 10: nifas patol

Gejala kelihatan setelah 3-10 hari post partum dan

sering pada fistula yang kecil

Pasang kateter tetap (untuk drainase vesika urinaria)

selama beberapa minggu sehingga dapat menutup

sendiri

Jika pada fistula yan besar dapt dilukukan setelah 3-6

bulan PP

Fistula Rectovaginal

a. Pengertian

Fistula recovaginal adalah lubang antara rectum dan vagina

b. Etiologi

1. ketidakbeerhasilan perbaikan pada laserasi laserasi derajat

ketiga

2. ketidaksembuhan dari penjahitan

(Ilmu bedah kebidanan : 175-182)

c. Penanganan

Perbaikan operatif

(Ilmu Bedah Kebidanan : 177-182)

2.1.2.3 Cervix

a. Pengertian

Cervix adalah leher rahim atau sesuatu yang berhubungan dengan

leher.

(Kamus Kedokteran :51)

b. Etiologi

Robekan servix dapat terjadi pada :

1. Partus presipitatus

2. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam, perforator,

vakum ekstraktor)

3. Melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa karena

pembukaan servix belum lengkap

4. Partus lama

c. Diagnosa robekan cervix

Perdarahan PP pada uterus yang berkontraksi baik harus

memaksa kita untuk memeriksa servix inspekulo. Sebagai profilaksis

10

Page 11: nifas patol

sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk

memeriksakan inspekulo.

d. Komplikasi

1. perdarahan

2. syok

3. inkompetensi servix atau infertilitas sekunder

e. Penanganan menjahit robekan servix

1. Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan kanan di jepit

dengan klem sehingga perdarahan menjadi berkurang atau berhenti

2. Kemudian sevix di tarik sedikit, sehingga lebih jelaskelihatan dari

luar

3. Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum di jahit pinggir

tersebut diratakan dulu dengan jalan menggunting pinggir yang

bergerigi tersebut.

4. Setelah itu robeka dijahit dengan cutgut cromik, jahitan dimulai

dari ujung robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan

angka delapan

5. Pada robekan yang dalam, jahitan harus di lakukan lapis demi

lapis. Ini dilanjutkan untuk menghindari terjadinya hematoma

dalam rongga di bawah jahitan

2.1.2.4 Ruptura Uteri

a. Pengertian

Ruptura uteri adalah distrupsi dinding uterus yang merupakan

salah satu kedaruratan obstetri

(Kedaruratan obsttrik : 169)

Ruptura uteri adalh robekan atau diskontinuitas dinding rahim

akibat dilampaui daya regang miometrium.

(Pely. Kesh maternal neonatal : 169)

b. Faktor predisposisi

1. Multiparitas atau grandemulti

2. Pemakaian oksitosin persalinan yang tidak tepat

3. Kelainan letak dan implantasi plasenta

4. Kelainan bentuk uterus

5. Hidramnion

11

Page 12: nifas patol

c. Gejala ruptur uteri

1. Sewaktu konsentrasi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri

yang mengiris di perut bagian bawah

2. SBR nyeri sekali kalau di palpasi

3. HIS berhenti

4. Ada perdarahan pervagina, walaupun biasanya tidakbanyak

5. Bagian-bagian anak mudah diraba, kalau anak masuk ke dalam

rongga perut

6. Kadang-kadang disamping anak teraba tumor ialah rahim yang

telah mengecil

7. Pada toucher ternyata bagian depan mudah di tolak ke atas

malahan kadang-kadang tidak teraba lagi karena masuk ke dalam

rongga perut

8. Biasanya pasien jatuh dalam shock

9. Kalau ruptura sudah lama terjadi maka seluruh perut nyei dan

gembung

10. Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan

diagnosa kalau gejala-gejala kurang jelas

d. Etiologi

1. Parut uterus (SC, Miometrium, reaksi kornua, abortus sebelumnya)

2. Trauma

Kelahiran operatif (versi, ekstraksi bokong, forsep)

