Askep Tumor

download Askep Tumor

of 28

Transcript of Askep Tumor

Askep Tumor(Asuhan Keperawatan pada Klien Tumor)Konsep Dasar Tumor Pengertian Tumor Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah

Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995). Pengertian Kanker Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991). Etiologi Tumor Kelainan kongenital Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa benjolan

yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah hygroma colli , kista branchial , kista ductus thyroglosus. Genetic Gender / jenis kelamin Usia Rangsangan fisik berulang Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna. Hormon Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria). Infeksi Gaya hidup karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker. Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik. Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia. Patofisiologi Tumor Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991). Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan). Manifestasi Klinis Tumor Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu : 1) Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan. 2) Alat pencernaan terganggu dan susah menelan. 3) Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh. 4) Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor). 5) Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal. 6) Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh. 7) Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh. Klasifikasi Tumor Berdasarkan asal jaringan, tumor dapat dibagi menjadi: 1) Tumor yang berasal dari epithelial

Squamous epithelium : squamous cell papilloma, squamous cell carcinoma Transitional epithelium : transitional cell papilloma, transitional cell carcinoma. Basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma. Glandular epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma. Tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal cell carcinoma (Grawitz tumor). Hepatocytes: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcinoma Bile ducts epithelium: cholangiocellular adenoma, cholangiocellular carcinoma. Melanocytes: melanocytic nevus, malignant melanoma.

2) Tumor yang berasal dari mesenchymal

Jaringan yang berhubungan

fibroma, fibrosarcoma myxoma, myxosarcoma chondroma, chondrosarcoma osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma) lipoma, liposarcoma

Otot:

leiomyoma, leiomyosarcoma rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma

Endothelium:

Hemangioma (capillary h., cavernous h.), glomus tumor, hemangiosarcoma, Kaposi sarcoma Lymphangiosarcoma

Tumor sel darah:

Hematopoetic cells: leukemia Lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin lymphoma

Tumor sel germ:

Teratoma (mature teratoma, immature teratoma) Tumor epithelial dianggap ganas apabila telah menembus lamina basalis dan dianggap jinak bila tidak menembus lamina basalis. 2. Pemeriksaan Penunjang 1) Skrining 2) Laboratorium 3) Teknik Pencitraan (Imaging) 4) Pemeriksaan Rontgen Konvensional 5) Radiografi Digital 6) Tomografi Komputer (CT Scan) 7) Ekhografi 8 ) Resonansi magnetik nuklear 9) Skintigrafi 3. Penatalaksanaan Medis Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut : 1) Pembedahan (Operasi) 2) Penyinaran (Radioterapi) 3) Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker ( sitostatika/khemoterapi) 4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi) 5) Pengobatan dengan hormone Manajemen Keperawatan Tumor 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :

Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).

Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi). Diagnosa Keperawatan Tumor Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi : 1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi. 2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.

3) Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker. 4) Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks, hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan. 5) Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker), ketidakberdayaan. 6) Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan saraf/otot, dan nyeri. Intervensi dan Implementasi Tumor Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40). Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah : 1) Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman. Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol. Kriteria hasil : - klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress. - klien mampu mempertahankan penampilan peran. - klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori. - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. - tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.

Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan. 2) Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang. Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh. Kriteria hasil : - pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh. - memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan. - menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.

Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya.

Rasional : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh.

Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

Rasional : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.

Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.

Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat pasien.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan berarti dalam diri pasien. 3) Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia. Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif. Kriteria hasil : - pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang. - mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif. - menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya. - berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan.

Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan intervensi

Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.

Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat ini.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.

Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan. 4) Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi keluarga. Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga. Kriteria hasil : - pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping. - paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan perawatan setelah rawat inap.

Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat pengobatan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang digunakan.

Rasional : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .

Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.

Rasional : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga. 5) Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata. Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan. Kriteria hasil : - mencari informasi untuk menurunkan ketakutan. - menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan. - mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan atau mengurangi takut.

Rasional : mempertahankan perilaku koping yang efektif.

Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan. 6) Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang.. - melakukan pergerakkan dan perpindahan. - mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

Rasional : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Rasional : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien. Evaluasi Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah : 1) Ansietas berkurang/terkontrol. 2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh. 3) Pasien menunjukkan koping yang efektif. 4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga. 5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan. 6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Daftar Pustaka Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC. Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC. Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta. Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC. Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUI Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Artikel yang Berhubungan :Askep Kanker Download Kumpulan Askep Askep AMLASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TUMOR MEDIASTINUM MOCH. WAHYU NUR CHOLIS PROGRAM STUDY SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Proses penting yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti karsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum. Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik spesifik yang terlibat daripada mediastinum. (Sabiston, 1994 )

Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970 - 1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari kepustakaan luarnegeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada tumor mediastinum anterior adalah limfoma, timoma dan germ cell tumor.Dari tumor mediastinal yang memberikan gejala, setengahnya adalah maligna. Sebagian besar tumor yang asimptomatik adalah benigna. (Rasyad,2009) Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah dimungkinkan dengan peningkatan penggunaan rontgen dada, tomografi komputerisasi (CT Scan), teknik sidik radioisotope dan magnetic resonance imaging (MRI), serta telah memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi mediastinum. Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostik ini, kemajuan dalam anestesi, kemoterapi, immunoterapi, dan terapi radiasi telah meningkatkan kelangsungan hidup serta memperbaiki kualitas hidup. (Sabiston, 1994) 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Apa pengertian dari tumor mediastinum? Bagaimana etiologi dari tumor mediastinum? Apa klasifikasi dari tumor mediastinum? Bagaimana patofisiologi dari tumor mediastinum? Bagaimana manifestasi klinis dari tumor mediastinum? Bagaimana penatalaksanaan dan perawatan dari tumor mediastinum? Apa komplikasi dari tumor mediastinum? Bagaimana WOC dari tumor mediastinum? Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien tumor mediastinum?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang Tumor Mediastinum dengan baik dan selanjutnya dapat merencanakan dan menerapkan asuhan keperawatan tentang Tumor Mediastinum. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menjelaskan tentang definisi tumor mediastinum. Memahami etiologi dari tumor mediastinum. Mengetahui tentang klasifikasi dari tumor mediastinum. Memahami patofisiologi dari tumor mediastinum. Memahami manifestasi klinis dari tumor mediastinum. Memahami penatalaksanaan dan perawatan dari tumor mediastinum. Mengetahui komplikasi dari tumor mediastinum. Memahami WOC dari tumor mediastinum. Mendiskusikan asuhan keperawatan mengenai tumor mediastinum.

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mediastinum Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral: pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya. Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting: 1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah sternum. 2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan jantung. 3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma dibelakang jantung. 4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003) 2.2 Definisi Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paruparu kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003) Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin) Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup sehat insyaalloh kita akan tehindar dari penyakit tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010) 2.3 Etiologi Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah: 1. Penyebab kimiawi

Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya. 1. Faktor genetik (biomolekuler) perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor. 1. Faktor fisik Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom. 1. Faktor nutrisi Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor. 1. Penyebab bioorganisme Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia. 1. Faktor hormon Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

2.4 Klasifikasi Tumor Mediastinum 1. Timoma Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50 tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis, pure red cell aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma

mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006) Stage dari Timoma: 1. 2. 3. 4. 5. Stage I : belum invasi ke sekitar Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis Stage III : invasi s/d pericardium Stage IV : Limphogen / hematogen Teratoid

Teratoid dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kista Dermoid Contoh dari kista dermoid adalah dahak penderita mengandung gigi, tulang, rambut. 1. Teratoma (Mesoderm) Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa unsur jaringan yang asing pada daerah dimana tumor tersebut muncul. Teratoma paling sering ditemukan pada mediatinum anterior. Teratoma yang histologik benigna mengandung terutama derivate ectoderm (kulit) dan entoderm (usus). Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma dan karsinoma embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki tempat yang terpenting. Penderita dengan kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat perhatian untuk penanganan dan pembedahan. Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya cukup baik. Pada teratoma maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal dan tipe histologiknya, tapi ini harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru W. Sudoyo, 2006) 1. Limfoma Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. 1. Tumor Tiroid Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid. 1. Kista pericardium

Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan lemak parakardial dan dengan hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini sering terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada ukuran kista yang sangat besar. 1. Tumor neurogenik Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat, manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak jaug di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006) Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus brakhialis atau rantai simpatis servikalis. Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya: a. Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma b.Dari saraf simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma c. Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma 1. Kista Bronkhogenik Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista ini adalah batuk, sesak napas s/d sianosis.

2.5 Patofisiologi Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum. Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan. Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah. Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh. Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah. Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol. 2.6 Manifestasi Klinis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup) Sekret berlebihan Batuk dengan atau tanpa dahak Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien Pernafasan tidak simetris Unilateral Flail Chest Effusi pleura Egophonia pada daerah sternum Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru Wheezing unilateral/bilateral Ronchii

Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada waktu presentasi

.Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas. Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik untuk neoplasma spesifik. Keluhan yang biasanya dirasakan adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama. Gangguan menelan karena kompresi esophagus. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.

Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat badan dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh pasien dengan massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh kompresi local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang berdekatan. Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada posterior dan nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa menyebabkan paralisis diafragma. 2.7 Penatalaksanaa 1. Pembedahan Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor mediastinum 1. Obat-obatan 1. Immunoterapi Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon

1. Kemoterapi Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis tumor. 2. Radioterapi Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal. 2.8 Komplikasi Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang utama dan hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan penyebaran secara langsung, dengan melibatkan strukturstruktur (sel-sel) bersebelahan, dengan tekanan sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom paraneoplastik, atau melalui metastatic di tempat lain. Empat komplikasi terberat dari penyakit mediastinum adalah: 1. 2. 3. 4. Obstruksi trachea Sindrom Vena Cava Superior Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan Rupture esofagus

2.9 WOC ( Web of Caution ) DOWNLOAD : WOC ASKEP TUMOR MEDIASTINUM BAB III Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian 1. Identitas 1. Nama pasien 2. Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa 3. Jenis kelamin : Laki-laki lebih beresiko daripada wanita 4. Suku /Bangsa 5. Pendidikan 6. Pekerjaan 7. Alamat 8. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan utama: Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang berulang tidak khas,

mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan keluhan infeksi lebih menjadi sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. 1. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu yang relatif lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain, baik pada diri sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat gejala klinis penderita. 1. Riwayat Penyakit Keluarga 2. Pemeriksaan Per Sistem 1. Sistem pernafasan (B1) Data Subyektif: sesak nafas, dada tertekan, nyeri dada berulang Data Obyektif: hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot diagfragma pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, terdengar suara nafas abnormal, egophoni 1. Sistem kardiovaskuler (B2) Data Subyektif: sakit kepala Data Obyektif: denyut nadi meningkat, disritmia, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun. 1. Sistem Persarafan (B3) Data Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran Data Obyektif: letargi 1. Sistem Perkemihan (B4) Data Subyektif: Data Obyektif: produksi urine menurun 1. Sistem Pencernaan (B5) Data Subyektif: mual, kadang muntah, anoreksia, disfagia, nyeri telan Data Obyektif: konsistensi feses normal/diare, berat badan turun, penurunan intake makanan 1. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6) Data Subyektif: lemah, cepat lelah Data Obyektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu

kulit meningkat /normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan, flail chest 1. Sistem Endokrin (B7) 2. Pengkajian Psikososial 3. Personal Hygiene dan Kebiasaan Perokok berat dapat terkena penyakit tumor mediastinum. 10. Pengkajian Spiritual 1. Pemeriksaan Penunjang 1. Hb: menurun/normal 2. Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal 3. Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal 4. Pemeriksaan diagnostik 1. Rontgenografi Investigasi suatu massa di mediastinum harus dimulai dengan foto dada anterior-superior, lateral, oblik, esofagogram, dan terakhir tomogram bila perlu. Penentuan lokasi yang tepat amat penting untuk langkah diagnostik lebih lanjut. CT scan thorax diperlukan untuk membedakan apakah lesi berasal dari vaskuler atau bukan vaskuler. Hal ini perlu menjadi pertimbangan bila bioopsi akan dilakukan, selain itu CT scan juga berguna untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kistik atau tidak. Pada langkah selanjutnya untuk membedakan apakah massa tersebut adalah tumor metastasis, limfoma atau tuberculosis/ sarkoidosis maka mediastinoskopi dan biopsy perlu dilakukan. Dasar dari evaluasi diagnostik adalah pemeriksaan rontgenografi. Foto thorax lateral dan posteroanterior standar bermanfaat dalam melokalisir massa di dalam mediastinum. Neoplasma mediastinum dapat diramalkan timbul pada bagian tertentu mediastinum. Foto polos bisa mengenal densitas relatif massa ini, dan apakah padat atau kistik. 1. USG Ultrasonografi bermanfaat dalam menggambarkan struktur kista dan lokasinya di dalam mediastinum. Fluoroskopi dan barium enema bisa membantu lebih lanjut dalam menggambarkan bentuk massa dan hubungannya dengan struktur mediastinum lain, terutama esofagus dan pembuluh darah besar. 1. USG Germ Cell Mediastinum Kemajuan dalam teknologi nuklir telah bermanfaat dalam mendiagnosis sejumlah tumor. Sidik yodium radioiotop bermanfaat dalam membedakan struma intratoraks dari lesi mediatinum superior lain. Sidik gallium dan teknesium sangat memperbaiki kemampuan mendiagnosis dan melokalisir adenoma parathyroid. Belakangan ini kemajuan dalam radiofarmakologi telah membawa ke diagnosis tepat. 1. Tomografi Komputerisasi

Kemajuan terbesar dalam diagnosis dan penggambaran massa dalam mediastinum pada tahun belakangan ini adalah penggunaan sidik CT untuk diagnosis klinis. Dengan memberikan gambaran anatomi potongan melintang yang memuaskan bagi mediastinum, CT mampu memisahkan massa mediastinum dari struktur mediastinum lainnya. Terutama dengan penggunaan materi kontras intravena untuk membantu menggambarkan struktur vascular, sidik CT mampu membedakan lesi asal vascular dari neoplasma mediastinum. Sebelumnya, pemeriksaan angiografi sering diperlukan untuk membedakan massa mediastinum dari berbagai proses pada jantung dan aorta seperti aneurisma thorax dan suni aneurisma Valsava. Dengan perbaikan resolusi belakangan ini, CT telah menjadi alat diagnostik yang jauh lebih sensitif dibandingkan dengan teknik radiografi rutin. CT bermanfaat dalam diagnosis kista bronkogenik pada bayi dengan infeksi berulang dan timoma dalam pasien myasthenia gravis, kasus yang foto polosnya sering gagal mendeteksi kelainan apapun. Tomografi komputerisasi juga memberikan banyak informasi tentang sifat invasi relatif tumor mediastinum. Diferensiasi antara kompresi dan invasi seperti dimanifestasikan oleh robeknya bidang lemak mediastinum dapat dibuat dengan pemeriksaan cermat. Tambahan lagi, dalam laporan belakangan ini, diagnosis prabedah pada sejumlah lesi yang mencakup kista pericardial, adenoma paratiroid, kista enteric dan tumor telah dibuat dengan CT karena gambarannya yang khas. 1. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Magnetic Resonance Imaging (MRI) mempunyai potensi yang memungkinkan diferensiasi struktur vascular dari massa mediastinum tanpa penggunaan materi kontras atau radiasi. Di masa yang akan datang, teknik ini bisa memberikan informasi unggul tentang ada atau tidaknya keganasan di dalam kelenjar limfe dan massa tumor. 1. Biopsy Berbagai teknik invasif untuk mendapatkan diagnosis jaringan tersedia saat ini. Perbaikan jelas dalam teknik sitologi telah memungkinkan penggunaan biopsy aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis tiga perempat pasien lesi mediastinum. Teknik ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosis penyakit metastatik pada pasien dengan keganasan primer yang ditemukan di manapun. Kegunaan teknik ini dalam mendiagnosis tumor primer mediastinum tetap akan ditegaskan. 3.2 Analisa Data Data DS : sesak nafas dan batuk klien mengeluh DO : batuk (baik produktif maupun non produktif), sesak nafas, takipnea, retraksi, demam, ronki, sianosis. Etiologi Sel tumor membesar Vena leher mengembang Masalah Keperawatan Ketidakefektifan pola nafas

