INFEKSI NIFAS

27
MASA DAN INFEKSI NIFAS 1. Masa Nifas a) Definisi Masa nifas 1 Masa nifas atau masa puerperium adalah masa pulih kembali, mulai setelah partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. dan berakhir sesudah kira-kira 6 minggu. b) Involusi alat-alat kandungan 1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Setelah persalinan, uteri mempunyai berat kurang lebih 1000g. pada akhir minggu pertama biasanya uteri bisa dipalpasi sampai di simfisis pubis. Involusi uteri hampir lengkap pada minggu ke 6 bila organ tersebut dengan berat kurang dari 100g. 1

Transcript of INFEKSI NIFAS

Page 1: INFEKSI  NIFAS

MASA DAN INFEKSI NIFAS

1. Masa Nifas

a) Definisi

Masa nifas1

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa pulih kembali, mulai setelah partus

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. dan berakhir sesudah kira-kira

6 minggu.

b) Involusi alat-alat kandungan

1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil. Setelah persalinan, uteri mempunyai berat kurang lebih 1000g.

pada akhir minggu pertama biasanya uteri bisa dipalpasi sampai di simfisis pubis.

Involusi uteri hampir lengkap pada minggu ke 6 bila organ tersebut dengan berat kurang

dari 100g.

1

Page 2: INFEKSI  NIFAS

2. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-mules) disebabkan kontraksi

rahim, biasanya berlangsung 2-3 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada

ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan

antimules.

3. Bekas implantasi uri : plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum

uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam

2,4 cm, dan akhirnya pulih.

4. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

a. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-

7 pasca persalinan.

c. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau busuk.

f. Lochiostasis : lochia tidak lancer keluarnya.

6. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan

kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat

dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

7. Ligamen-ligamen: Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali

sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena

ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia

melakukan, “berkusuk” atau “berurut”, dimana sewaktu dikusuk tekanan intra abdomen

bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligament, fasia, dan jaringan penunjang

2

Page 3: INFEKSI  NIFAS

menjadi kendor, jika dilakukan kusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh

kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan

dan gymnastic pasca persalinan.

Perawatan Pasca Persalinan

1. Mobilisasi : karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama

8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk

mencegah terjadinya thrombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan

duduk, hari ketiga jalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan

pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi

persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.

2. Diet : Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori sebaiknya makan makanan

yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

3. Miksi : Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang

wanita mengalami sulit kencing, Karena spinchter uretrae ditekan oleh kepala janin

dan spasme oleh iritasi muskulo spincter ani selama persalinan, juga oleh karena

adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih

penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

4. Defekasi : Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih

sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat

laksan per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

5. Perawatan payudara atau mamae : Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita

hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusi bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara

pembalutan mamae sampai tertekan, dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH

seperti tablet Lynoral dan Parlodel. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan

bayinya karena sangat penting untuk kesehatan bayinya.

3

Page 4: INFEKSI  NIFAS

6. Laktasi : Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi

perubahan-perubahan pada kelenjar mamae :

Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak

bertambah.

Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna

kuning putih susu

Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena

berdilatasi sehingga tampak jelas.

Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka

timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan

merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan

mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan

banyak setelah 2-3 hari pasca persalinan.

Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan

psikis yang secara retroflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh

hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebaagai efek positif adalah involusi

uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang

tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa

kasih saying antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah untuk anak ibu. Ibu dan

bayi dapat ditempatkan pada satu kamar (rooming in) atau pada tempat yang

terpisah. Keuntungan rooming in :

Mudah menyusukan bayi

Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi.

Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya

7. Cuti hamil dan bersalin : menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak

mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin

ditambah 2 bulan setelah persalinan.

4

Page 5: INFEKSI  NIFAS

8. Persalinan pascapersalinan : Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa

wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi

wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6

minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus

kembali untuk control seminggu kemudian.

Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi :

i. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya.

ii. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.

iii. Payudara : ASI, puting susu

iv. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.

v. Sekret yang keluar, misalnya lochia, flour albus

vi. Keadaan alat-alat kandungan

9. Nasehat untuk ibu postnatal :

Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan.

Sebaiknya bayi disusui

Kerjakan gimnastik sehabis bersalin.

Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk

menjarangkan anak.

Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

2. Infeksi nifas (puerperal infections)

a) Definisi

Infeksi nifas (infeksi puerperium, puerperal infection) adalah istilah umum yang

digunakan untuk menjelaskan setiap infeksi bakteri di traktus genitalia setelah pelahiran.

5

Page 6: INFEKSI  NIFAS

Dahulu merupakan penyebab kematian maternal yang paling penting, namun sekarang

berkat kemajuan ilmu kebidanan, di negara maju sudah berkurang angka kematian yang

disebabkan infeksi nifas ini. Di negara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan masih

jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar.

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa

nifas oleh sebab apapun. The Joint Committee on Martenal Welfare mendefinisikan morbiditas

nifas sebagai berikut : Suhu sampai 38 0C atau lebih pada 2 diantara 10 hari pertama

postpartum, kecuali pada 24 jam pertama, dan diperoleh melalui pengukuran di mulut dengan

teknik standar paling tidak 4 kali sehari. Definisi ini mengisyaratkan semua infeksi yang

diakibatkan dari infeksi panggul.

b) Faktor risiko1

I. Status sosioekonomi

a. Penderita dengan sosioekonomi rendah mempunyai risiko timbulnya infeksi lebih

besar dari penderita sosioekonomi menengah misalnya ketuban pecah dini dan

seksio sesaria. Penderita sosioekonomi rendah juga terkait dengan status gizi yang

rendah, perawatan antenatal yang tidak adekuat dan obesitas.

II. Proses persalinan

a. Berkaitan dengan partus lama, lamanya ketuban pecah, korioamnionitis,

pemakaian monitoring janin intrauterine, jumlah pemeriksaan yang dilakukan

selama proses persalinan dan perdarahan yang terjadi.

i. Partus lama dan lamanya ketuban pecah: bakteri di dalam cairan amnion

akan menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion

sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.

ii. Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion,

amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.

III. Tindakan persalinan

a. Penderita dengan seksio sesaria mempunyai risiko 5-30 kali lebih besar akan

mengalami infeksi nifas, dengan risiko endometritis 12-15% lebih besar.

6

Page 7: INFEKSI  NIFAS

Endometriosis bisa berkembang menjadi infeksi yang lebih berat seperti abses,

eviserasi dan tromboflebitis pelvis. Tindakan lain pada persalinan seperti ekstraksi

forceps, tindakan episiotomy, laserasi jalan lahir, dan pelepasan plasenta secara

manual juga bisa meningkatkan timbulnya risiko infeksi

c) Bakteriologi

Kebanyakan infeksi nifas disebabkan oleh bakteri yang ada di jalan lahir. Pernah dilaporkan

epidemi sebelumnya yang disebabkan oleh β-streptokokus hemolitikus yang fatal. Infeksi

streptokokus juga bisa menjadi factor utama ketuban pecah dini.

Aerob Anaerob Lain-lain

Streptokokus grup A,B dan D

Enterokokus

Bakteri gram negative-eskerisia

koli, Klebsiella dan Proteus sp

Stafilokokus aureus

Stafilokokus epidermidis

Gardnerella vaginalis

Peptokokus sp

Peptostreptokokus sp

Bakteroideus fragilis grup

Prevotella sp

Klostridium sp

Fusobakterium sp

Mobilunkus sp

Mikoplasma sp

Klamidia trakomatis

Neisseria gonorrea

Tabel 1: penyebab yang sering menyebabkan infeksi nifas

d) Cara terjadinya infeksi1

1. Tangan pemeriksa atau penolong dengan sarung tangan membawa masuk bakteri dari

vagina ke dalam uterus atau sarung tangan yang tidak steril

2. Droplet infection. Alat-alat persalinan yang terkontaminasi dengan bakteri yang berasal

dari hidung atau tenggorok dokter atau petugas selama persalinan

3. Infeksi dari pasien-pasien lain dirumah sakit

7

Page 8: INFEKSI  NIFAS

4. Koitus pada akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah

5. Infeksi intrapartum pada partus lama, ketuban sudah lama pecah atau pemeriksaan dalam

yang berulang kali.Ditandai dengan kenaikan suhu, leukositosis dan takikardi, denyut

jantung janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.

