ASKEP CHOLELITIASIS.doc

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Fungsi utam kandung empedu adalah menyimpan dan memkatkan empedu. Kandung empedu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Empedu hait tidak dapat segera masuk ke duodenum akan tetapi melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan ke kantong empedu. Secara berkala kandung empedu mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultal lapisan ototnya dan relaksasi sfinter oddi. Rangsangan normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam makanan merupakan rangsang terkuat untuk menimbulkan kontraksi. Penyakit kandung empedu sendiri jarang terjadi, kecuali bila disertai dengan adanya batu empedu. Batu empedu dalam kandung empedu tidak menimbulkan keluhan penderita, kecuali bilamana batu tersebut masuk ke duktus sistikus kholeduktus. Dibawah ini akan di bahas mengenai penyakit kandung empedu yaitu kholelityasis.

description

ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Transcript of ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Page 1: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak tepat

dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati

masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Fungsi utam kandung empedu

adalah menyimpan dan memkatkan empedu. Kandung empedu menyimpan sekitar

45 ml empedu. Empedu hait tidak dapat segera masuk ke duodenum akan tetapi

melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan ke kantong

empedu. Secara berkala kandung empedu mengosongkan isinya ke dalam

duodenum melalui kontraksi simultal lapisan ototnya dan relaksasi sfinter oddi.

Rangsangan normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu adalah

masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam makanan

merupakan rangsang terkuat untuk menimbulkan kontraksi.

Penyakit kandung empedu sendiri jarang terjadi, kecuali bila disertai

dengan adanya batu empedu. Batu empedu dalam kandung empedu tidak

menimbulkan keluhan penderita, kecuali bilamana batu tersebut masuk ke duktus

sistikus kholeduktus.

Dibawah ini akan di bahas mengenai penyakit kandung empedu yaitu

kholelityasis.

B. Pokok Bahasan

Pengertian cholelitiasis, etiologi, patofisiologi, manifestaasi klinik,

complikasi, study diagnosa, managemen medik, manajemen keperawatan.

Askep yang meliuti pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi.

C. Tujuan

Dengan penulisan makalah ini diharapkan :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali apa yang di maksud dengan penyakit

kholelityasis, Etiologi, patofistologinya,manifestasi klinik, komplikasinya.

Mahasiswa mampu, melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan

kholelityasis.

Page 2: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Batu empedu merupakan endapan atau lebih komponen empedu :

kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, dan protein.

Kolesterol dan bilirubin tidak dapat larut dalam air. Batu empedu dapat terbentuk

dari bilirubin saja, kolesterol saja atau berupa batu campuran kolesterol. Batu

campuran ini mengandung kalsium.

Batu bilirubin murni biasanya kecil, majemuk, hitam dan di kaitkan dengan

kelainan hemolifik.

Batu kolesterol murni biasanya besar, soliter, bulat, dan oval, berwarna

kuning pucat.

Batu kolesterol campuran paling sering di temukan, majemuk, berwarna

cokelat tua.

B. Etilogi dan Patofisiologi

Etiologi batu empedu masih belum jelas diketahui dengan sempurna; akan

tetapi faktor predisposisi yang paling penting yaitu gangguan metabolismeyang

disebabkan olehperubahan susunan empedu dan infeksi kandungan empedu.

Cholelitiasis terjadi keseimbangan yang mengatur kolesterol, garam-garam

empedu, kalsium dalam larutan terganggu, sehingga terjadi pengendapan dari

substansi-substansi tertentu.

Perubahan susunan empedu merupakan paling penting pada pembentukan batu

empedu.

Penyelidikan membuktikan penderita penyakit batu kolesterolmensekresi

empedu yang sangat jenuh dalam kolesterol.

Kolesterol yang berlebihan mengendap dalam kandung empedu.

Statis empedu dalam kandungan empedu dapat mengakibatkan supersaturasi

dan perubahan komposisi kimia dari empedu dalam mobolitas.

Faktor hormonal, khususnya selama kehamilan, mungkin menyebabkan

gangguan kantung empedu, batu dapat dapat tertahan dalam kantung empedu

atau berpindah ke saluran kistikatau saluran empedu. Batu ini dapat

menyebabakan nyeri ketika berjalan melalui saluran dan tersangkut sehingga

menghasilkan gangguan.