Resiko tertekannya faring

dan laring

Saluran nafas tersumbat

DS : letargi, demam., Tumor mediastinum muntah, diare, membrana mukosa Dilakukan kemoterapi kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine. Diare

Gangguan keseimbangan Cairan berhubungan dengan: 1. Penurunan intake cairan 2. Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam, efek chemoteraphi.

DS : klien mengeluh sesak nafas DO : anoreksia, mual, muntah,

Terbentuknya formasi tumor Perubahan Nutrisi

Kompresi esofagus Gangguan menelan

DS : malaise DO : badan klien lemah

Tumor mediastinum Dilakukan radioterapi

Intoleransi aktivitas

Badan lemah

3.3 Intervensi 1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor. Tujuan: Keefektifan pola nafas Kriteria Hasil: Suara nafas paru relatif bersih, laju nafas dalam rentang normal dan tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi.

No. 1.

Intervensi Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal. Berikan oksigen lembab, kaji keefektifan terapi.

Rasional Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan

2.

Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru.

3.

4.

Berikan antibiotic dan antipiretik sesuai Menurunkan resiko infeksi sekunder. order, kaji keefektifan dan efek samping ( diare ) Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks Lakukan suction secara bertahap Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru Membantu pembersihan jalan nafas.

5.

6. 7.

Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, Evaluasi berkala keberhasilan terapi tiap 2-4 jam. tindakan tim kesehatan

1. Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare akibat khemoterapi. Tujuan: Asupan cairan dan elektrolit dapat di penuhi. Kriteria Hasil: a) Intake adekuat b) Tidak adanya muntah dan diare c) Suhu tubuh dalam batas normal No. 1. 2. Intervensi Catat intake dan output Rasional Evaluasi ketat kebuituhan intake dan output

Kaji dan catat suhu setiap 4 jam tanda Meyakinkan terpenuhi kebutuhan cairan. deficit cairan. Catat pengeluaran feses tiap 4 jam atau bila perlu. Evaluasi objektif sederhana deficit volume cairan.

3.

4.

Lakukan perawatan mulut tiap 4 jam

Meningkatkan bersihan saluran cerna, meningkatkan nafsu makan/ minum.

1. Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, muntah, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi/ proliferasi sel dan efek radiasi/chemoterapi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil : Status nutrisi terpenuhi nafsu makan klien timbul kembali berat badan normal jumlah Hb dan albumin normal No 1 Intervensi Rasional

Kaji sejauh mana ketidakadekuatan Menganalisa penyebab melaksanakan nutrisi klien intervensi. Timbang berat badan sesuai indikasi Mengawasi keefektifan secara diet

2

3

Memeberikan asupan nutrisi sesuai Kebutuhan pasien akan nutrisi terpenuhi kebutuhan Anjurkan makan sedikit tapi sering Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan Anjurkan kebersihan oral sebelum Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan makan. Kolaborasi ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obatobatan peningkat nafsu makan. Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien. Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.

