ASKEP WAHAM

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.keyakinan ini akan terus dipertahankannya walaupun telah ditunjukan beberapa bukti yang kuat untuk mengoreksi pernyataannya. Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka. 1.2 Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang akan diungkap dalam makalah mengenai asuhan keperawatan jiwa pada pasien Waham adalah sebagai berikut:

description

well

Transcript of ASKEP WAHAM

Page 1: ASKEP WAHAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya

klien.keyakinan ini akan terus dipertahankannya walaupun telah ditunjukan beberapa

bukti yang kuat untuk mengoreksi pernyataannya. Pasien ini tidak memperlihatkan

gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik

lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham

aneh yang nyata. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada

pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif,

argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal

di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan

mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering

mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini

merupakan respon langsung terhadap waham mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang akan diungkap dalam makalah mengenai asuhan

keperawatan jiwa pada pasien Waham adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Waham ?

1.2.2 Apa etiologi Waham ?

1.2.3 Apa tanda dan gejala Waham ?

1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan Waham ?

1.2.5 Bagaimana proses pohon masalah Waham

12.6 Bagaimana psikopatoflowdiagram dari Waham ?

1.2.7 Bagaimana proses asuhan keperawatan untuk pasien dengan Hipoglikemia?

Page 2: ASKEP WAHAM

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien Waham yaitu

menjelaskan apa itu Waham, penyebab dari Waham, jenis Waham pada pasien gangguan

jiwa, menjelaskan pohon masalah dan psikopatoflowdiagram Waham, tanda dan gejala

Waham, dan menjelaskan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan

Waham.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu bab pendahuluan, bab

pembahasan, dan bab penutup.

Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penulisan, dan sistematika penulisan. Bab pembahasan ini berisi tentang pengertian dari

keperawatan kesehatan jiwa, peran dan fungsi perawat kesehatan dalam kesehatan jiwa,

dan kode etik keperawatan dalam keperawatan jiwa. Bab penutup berisi tentang

kesimpulan dan saran.

Page 3: ASKEP WAHAM

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Waham

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan

keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat

mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI

mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang

jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan

beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut

psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.

(David A. Tomb, 2004)

Waham adalah keyakinan yang salah, dan dipertahankan yg tidak memiliki dasar

dalam realitas (Sheila, 2008).

Waham adalah keyakinan palsu yang merupakan kesalahan persepsi atau tidak

didasarkan pada realitas (Schultz & Videbeck : 2009).

Waham adalah keyakinan pribadi palsu yang tidak sesuai dengan pendapat orang-

orang intelijen atau berdasarkan latar belakang budaya (Townsend : 2014).

2.2 Etiologi Waham

Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda,

keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka

yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan

jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006)

2.2.1 Faktor Predisposisi

Faktor perkembangan hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan

interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang

berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

Faktor Sosial Budaya

Page 4: ASKEP WAHAM

Seseoarang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya

waham.

Faktor Psikologis

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/ bertentangan, dapat menimbulkan

ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.

Faktor Biologis

Waham diyakini terjadi karena atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau

perubahan pada sel kortikal dan limbik.

Faktor Genetik

2.2.2 Faktor Presipitasi

Faktor Sosial Budaya

Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau

diasingkan dari kelompok.

Faktor Biokimia

Dopamin, norepineprin, dan zat halusinugen lainnya diduga dapat menjadi

penyebab waham pada seseorang.

Faktor Psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi

masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan

yang menyenangkan.

2.3 Tanda dan Gejala Waham

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya

sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien

menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien

menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan

isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang

berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,

ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada

orang lain, gelisah.

Page 5: ASKEP WAHAM

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):

a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan

khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

Misalnya: “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya tambang

emas”.

b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang

berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak

sesuai kenyataan.

