Askep Tumor Otak

22
ASKEP TUMOR OTAK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya. Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah

description

Materi kuliah

Transcript of Askep Tumor Otak

Page 1: Askep Tumor Otak

ASKEP TUMOR OTAKBAB I

PENDAHULUAN

1.    Latar belakang

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang

(space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam

kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer

pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan

penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.

Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian

karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien

mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang

bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari

paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal dan

kulit (melanoma). Insiden tertinggi  pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade

kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa,

tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung

sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas

penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan

kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya

peningkatan tekanan intrakranial.

Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari

volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial,

sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan

serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah

intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter.

Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak,

darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka

mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang

mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta

kematian.

Page 2: Askep Tumor Otak

2.    Tujuan Penulisan

a.    Tujuan Umum

Setelah membahas makalah “Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Tumor

Otak”, mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan mereka tentang cara – cara

menangani pasien dengan tumor otak sesuai Asuhan Keperawatan yang telah

ditegakkan.

b.    Tujuan Khusus

Setelah membahas makalah “Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Tumor

Otak”, mahasiswa mampu :

-    Memahami Konsep Penyakit Tumor Otak

-    Memahami masalah kesehatan pada pasien tumor otak

-    Memahami dan mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan untuk pasien

pengidap penyakit tumor otak.

-    Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pengidap penyakit tumor

otak

3.    Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yang

menjelaskan tentang konsep penyakit tumor otak serta asuhan keperawatan yang

bisa dilakukan pada pasien pengidap penyakit tumor otak.

4.    Sistematika Penulisan

BAB I     :     PENDAHULUAN. Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan,

Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan

BAB II     :     TINJAUAN TEORI, Terdiri dari Konsep tumbang, Masalah pada

Neonatus, dan Asuhan keperawatan Neonatus

BAB III     :     PENUTUP. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    KONSEP PENYAKIT TUMOR OTAK

1.    Definisi

Page 3: Askep Tumor Otak

Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang

menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai

sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk

kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.

Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua

kejadian patofisiologis sebagai berikut:

    Peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebral

    Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal

    Hidrosefalus

    Gangguan fungsi hipofisis

Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian

karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien

mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang

bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari

paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal dan

kulit (melanoma).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan

ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak

dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan

medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum).

Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu

fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

 (Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, 2001, Jakarta : EGC. Hal: 2167)

2.    Etiologi

Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi

tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki

mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang

menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah

terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan

pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan

sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat

memicu terjadinya kanker.

Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

Page 4: Askep Tumor Otak

•    Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada

meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota

sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap

sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.

Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk

memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

•    Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang

mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya

sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan

merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada

kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

•    Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami

perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya

suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu

radiasi.

•    Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses

terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara

infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

•    Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini

telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone,

nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

3.    Jenis – jenis Tumor

Tumor yang jinak atau yang tidak ganas (non malignant) lambat tumbuhnya, tidak

menyebar, dan biasanya dikelilingi oleh penutup atau kapsul. Pertumbuhan yang

seperti itu bisa disebut sebagai enkapsuleted tumor atau tumor terbungkus. Tumor

yang tidak ganas bisa dicabut dengan cara pembedahan, terutama bila tumor itu

menyebabkan organ – organ tubuh yang vital terdesak atau tertekan. Jika tumor

yang tidak ganas dicabut, tidak ada kemungkinan baginya tubuh untuk tumbuh lagi. 

Tumor ganas disebut sebagai kanker atau malignancy (cepat menjalar ke bagian

tubuh yang lain). Tumbuhnya cepat, tidak dikelillingi oleh penutup, dan menyebar ke

Page 5: Askep Tumor Otak

bagian – bagian tubuh yang lain. Sel – sel yang abnormal ini menyerang jaringan –

jaringan yang berdekatan. Kanker ganas itu dibawa pula ke bagian – bagian tubuh

yang lain oleh getah bening dan darah. Pemindahan sel – sel ganas ke bagian –

bagian tubuh yang lain ini disebut metastasis. Tumbuhan baru yang dimulai dari sel

– sel bawaan ini disebut sebagai pertumbuhan metastasis atau tumbuhan kedua

(tumor kedua anak tumor). Pertumbuhan sel – sel tubuh yang cepat dan tak

terkendali ini pada akhirnya mengancam keselamatan jiwa orang itu sendiri.

(dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan

Pegawai Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta. Hal. 41)

a.    Tumor benigna 

Tumor ini dapat timbul dari sebagian besar jaringan tubuh.

1.    Sel-sel epitel atau endotel

Papiloma timbul dari sel-sel ini, misalnya kulit, kandung kemih, kolon. Tumor ini bisa

menjadi ganas.

2.    Sel-sel pigmen kulit naevus (tahi lalat)

3.    Kelenjar adenoma : payudara, parotis, tiroid.

4.    Pembuluh darah-hemamioma : dua tipe.

a.    Kapiler : tanda lahir ; “portwine stain”

b.    Kavernosus : nodulus berwarna ungu yang memucat bila ditekan

5.    Jaringan fibrosis – fibroma : terlihat sebagai nodulus. Pada sebagian besar

keadaan dapat timbul.