Perangsangan oksitosin yang berlebihan

Kecelakaan mobil

3. Ruptura spontan uterus yang tidak berpaut (kontraksi uterus

persisten pada kasus obstruksi pelvis)

Disproporsi chepalo pelvic

Malperentasi janin

Anomali janin (hidrosefalus)

Multiparitas tanpa penyebab lain

Lelomioma uteri

4. Faktor-faktor lain

Placenta akreta atau perkreta

Kehamilan kornua

12

Page 13: nifas patol

Penyakit trofoblasik invasif

e. Diagnosa banding ruptur uteri

1. Solusio placenta

2. Placenta previa

3. Ruptura uteri

f. Klasifikasi ruptura uteri

1. Menurut waktu terjadinya

a. Ruptura uteri gravidarum

Terjadinya sewaktu hamil dan berlokasi pada korpus

b. Ruptura uteri durate partum

Terjadinya waktu melahirkan anak dan berlokasi pada SBR.

2. Menurut lokasinya

a. Korpus uteri

Terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami dan

operasi (SC) yang kolporal atau miomektomi

b. SBR

Terjadi pada partus yang sulit dan lama yatu tambah

merenggang dan tipis dan akhirnya ruptur uteri.

c. Servix uteri

Terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau versi

dan ekstraksi pada pembukaan lengkap.

d. Kolpoporeksis – kolporeksi

Robekan diantara servix dan vagina.

3. Menurut robeknya peritoneum

a. Kompleta

Robekan pada dinding uterus – peritoneum (parametrium)

sehingga terdapat hubungan antara rongga perut dan uterus.

b. Inkompleta

Robekan pada otot rahim tapi peritonium tidak ikut robek.

4. Menurut etiologinya

a. Ruptura uteri spontan

- Karena dinding rahim yang lemak atau cacat

Misal : Bekas SC, miomektomi, perforasi saat kuretase,

histerorafia, pelepasan plasenta manual

13

Page 14: nifas patol

- Karena peregangan yang luar biasa dari rahim

Misal : Panggul sempit, kelainan bentuk panggul, janin

besar, DM, hidrops feralis, post maturitas, dan

grandemulti.

b. Ruptura violenta (traumatika)

Karena : Estraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi,

versi braxton hicks, sindrom tolakah, manual

placenta, kuretase, espresi kristeller atau crede.

5. Menurut gejala klinis

a. Ruptura iminens (membakat, mengancam)

b. Ruptura uteri (sebenarnya)

g. Profilaksis Ruptura Uteri

1. CPD

Anjurkan bersalin di rumah sakit

2. Malposisi kepala

Coba lakukan preposisi

Pikirkan SC primer saat inpartu

3. Mal presentasi

Letak lintang / presentasi bahu / letak bokong / presentasi

rangkap

4. Hidrosefalus

5. Rigid cervik

6. Tetania uteri

7. Tumor jalan lahir

8. Bekas SC

Anjurkan persalinan di rumah sakit

Jika kepala cukup turun lakukan ekstraksi forceps

9. Uterus cacat, karena miomektomi, manual uri, anjurkan bersalin di

rumah sakit

10. Ruptura uteri

Rujuk

h. Penanganan Ruptura Uteri

1. Mengatasi syok

14

Page 15: nifas patol

2. Perbaiki KU penderita dengan pemberian infus dan

sebagaimana

3. Kardiotonika, antibiotika dan sebagainya

4. Jika sudah mulai membaik lakukan laparatomi dengan tindakan

jenis operasi

Histerektomi (total dan subtotal)

Histerorafia (tepi luka di eksidir → dijahit)

Konservatif (dengan temporade dan antibiotaka yang cukup

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilakukan oleh

bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya

dalam bidang persalinan dan nifas.