Contoh: “saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena

mereka iri dengan kesuksesan saya”.

c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara

berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Contoh: “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian

putih setip hari”.

d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu

atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

Contoh: “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit

kanker.)

e. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada

didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan

nyata.

Misalnya: “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

f. Waham Sisip Pikir: Yaitu waham keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain

yang sisipkan kedalam pikirannya.

g. Waham siar pikir : keyakinan kilen bahwa orang lain mengetahui apa yang dia

pikirkan walaupun tidak pernah menyatakan pikirannnya kepada orang tersebut.

h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan

dari luar dirinya.

Page 6: ASKEP WAHAM

2.4 Penatalaksanaan

TERAPI :

Terapi individual

- Bekerjasama dengan klien untuk mengurangi penggunaan pertahanan diri berupa

penyangkalan, proyeksi, dan distorsi pikiran dengan meminta klien mengatasi

perasaan tidak aman dan konflik dasarnya

- Berfokus pada perasaan

- Eksplorasi bagaimana pikiran waham mempengaruhi gaya hidup klien

- Sediakan umpan balik yang berhubungan dengan realita

- Bantu klien mengenali bagaimana stress yang hebat bisa memperburuk gejala

- Ajarkan ketrampilan untuk membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan

ketrampilan bernegoisasi karena beberapa klien cenderung memiliki perilaku

argumentatif.

PENGOBATAN :

- Obat-obatan antipsikotik dapat menyediakan cara untuk menangani agitasi hebat,

memodifikasi pikiran waham, dan memfasilitasi fungsi dalam situasi social dan

pekerjaan.

- Monitor klien yang mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik; efek samping

ekstrapiramidal memerlukan penggunaan obat anti Parkinson dalam waktu yang

bersamaan.

Peran perawat :

• Bina hubungan saling percaya dengan klien

1. Bersikap tenang

2. Empati terhadap klien

3. Pertahankan kontak mata

4. Perkenalkan diri

5. Buat kontrak yang jelas dengan klien, tepati kontrak yg telah disepakati

6. Dengarkan ekspresi perasaan klien

7. Tdk mencoba menjelaskan/membantah klien

• Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Page 7: ASKEP WAHAM

1. Diskusikan harapan-harapan klien selama ini

2. Diskusikan harapan yang tercapai dan tidak tercapai

3. Diskusikan perasaan klien terhadap harapan yang tidak tercapai tersebut

4. Diskusikan hubungan antara perasaan klien dengan keyakinan (waham) klien

• Bantu klien mengontrol waham

1. Diskusikan perasaan takut, cemas, dan marah yang dirasakan oleh klien.

2. Diskusikan kaitan perasaan klien dengan keyakinan klien (yang salah)

3. Diskusikan konsekuensi keyakinan klien terhadap kehidupan sehari-hari klien.

4. Paparkan klien pada realita sesuai kondisi lingkungan.

• Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk mengatasi waham klien

1. Jelaskan masalah waham yang dialami oleh klien

2. Jelaskan adanya kebutuhan / harapan klien yang tidak terpenuhi sehingga muncul

waham

3. Jelaskan cara berkomunikasi verbal dan non verbal dengan klien

4. Jelaskan perlunya dukungan keluarga agar klien minum obat secara teratur

Page 8: ASKEP WAHAM

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Ny. R (26 tahun) sejak kecil sangat senang memakai pakaian seperti putri. Teman- teman

klien sering mengejek klien karena klien berperilaku atau berpakaian tidak setara dengan

pekerjaan ayahnya yang hanya seorang buruh serabutan. Klien terkadang sedih dan marah

karena tidak ada yang mengerti perasaan klien. Klien berusaha tidak peduli dengan apa yang

dikatakan teman- temannya karena menurut klien, apa yang klien lakukan benar, namun

karena sikap tidak peduli klien itu, teman- teman klien merasa semakin geram dan sering

berkelahi dengan klien. Tidak jarang klien di pukuli oleh teman- teman klien. Klien tidak bisa

melanjutkan pendidikan sekolah dasar dibangku kelas 6 SD karena terbentur biaya.

