Waham editan
-
Upload
bradonheat -
Category
Documents
-
view
34 -
download
0
Transcript of Waham editan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas social.( Gail W. Stuart).
Waham dibangun atas unsure – unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti – bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan – keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan – tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang didapat beberapa rumusan masalah,yaitu:
1. Apa saja jenis-jenis waham?
2. Apa saja tanda dan gejala waham?
3. Bagaimana sumber koping waham?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan jenis – jenis waham
2. Menjelaskan tanda dan gejala waham
3. Menjelaskan sumber koping waham
1.4 Manfaat Penulisan
2. Mengetahui jenis – jenis waham
3. Mengetahui tanda dan gejala waham
4. Mengetahui sumber koping waham
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
waham adalah satu gangguan psikiatri yang didominasi oleh gejala-gejala waham.
Waham pada gangguan waham bisa berbentuk : kebesaran, penganiayaan, cemburu, somatik,
atau campuran. Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan
dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur yang tak berdasarkan logika,
namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada bukti tentang ketidakbenaran
atas keyakinan itu. Keyakinan dalam bidang agama dan budaya tidak dianggap sebagai waham.
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (stuard dans
undeen, 1998)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan
dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
yang sudah kehilangan control (depkes RI,2000)
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkati ntelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atau
informasi secara akurat ( keliat, 1999)
Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi pikir
yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan,
keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah dengan logika atau hal-
hal yang bersifat nyata.
Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi pikir
yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan,
keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah dengan logika atau hal-
hal yang bersifat nyata.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi gangguan waham dia amerika serikat, diperkirakan 0,025 sampai 0,03 persen.
Gangguan waham lebih jarang dari pada skizoprenia dan gangguan afektif, usia onset kira-kira
40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun-90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita.
2.3 Etiologi
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas
adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat
membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang
sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi
kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan
pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.
Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu
yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal
(penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi
otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses fikir, waham adalah :
Menolak makanan
Tidak ada perhatian pada perawatan diri
Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
Gerakan tidak terkontrol
Mudah tersinggung
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukaan kenyataan
Menghindar dari orang lain
Mendominasi pembicaraan
Berbicara kasar
Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
2.5 Rentang respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dg pengalaman
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial
Distorsi pikiran
Ilusi
Reaksi emosi
berlebihan /kurang
Perilaku aneh/tdk biasa
Menarik diri
Gangguan
pikiran/waham
Sulit berespon emosi
Perilaku kacau
Isolasi sosial
Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif
maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif
dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila
individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia
akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir waham.
2.6 Pedoman Diagnostik Gangguan Waham
a. Waham-waham, merupakan satu-satunya ciri khas klinik atau gejala yang paling mencolok.
Waham-waham tersebut(baik tunggal maupun sebagai suatu sistem waham) harus sudah ada
sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya
setempat.
b. Gejala-gejala depresif atau bukan suatu episode depresif yang lengkap mungkin terjadi
secara intemiten, dngan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak
terdapat gangguan afektif itu
c. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
d. Tidak boleh ada halusinasi auditorikatau hanya-hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementara.
e. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siaran pikiran,
penumpulan afek)
2.7 Faktor Penyebab Terjadinya Waham
1. Faktor Predisposisi
Faktor Biologis
a. Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
b. Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic
c. Gangguan tumbuh kembang
d. Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
Faktor Genetik
a. Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
Faktor Psikologis
a. Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitive
b. Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
c. Konflik perkawinan
d. Komunikasi “double bind”
Sosial budaya
a. Kemiskinan
b. Ketidakharmonisan sosial
c. Stress yang menumpuk
2. Faktor Presipitasi
Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan
dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga
berkaitan dengan orientasi realita
Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi
masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata
2.8 Jenis-jenis waham
Waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1. Waham Kejar
Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe
depresi dan gangguan organik.
2. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan
yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai
puluhan rumah, dll. Contoh “ saya ini pejabat di departemen kesehatan loh”, “ saya punya
tambang emas”.
3. Waham Somatik
Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada
tubuhnya. Contoh : Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker namun setelah
dilakukan pemeriksaan labolatorium tidak ditemukan sel kanker pada tubuhnya.
4. Waham Agama
Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya
yang telah ia perbuat dengan keagamaan. Contoh “ kalo saya mau masuk surgA saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari, “ atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah tuhan
yang dapat menggendalikan mahluknya.
5. Waham Curiga
Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa
curiga terhadap sekitarnya. Contoh “ saya tau, semua sodara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya”
6. Waham Intulistik
Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati,
sering ditemukan pada klien depresi.