2.2.1 Pengumpulan data yang dibutuhkan

2.2.1.1 Data subyektif.

15

Page 16: nifas patol

1. Identitas.

2. Alasan kunjungan saat ini / keluhan utama

Keluhan yang dirasakan apabila terjadi rupture uteri adalah Ibu

merasakan gelisah, pernafasan dan nadi menjadi cepat, nyeri perut

bagian bawah, perdarahan yang terjadi pada sebagian mengalir ke

rongga perut dan sebagian keluar pervaginam.

3. Riwayat kebidanan

3.1 Riwayat menstruasi

3.2 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

4. Riwayat kesehatan

5. Riwayat psikososial

6. Pola kehidupan sehari-hari

2.2.1.2 Data objektif

1. Pemeriksaan umum

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik ibu dengan robekan jalan lahir yaitu pada

conjungtiva. Jika conjungtiva anemis maka dimungkinkan karena

kurangnya darah yang diakibatkan oleh banyaknya luka pada jalan

lahir. Pemeriksaan fisik lebih di fokuskan pada vulva, dilihat

berapa derajat robekan lukanya.

3. Pemeriksaan khusus

4. Pemeriksaan penunjang

2.2.2 Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi

diagnosa/masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa / masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

2.2.3 Mengidentifikasi diagnosa / masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosa potensial / masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

menimbulkan antisipasi bila dimungkinkan dilakukan pencegahan.

2.2.4 Menetapkan kebutuhan segera

16

Page 17: nifas patol

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

dikonsultasikan atau ditanda tangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

2.2.5 Menyusun asuhan yang menyeluruh

Dalam rangka ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

menejemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi &

diantisipasi.

2.2.6 Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

2.2.7 Evaluasi

Keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam

diagnosa & masalah.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

A Data subyektif

Anamnesa tanggal : 21 Juni 2007 Jam : 13.00 Wib

17

Page 18: nifas patol

1. Identitas

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada luka perineum setelah

proses melahirkan.

3. Riwayat menstruasi

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No Hamil

ke

Sua

mi

ke

UK Jenis

persa

linan

Penolo

ng

Pen

yuli

t

BB / TB Jenis

kela

min

H/M Men

eteki

Riway

at KB

1 1 1 9 bln Spt Bidan - 2800gr/

45cm

♀ H Ya -

5. Riwayat kehamilan ini

Ibu mengatakan bahwa ia selalu memeriksakan kehamilannya ke Pustu

slempit sebanyak 10x, imunisasi TT sebanyak 2x.

6. Riwayat persalinan ini

Ibu mengatakan bahwa ia melahirkan seorang bayi perempuan pada

jam 07.00 Wib, spontan ditolong oleh bidan dengan berat 2800 gram

7. Pola kebiasaan

a. Pola nutrisi

18

Nama klien : Ny “S”

Umur : 21 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

Agama : Islam

Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat rumah : Cermen lerek

Nama suami : Tn “I”

Umur : 25 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Suku / bangsa : Jawa / indonesia

Siklus menstruasi : 30 hari

Lama : 7 hari

Warna : merah

Bau : anyir

Menarche : 12 tahun

Disminorhea : tidak

HPHT : 18 – 09 – 2006

TP : 25 – 06 – 2007

Page 19: nifas patol

Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia makan 3x/hari

dengan porsi sedang yang terdiri dari nasi,

lauk pauk, dan sayur-sayuran, minum air putih

± 7-8 gelas/hari, kadang –kadang makan buah.

Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia makan 3x/hari

dengan porsi sedang, yang terdiri dari nasi,

lauk, dan sayur,minum air putih 7-8 gelas/hari.

b. Pola eliminasi

Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia BAK : 6-7x/hari,

lancar, yidak ada nyeri, dan BAB 1x/hari,

lembek, teretur.

Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia BAB : 2x/hari,

memancar, agak nyeri dan BAB belum.

c. Pola aktifitas

Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia melakukan

pekerjaan rumah tangga yang sifatnya

ringan.

Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia masih terbaring

dan bangun apabila akan ke kamar mandi.

d. Pola istirahat / tidur

Sebelum MKB : Ibu mengatakan bahwa ia 1 jam/hari dan

tidur malam 5-6 jam/hari

Selama MKB : Ibu mengatakan bahwa ia tidak tidur siang

dan tidur malam sering terbangun.

e. Latar belakang sosial budaya

Ibu mengatakan bahwa ia tidak ada pantangan makanan apapun.

8. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit keluarga

19

Page 20: nifas patol

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit (hepatitis, TBC) dan penyakit menurun (asma, DM,

hipertensi)

b. Riwayat penyakit yang pernah diderita / sedang diderita

Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah dan tidak menderita

penyakit menurun dan menular.

B Data obyektif

1. Pemeriksaan umum

Kesadaran : Composmetis

KU : Baik

TTV : TD :130/90 mmHg Nadi : 84 x/mnt

Suhu : 365o C RR : 20 x/mnt

Jumlah perdarahan : ± 250 cc

2. Pemeriksaan fisik

Rambut : hitam, bersih, tidak ada ketombe

Mata : - Sclera : tidak icterus

- Conjungtiva : merah muda

Muka : tidak ada chloasma gravidarum

Leher :

- Struma : tidak ada

- Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

- Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Payudara :

- Bentuk : simetris

- Areola : hiperpigmentasi

- Putting susu : menonjol

- Keluaran : colostrum

Perut :

- striae : albican Kontraksi :baik

- linea : alba Konsistesi : keras

- TFU : 2 jari bawah pusat

Vulva :

- warna : kemerahan

- varises : tidak ada

20

Page 21: nifas patol

- odema : tidak ada

Perineum :

- luka bekas episiotomi : ada

Extremitas atas / bawah

- varises : -/-

- odema : -/-

Anus : Haemoroid : ada

3.2 Diagnosa

Tgl / Jam Diagnosa Interpretasi Data

21-06-07 /

13.15

DX : P10001 6 jam post

partum fisiologis

dengan ruptur

perineum.

Masalah : Nyeri luka

perineum

DS : Ibu mengatakan bahwa ia merasakan

nyeri pada luka perineum setelah

proses melahirkan.

DO :- Kesadaran : Composmetis

- KU : Baik

- TTV : TD :130/90 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

Suhu : 365o C

RR : 20 x/mnt

- Perineum :

luka bekas episiotomi : ada

DS : Ibu mengatakan bahwa ia merasakan

nyeri pada luka perineum setelah

proses melahirkan

DO : Ekspresi wajah kelihatan

menyeringai.

3.3 Identifikasi Masalah Potensial

Terjadi infeksi

3.4 Identifikasi Kebutuhan Potensial

Rawat luka perineum

Berikan antibiotik.

21

Page 22: nifas patol

3.5 Intervensi

Tanggal : 21 Juni 2007 Jam : 13.30 Wib

Tujuan : Setelah di lakukan asuhan kebidanan selama 1x 24 jam

diharapkan tidak terjadi infeksi

Kriteria : 1. KU ibu baik tanpa komplikasi

TTV : TD : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg

Suhu : 360 – 370 C

RR : 16 – 24 x/mnt

Nadi : 72 – 100 x/mnt

2. Ekspresi wajah tidak sakit, klien tidak mengeluh sakit dan

dapat melakukan aktifitas sendiri

3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

Tgl / jam Diagnosa Intervensi Rasional

21-06-07

/13.25

Ny “S” P10001 6

jam post partum

fisiologis dengan

ruptur perineum.

1. Lakukan pendekatan

terapeutik pada klien

2. Jelaskan hasil

pemeriksaan pada ibu dan

keluarga

3. Berikan HE tentang :

- Personal hygiene

- Nutrisi

- Perawatan luka

- Perawatan payudara

- Mobilisasi dini

- Istirahat

- Tanda bahaya nifas

- Tanda bahaya BBL

4. Berikan antibiotik dan

analgesik

1. Diharapkan dapat terjalin

kerjasama yang baik

antara petugas dank lien

2. Diharapkan klien lebih

kooperatif terhadap

pemeriksaan selanjutnya

3. Diharapkan ibu mengerti

tentang :

- Menjaga kebersihan

- Terpenuhi nutrisinya

- Terhindar dari infeksi

- Memperlancar ASI

- Mempercepat proses

invousi

- Memulihkan stamina ibu

- Ibu lebih waspada

- Deteksi dini

4. Diharapkan dapat

mengurangi rasa nyeri dan

22

Page 23: nifas patol

Masalah nyeri

luka perineum

5. Observasi TTV

6. Observasi TFU, kontraksi,

kandung kemih, dan

perdarahan

7. Observasi luka jahitan

8. Anjurkan ibu untuk

kantrol ulang 1 minggu

lagi / sewaktu-waktu bila

ada keluhan

1. Lakukan pendekatan

terapeutik pada ibu

2. Beritahukan nyeri akan

hilang jika luka telah

sembuh

3. Berikan dukungan

psikologis dan moril pada

ibu

terhindar dari infeksi

5. Diharapkan dapat

memantau perkembangan

ibu

6. Deteksi dini adanya

komplikasi

7. Memantau perkembangan

luka

8. Diharapkan dapat

mengetahui

perkembangan kedaaan

ibu

1. Dengan dilakukan

pendekatan teraprutik

diharapkan terjalin

kerjasama yang baik

antara ibu dengan petugas

kesehatan

2. Dengan memberi

pengertian kepada ibu

diharapkan ibu dapat lebih

tenang

3. Dengan memberikan

dukungan moril dan

psikologis pada ibu

diharapkan ibu lebih

tenang

3.6 Implementasi

Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi

21-06-07/ Ny “S” P10001 6 jam post 1. Melakukan pendekatan terapeutik pada

23

Page 24: nifas patol

13.45 WIB partum fisiologis dengan

ruptur perineum.

Masalah nyeri luka

perineum

klien

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

dan keluarga

3. Memberikan HE tentang :

a. Personal hygiene

b. Nutrisi

c. Perawatan luka

d. Perawatan payudara

e. Mobilisasi dini

f. Istirahat

g. Tanda bahaya nifas

h. Tanda bahaya BBL

4. Memberikan antibiotik dan analgesik

5. Melakukan observasi TTV

6. Melakukan observasi TFU, kontraksi,

kandung kemih, dan perdarahan

7. Melakukan observasi luka jahitan

8. Menganjurkan ibu untuk kantrol ulang 1

minggu lagi / sewaktu-waktu bila ada

keluhan

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu

2. Memberitahukan nyeri akan hilang jika luka

telah sembuh

3. Memberikan dukungan psikologis dan moril

pada ibu

3.7 Evaluasi

Tanggal :22-06-07 Jam : 07.00

S : Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka jahitannya

24

Page 25: nifas patol

O : TTV : TD : 110/70 mmHg S : 367 0C

N : 80 x/mnt RR : 18 x/mnt

TFU : 2 jari bawah pusat

Kontraksi uterus : keras

Perdarahaan : 150 cc

A : P10001 1 hari post partum fisiologis dengan ruptur perineum.

P : - Rencana dilanjutkan

- Menganjurkan pada ibu untuk control ulang 1 mgg lagi / sewaktu –

waktu bila ada keluhan

BAB VI

PENUTUP

25

Page 26: nifas patol

4.1. Kesimpulan

Robekan pada jalan lahir merupakan salah satu penyebab dari perdarahan post

partum. Robekan pada jalan lahir sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah multiparitas, CPD, partus presipitatus, partus lama, dan lain-

lain.

Dengan penatalaksanaan yang tepat dari penolong diharapkan bisa

mengurangi terjadinya perdarahan yang bisa mengakibtkan kematian pada ibu.

4.2. Saran

1. Bagi Bidan

Bidan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapt meminimalkan

terjadinya robekan jalan lahir.

2. Bagi Pembaca

Pembaca dapat mengerti dan memahami isi dari masalah ini bagi masyarakat

umum.

3. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya gizi.

4. Bagi Penulis

Penulis dapat lebih mendalami tentang penyebab kematian maternal karena

perdarahan yang disebabkan oleh robekan.

DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD, 1981, Obstetri Patologi, Bandung.

26

Page 27: nifas patol

Mochtar, rustam, 1998, Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan Essensia Medica,

Yogyakarta.

Pearce, Evelyn, 2002, Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,

Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri dan Ginekologi, ECG, Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

NY “S” P10001 DENGAN NYERI LUKA PERINEUM

DI DESA CERMEN LEREK PUSTU SLEMPIT KECAMATAN

KEDAMAIAN KABUPATEN GRESIK

27

Page 28: nifas patol

DISUSUN OLEH :

IFTIHAH INTANNUR ANNIS

NIM 430216

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ARTHA BODHI ISWARA

PRODI DIII KEBIDANAN

SURABAYA

2007

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang memberikan rahmat serta hidayahnya

sehingga saya dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada Ny ”S”

28

Page 29: nifas patol

Saya menyusun asuhan kebidanan ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mengikuti pendidikan di akademi kebidanan STIKES ABI surabaya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dan telah memberikan bimbingan kepada penulis diantaranya :

1. Prof. DR H.R Soedibyo H.P, dr. DTM, selaku ketua STIKES ABI Surabaya

2. Lia Hartanti, SST, selaku ketua jurusan DIII kebidanan STIKES ABI

Surabaya

3. Hj. Sri Mekar, SST, selaku pembimbing pendidikan

4. dr. Rudyanto Dwi Agustono, selaku kepala puskesmas Slempit kabupaten

Gresik

5. Sukardi, Spd, selaku kepala desa Cermen Lerek

6. Nurkhayati, selaku pembimbing praktek di polindes cermen lerek kecamatan

kedamaian kabupaten gresik

7. serta rekan-rekan mahasiswa yang tela banyak membantu dalam penulisan

laporan ini

Saya menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari semparna sehingga kritik

dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan asuhan kebidanan ini dan

semoga dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, Juni 2007

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

29

ii

Page 30: nifas patol

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar belakang ........................................................................................... 11.2 Tujuan penulisan ........................................................................................ 1

1.2.1 Tujuan umum ................................................................................. 11.2.2 Tujuan khusus................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 3

2.1 Konsep dasar robekan jalan lahir................................................................ 32.1.1 Pengertian .......................................................................32.1.2 Klasifikasi .......................................................................3

2.1.2.1 Perineum .......................................................................32.1.2.2 Vagina .......................................................................72.1.2.3 Cervix .......................................................................102.1.2.4 Ruptura uteri .......................................................................11

2.2 Konsep dasar asuhan kebidanan................................................................. 162.2.1 Pegumpulan data yang dibutuhkan................................................. 16

2.2.1.1 Data subyektif .......................................................................162.2.1.2 Data obyektif ......................................................................16

2.2.2 Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa / Masalah........................................................................................... 16

2.2.3 Mengidentifikasi diagnosa / masalah ............................................. 172.2.4 Menetapkan kebutuhan segera........................................................ 172.2.5 Menyusun asuhan yang menyeluruh.............................................. 172.2.6 Implementasi .......................................................................172.2.7 Evaluasi .......................................................................17

BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................... 18

3.1 Pengkajian .............................................................................183.2 Diagnosa .............................................................................213.3 Identifikasi masalah potensial..................................................................... 213.4 Identifikasi kebutuhan masalah.................................................................. 213.5 Intervensi .............................................................................223.6 Implementasi .............................................................................233.7 Evaluasi .............................................................................25

BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 26

4.1 Kesimpulan ...............................................................................................264.2 Saran ...............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

30

iii

Page 31: nifas patol

31

iv