4

5

6

7

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan distres pernafasan, latergi, penurunan intake, demam. Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil :Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri, pasien

mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivtas tanpa dibantu, koordinasi otot; tulang dan anggota gerak lainnya baik. No 1 Intervensi Rencanakan periode istirahat yang cukup. Rasional Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal. Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan

2

Berikan latihan aktivitas secara bertahap

3

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien

4

3.4 Implementasi Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. 3.5 Evaluasi Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil yang mungkin diperlukan.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. 4.2 Saran Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai tumor mediastinum. Daftar Pustaka Anonymuousa, 2010. id.wikipedia.org/wiki/Tumor_mediastinum. Diakses tanggal 26 September 2010 Anonymuosb, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Limfoma. Diakses tanggal 30 September 2010 Agus Rahmadi, 2010. http://www.eramuslim.com/konsultasi/sehat/tumor-mediastinum-itu-apa.htm. Diakses tanggal 30 September 2010 ElisnaSyahruddin,dkk.2010.http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Penatalaksanaan%20tumor%2 0mediastinum_6_.pdf. Diakses tanggal 30 September 2010 Anonymousc, 2010. wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-tumor-paru. Diakses tanggal 26 September 2010 Anonymousd, 2010. perinatologi.blogspot.com/.../tumor-mediastinum.html. Diakses tanggal 26 September 2010

About RSS Feed

search...

Proses Terjadinya Pertumbuhan Penyakit KankerHealth | admin | October 27, 2009 12:12 am Kanker merupakan penyakit yang ditimbulkan dari perubahan atau kelainan pada sel. Dalam tubuh manusia yang normal, sel diatur oleh protoonkogen yang menghasilkan produk-produk yang memegang peran penting dalam berbagai aspek proliferasi atau pertumbuhan dan differensiasi sel. Tetapi, pertumbuhan sel juga dikendalikan secara ketat atau dihambatoleh antionkogen atau gen supresor, termasuk oleh mekanisme kematian sel terprogram atau apoptosis dengan tujuan menyingkirkan sel-sel yang tidak dikehendaki.

Dengan adanya mekanisme kontrol pertumbuhan ini, sel-sel normal memiliki stabilitas genetik yang sangat tinggi, tapi kecepatan proliferasi atau pertumbuhan sel umumnya tidak melebii 10 % dari jumlah sel, tergantung pada jenis sel dan jaringannya. Pertumbuhan sel terjadi dengan cara mitosis atau pembelahan atau pembiakan sel. Semua bagian sel mulai dari selaput sel hingga inti sel ikut berperan pada proses pembelahan sel. Tetapi gen di dalam DNA merupakan faktor yang paling berperan dalam menimbulkan mitosis dan proliferasi sel. Gen pengatur dan gen pengendali mengatur keseimbangan pertumbuhan dan penghambatan sel. Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan tumbuh sesuai kendali pertumbuhan normal. Sel kanker timbul dari sel normal tubuh manusia yang mengalami transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh karsinogen kemudian termutasi secara spontan. Karsinogen adalah segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kanker. Sedangkan proses pembentukan tumor ganas atau kanker disebut karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan proses yang berjalan dalam berbagai tahap atau proses multistep. Karsinogen menimbulkan perubahan pada DNA yang satuan terkecilnya adalah gen. Lebih seringnya lebih dari satu karsinogen diperlukan untuk terjadinya perubahan dari sel normal menjadi sel kanker. Dari adanya kontak dengan karsinogen sampai timbulnya sel kanker memerlukan waktu induksi yang cukup lama. Terdapat masa laten yang tidak menunjukan gejala klinis sebelum menjadi progresif, terjadi invasi ke jaringan sekitarnya dan menyebar ke tempat yang jauh.