ASKEP TUMOR INTRAKRANIAL.doc

27
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah dengan baik. Adapun judul tugas ini adalah “ Asuhan Keperawatan Tumor Intrakranial ” Tugas ini penulis susun dengan melakukan berbagai studi perpustakaan. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga tugas ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Tanjungpinang, Mei 2013 Penuli s 1

Transcript of ASKEP TUMOR INTRAKRANIAL.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan

Medikal Bedah dengan baik. Adapun judul tugas ini adalah “ Asuhan Keperawatan

Tumor Intrakranial ”

Tugas ini penulis susun dengan melakukan berbagai studi perpustakaan. Penulis

menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang

akan datang.

Penulis berharap semoga tugas ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca umumnya.

Tanjungpinang, Mei 2013

Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………..…………………... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Tujuan ......................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian ......................................................................................................... 5

B. Etiologi ......................................................................................................... 5

C. Klasifikasi ......................................................................................................... 6

D. Patofisiologi ............................................................................................. 8

E. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 9

F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 9

G. Penatalaksanaan Medis ................................................................................10

H. Komplikasi ........................................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ............................................................................................11

B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………..……..14

C. Rencana Keperawatan ………………………………………………..…..14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………............18

B. Saran ……………….………………………………..………………….18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..……..19

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat

terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak

dinamakan sesuai dengan dimana jaringan tumor itu muncul.

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding

perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85

persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan

sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen)

yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai

alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak

berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di

beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem,

cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA),

jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri

dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

B. TUJUAN

Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan keperawatan medical

bedah.

Memberikan pengetahuan tentang tumor intracranial.

Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pasien tumor

intrakaranial dengan pendekatan proses keperawatan secara bio-psikososio

spriritual.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengkajian pada pasien Tumor Intrakranial

Untuk mengetahui diagnosa pada pasien Tumor Intrakranial

Untuk mengetahui intervensi pada pasien Tomor Intrakranial

3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Tumor intrakranial adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)

ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra

cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).

Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang

tengkorak.

B. ETIOLOGI

Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :

a. Genetik

Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa

gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis

tuberose, neurofibromatosis.

b. Kimia dan Virus

Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan

terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor

pada manusia masih belum jelas.

c. Radiasi

Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan

terbentuknya neoplasma setelah dewasa.

d. Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput

otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

4

C. KLASIFIKASI

Tumor intracranial diklasifikasikan berdasarkan jenis tumor, antara lain :

1) Jinak

- Acoustic neuroma

Neuroma akustik sangat sering Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus

auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi

maligna. Akan tumbuh kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar

karena lokasinya.

- Meningioma

Biasanya beningna tapi bisa berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala

neurologis seperti anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi

serebral.

- Pituitary adenoma

Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah yang berlebihan dari hormone

prolaktin, pertumbuhan dan adrenokortikotropik.

- Astrocytoma (grade 1)

Tumor otak primer yang paling sering terjadi. Gambaran histologis memungkinkan

pemisahan kedalam empat tingkat tergantung tingkat keganasan. Penderajatan ini

ketepatannya terbatas dan hanya menunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak

selalu mewakili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik

(derajat IV), terjadi paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas.

Astrocytoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, antaranya jenis pilositik

(juvenil) dan fibriler, protoplasmik dan gemistositik.

2) Malignant

- Astrocytoma (grade 2,3,4)

- Oligodendroglioma

Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas tegas. Variannya antara lain bentuk

anaplastik (ganas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma.

5

- Apendymoma

Terjadi dimana saja sepanjang sistema ventrikuler dan kanal spinal, namun terutama

terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia menginfiltrasi jaringan

sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur CSS. Variannya antara lain jenis

anaplastik dan subependimoma yang berasal dari astrosit subependimal. Papiloma

pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terkadang sebagai penyebab hidrosefalus

akibat produksi CSS yang berlebihan. Biasanya jinak namun terkadang dalam

bentuk ganas.

6

D. PATOFISIOLOGI

s

7

Tumor Intrakranial

Gangguan lokal Kenaikan tekanan intrakranial

Penekanan pada jaringan otak, infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak

dengan kerusakan jaringan neuron

Bertambahnya massa dalam

tengkorak

Perubahan sirkulasi cairan serebrospinal

Terbentuknya edema sekitar

tumor

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh

menyebabkan nekrosis jaringan otak

Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal

Mekanisme kompensasi dari peningkatan tekanan

intrakranial

HidrosefalusHeniasi unkus atau serebelum

Kehilangan fungsi secara akut sesuai area yang terkena

Tumor lobus frontalis

Tekanan pada daerah dan

lintasan motorik di dekat tumor

Heniasi menekan mesenfalon

Kompresi medulla oblongata

Hilangnya kesadaran dan menekan saraf

otak

Henti pernapasan, nausea, muntah

proyektif

Gejala perubahan mental,hemiparesis,ata

ksia,dan gangguan bicara

Hemiparese

Lobulus parasentralis

Ujung bawah korteks

prasentralis

Kelemahan pada kaki dan ekstremitas

bawah

Nyeri kepalaKelemahan pada wajah,lidah,dan

ibu jari

Traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga

intrakranial

Pembengkakan papilla saraf optikus

PapiledemaLobus parietalis Lobus oksipital

Hilangnya fungsi sensorik kortikalis,gangguan

lokalisasi sensorik,diskriminasi dua-

titik,grafestesia,kesan posisi,dan stereogonosis

Serangan kejang

Papiledema dini dan sering menimbulkan nyeri kepala

nukal,gangguan pergerakan

Tumor ventrikalis dan hipotalamus

Samnolensia,diabetes insipidus, obesitas dan gangguan pengaturan

suhu tubuhTumor Serebelum

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala serebral umum :

Nyeri kepala

Muntah

Kejang

Tekanan intracranial tinggi

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi :

Area lobus frontalis

Gejala perubahan mental, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.

Area lobulus parasentralis

Kelemahan pada kaki dan ekstremitas bawah.

Area lobus pareitalis

Hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua-

titik, grafestesia, kesan posisi, dan stereogonosis.

Tumor Serebelum

Papiledema dini dan sering menimbulkan nyeri kepala, gangguan pergerakan.

Area ujung bawah korteks parasentralis

Kelemahan pada wajah,lidah,dan ibu jari.

Area lobus oksipital

Serangan kejang

Tumor ventrikal dan hipotalamus

Samnolensia, diabetes insipidus, obesitas dan gangguan pengaturan suhu tubuh

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.

b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.

c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.

d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.

e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel

serebral.

f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.

8

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Pembedahan.

- Craniotomi

b. Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula

merupakan therapi tunggal.

Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena

inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

c. Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.

Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah

terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

H. KOMPLIKASI

a. Edema serebral

b. Herniasi otak

c. Hidrosefalus.

9

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya gangguan

fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat

kesadaran.

Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya penurunan atau perubahan tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan

didalam intracranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi. Sesuai

perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsive dan koma.

Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu.

Pengkajian Psikososiospiritual

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk

berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri tidak kooperatif.

Pola penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah

karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Pola tat nilai dan

kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibdaah spiritual karean tingkah laku tidak

stabil, dan kelemahan / kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

10

PEMERIKSAAN FISIK

B1 (Breathing)

Pada keadaan lanjut yang disebabkan kompresi pada medulla oblongata didapatkan

adanya kegagalan pernapasan.

B2 (Blood)

Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata

didapatkan adanya kegagalan sirkulasi.

B3 (Brain)

Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.

Pengkajian Tingkat Kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanta berkisar

pada tingakt letargi, stupor dan semikamentosa.

Pengkajian Fungsi Serebral

Status Mental

Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika

tingkal laku klien menjadi aneh.

Fungsi Intelektual

Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.

Pada beberapa kasus klien mengalami “brain damage”.

Lobus Frontal

Tumor lobus frontal memberi gejala perubahan mental, hemiparesis,

ataksia, dan gangguan bicara.

Pengkajian Saraf Kranial

☺ Saraf I

Pada klien yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak memiliki

kelainan pada fungsi penciuman.

☺ Saraf II

Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari

lintasan visual.Adanya papiledema.

11

☺ Saraf III, IV dan VI

Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan

manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.

☺ Saraf V

Pada neurolema yang menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis

wajah unilateral.

☺ Saraf VII

Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris dan otot wajah

tertarik ke bagian sisi yang sehat.

☺ Saraf VIII

Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi.Tumor lobus temporalis

mennyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran.

☺ Saraf IX dan X

Kemampuan menelan kurang baik dan terdapat kesulitan membuka mulut.

☺ Saraf XI

Tidak ada atrifi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

☺ Saraf XII

Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indera

pengecapapan normal.

Pengkajian Sistem Motorik

Lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan.

Pengkajian Refleks

Gerakan involunter

Pengkajian Sistem Sensorik

Nyeri kepala

B4 (Bladder)

Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

B5 (Bowel)

Adanya keluhan sulit menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.

12

B6 (Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori dan mudah

lelah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DX I : Nyeri kepala b/d traksi dan pergeseran struktur peka – nyeri dalam rongga

intracranial

DX II : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah

DX III : Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan dan kelemahan

DX IV : Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral

DX V : Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri

13

C. RENCANA KEPERAWATAN

DX I : Nyeri kepala b/d traksi dan pergeseran struktur peka – nyeri dalam rongga

intracranial

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : Klien tidak gelisah

INTERVENSI RASIONAL

1. Ajarkan relaksasi.

2. Ajarkan metode distrksi selama nyeri

akut.

3. Berikan kesempatan waktu istirahat bila

nyeri dan berikan posisi yang nyaman;

missal waktu tidur, belakangnya

dipasang bantal kecil.

4. Observasi tingkat nyeri dan respon

motorik, 30 menit setelah pemberian

obat analgetik dan setiap 1-2 jam

setelah tindakan perawatan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik

1. Melancarkan peredaran darah,

sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan

akan terpenuhi, sehingga akan

mengurangi nyerinya.

2. Mengalihkan perhatian nyerinya ke

hal-hal yang menyenangkan.

3. Istirahat akan merelaksasi semua

jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan.

4. Pengkajian yang optimal akan

memberikan perawat data yang

objektif untuk mencegah kemungkinan

komplikasi.

5. Analgetik memblok lintasan nyeri,

sehingga nyeri akan berkurang.

14

DX II : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan

Hasil yang diharapkan : - Nutrisi klien terpenuhi

- Mual berkurang atau hilang.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kebiasaan makan klien.

2. Hidangkan makanan dalam porsi

kecil tapi sering dan hangat.

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik

napas dalam.

4. Timbang berat badan bila

memungkinkan.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian vitamin

1. Jenis makanan yang disukai akan

membantu meningkatkan nafsu makan

klien.

2. Makanan yang hangat menambah

nafsu makan.

3. Tarik nafas dalam membantu untuk

merelaksasikan dan mengurangi mual.

4. Untuk mengetahui kehilangan berat

badan.

5. Mencegah kekurangan karena

penurunan absorsi vitamin larut dalam

lemak

15

DX III : Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan dan kelemahan

Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan

dilakukannya kembali aktivitas.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan

menggunakan skala ketergantungan

( 0-4 )

2. Letakkan pasien pada posisi tertentu

untuk menghindari kerusakan karena

tekanan.

3. Bantu untuk melakukan rentang gerak.

4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi

dalam merawat diri sendiri sesuai

kemampuan.

5. Berikan perawatan kulit dengan cermat,

massage dengan pelembab.

1. Seseorang dalam semua kategori

sama-sama mempunyai resiko

kecelakaan.

2. Perubahan posisi yang teratur

meningkatkan sirkulasi pada seluruh

tubuh.

3. Mempertahankan mobilisasi dan

fungsi sendi.

4. Proses penyembuhan yang lambat

sering kali menyertai trauma kepala,

keterlibatan pasien dalam perencanaan

dan keberhasilan.

5. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas

kulit.

16

DX IV : Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral

Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di

ekspresikan

Kriteria hasil : Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi

Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan

Menggunakan sumber-sumber dengan tepat

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti

pasien tidak tampak memahami kata

atau mengalami kesulitan berbicara

atau membuat pengertian sendiri.

2. Perhatikan kesalahan dalam

komunikasi dan berikan umpan balik.

3. Minta pasien untuk mengikuti perintah

sederhana.

4. Katakan secara langsung pada pasien,

bicara perlahan dan tenang.

5. Konsultasikan dengan / rujuk kepada

ahli terapi wicara.

1. Membantu menentukan daerah dan

derajat kerusakan serebral yang terjadi

dan kesulitan pasien dalam beberapa

atau seluruh tahap proses komunikasi.

2. Pasien mungkin kehilangan

kemampuan untuk memantau ucapan

yang keluar dan tidak menyadari

bahwa komunikasi yang diucapkan

tidak nyata.

3. Menilai adanya kerusakan motorik

4. Menurunkan kebingungan / ansietas

selama proses komunikasi dan respon

pada informasi yang lebih banyak pada

satu waktu tertentu.

5. Untuk mengidentifikasikan ke-

kurangan / kebutuhan terapi.

17

DX V : Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri

Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien

terhadap penyakit dan penanganannya.

2. Kaji hubungan antara pasien dan

anggota keluarga dekat.

3. Libatkan semua orang terdekat dalam

pendidikan dan perencanaan perawatan

di rumah.

4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang

menjadi keluhan.

5. Rujuk pada neuropsikologis dan / atau

konseling sesuai kebutuhan.

1. Untuk mempermudah dalam proses

pendekatan.

2. Support keluarga membantu dalam

proses penyembuhan.

3. Dapat memudahkan beban terhadap

penanganan dan adaptasi di rumah.

4. Dukungan yang terus menerus akan

memudahkan dalam proses adaptasi.

5. Dapat memudahkan adaptasi terhadap

perubahan peran yang perlu untuk

perasaan/merasa menjadi orang yang

produktif.

18

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai jinak dan ganas. Tumor intrakranial

jinak mempunyai efek membinasakan karena ia berkembang didalam rongga tengkorak

yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang cepat,

diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi

vaskuler.

Berdasarkan data di negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga

penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka

ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup

10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%.

B. SARAN

Dalam memberikan perawatan, perawat harus sigap dan cermat agar tidak terjadi

kesalahan dalam pemberian perawatan.

Pasien hendaknya mengikuti / berpartisipasi dalam perawatan yang diberikan oleh

pihak tenaga medis.

19