Klien baru pertama kali masuk ke rumah sakit jiwa karena sebulan yang lalu klien

berperilaku tidak sewajarnya. Klien menjadi lebih suka mengurung diri, dikamar, mencuri

uang ayahnya dan berbelanja pakaian dalam jumlah yang banyak namun setahu ayahnya

klien tidak memiliki uang sebanyak itu. Klien berusaha terlihat keren dan eksis di depan

teman- teman dan lingkungan klien. Jika ayah klien tidak member klien uang kepada klien,

klien akan mengamuk dan mengunci diri dikamar dan menyakiti diri klien sendiri, karena

menurut klien dengan berperilaku seperti itu ayah klien akan memberi klien uang. Dengan

perilaku yang terus- menerus diulang itu, ayah klien merasa tidak terkontrol dan sering

memukuli klien agar klien berhenti meminta uang.

Namun, ibu klien memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit saat klien mulai

berusaha melukai diri klien sendiri. Namun dokter dirumah sakit merujuk klien ke bagian

psikiatri, namun klien menolak, sehingga orang tua klien dengan paksa membawa klien ke

rumah sakit jiwa. Sering kali dirumah sakit klien merasa seolah- olah terancam

dengankehadiran perawat atau tim medis lainnya. Klien menganggap bahwa perawat dan

teman sejawat lainnya mempunyai maksud buruk kepada dirinya. Menganggap bahwa

mereka dikirim untuk mengusik hidup si putrid seperti yang diyakini oleh klien tersebut.

Dirumah sakit jiwa, menurut laporan dan apa yang diamati perawat, klien sering bercerita

kepada perawat bahwa klien adalah seorang putri yang sedang dicari oleh seorang pangeran

yang hendak mencarinya. Klien meyakini bahwa di rumah sakit jiwa ia disuruh untuk

Page 9: ASKEP WAHAM

menunggu jkemputan dari pangeran pujaan hatinya yang sebenarnya tidak ada. Klien

semakin merasa percaya diri karena beberapa pasien lain yang diceritakan cerita yang sama

oleh klien ini seolah percaya. Klien tampak bersih namun selalu menghindar dari keramaian,

pasif dan tidak mau bergaul dengan perawat karena menurut klien seorang putrid sepertinya

tidak selayaknya berteman dengan orang biasa.

PSIKOPATOFLOWDIAGRAM (Ny. R 26thn)

Sedih dan marah Minder dan sedih Malu dan sedih Marah dan sedih

HDR

BASIC ANXIETY

KLIEN MENCOBA MELUKAI DIRINYA SENDIRI KARENA TIDAK DIBERI UANG

ANSIETAS MENINGKAT

KOMPENSASI, OVER KOMPENSASI, DAN REGRESI

WAHAM

POHON MASALAH

M. Psikoanalitik

Klien sering dipukili dan dijambak oleh teman-teman sebayanya.

Klien meminta uang tetapi klien malah dipukuli oleh ayahnya.

M. Interpersonal

Klien sering diejek temannya.

Klien sering mengurung diri.

M. Eksistensial

Klien merasa sedih dan marah.

Klien merasa percaya dirinya tinggi.

M. Psikososial

Ayah klien seorang buruh serabutan.

Klien putus sekolah sejak kelas 6 sd.

KOGNITIF

Berbicara berlebihan Merasa terancam

AFEKTIF

Marah Sedih Mudah tersinggung Ketakutan

MOTORIK

Mengamuk Menyakiti diri sendiri Berperilaku selayaknya

seorang putrid Mengurung diri dikamar Mencuri uang ayahnya

Page 10: ASKEP WAHAM

POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan : terhadap diri sendiri

Perubahan Pola Pikir : Waham

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri : HDR

Page 11: ASKEP WAHAM

Rencana Asuhan Keperawatan untuk klien Waham

DP 1: Pola Pikir (Suatu keadaan individu mengalami gangguan operasi kognitif

dan aktivitas)

Kriteria Hasil:

- Klien akan Bebas dari cedera,

- Memperlihatkan penurunan tingkat ansietas,

- Berinteraksi dengan topic yang berdasarkan realitas.