7. Waham nihilistic
Keyakinan seseorang bahwa dirinya telah meninggal dunia diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh “ ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini
adalah roh-roh”.
8. Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat
diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya
kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik
9. Waham Pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang
lain atau suatu kekuatan yang aneh
10. Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya
2.9 Sumber koping waham
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti :
modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar
dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
Pohon masalah waham :
Kerusakan komunikasi verbal Akibat
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan
waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yng berulang-ulang diungkapkan atau
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakak pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya ?
4. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain? Apakah pasien
berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?
5. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yahin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
2.10 Tindakan Keperawatan Pasien dengan Waham
1. Membina hubungan saling percya antara perawat dengan klien:
a. Bina hubungn saling percaya dengan klien: beri salam terapeutik (panggil nama klien),
sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topic yang dibicarakan,waktu, dan tempat)
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien.
- Katakan perawat menerima klaen : “saya menerima keyakinan anda”disertai ekspresi
menerima
- Katakana perawat tidak mendukung : “sukar bagi sya untuk mempercayainya
“disertai ekspresi ragu tapi empati.
- tidak membicarakan isi waham klien
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :
- anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda”.
- gunakan keterbukaan dan kejujuran.
- jangan tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.
2. klien dapat mengidentivikasi kemampuan yang dimiliki :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu dulu dan saat ini yang
realistis (hati-hati terlibat diskusi dengan waham).
c. Tanyakan apa yang bisa klien lakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat itu.
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi, baik selama dirumah maupu di rumah
sakit (rasa takut, ansietas, marah).
c. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
e. tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal).Atur situasi agar
klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas ( realitas diri, realitas orang lain, realitas
tempat, dan realitas waktu ).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompk : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, dan efek samping
akibat penghentian.
b. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.
c. Berikan obat dengan prinsip lima benar ( benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya,
benar cara penggunaannya, dan benar waktu penggunaanya ).
2.11 Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien dengan Waham
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien waham di rumah.
b. Follow up dan keteraturan pengobatan.
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat).
5. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
6. Latih cara merawat.
7. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
2. Higiene
Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.
3. Integritas ego
Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang
dibesar-besarkan, mudah agitasi. Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan
tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan
kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai
4. Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri
ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai
penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau
mencintai dari jarak jauh.
5. Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
6. Interaksi social
Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan. Umumnya bermasalah dengan
hukum.
B. Pohon Masalah
Efek Resiko tinggi perilaku kekerasan
Core Problem Perubahan proses pikir / waham
Etiologi Isolasi social / menarik diri
Harga diri rendah/ kronis
C. Data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Perubahan proses fikir : waham
kebesaran
Subjektif:
o Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang
yang paling hebat.
o Klien mengatakan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus.
Objektif
o Klien terus berbicara tentang kemampuan yang
dimilikinya
o Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
o Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
D. Diagnosa keperawatan
A. Perubahan proses pikir : waham kebesaran
E. Intervensi
Tindakan keperawatan pada klien
1. Tujuan
a. Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap
b. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c. Klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
2. Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham kita harus membina
hubunagn saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus kita lakuakan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah sebagai berikut :
1. Mengucapakan slam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien
b. Tidak mendukung atau membantah waham klien
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
d. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
e. Diskusikan kebutuhan psikilogis/ emosional yang tidak terpenuhi karena dapat
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
f. Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarjkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakan wahamnya.
g. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
h. Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu
dan saat ini
i. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien.
j. Berbicara dalam konteks realitas
k. Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya
l. Berikan pujian yanh sesuai
m. Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis dan
efek samping obat yang dimum serta cara meminun obat yang benar)
n. Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa konsultasi.
Tindakan keperawatan untuk keluarga klien
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
b. Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum
dipenuhi oleh wahamnya
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal
2. Intervensi
a. Diskusikan denga keluarga tentang waham yang dialami klien
b. Diskusikan dengan keluarga tentang merawat klien waham dirumah, follow up dan
keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat kien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping dan akibat penghentian obat)
d. Diskusika dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan didapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Jenis-jenis waham
- Waham Kejar
- Waham Somatik
- Waham agama
- Waham curiga
- Waham Intulistik
2. Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai
seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien
menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada
orang lain, gelisah.
3. Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh terhadap
gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal
intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya
belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit,
finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan
dukungan secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,
Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia
Dr. Budi Anna Keliat,skp. 2009. Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta :
EGC
Depkes, pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di indonesia III, 1995,
jakarta : depkes : 120-122
Sadock, dkk. Sinopsis spikiatri, 1997 : jakarta. Bina aksara : 757-770