Page 3: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagai dalam

pembentukan batu, melalui peningkatan deskuamasi sel akan pembentukan

mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler atau bakteri dapat

berperan penting sebagai pusat presipitasi.

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik terjadi dimana batu empedu menghalangi saluran

empedu, jika rintangan terjadi di duktus sitikus, empedu dapat terus mengalir

langsung ke duodenum dari lifer.

Manifestasi klinik EtiologiJaundice, warna urine gelap,gemetar (epilepsi)

- Tidak ada cairan empedu yang masuk ke dalam duodenum.

- Bilirubin dapat larut dalam urine.Tidak adanya Urobilinogen dalam urine

- Bilirubin tidak mencapai saluran intestimen untuk di ubah menjadi urobilinogen

- Feces berwarna pekat - Gatal-gatal

- Sama dengan diatas, adanya endapan garam empedu didalam jaringan kulit.

- Kesalahan absorbsi atau absorbsi lemak yang mudah larut dalam vitamin (A, D, E, K)

- Tidak ada empedu di saluran intestimen untuk emulsify fat; pengeluaran feces bersamaan dengan asam lemak.

- Hilangnya lemak yang dapat larut dalam vitamin .

- Intoleransi terhadap makanan berlemak (anoreksia)

- Tidak ada di dalam saluran intestimen

- Perdarahan - Menurunnya absorbsi vitamin K mengakibatkan menurunnya produksi prothombin

- Steartorrhen - Tidak adanya garam empedu diduodenum, mencegah fat-emulsion dan pencernaan.

Cholelityasis dapat menimbulkan gejala yang hebat atau tanpa gejala.

Beratnya gejala tergantung pada saluran mana yang terjadi penyumbatan,

spasm/kejang pada jaringan merupakan respon terhadap batu sebagai usaha untuk

memindahkan.

Kadang-kadang produksi dari batu empedu dapat menghasilkan nyeri yang hebat.

Nyeri yang hebat di sertai denga tachycardia, diaphoresis, dan preostiation

(lemah). Serangan nyeri ini terjadi pada skala 3-6 sesaat kemudian setelah

memakan makanan yang sukar di cerna atau di mana pasien mengambil posisi

berbaring.

Page 4: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

D. Complikasi

Cholangitis

Sirosisbiliary

Carsinoma

Peritonitis

E. Studi Diagnostik dan Penemuan

Ultrasonograpy

Merupakan tes diagnostik yang terbaik dan sangat bermanfaat untuk klien

dengan jaundice, karena tergantung pada fungsi lifer, sangat akurat untuk

mendeteksi batu 90 %-95%.

Cholecystogram oral

Memberikan gambaran dari batu (radiopaque)

IV cholangiogram menggambarkan batu empedu, jika batu empedu berpindah

ke sistem ductal dapat di gambarkan.

Percutaneous transhepatic cholangiograpy

Di gunakan untuk diagnosa jaundice dan lokasi batu di saluran empedu.

Empedu diambil pada waktu ERCP (kalimat untuk di identifikasi culture,

kemungkinan organisme terinfeksi).

Tes laboratorium.

Menunjukan ketidak normalnya liver, dan meningkatnya perhitungan blood

cell (WBC) hasil dari inflamasi tingginya bilirubin dalam urine menandakan

proses ppenyumbatan.

Normal dari saluran empedu tidak ada penyumbatan, tidak ada bilirubin di

daerah intestinal, tidak ditemukan urobilinogen, serum enzim, seperti :

alkaline phosphatase, SGOT LAST dan LDH, serum amilase akan bertambah

apabila pankreas tersangkut.

F. Management Terapi

Manegement terapi untuk cholelitiasis yaitu :

Extracorporeal shock dengan methyl tertiary terbutyl etha (MTBE),

obat oral untuk menghancurkan batu, endoscopic sphinterotomy dan

pembedahan.

Page 5: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Pengobatan supportive diberikan sama dengan sholesistitis, obat ini

di gunakan seperlunya saja. Apabila batu disebabkan karena

sumbatan, pengobatan tambahan yang diberikan vitamin yang dapat

larut, pemberian garam empedu untu mempermudah pencernaan dan

penyerapan vitamin serta diit rendah garam.

ESWL biliary litotriptor menggunakan tinggi energi shock yaitu

gelombang yang menghancurkan batu empedu, dan pasien harus

memiliki fungsi kantung empedu yang baik.

Ultrasound sean, pertama yang harus dikerjakan adalah menentukan

letak batu dan untuk menetapkan secara langsung pada gelombang

shock. Gelombang shock secara langsung melewati abdomen

dengan bantalan yang berisikan air kemudian di letakkan di area

tersebut di butuhkan waktu 1-2 ja untuk menghancurkan batu

setelah menghancurkan fregmen selesai, keadaan saluran empedu

kembali normal di dalam saluran intestinal.

Endoscopic sphincterotomy (papillotomy) berfungsi secara khusus

dalam melepaskan batu empedu kedalm saluran. Pada keadaan

normal endoscopic di masukkan ke dalam duodenum.

Sphincter oddi memperlebar insisi dari otot spinoter.

Pemasangan instilasi MTBE ke dalam kantung empedu melalui

cateter percutaneus, MTBE melarutkan batu-batu kolesterol sampai

pada waktunya, asam empedu juga di gunakan untuk melarutkan

batu kolesterol.

Prosedur pilihan lainnya adalah cholecystectomy, ini merupakan

prosedur yang aman dengan efek yang minim.

Intervensi yang berkaitan dengan pembedahan

- Intervensi pembedahan dengan cholelityasis adalah menunjukan frequently

dan terdiri dari beberapa prosedur, sebagian besar melaui insisi sebelah kanan

subscotal.

T tube di masukkan ke dalam saluran empedu selama pembedahan di mana

biasanya saluran empedu exporasi merupakan bagian dari prosedur

pembedahan, memastikan patiency dari saluran sampai menghasilkan udema

dan trauma untuk memeriksa cairan yang telah hilang.

Page 6: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

- Prosedur pembedahan lainnya adalah endosyopic cholecystectomy

(laparoscopic laser cholecystectomy), dalam kantung empedu siap melepaskan

satu sampai empat kebocoran kecil pada abdomen. 1 cm bocoran mencapai

agak ke atas dari umbilikus dan memompa rongga perut 3-4 l karbondioksida

untuk memperbaiki jarak penglihatan, laparoscope dengan kamera gandeng di

masukkan dalam abdomen.

Prosedur pembedahan kantung empedu.

Nama Deskripsi

- Cholecystectomy - pembersihan kantung empedu

- Cholecysteostomy (biasanya

keadaan emergenci)

- irisan kedalam kantung empedu biasanya untuk

pembersihan batu-batu.

- Cholecocholithotomy - irisan kedalam kantung empedu biasanya untuk

pembersihan batu-batu

- Cholecystogastrostomy - anastomosis antara perut dan kantung empedu.

- Cholecystoduodenostomy - anastomosis antara kantung empedu dan

duodenum untuk menggantikan gangguan pada

akhir distal dari saluran empedu biasa.

- Endoscopic - pembersihan kantung empedu lewat

penggunaan laparoscopi pemotongan sinar laser.

Pengobatan

Pengobatan yang sering di gunakan adalah Analgecic, anticholinergics (anti

plasmodeis), vitamin yang larut dalam lemak dan garam empedu.

- Narcotic analgesic untuk nyeri ; memperidine hydrochloride (elemerol) jika

analgesic narkotik di butuhkan untuk mengurangi kejang pada pembulu yang

terkena racun di gunakan morphine sulfate.

- Amylnitrite and Nitroglyserin mungkin digunakan untuk relax otot halus pada

giliary tract.

Jika nitroglyserin diberikan perawat harus mengobservasikan efek samingnya

neusea, vomiting, kulit dan hypotension (status NPO dan NGT)

- Anticholinergics such, atropino dan antispasmodics lainnya digunakan untuk

relax pada otot halus dan kerusakan pembuluh darah.

- Papaverine digunakan efektif untuk merelaksasikan otot halus observasi

keperawatan untuk efek samping dari obat dan skala nyeri harus diperhatikan.

Page 7: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Jika pasien kronik cholelythiasis atau bekas obstruksi biliary, fat soluble

vitamin (A,D,E danK) mungkin diberikan :

Cairan intravena untuk menggantikan cairan dan elektrolit.

Antibiotik, jika terjadi infeksi

Vitamin K jika jaundice dan prothrombine time didahulukan.

Pertimbangan:

Modifikasi pengaturan diit pada klien dengan cholelytiasis adalah diit

rendah garam. Jika obesitas merupakan masalah, pengurangan/diit kalori adalah

indikasinya. Diit rendah garam mencegah kelebihan stimulus dari batu empedu.