Intervensi:

1. Bersikap tulus dan jujur ketika berkomunikasi dengan klien. Hindari ucapan yang tidak

jelas atau mengelak.

Rasional: Klien yang mengalami waham sangat sensitive terhadap orang lain dan dapat

mengenali ketidaktulusan. Komentar yang mengelak atau ragu-ragu memperkuat rasa

ketidakpercayaan atau waham.

2. Konsisten dalam menetapkan harapan, menjalankan peraturan, dan sebagainya.

Rasional: Batasan yang jelas dan konsisten member struktur yang aman bagi klien.

3. Dorong klien untuk berbicara dengan anda, tetapi jangan memata-matai atau menyelidiki

untuk memperoleh informasi.

Rasional: Tindakan menyelidiki akan meningkatkan rasa curiga klien dan mengganggu

hubungan terapeutik. Apabila klien mengetahui prosedur, secara keseluruhan, klien

kurang mungkin merasa ditiou oleh staff.

4. Beri umpan balik positif untuk keberhasilan klien

Rasional: Umpan balik positif terhadap keberhasilan klien meningkatkan perasaan

sejahtera dan membantu membuat realitas tanpa waham pada situasi yang lebih positif

bagi klien.

5. Kenali waham klien sebagai persepsi klien terhadap lingkungan

Rasional: Penting untuk mengenali persepsi klien terhadap lingkungan guna memahami

perasaan klien Mula-mula jangan berdebat dengan klien atau mencoba meyakinkan klien

bahwa wahamnya salah atau tidak nyata.

6. Mula-mula libatkan klien dalam aktivitas satu-satu, kemudian aktivitas dalam kelompok

kecil, dan secara bertahap aktivitas dalam kelompok yang lebih besar

Page 12: ASKEP WAHAM

Rasional: Klien yang tidak dapat percaya dapat berhadapat dengan satu individu pada

awal intervensi. Mengenalkan orang lain secara bertahan ketika klien dapat

menoleransinya akan kurang mengancam bagi klien.

7. Tunjukkan empati terhadap perasaan klien; yakinkan klien akan keberadaan dan

penerimaan anda.

Rasional: Waham klien dapat menimbulkan distress. Empati menunjukkan penerimaan

anda. Terhadap klien serta perhatian dan kepedulian anda.

8. Jangan bersikap menghakimi atau merendahkan atau membuat lelucon tentang keyakinan

klien

Rasional: waham dan perasaan klien bukan hal yang lucu bagi klien. Klien dapat dapat

merasa ditolak oleh anda atau merasa tidak penting jika didekati melalui humor.

9. Sisipkan keraguan tentang waham secara langsung segera setelah klien tampak siap

menerima hal ini. Jangan berdebat dengan klien, tetapi hadirkan situasi yang faktual saat

andamelihatnya.

Rasional: ketika klien mulai mempercayai anda, ia mulai menggunakan waham waham

jika anda juga memperlihatkan kerja kelompok

10. Upayakan untuk berdiskusi tentang pikiran waham sebagai suatu masalah dalam

kehidupan klien; tanyakan kepada klien apakah ia dapat melihat bahwa waham

mengganggu kehidupannya.

Rasional: Diskusi mengenai masalah yang disebabkan oleh waham, merupakan fokus saat

ini dan berdasarkan realita.

DP 2 Ketidakefektifan koping individu

- Tujuan jangka panjang: klien menggunakan strategi koping yang konstruktif dan dapat

berfungsi tanpa mendapat gangguan dari pikiran waham.

- Tujuan jangka pendek #1: kesibukan klien dengan pikiran wahamnya berkurang.

- Tujuan jangka pendek #2: klien mengembangkan strategi koping yang adaptif.

Intervensi

1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan.

R/ mengungkapkan secara verbal perasaan memampukan klien mengidentifikasi

masalah/isu pribadi secara mendalam, dan memfasilitasi penanganan perasaan-perasaan

klien dengan cara selain dengan wahamnya.

Page 13: ASKEP WAHAM

2. Interaksi secara langsung, jujur, dan konsisten dengan klien.

R/ pendekatan yang jujur, tidak ambigu membantu klien mengusir ketakutan, curiga, dan

waham paranoid.

3. Jangan berisik, tertawa, atau bercakap-cakap secara rahasia dengan staf lain saat berada

dalam jangkauan pandangan klien.

R/ klien mungkin menjadi curiga dan membentuk kesimpulan yang salah tentang menjadi

subyek yang dibicarakan, yang akan menyebabkan peningkatan paranoid.

4. Jangan sentuh klien secara tiba- tiba atau terkesan halus.

R/ sentuhan dapat dianggap sebagai ancaman bagi klien yang curiga dan sebagai invasi

terhadap batas wilayah klien.

5. Beri umpan balik berdasarkan realita kepada klien.

R/ pikiran waham membuat klien sulit menghubungkan situasi atau kejadian nyata

dengan perasaan pribadi yang timbul dari situasi ini.

6. Dorong melakukan aktivitas sendiri yang menyenangkan, seperti kerajinan dan hobi, atau

aktivitas satu persatu antara perawat dan klien.

R/ aktivitas yang kompetitif dapat mengancam dan memperburuk ketakutan dan rasa

curiga.

DP 3. Hambatan interaksi sosial

- Tujuan jangka panjang: klien menunjukkan kompetensi dalam situasi sosial.

- Tujuan jangka pendek : klien mempraktikkan keterampilan dasar dalam berinteraksi

sosial.

Intervensi :

1. Bantu klien mennsurvei kenalan-kenalannya dan mengidentifikasi siapa saja dari mereka

yang berpotensi menjadi teman.

R/ memfokuskan upaya klien pada orang dan situasi nyata membuat pembelajaran

keterampilan dalam bersosialisasi menjadi realistis dan sangat bermakna.

2. Diskusikan dengan klien cara-cara untuk memulai interaksi dengan orang lain.

R/ memberi informasi mengenai keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi

memfasilitasi rasa kompetensi klien.

Page 14: ASKEP WAHAM

3. Ajarkan klien tentang cara mengekspresikan perasaan dengan cara yang dapat diterima

secara sosial melalui kegiatan bermain peran.

R/ ekspresi perasaan yang sesuai dapat terasa sulit bagi klien yang mempertahankan jarak

emosional dengan orang lain.

4. Bantu klien menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang tidak nyaman atau negatif.

R/ mengungkapkan perasaan secara verbal akan mencegah peningkatan ansietas dan

menurunkan kemungkinan kembalinya pikiran waham.

5. Bantu klien mengidentifikasi situasi-situasi yang jika kurang memiliki keterampilan

sosial yang sesuai akan mengganggu interaksi sosial.

R/ umpan balik membantu klien mengembangkan kesadaran akan adanya masalah dalam

interaksi sosial yang khusus dan memfasilitasi keinginan klien untuk berubah.

6. Ciptakan kesempatan untuk klien agar memiliki interaksi dengan kelompok kecil dan

interaksi dengan teman sebaya.

R/ kontak dengan kelompok kecil dan interaksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan

rasa percaya dan berbagi.

7. Beri kesempatan interaksi untuk klien dengan membantu membuat kontak dengan teman

dan anggota keluarga yang diinginkan.

R/ orang yang dekat dengan klien dapat membantunya melakukan keterampilan interaksi

dan meningkatkan pengalaman bersosialisasi.