6.    Lemak – glikoma : benjolan lunak, paling sering subkutan.

7.    Osteoma tumor pada tulang rawan dan tulang biasa

8.    Chondroma

9.    Myoma : tumor otot biasa, tempat yang paling sering terkena adalah uterus

b.    Tumor maligna

1.    Sel sel epitel atau endotel.

a.    Karsinoma : karsinoma diberi nama menurut jaringan asalnya, misalnya

karsinoma skuamosa kulit. Transitional sel karsinoma pada kandung kemih.

b.    Melanoma : tumor maligna sel – sel pigmen kulit

2.    Jaringan kelenjar : adenokarsinoma, misalnya payudara atau lambung.

3.    Jaringan ikat : sarkoma – keadaan ini lebih jarang ditemukan. Fibrosarkoma dari

jaringan fibrosus, sarkoma osteogenik dari tulang, myosarkoma dari otot.

4.    Kelenjar limfe. Ragam penyakit keganasan (maligna) ditemukan pada jaringan

limfoit (jaringan retikulo endotelial) dengan berbagai derajat keganasan, misalnya

limfoma, retikulo sarkoma, penyakit Hodgkin.

Page 6: Askep Tumor Otak

5.    Leukimia. Penyakit maligna pada sel – sel induk yang menghasilkan sel – sel

darah putih. 

4.    Patofisiologi

Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan

neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor,

yaitu gangguan vokal olah tumor dan peningkatan intrakranial.

Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi

atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu

saja dispensi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat

(misalnya, gliobastoma multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang

ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan

suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara

akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan

dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa

tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga

memperberat gangguan neurologis vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat

diakibatkan oleh beberapa faktor:

1.    Bertambahnya massa dalam tengkorak.

2.    Terbentuknya edema sekitar tumor.

3.    Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan

mengmbil tempat dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku.

Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya

belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang

menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan

pendarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh sawar darah otak,

semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan menyebabkan tekanan

intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan

subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat

salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh

karen aitu tidak berguna apabila tekanan itrakranial timbul dengan cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah

intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel, dan

Page 7: Askep Tumor Otak

mengurangi sel-sel parenkim.

Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau

cerebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke

inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan

mesen sefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf kranial

ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser kebawah melalui

foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti

pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat

peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik

(pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff,

2008, Jakarta: Salemba Medika. Halaman : 477-478)

5.    Tanda dan Gejala

Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat

edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat

destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,

penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema

papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.

Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:

•    Nyeri Kepala (Headache)

Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada

pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi

(rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam.

Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri

kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan

(misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat

waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga

akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah

atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang

berlokasi di daerah lobus oksipitalis. 

•    Muntah

Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil

(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri

kepala. 

•    Edema Papil

Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan

Page 8: Askep Tumor Otak

oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah

menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang

tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita

sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab edema papil ini

masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae.

Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran

likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus. 

•    Kejang

Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.

Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya,

sedang kejang yang sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang

karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari

kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.

6.    Komplikasi

a.    Ganguan Fungsi Luhur

•    Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan

fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan

neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang

ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi. 

•    Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi

tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist,

gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.

•    Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan

berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic

Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination (MMSE).

Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level

aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir,

emosional afeksi serta persepsi.

b.    Ganguan Wicara

•    Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita

mengenal istilah disartria dan aphasia. 

•    Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular

perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi

prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal,

Page 9: Askep Tumor Otak

mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.

•    Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau

sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan.

Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan

(komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia meliputi

perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada

lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan

yang mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua

komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.

c.    Ganguan Pola Makan

•    Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan

menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase

oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya

asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya

makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan

nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi. 

•    Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan

dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi yang

menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini

adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan

modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak).

d.    Kelemahan Otot

•    Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf

khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan

terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi

spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot,

koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.

e.    Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran

•    Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak

yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah

penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang.

•    Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik

- dapat menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.

f.    Stroke

•    Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak,

yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap

Page 10: Askep Tumor Otak

gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit

kehilangan pasokan oksigen dan glukosa. 

•    Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme,

yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah kecil

yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah

yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke otak. Ada dua

jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke trombotik

disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri otak.  stroke emboli

disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah otak,

kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada

pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay darah ke

otak.

•    Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic stroke

yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat pembesaran

tumor.

g.    Epilepsi

•    Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan

karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan

listrik pada otak dan juga  tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang

dapat menyebabkan kejang

h.    Depresi

•    Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau

karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul

dapat berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social

withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah

laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes,

ganguan bipolar (manicdepression).

i.    Hidrosephalus

•    Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,

akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya

hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat

aliran LCS.

j.    Cerebral Hernia

•    Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui

pembukaan dalam tengkorak.

Page 11: Askep Tumor Otak

•    Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian

menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau transtentorial

k.    Ganguan Seksualitas

•    Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor

melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi

libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama

dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi

kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.

l.    Terbentuknya Gumpalan Darah

•    Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.

Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah

kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki,

meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa

mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka

menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.