Hindari pemasukan makanan yang dihasilkan oleh perusahaan susu, cream,

mentega, keju susu dan makanan gorengan seperti:kue kering, kacang-kacangan.

Beberapa klien memiliki masalah jika mereka makan dalam porsi besar dalam

frekuensi sering.

Setelah pembedahan Gallblader, pasien diberikan NPO selama 24-28 hari

diit bermanfaat jika aliran empedu berkurang atau jika pasien kegemukan.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Data subjektif.

Riwayat masa lalu:

Riwayat keluarga, aktifitas, obesitas, suku, multiparity (sering hamil)

pembedahan abdomen sebelumnya, cancer, sering berpuasa, pregnancy, diabetes,

cirhosis.

Pengobatan:

Menggunakan estrogen atau kontrasepsi oral

Pengkajian umum:

Kehilangan berat badan, kedinginan, anorexia.

Nyeri:

Nyeri hebat pada kuadran atas dan mungkin menyebar ke bagian belakang

skapula (biliari colic).

Integumen :

Kulit gatal dan kering

Gastrointestinal:

Page 8: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Tidak mampu mencerna, intoleransi terhadap lemak, nausea dan vomiting,

dyspepsia, pyrosis, darah membeku, perut kembung.

Urinary:

Urine pekat atau gelap

Data Obyektif:

Keadaan umum: Hati, gelisah

Integumen: Jaundice, sklera ikterik

Pernapasan: Tachypneu, membelat selama pernapasan

Cardiovaskulaer: Tachycardia

Gastrointestinal: Gambaran jelas batu empedu, distensi abdomen

Penemuan yang mungkin ditemukan:

Peningkatan fungsi liver dan bilirubin, leukocytosis, penemuan ultrasound

abnormal abdomen, IV cholangiogram.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan EtiologiPreoperasiPotensial fluid volume deficit Nausea dan vomiting, kurang

intake;LeverPotensial injuri: perdarahan Mengurangi absorbsi vitamin K, dengan

hasil perdarahan Kurang pengetahuan: sakit dan pengobatan

Kurang informasi sebelumnya

Nyeri Peradangan pada kantung empedu dan kejang pada saluran empedu

Kurang mampu merawat diri: berubah-ubah

Nyeri, demam, kelemahan

Post operasiTidak efektif pola napas Insisi pembedahan, Distensi abdomen Fatique Prosedur pembedaahan, tidak diberi

makan sesudah pembedahanPotensial Fluid volume deficit Nausea, vomiting, sebelum pembedahan

perdarahan; kehilangan cairan. Potensial injuri Obstruction T tube sebelum pembedahan

atau obstruction saluran empedu dengan fragmen dari batu sesudah lithotripsi

Kurang pengetahuan; segera dibutuhkan setelah pengobatan

Sebelumnya diberikan informasi

Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nausea, vomiting, setelah pengobatan

Nyeri Insisi: kejang pada ductal associated

Page 9: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

dengan obstruction dari T tube atau kista pada saluran empedu

Kerusakan integritas kulit Insisi: potensial, pengaliran yang lambat; potensial drainage mempengaruhi kulit .

Hasil yang diharapkan

Preoperasi

1. Pasien akan menunjukan perbaikan pada turgor kulit dan mucosa membran

lembab dan menstabilkan intake dan output.

2. Pasien tidak mengalami perdarahan.

3. Pasien atau orang lain dapat:

a. Menjelaskan patofisiologi dan bagaimana tanda dan gejala yang berhubungan

dengan batu empedu.

b. Menjelaskan tentang perencenaan pengobatan dan mengharapkan

keefektifitasnya

c. Melukiskan yang dibutuhkan sebelum dan setelah test diagnostik dan

pengobatan.

4. Pasien akan mengurangi nyeri

5. Pasien akan memenuhi kebutuhannya sendiri.

Postoperation

1. Pasien akan mempertahankan bunyi napas bersih dan

2. Pasien akan menampakkan fatigue berangsur-angsur membaik dan kecepatan

fatigue berkurang dalam 1-5 scala (1 = tidak fatigue, 5 = sangat fatigue)

3. Pasien akan mempertahankan volume cairan pada batas normal dengan tanda-

tanda berat stabil, mucosa membran lembab, turgor kulit adekuat, dan

keseimbangan intake dan out put.

4. Pasien tidak akan mengalami obstruksi dari T tube drainage; pasien akan

melaporkan dengan segera apabila kambuh kembali yaitu nyeri sekali, jaundice,

nausea, vomiting dan demam.

5. Pasien penting dapat menjelaskan apabila membutuhkan perawatan segera, dapat

melakukan aktifitas, peraturan-peraturan diit, segera melaporkan tanda dan gejala

dan perawatan dengan segera.

Page 10: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

6. Pasien akan mengkonsumsi diit yang seimbang dengan makanan yang berasal

dari semua kelompok makanan dan pembatasan garam jika pasien memiliki

lithotripsy.

7. Pasien akan tetap mampu mengontrol nyeri; aktifitas pasien tidak akan terganggu

dikarenakan nyeri.

8. Pasien dengan insisi akan sembuh tanpa komplikasi.

Page 11: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Implementasi

Preoperasi :

1. Pasien mempelajari tentang prosedur operasi.

2. Pemberi terapi IV.

3. Pasien harus berada pada posisi pronasi selama prosedur pengobatan hal untuk

memudahkan kita melihat kerusakan pada kandung empedu, posisi ini untuk

meningkatkan kenyemanan pasien.

4. Menilai status hemodynamic-tekanan darah, EKG, and pulse oximetry monitor

parameter selama prosedur karena posisi ini dapat mengganggu usaha

pernapasan.

5. Terapi oksigen mungkin diberikan.

6. Menentukan lokasi batu menggunakan ultrasound.

7. Sedative mungkin diberikan pada pasien dengan nyeri, tidak nyaman atau cemas.

Postoperasi :

1. Control nyeri (mungkin terjadi biliary colic dengan reaksi normal dengan

menghancurkan batu di dalam duodenum) dengan dicyclomine HCE (bentyl) atau

meperidine (demerol).

2. Mempertahankan adekuatnya intake dan out pout; diit rendah garam diberikan

untuk mencegah nyeri. Naosea dan vomiting terjadi setelah prosedur hematuria

mungkin ditemukan hari ke 24

3. Memonitor terjadinya demam, jaundice, nyeri abdomen, nausea yang hebat atau

vomiting.

4. Ultrasound dan tes laboratorium (lipase, amylase, bilirubin, creatinin,

prothrombin time, partial thromboplastin time, hemoglobin, hematocrit dan serum

enzim) dalam 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan setelah prosedur.

Perawatan Preoperasi

1. Mempertahankan hydrasi.

Beberapa pasien akan kehilangan cairan karena nausea dan vomiting dan

menaikan temperatur. Mereka membutuhkan cairan IV dan membutuhkan

monitoring secara teliti kecepatan pemasukan.

Pasien bereson terhadap hydrasi (berat badan, intake dan output, mukosa

membran lembab, dan turgor kulit)

Page 12: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

2. Mencegah Injuri

Jika jaundice, biasanya prothrombin pada level rendah, persiapan

phytonadione (vitamin K, mephyton) diberikan sebelum pembedahan. Transfusi

darah mungkin diberikan segera sebelum operasi untuk menyediakan

phytonadione perawat memonitor pasien dengan perdarahan (darah dalam urine

dan feses).

3. Mengajarkan pasien; mengajarkan pasien tentang tes diagnostik dan untuk

mendorong pasien memahami tentang pengobatan sampai dengan preoperasi dan

perawatan post operasi.

Pemeriksaan umum yang boleh dilakukan yaitu sebelum pembedahan biliary,

pemeriksaan x-ray untuk batu empedu dan pemeriksaan urine dan feses.

4. Meningkatkan kenyamanan.

Sebelum pembedahan perawat harus berfokus pada mempertahankan

kenyamanan. Analgesik mungkin diberikan sesuai perintah dan mengevaluasi

keefektifitasnya.

Pasien dengan NGT, kebersihan mulut, menghindari ketidaknyamanan tidak

diperbolehkan memasukan makanan melalui mulut, berbaring posisi ke samping,

massase punggung dan teknik relaksasi dan mungkin membantu untuk

meningkatkan kenyamanan.

5. Promosi Kesehatan

Beberapa pasien dengan sakit akut dikarenakan demam dan dingin,

ketidakseimbangan cairan dan nyeri, mereka membutuhkan pertolongan

perawatan hygiene, toilet dan kebutuhan lainnya.

Perawat akan membantu pasien mengerti tentang kesehatan.

Perawatan Post Operasi

Perawatan post operasi berfokus pada diagnosa keperawatan (potensial)

berfokus pada tingkat kenyamanan, mempertahankan status cairan dan elektrolit,

deteksi komplikasi saluran respiratory (obstruksi T-tube). Perawatan yang

dibutuhakan setelah penurunan fatique, menentukan diit promosi integritas kulit.

- Perawatan segera

Untuk memperoleh kesadaran setelah anastesi pasien ditempatkan pada posisi

semi fowler. Posisi ini merupakan dasar pengkajian nyeri dan berlangsung selama 42-

72 jam. Pasien dipaksa untuk batuk dan mengambil napas dalam secara teratur (anatar

1-2 jam) untuk mencegah atelektasis. Pasien juga dibantu mengatur perubahan posisi.

Page 13: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Jika menggunakan NGT perlu disektion sebab elektrolit dan gas dihilangkan saat

prosedur, penting untuk mencatat bising usus.

- Tingkat aktifitas

Pasien dibolehkan turun dari tempat tidur sehari setelah operasi. Mengangkat yang

berat perlu dihindari.

- Pertahankan T-tube drainase.

Drainase dilepas setelah 5-6 hari, drainase dicek terhadap warna dan jumlah tiap

dua jam /hari. Sebelum diangkat T-tube kaji aliran empedu lancar atau belum.

Observasi terhadap peritonitis jika ada nyeri hebat.

- Pendidikan waktu pulang

Mencegah pasien melakukan aktifitas yang berat, cegah angkat berat dan diit

- Tingkat nutrisi

Diit spesial selama post pembedahan, cegah lemak yang berlebihan.

- Pertahankan integritas kulit

T-tube pada insisi diobati dengan mengangkat balutan dan membersihkan kulit di

sekitar drain. Jika T-tube dilepas beri posisi miring untuk mencegah tekanan.

Renpra

Pasien dengan riwayat koleksistektomi dan kerusakan saluran empedu.

Data : Ny. C, 70 tahun dengan nyeri yang hebat, pada kuadran kanan atas, jaundice,

tek, darah rendah, tachycardia, dingin, kulit lembab/berkeringat serta demam. Turgor

kulitny jelek dan mukosa membran kering abdomennya lembek saat dipalpasi. Ia

sudah 2 minggu mengalami mual dan muntah mengeluarkan sekresi yang berwarna

seperti empedu. Hasil tes laboratorium menunjukan hypernatremia (nat = 150 mea/l),

hypokalemia (kt = 3,0 mea /l), peningkatan yang tinggi kadarnya 7,3 mg/100 ml dan

bilirubin direct 7 mg/100 ml serta adanya peingkatan alkalin phosphat protrombin 30

cc.

DX Keperawatan :

F ef. Pola napas b.d. insisi pembedahan

Page 14: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Goal :

Suara napas normal/semih

RR dalam batas normal

Infeksi :

1. Monitor respiratori dan suara napas (khususnya RLL) tiap 2 jam – 4 jam selama

24 jam/dalam waktu 2 jam–4 jam dalam sehari setelah itu tiap 4 jam selama 1

minggu samapai pasien dapat ambulasi/berjalan dengan baik.

2. Tempatkan pasien pada posisi semih fowler dan dorong pasien untuk ubah posisi

sesering mungkin.

3. Bantu pasien untuk napas dalam dan latihan batuk paling sedikit 1-2 jam dalam

sehari setelah itu 2-4 jam selama seminggu sampai pasien dapat ambulasi dengan

baik.

4. Perhatikan daerah yang diinsisi dan dorong pasien untuk batuk.

5. Gunakan spirometer secara incentif selama 1-2 jam sampai pasien dapat ambulasi

dan baik.

6. Dorong dan biarkan pasien untuk ambulasi

7. Berikan analgesis sambil ambulasi sesuai perencanaan.

Rasional : hal ini dimaksudkan untuk memonitor guna membantu pasien dalam

mengidentifikasi secara dini/sedini mungkin terhadap adanya misalnya respiratori dan

ambulasi akan mencegah terjadinya atelektasis complikasi utama dari pernapasan.

Spirometer yang intensif membantu pasien untuk meningkatkan usaha pernapasan

atau latihan napas dalam.

DX :

Kelelahan b.d. prosedur pembedahan

Goal :

Pasien mengatakan kelemahannya berkurang

Interfensi :

1. Tempatkan / jadwalkan / atur aktivitas antara waktu istirahat dan menilai /

mengevaluasi toleransi pasien sebelum peningkatan aktivitas.

2. Kaji aktivitas pasien seperti mandi untuk menjaga energi untuk berjalan /

ambulasi.

Page 15: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

Kaji aktivitas pasien seperti mandi untuk menilai kemampuannya untuk ambuasi.

3. Ajarkan pada pasien tentang pentingnya mempertahankan istirahat yang adekuat

setelah melaksanakan kegiatan.

R/ : kelelahan biasanya merupakan masalah yang menyebabkan kemampuan diri

terbatas. Rencana perawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kelelahan

yang dapat memperparah/memperberat kemampuan pasien partisipasi pasien

untuk ambulasi.

DX : Potensial < volume cairan b.d. mual dan muntah.

Goal :

Pasien akan mempertahankan volume cairan dalam batas waktu yang ditentukan dan

berat badan stabil, mukosa membran lembab/kening-turgor kulit kembali normal,

intake dan out put cairan seimbang.

Intervensi :

1. Monitor intake dan out put dan N/G serta drainge T-tube setiap pergantian,

timbang berat badan setiap hari, kaji data laboratiorium setiap hari, tekanan darah

serta nadi dalam waktu 4 jam.

2. Catat jumlah cairan dan elektrolit.

3. Berikan cairan sesuai toleransi sesudah eliminasi bowel normal.

R/ : Pengkajian/monitoring ini akan memberikan petunjuk dini tentang tanda untuk <

volume cairan untuk menjamin volume cairan yang adekuat.

DX :

Potensial injuri b.d. obstruksi T-tube atau perdarahan.

Goal : Pasien akan bebas dari obstruksi T-tube/pasien akan bebas dari perdarahan

Intervensi :

1. Monitor/kaji tanda-tanda vital dan tanda-tanda shock dalam waktu 4 jam.

Page 16: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

2. Periksa balutan setiap 15 menit untuk beberapa jam pertama setelah operasi

(postoperasi) untuk menentukan adanya tanda-tanda perdarahan.

3. Monitor penurunan hematokrit (perdarahan) setiap hari, jaundice serta

peningkatan serum bilirubin (obstraksi bilirubin).

4. Pastikan patennya T-tube (T-tube dapat berfungsi dengan baik) :

a. Hubungan tubuh dengan berhentinya gawatnya drainase (T-tube digunakan

pada keadan yang gawat/parah).

b. Sertakan T-tuba untuk memfasilitasi membantu mobilitas pasien.

c. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya memperhatikan kekakuan, klien serta

pulling (penarikan) tuba).

5. Monitor jumlah dan warna drainage dariT-tube dalam waktu 8 jam.

6. Monitor atau kaji warna urine dalam waktu 8 jam.

7. Laporkan tanda-tanda peritonitis (nyeri abdomen/perut atau keceakaan abdomen,

demam) dengan segera.

Page 17: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

PENUTUP

Kesimpulan

Cholelitiasis : terbentuknya batu dalam kantung empedu, yang terdiri dari

beberapa komponen yaitu colesterol, bilirubin, garam empedu, calsium dan protein.

Etiologi batu empedu belum jelas tetapi faktor prediposis yang paling penting yaitu

gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu dan infeksi

kandung empedu serta status empedu dan factor hormonal. Keadaan ini dapat

menghasilkan manifestasi klinik seperti jaundice, epilepsi, urine gelap, feses berwarna

pekat, gatal-gatal, anoreksia. Serta menghasilkan nyeri yang hebat disertai dengan

tachicardia, diaporesis dan lemah. Komplikasi yang sering terjadi yaitu cholangitis,

sirosis biliary, carsinoma dan peritonitis.

Manajemen terapi yang membantu pasien dengan kolelitiasis adalah analgesik

narkotik untuk nyeri, puasa dan pemasangan NGT untuk saluran neusea dan vomiting,

infus untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang, antibiotik jika ada infeksi,

vitamin K jika ada jaundice dan masa protombin yang memanjang.

Page 18: ASKEP CHOLELITIASIS.doc

DAFTAR PUSTAKA

Woods, L.P, 1991. “Medical Surgical Nursing,” fourth edition, Mosby, St. Louis.

Hadi, S, 1981. “Gastro Enterologi,” Penerbitan alumni, Bandung.

Silvia A, 1995. “Pathofisiologi”, EGC, Jakarta.