2.1 Infeksi uteri

2.1.1 Metritis

Infeksi uterus pada saat pascapersalinan dikenal sebagai endometritis, endomiometritis, dan

endoparametritis. Karena infeksi yang timbul tidak hanya mengenai desidua, miometrium dan

jaringan parametrium, maka terminology yang lebih disukai adalah metritis disertai selulitis

pelvis.

Faktor predisposisi

1. Persalinan pervaginam

a. ketuban pecah prematur yang lama, partus lama dan pemeriksaan dalam yang

berulang

2. Persalinan seksio sesaria

a. Factor risiko infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah,

pemeriksaan dalam berulang, pemeriksaan dalam berulang dan alat pemakaian

alat monitoring janin internal. Pemberian antibiotic profilaksis dianjurkan pada

tindakan seksio sesar

3. Bakteriologi

a. Selama proses persalinan, cairan ketuban dan uterus mungkin akan terkontaminasi

oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob terbanyak adalah

peptostreptokokus sp dan peptokokus sp. Selain itu juga terdapat bakteroides sp

dan klostridium sp. Bakteri aerob gram positif yang sering adalah enterokokus

dan grup streptokokus dan bakteri gram negative yang sering adalah eserisia koli.

8

Page 9: INFEKSI  NIFAS

Patogenesis

Infeksi nifas setelah persalinan pervaginam terkait dengan tempat implantasi plasenta, lapisan

desidua dan miometrium atau laserasi servikovaginal. Infeksi nifas setelah persalinan sesario

sesar terkati dengan bekas luka operasi. Bakteri berkoloni diserviks dan vagina masuk ke air

ketuban pada waktu persalinan dan pasca persalinan lansung menginvasi ke tempat implantasi

plasenta yang biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter kurang lebih 4cm dengan

permukaan luka yang berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Infeksi

uterus pascaoperasi sesar umunya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi tempat

implantasi plasenta.

Gejala klinik

1. Demam dengan suhu 38-39: biasa timbul hari ke 3 dengan nadi cepat

2. Menggigil sebagai tanda bakteremia

3. Nyeri abdomen

4. Lokhia yang berbau menyengat

5. Lokhia tidak berbau selalu terkait dengan bakteti penyebab grup A B hemotik

streptokokus

9

Page 10: INFEKSI  NIFAS

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium:

Leukositosis :15000-30000 cells/ul

Penatalaksanaan

antibiotika oral: metritis ringan pascapersalinan normal

antibiotik spektrum luas iv : metritis sedang sampai berat termasuk penderita pacsaseksio

sesarea

biasanya membaik dalam waktu 48-72 jam.

Pilihan antimikrob

Antibiotik Dosis Keterangan

Ampisilin Dosis awal 2g/ I.V

dan 1g setiap 6

jam(oral) atau

500mg(parenteral)

setiap 6 jam

Antibiotika spectrum luas dan relative

tidak mahal

Sulbenisilin 1g dosis tunggal Antibiotika spectrum luas untuk kuman

aerob dan anaerob

Kloramfenikol 1g IV setiap 6 jam Dapat diandalkan dan harganya murah

untuk sepsis, tetap harus dipantau reaksi

10

Page 11: INFEKSI  NIFAS

depresif pada sumsum tulang

Gentamisin 1,5mg/kg

BB/dosis IV atau

IM diberikan

setiap 8 jam

Cukup efektif terhadap bakteri garam (-)

dan flora saluran cerna

Doksisiklin 100mg setiap 12

jam(jangan

diberikan bersama

dengan susu atau

antasida)

Adekuat untuk gram (+), gram (-)

termasuk klamidia: dapat menggantikan

bersamaan dengan ampisilin; juga

meningkatkan spectrum cakupan bila

dikombinasi dengan metronidazol

Metronidazol 1g IV atau per

rectal setiap 12

jam atau

500mg(oral) setiap

6 jam

Baik untuk bakteri gram (-) dan anaerob

dapat digunakan dalam kombinasi dengan

amoipisilin dan doksisiklin; dan sebagai

alternative untuk klindamisin; relative

terjangkau dan muda diperoleh; pemberian

per oral mendekati kadar serum pemberian

secara IV

Tabel 3: pengobatan antibiotika tunggal untuk infeksi

Komplikasi

1) Infeksi luka operasi

Kejadian infeksi luka pasca seksio sesar berkisar antara 3-15%. Dengan antibiotic

profilaksis maka kejadian infeksi luka operasi akan menurun. Faktor risiko; obesitas,

diabetes, pengobatan kortikosteroid, imunosupresi, anemia dan hemostasis yang jelek

a. Dehisensi luka operasi: terbukanya jahitan pada fasia abdomen. Terjadi pada 1 dari

300 seksio sesar, terjadi pada hari kelima pascaoperasi disertai keluarnya cairan

serosanguinus. Umumnya disebabkan oleh infeksi pada fasia dan nekrosis jaringan.

Pengobatan utama adalah antibiotika adekuat dengan penjahitan ulang dinding

abdomen

11

Page 12: INFEKSI  NIFAS

2) Necrotizing fasciitis

a. Infeksi luka berat dengan mortality yang tinggi. Dalam bidang obstetri,

necrotizing fasciitis terkait dengan insisi abdomen atau penyulit dari episiotomi

atau laserasi perineum. Infeksi ini bisa disebabkan oleh flora normal di vagina

atau bakteri lain dengan virulensi tinggi. Bisa diobati dengan antibiotic spectrum

luas.

3) Peritonitis:

Penyulit pada penderita seksario sesar dengan metritis disertai nekrosis dan dehisensi

insisi ulang.jarang ditemukan pada vaginal birth after c-section( VBAC). Abses parametrium

atau adeneksa dpt pecah dan menimbulkan peritonitis generalisata. Peritonitis nifas bisa

terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan

salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada

sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan

peritonitis.

Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-

gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah

nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan

abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum Douglas harus dikeluarkan dengan

kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kantung kencing.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan

pnyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan

nyeri, ada defence musculaire. Muka penderita, mula-mula kemerahan-merahan menjadi

pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratia.

Mortalitas peritonitis uumum tinggi.

12

Page 13: INFEKSI  NIFAS

4) Sellulitis pelvika

Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila

suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan

nyeeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis

pellvika menjadi jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di

sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas

ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam

hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai menggigil.

Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri. Dalam 2/3 kasus tidak terjadi

pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus

mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.

Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses

mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung

kencing.

5) Selulitis parametrium:

a. Biasanya terjadi unilateral. Selulitis parametrium ringan dapat menyebabkan suhu

yang meninggi dalam nifas. Dicurigai selulitis parametrium bila:

1. Suhu menetap dan meninggi lebih dari satu minggu

2. Nyeri perut bagian bawah kiri atau kanan

3. Nyeri pada pemeriksaan dalam

Proses peradangan lanjut ditandai dengan Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan

padat dan nyeri sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang

panggul. Dalam hal ini suhu mula-mula meninggi secara tetap menjadi naik-turun disertai

dengan menggigil. Pendrrita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Jika terjadi abses,

nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga

perut yang menyebabkan peritonitis atau ke kandung kemih

13

Page 14: INFEKSI  NIFAS

2.2 INFEKSI PERINEUM, VAGINA DAN SERVIKS

Infeksi berat mungkin terjadi pada ibu yang mengalami robekan perineum tingkat IV.

Meskipun syok septik berat jarang terjadi, masih didapatkan syok septik yang disebabkan

oleh infeksi luka episiotomy.

Menurut JNPK-KR (2007) ruptur perineum dibagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai

berikut:

1) Tingkat I : Ruptur hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit

perineum.

2) Tingkat II : Ruptur mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tetapi

tidak mengenai springter ani.

3) Tingkat III : Ruptur mengenai seluruh perineum dan otot springter ani.

4) Tingkat IV : Ruptur sampai mukosa rektum.

Vulvitis

Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi

luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus

dan mengeluarkan pus.

Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan

mukosa mmbengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar

dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.

Servisitis

Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka

serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan

infeksi yang menjalar ke parametrium

14

Page 15: INFEKSI  NIFAS

Gejala klinik dan patogenesis

Keluhan nyeri pada daerah terinfeksi dan disuria dengan atau tanpa retensi urin, fluor

yang purulen dan demam. Pada kasus yang berat seluruh vulva mengalami edema,

ulserasi dan tertutup oleh eksudat.

Laserasi vagina dapat mengalami infeksi secara lansung atau tercemar dari perineum.

Seluruh mukosa vagina menjadi merah, bengkak dan bisa mengalami nekrosis dan

terkelupas.

Laserasi serviks lebih sering terjadi dan normalnya serviks memang merupakan tempat

koloni kuman yang bisa menjadi patogen. Bila serviks mengalami infeksi dan laserasinya

cukup dalam, maka infeksi ini dapat lansung menyebar ke ligamentum latum dan

menyebabkan limfangitis, parametritis, bakteremia.

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaannya adalah drainase dengan antibiotika yang adekuat. Pada

sebagian besar kasus pelepasan benang episiotomi dan luka yang terinfeksi dibuka. Bila

permukaan episiotomy sudah bebas dari infeksi dan eksudat, ditandai dengan timbulnya

jaringan granulasi yang berwarna merah muda dan dapat dilakukan penjahitan perineum

secara sekunder.

2.3 Mastitis

15

Page 16: INFEKSI  NIFAS

Suatu infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara. Biasa terjadi unilateral dan dapat

terjadi 3 bulan pertama meneteki tetapi jarang selama ibu meneteki. Mastitis bernanah dapat

terjadi setelah minggu pertama pascapersalinan, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu

ketiga atau keempat. Gejala awal;

o Demam disertai menggigil

o Mialgia

o Nyeri

o Takikardi

Pemeriksaan payudara : membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan berbatas tegas

dan disertai rasa hangat nyer

Predisposisi:

a. Primipara

b. Stres

c. Teknik meneteki yang salah sehingga pengosongan payudara tidak baik

d. Pemakaian kutang yang terlalu ketat

e. Pengisapan bayi yang kurang kuat

f. Luka pada puting payudara

Pembagian mastitis

mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae

mastitis di tengah payudara yang menyebabkan abses ditempat itu

mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses antara payudara

dengan otot dibawahnya

Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah komplikasi yaitu abses dan sepsis. Sepanjang

terapi diberikan laktasi tetap dianjurkan untuk pengosongan payudara

Terapi suportif

16

Page 17: INFEKSI  NIFAS

Bed-rest

Kompres hangat

Pemberian cairan yang cukup

Antinyeri

Antiinflamasi

Antibiotik; penisillin, sefalosporin, eritromisin, sulfa

Komplikasi

Apabila terjadi abses payudara dapat dilakukan insisi atau sayatan untuk mengeluarkan nanah

dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa/hanschoen drain agar nanah dapat keluar terus.

Syatan sebaiknya dibuat sejajar dengan duktus laktiferus untuk mencegah kerusakan pada

jalannya duktus tersebut.

Pencegahan

Selama kehamilan

Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk

memperbaikinya. Keadaan gizi juga mrupakan faktor yang penting. Koitus pada hamil tua

sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

Selama persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman

dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan

dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perrdarahan banyak. Demikian pula,

semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang

menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk kamar bersalin, alat-alat,kain-kain yang

dipakai dalam persalinan harus di suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika

perlu atas indikasi. Terjadi perdarahan harus dicegah sedapat mungkin, Transfusi darah diberikan

menurut keperluan.

17

Page 18: INFEKSI  NIFAS

Selama nifas

Setelah partus terdapat luka-luka pada beberapa tempat jalan lahir. Pada hari-hari pertama

postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab

itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan alat genital harus suci hama. Pengunjung-

pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.

Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita yang

dalam nifas yang sehat.

Daftar pustaka

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T editor: Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga,

cetakan ketujuh, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2006.

2. Cunningham F Gary,dkk:, Obstetri Williams, Ed 21, vol 1,EGC, Jakarta, 2006.

3. Decherney Alan H, MD, Nathan Lauren, MD, Godwin M.T, MD, Laufer Neri, MD,

Current Diagnosis and Treatment 10th Edition, McGraw Hill, USA, 2007.

4. Alan H. Lauren N. Neri L Current Diagnosis and treatment obstetri and gynecology 11th

ed. Mc-Graw Hill

5. Puerperal infections diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/796892-clinical

6. Peurperal infections diunduh dari http://eglobalmed.com/books/CarePlans/PDF

/puerperal_infection.pdf

18