7.    Pemeriksaan Penunjang

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penyakit tumor otak antara lain :

•    Computer Tomografik Scaning (CT SCAN) : CT SCAN digunakan lebih baik dari

pada X- Ray, CT SCAN dapat memberikan informasi tentang jumlah, ukuran, dan

densitas (warna gelap/terang) tumor, dapat memberikan informasi sistem ventrikuler.

•    Magnetic Resonance Imaging (MRI) : MRI sangat penting untuk mendiagnosa

tumor sampai lesi terkecil dan tumor pada batang otak dan pituitary.

•    Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak

yang disebabkan tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan karena

gangguan pada lobus temporal.

•    Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang

meliputi lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan dan study

pencitraan multipel (sinar – x) cara yang digunakan untuk menemukam tumor dan

lokasinya.

•    Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan

tumor sistem saraf pusat.

•    Foto polos dada

Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang

akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.

•    Pemeriksaan cairan serebrospinal

Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi

Page 12: Askep Tumor Otak

pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak

yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi

anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses

infeksi (abses cerebri).

•    Biopsi stereotaktik

Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk

memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.

•    Angiografi Serebral

Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

8.    Penatalaksanaan Medis

Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada

jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan,

radioterapi, atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan

diatas. 

Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani pengobatan

untuk mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping dari

terapi, dan untuk meringankan masalah emosional. Jenis pengobatan ini disebut

perawatan paliatif.

a.    Pembedahan

Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya

adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin

peluang kehilangan fungsi otak.

Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan

dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah

kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus

untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian

atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan

tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di

kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di

bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan

akumulasi darah atau cairan.

Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah

sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi.

Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum

yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang

mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid

Page 13: Askep Tumor Otak

untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan

untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung,

panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit

ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke

perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya. 

Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan

antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa

menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau

berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang.

Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-

kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik,

terapi bicara, atau terapi kerja.

b.    Radiosurgery stereotactic

Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk

menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI

digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi

tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan

tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator

linier dengan foton, ataupun sinar proton. 

Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi

pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak

adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta

pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi. 

Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak

(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat

mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat

menerima radioterapi atau perawatan lainnya.

c.    Radioterapi

Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin

besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi

diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. 

Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor

(sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat

dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada

jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya

berlangsung beberapa menit.

Page 14: Askep Tumor Otak

d.    Kemoterapi

Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel

kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh

tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode

pengobatan dan periode pemulihan. 

Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab

(Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas.

Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan

dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu

bisa secara oral. 

Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya

melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer

yang mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut,

melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel kankernya.

B.    Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak

1.    Pemeriksaan fisik 

a.    BI (Breathing)

Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula

oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. 

Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan

tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan

kiri. Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.

b.    B2 (Blood)

Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata

didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula

oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan

tidak ada peningkatan heart rate.

c.    B3 (Brain)

Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung

pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain)

merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada

sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan

papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan

parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang

Page 15: Askep Tumor Otak

membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap

lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.

Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam

kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada

tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,

penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan

evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,

dan lobus frontal.

•    Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi

wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya

status mental klien menglami perubahan.

•    Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan

kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan

untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.

•    Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta,

hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.

Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian.

Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah

laku klien menjadi aneh.

Perubahan yang paling sering  adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang

sulit  dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah.

Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat

tumor.

Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang

jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka

kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus

parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.

Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap,

sering menyerupai  ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan

terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.

Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.

•    Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi

saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.

Page 16: Askep Tumor Otak

•    Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari

lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan

pembengkakan papila saraf optikus.

•    Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral  dari

saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.

•    Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus,

tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini

akan di dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral.

•    Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot

wajah tertarik ke bagian sisi sehat.

•    Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus

temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin

diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.

•    Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan

membuka mulut.

•    Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.

•    Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra

pengecap normal.

2.    Diagnosa Keperawatan

a.    Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor

intrakranial.

    Tujuan

Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam 

    Kriteria Hasil

Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS :

4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.

    Intervensi : 

1.    Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau

penurunan perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan

intrakarnial.

2.    Memonitor TTV tiap 4 jam.

3.    Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya

prosedur.

    Rasional :

1.    Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau

tanda-tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan

Page 17: Askep Tumor Otak

pembedahan.

2.    Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau

fluktuasi di tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator

kebanyakan tanda penurun difusilokal paskularisasi darah serebral. 

3.    Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek

rangsangan kumulatif.

b.    Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga

intrakranial.

    Tujuan

Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi

    Kriteria Hasil

Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat

mengidetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak

gelisah.

    Intervensi :

1.    Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan

non infasif.

2.    Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka,

yang dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

3.    Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik

    Rasional :

1.    Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah

menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.

2.    Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan

akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.

3.    Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff,

2008, Jakarta: Salemba Medika).

C.    PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)

BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Page 18: Askep Tumor Otak

Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda

atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian

ahli menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian

lagi menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita. 

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang

(space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam

kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer

pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan

penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.

Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal

sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang

biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema

(edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal

motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial. 

2.    Saran

Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit

tumot otak ini untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula

perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak

dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan agar pasien – pasien pengidap

penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat menjalankan aktivitasnya

kembali seperti saat sebelum sakit.

DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

    dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan

Pegawai Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta.

    Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Persarafan Jakarta: Salemba Medika.

    Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia