Askep molahidatidosa

39
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000). Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999). Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hamper seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999). B. Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang menyebabkannya antara lain: 1.Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi terlambat dikeluarkan. 1.Imunoselektif dari trofoblas 2.Keadaan sosio ekonomi yang rendah

description

hgjhfgj

Transcript of Askep molahidatidosa

Page 1: Askep molahidatidosa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang

tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung

banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu

disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma

trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).

Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus

korialis langka vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999).

Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hamper seluruh vili

korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999).

B. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang

menyebabkannya antara lain:

1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi

terlambat dikeluarkan.

1. Imunoselektif dari trofoblas

2. Keadaan sosio ekonomi yang rendah

3. Paritas tinggi

4. Kekurangan protein

5. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas

C. Manifestasi Klinis

Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:

a. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari

kehamilan biasa dan amenore

b. Terdapat perdarahan per vagina yang sedikit atau banyak, tidak teratur,

warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.

Page 2: Askep molahidatidosa

c. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan

seharusnya.

d. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta

tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

D. Komplikasi

Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi

sebagai berikut:

1. Anemia

2. Syok

3. Preeklampsi atau Eklampsia

4. Tirotoksikosis

5. Infeksi sekunder.

6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.

7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola

destruens atau koriokarsinoma.

E. Patofisiologi

Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan

merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi

embrio. Secara histo patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada

plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah :

satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola

besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm.

mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.

Secara mikroskopik terlihat trias :

1. Proliferasi dari trofoblas

2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban

3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma

Page 3: Askep molahidatidosa

Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan

adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak

kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau iebih

( 25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang

setelah mola hidatidosa sembuh.

F. Pemeriksaan penunjang

Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka

pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :

1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan

uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah

pengenceran (titrasi):

a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.

b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau

hamil kembar.

Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik

cairan serebrospinal dapat menjadi positif.

2. Pemeriksaan dalam

Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian

janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan

vagina, serta evaluasi keadaan servik.

3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati -

hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,

sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan

kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).

4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin ( pada

kehamilan 3-4 bulan).

5. Arteriogram khusus pelvis

6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak

terlihat janin.

Page 4: Askep molahidatidosa

G. Penatalaksanaan

1. Terapi

a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan

perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan

transfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital

untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah;

barulah dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan

kuretase.

b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:

1). Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan

selama 12 jam.

2). Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin (

pitosin atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu

lakukan evakuasi isi kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah

cunam ovum yang agak besar atau kuret besar : ambillah dulu

bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada kavum uteri. Pada

kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak

usah terlalu bersih.

3). Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan

tampon utero - vaginal selama 24 jam.

c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo - patologik dalam 2

porsi:

1). Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.

2). Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.

d. Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan

umum penderita.

e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk

membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk

pemeriksaan laboratorium.

Page 5: Askep molahidatidosa

f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,

ada beberapa institut yang melakukan histerotomia untuk

mengeluarkan isi rahim ( mola).

g.. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)

: usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat

besar (mola besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.

2. Periksa ulang ( follow-up )

Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai

kontrasepsi pil. Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan

menyulitkan observasi. Juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa

ulang selama 2-3 tahun:

a. Setiap minggu pada triwulan pertama

b. Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.

c. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

d. Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap perikas ulang penting diperhatikan :

1). Gejala klinis : perdarahan, keadaan umum dll

2). Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan in spekulo : tentang

keadaan servik, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein

bertambah kecil atau tidak dll.

3). Reaksi biologis atau imonologis air seni :

a). Satu kali seminggu sampai hasil negatif

b). Satu kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya

c). Satu kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

d). Satu kali 3 bulan selama tahun berikutnya

Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan.

Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola

hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu,

: 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2 % dalam

1 tahun setelah mola keluar.

Page 6: Askep molahidatidosa

3. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa

Beberapa institut telah memberikan methotrexate ( MTX) pada

penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para

ahli lain tidak setuju pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu

mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek

samping dan penyulit yang berta.

Beberapa penulis menganjurkan pemberian MTX bila :

a. Pengamatan lanjutan sukar dilakukan

b. Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap

positif

c. Pada high risk mola.

Page 7: Askep molahidatidosa

H. Pathway

Faktor ovum

Mengalami keterlambatan dalam pengeluaran

Kematian ovumdi dalam tubuh

Mengalami degenerasi

Jangot-jangot korion yang tumbuh berganda dan mengandung cairan

Kista-kista kecil seperti anggur

Molahidatidosa

Tindakan invasif

Jaringan terdapat ulkus

Bakteri mudah masuk

Menstimulasi reseptor nyeri

Resiko tinggi infeksi

Resiko jaringan ulkus

Gangguan rasa nyaman nyeri

Kuretase

Perdarahan

Hipovolemik

Resiko tinggi kekurangan volume

cairan

Kurang informasi tentang prosedur

Kurang pengetahuan

Cemas

Page 8: Askep molahidatidosa

I. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas

• Kelemahan.

• Kesulitan ambulasi.

b. Sirkulasi

• Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok).

• Edema jaringan.

c. ELIMINASI

• Ketidakmampuan defekasi dan flatus.

• Diare (kadang-kadang).

• Cegukan; distensi abdomen; aabdomen diam.

• Penurunan haluan urine, warna gelap.

• Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul,

bising usus kasar (obstruksi), kekakuan abdomen, nyeri tekan.

Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara

bebas dalam abdomen).

d. Cairan

• Anoreksia, mual/muntah; haus.

• Muntah proyektil.

• Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.

e. Kenyamanan/Nyeri

• Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.

f. Pernapasan

• Pernapasan dangkal, takipnea.

g. Keamanan

• Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-

melahirkan, abses retroperitoneal.

Page 9: Askep molahidatidosa

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan

perdarahan.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder.

c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan

jaringan intrauteri.

d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

3. Rencana Intervensi

Intervensi Keperawatan :

a. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan

perdarahan

Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output

baik jumlah maupun kualitas.

Kriteria Hasil :

- TTV stabil

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

Intervensi :

a. Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus

memiliki karekteristik bervariasi

b. Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian

ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c. Catat haluaran dan pemasukan

Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi

sel darah merah.

Page 10: Askep molahidatidosa

d. Observasi Nadi dan Tensi

Rasional: Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).

e. Berikan diet halus

Rasional: Memudahkan penyerapan diet

f. Nilai hasil lab. HB/HT

Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel

darah merah.

g. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi

Rasional Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

dan transfusi.

h. Evaluasi status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui

pemeriksaan fisik.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder.

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Kriteria hasil :

- TTV dbn

- Ekspresi tenang

- Hasil lab dbn

Intervensi:

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan

bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat

dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak

enak mungkin merupakan tanda infeksi

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa

perdarahan

Page 11: Askep molahidatidosa

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan

genital yang lebih luar

c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart

d. Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat

dapat menyebabkan infeksi.

e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda

nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin

merupakan gejala infeksi

f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama

selama masa perdarahan

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk

kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat

memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus

meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

g. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan

yang baik.

Rasional: Mencegah cross infeksi.

h. Observasi suhu tubuh.

Rasional: Mengetahui infeksi lanjut.

i. Berikan obat sesuai terapi

Rasional: Antibiotika profilaktik atau pengobatan

c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan

jaringan intrauteri

Tujuan :

Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang

Page 12: Askep molahidatidosa

- Tampak rileks

- Mampu istirahat dengan tepat

Intervensi:

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan

skala maupun diskripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan

guidance mengatasi nyeri

c. Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan

dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam

spectrum luas/spesifik

d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap

penyakit meningkat

Kriteria Hasil :

- Klien tenang

- Klien dapat informasi tentang penyakitnya

Intervensi:

a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap

penyakit.

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa

cemas.

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan

penilaian objektif klien tentang penyakit.

Page 13: Askep molahidatidosa

c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan

keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi

klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.

d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah

berkontibusi menurunkan kecemasan.

e. Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui

oleh klien dan keluarga.

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien

untuk meningkatkan pengetahuan dan membangnn support

system keluarga; 1

Page 14: Askep molahidatidosa

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. Y DENGAN MOLA HIDATIDOSA

DI RUANG BOUGENVIL RSUD – TUGUREJO SEMARANG

Tanggal masuk : 19 Juli 2007 Jam masuk : 11.46 WIB

Ruang : Bougenvil No. Reg Med : 146245

Pengkajian : 20 Juli 2007

A. Identitas

Nama pasien : Ny. Y

Umur : 53 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : -

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Banyu Ringin RT 01 / IV Singorejo, Semarang

Nama suami : Tn. M

Umur : 56 tahun

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : -

Pekerjaan : Wiraswasta

Page 15: Askep molahidatidosa

B. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Menstruasi

Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif

sedikit selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari

pertama haid terakhir tanggal 20 Juni 2007, tanggal 14 Juli terjadi

perdarahan, di bawah ke bidan tanggal 15 Juli 2007, tanggal 19 Juli

2007 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa ke RSUD Tugurejo

Semarang pada tanggal 19 Juli 2007.

b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya

Klien sebelumnya belum pernah mengalami.

Klien sudah memiliki 5 anak.

2. Riwayat KB

- Jenis : Suntik 3 bulan

- Lama : 20 tahun

3. Riwayat Kesehatan

Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,

gondok dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran

pada anggota keluarga lainnya.

4. Kebutuhan Dasar Khusus

a. Pola Nutrisi

Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran; klien tidak

mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.

b. Pola Aktivitas dan latihan

Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan akti vitas seperti

biasanya dan tidak menambah waktu istirahat karena klien tidak

merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini klien merasa nyeri pada perut

bagian bawah dan perdarahan walaupun tidak terlalu mengganggu

Page 16: Askep molahidatidosa

kegiatan sehari-hari. Nyeri yang timbul terasa lebih berat saat merubah

posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.

5. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran Umum : Composmentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Pernafasan : 20 X/menit

Nadi : 80 X/menit

Konjungtiva : Anemis

Sclera : Anikteric

Turgor kulit : elastis

Warna kulit : agak pucat

a. Inspeksi:

Pembesaran relatif abdomen

Linea alba tidak ada

Striae pada perut sedikit

b. Palpasi

Leopold I : Tinggi Fundus Uteri : 2 Jari diatas pusat.

Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :

- Vaginal Toucher : tidak ditemukan

fluks

- Portio: Lunak, nyeri goyang (-),

Pembukaan 1 Cm

- Cavum Uteri : TFU 2 jari di atas pusat.

- Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan

(-) Massa (-)

c. Auskultasi

Doppler tidak dilakukan

Page 17: Askep molahidatidosa

6. Data Penunjang

HCG Test : Positif

Hemoglobin : 8,9 mg %

Ultra Sonografi :

Diagnosa Medik : Mola Hidatidosa

Page 18: Askep molahidatidosa

ANALISIS DATA

Tgl/Jam Data Etiologi Masalah Keperawatan

20 Juli

2007

09.00

DS :

- Mengeluh nyeri perut

bagian bawah dan

perdarahan sudah 6

hari, badan lemah

DO :

- Perdarahan pervaginal

bergumpal

- Hb 8,9 g/dl

- Kulit agak pucat

Perdarahan akibat

kerusakan jaringan intra

uterus menimbulkan

perdarahan dan penurunan

volume cairan.

Devisit volume cairan

20 Juli

2007

09.15

DS:

- Mengeluh perdarahan

sudah 6 hari

DO :

- Perdarahan pervaginal

bergumpal

- Vulva kotor dan

lembab

Akibat perdarahan

mengakibatkan kondisi

vulva hygiene menjadi

berkurang dan selalu

lemabab, beresiko terhadap

terjadinya infeksi

Resiko tinggi untuk

infeksi

20 Juli

2007

9.40

DS :

- Menyatakan nyeri

perut bagian bawah

- Mengeluh perdarahan

sudah 6 hari

DO :

- Kadang meringis

menahan nyeri

Kerusakan jaringan yang

terjadi dapat

mengakibatkan nyeri dan

mengganggu kondisi fisik

dan psikologis klien.

Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

Page 19: Askep molahidatidosa

Diagnosa Keperawatan

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

2. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan

intrauteri

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

Rencana Keperawatan

1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi devisit

volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun

kualitas.

Kriteria Hasil :

- TTV stabil

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

Intervensi:

a. Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki

karekteristik bervariasi

b. Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah

dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan

Rasional: Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan

Page 20: Askep molahidatidosa

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan

jaringan intrauteri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan

nyeri yang dialami.

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang

- Tampak rileks

- Mampu istirahat dengan tepat

Intervensi:

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan

skala maupun deskripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan

guidance mengatasi nyeri

c. Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional . Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan

dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum

luas/spesifik

d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi

Rasional : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang

dapat menurunkan nyeri disamping kecemasan

3. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva

lembab

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi selama perdarahan berlangsung.

Intervensi:

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat

Page 21: Askep molahidatidosa

dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak

enak mungkin merupakan tanda infeksi.

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa

perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital

yang lebih luar.

c. Lakukan perawatan vulva

Rasional :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat

menyebabkan infeksi.

d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik

infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala

infeksi.

e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama

selama masa perdarahan.

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk

kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat

memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus

meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

Page 22: Askep molahidatidosa

IMPLEMENTASI

No Tgl/Waktu Implementasi Respon TTD

1. 20-7-07

08.00

Mengukur jumlah cairan

yang keluar

S : -

O : volume darah ± 200 cc

keluar warna merah segar

bergumpal.

08.20 Menerangkan bahaya

pengeluaran cairan yang

berlebihan

S : Klien mengatakan takut

dengan perdarahan, dan

menanyakan cara agar

perdarahan berhenti

O : klien kooperatif

08.30 Melakukan penghitungan

intake dan output

S : -

O : intake harian ± 1200 cc,

output ± 1400 cc

08.45 Menganjurkan cukup banyak

minum dan makan.

S : Klien mengatakan akan

berusaha banyak minum

O : Klien menerima semua

saran dari perawat.

Klien kooperatif

2 21-7-07

07.30

Menilai derajat nyeri S : Klien mengatakan nyeri

seperti ditekan pada

bagian bawah perut.

O : klien terlihat kesakitan

07.45 Menerangkan penyebab nyeri S : Klien mengatakan

mengerti

O : Klien kooperatif

08.00 Menganjurkan klien tidak

banyak bergerak / aktivitas

S : Klien mengatakan akan

mematuhi semua yang

disarankan oleh perawat

O : klien mengangguk

Page 23: Askep molahidatidosa

08.15 Menganjurkan klien untuk

memberitahu perawat bila

nyeri bertambah hebat.

S : Klien mengatakan akan

memperhatikan kondisi

tubuhnya.

O : -

3 21-7-07

09.00

Menganjurkan pada ibu

untuk dapat mengecek

perdarahan.

S : Klien mengatakan telah

berusaha memperhatikan

perdarahan yang terjadi

O : Klien kooperatif

09.30 Menganjurkan ibu untuk

membersihkan kemaluan

secara teratur.

S : Klien mengatakan

sanggup

O : Klien mengangguk

09.45 Menganjurkan pada ibu

untuk segera memberitahu

perawat bila ada tanda

demam, perdarahan berbau

atau keluar nanah.

S : Klien mengatakan akan

segera memberitahu

perawat bila ada tanda

demam, perdarahan

berbau atau keluar nanah.

O : Klien kooperatif

Page 24: Askep molahidatidosa

EVALUASI

No Tgl/Waktu Respon Perkembangan (SOAP) TTD

1 24-7-07

08.00

S : Klien mengatakan cukup banyak minum

O : - Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi

2 24-7-07

08.30

S : Klien mengatakan nyerinya agak berkurang

O : Klien tampak tenang

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi dengan memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien tentang

cara mengatasi agar tidak nyeri dengan teknik

distruksi.

3 24-7-07

09.45

S : Klien mengatakan bahwa setiap hari vulva

selalu dibersihkan

O : TD : 120/80 mmHg, N : 80 /mnt,

S : 37 oC , RR : 22 x/mnt

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Menganjurkan agar tidak melakukan

hubungan senggama selama masa perdarahan

Page 25: Askep molahidatidosa

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.

JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Marilynn E.Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Rustam Mochtar. (1992). Sinopsis Obstetri Jilid I, EGC, Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Wong, Dona L& Perry, Shanon W. (1998). Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia.

_____, Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya