askep glukoma
-
Upload
nia-kurnia-delta-syukur -
Category
Documents
-
view
88 -
download
8
description
Transcript of askep glukoma
Nurse Aya Minggu, 05 Mei 2013
askep glukoma
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya
lapang pandang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumalah
0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60%
penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium
8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%,
retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa
1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%,
kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004).
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Diantaranya
mereka hamper setenganya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-
benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis
memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C. smeltzer.2001).
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang
glaukoma dan mampu melaksanakan asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar dari glaukoma,
b. Mampu menjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya,
c. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien glaucoma,
d. Mampu menganalisis data pada pasien dengan penyakit glaucoma,
e. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan glaucoma,
f. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan glaukoma.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi
dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta
Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang
berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan
mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 1996)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma
merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO),
dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga
terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga
terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan
(Mayenru Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif :
2001). Jadi menurut kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana
meningkatnya tekanan intra okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan.
1. Klasifikasi glaukoma
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada
glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan
anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,
dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejalaawal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul
2. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata,
yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata . Misalnya
glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio
pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap
kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran
mata (bulfamos), lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
2. Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:
a. Glaukoma akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak
sangat tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
3. Anatomi dan Fisiologi
Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:
1. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa.
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang
mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang
mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus
humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior
melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut antara
iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm. ( Evelin C.
Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan abnormal
terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga
terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70
mmHg.
B. Etiologi
1. Glaukoma primer terdiri dari :
a. Akut: dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes
mellitus, arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi
dan progresif.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa kelainan uvea
pembedahan.
C. Manifestasi klinik
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat
sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan
lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan, parimetri
genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
2. Glaukoma Kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri menunjukkan
peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 – 25 mmHg dan
dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga rone, atau stroma busur.
Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed ValveUntuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran
buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
E. Penatalaksanaan Medis1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a. Obat-obat miotik Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3
%) Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
b. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik) Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari) Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
c. Carbonucan hidrase intibitor Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari) Diklorfenamid (metazolamid)
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
e. Tindakan bedah trabeculectomy.
F. PatofisiologiRongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/ bermuara
aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi
secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir
melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan melalui canal Schlemm
disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris
perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan
penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative
konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan
naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat
menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan
abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.
G. Pathway
Usia > 40 thDM
Kortikosteroid jangka panjangMiopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan peningkatan tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepanCairan humor aqueous
Nyeri
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
Gangguan saraf optik tindakan operasi
Perubahan penglihatan periferTrabekulectomy
- Nyeri - Resikocedera resiko infeksi
angguan persepsi sensori penglihatan
Anxietas interpretasi salah
Kurangnya Resiko cedera pengetahuan
H. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa
medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di
kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri
hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit
yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya
perubahan dalam pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan
komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak
jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap
dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri /
sakit hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan
pada kongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.Peningkatan air mata.
h. Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang
dideritanya.
i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan
TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala,
mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan IntegumenMeliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem RespirasiMeliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan KardiovaskularMeliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem MuskuluskeletalMeliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem EndokrinTidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan GenitouriaTidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostika. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
B. Diagnosa Keperawatan Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatanb. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Post operasi 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.
C. Analisa DataNo Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah
keperawatan
1 Ds :Mengatakan mata
tegang. Nyeri hebat,
lebih sakit untuk
melihat.
Do :
Meringis, menangis menahan nyeri.
Sering memegangi mata.
Obtruksi jaringan trabekuler
↓
Hambatan pengaliran aqueus humor
↓
TIO meningkat
↓
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan dengan
meningkatan TIO
2 Ds:
Menyatakan
penglihatan kabur,
tidak jelas, penurunan
area penglihatan.
Do:
Pemeriksaan lapang pandang menurun.
Penurunan kemampuan identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat
TIO meningkat
↓
Gangguan saraf optik
↓
Perubahan penglihatan
perifer
↓
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
Penurunan persepsi sensori visual/penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO
3 Ds:
Mengatakan takut dioperasi
Sering menanyakan tentang operasi
Do: Perubahan tanda
vital peningkatan nadi, tekanan darah,
TIO meningkat
↓
Gangguan saraf optik
↓
Perubahan penglihatan
perifer
↓
Cemas
Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan/ kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
frekuensi pernapasan
Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun
4 Ds:
Mengatakan
nyeri/tegang.
Do: Gelisah,
kecenderungan
memegang daerah
mata.
Peningkatan tekanan
vitreus
↓
Pergerakan iris kedepan
↓
TIO meningkat
↓
Tindakan operasi
↓
trabekulectomy
↓
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
berhubungan dengan
post tuberkulectomi
iriodektomi.
5 Ds:
Keinginan untuk memegang mata
Menyatakan nyeri sangat
Do: - Perilaku tidak
terkontrol
- Kecenderungan
memegang darah
operasi
TIO meningkat
↓
Tindakan operasi
↓
trabekulectomy
↓
Resiko infeksi
Resiko infeksi
berhubungan dengan
luka insisi operasi.
D. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa Tujuan : a. Kaji tingkat a. Memudahkan
nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
Nyeri hilang atau
berkurang dalam
waktu 1x24 jam.
Kriteria hasil:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.
Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
nyeri.
b. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut.
c. Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan.
d. Pertahankan tirai baring ketat pada posisi semi fowler.
e. Berikan lingkungan gelap dan terang.
f. Berikan analgesic yang diresepkan peran dan evaluasi efektifitasnya
tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya.
b. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan.
c. Setelah TIO pada glaukoma sudut terbuka, pembedahan harus segera dilakukan secara permanent menghilangkan blok pupil.
d. Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut datar.
e. stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri.
f. untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan menuvervalasava, menimbulkan TIO.
2 Penurunan
persepsi
sensori visual /
penglihatan
Tujuan:
Peningkatan
persepsi sensori
dapat berkurang
a. Kaji dan catat ketajaman penglihatan
b. Kaji tingkat
a. Menentukan kemampuan visual.
berhubungan
dengan serabut
saraf oleh
karena
peningkatan
tekanan intra
okuler.
dalam waktu 1 x
24 jam
kriteria hasil :
klien dapat meneteskan obat mata dengan benar
Kooperatif dalam tindakan
Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut
deskripsi fugnsional terhadap penglihatan dan perwatan
c. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan.
d. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima Klien.
e. Observasi TTV.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
b. Memberikan keakuratan terhadap penglihatan dan perawatan.
c. Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
d. Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan penglihatabn menurun.
e. Mengetahui kondisi dan perkembangan klien secara dini.
f. Untuk mempercepat proses penyembuhan
3 Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurang pengetahuan tentang pembedahan
Tujuan : Cemas klien dapat berkurang dlam waktu 1 x 24 jamKriteria Hasil : Berkurangnya
perasaan gugup Posisi tubuh
rileks
Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan
a. Hati-hati penyampaian hilangnya penglihtan secara permanen.
b. Berikan kesempatan klien mengekspresikan tentang kondisinya.
a. Jika klien belum siap akan menambah kecemasan.
b.
Mengekspresikan perasaan membantu Klien mengidentifikasi sumber cemas.
c. Pertahankan kondisi yang rileks.
d. Observasi TTV.
e. Siapkan bel ditempat tidur dan instruksi Klien memberikan tanda bila mohon bantuan
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
c. Rileks dapat menurunkan cemas.
d. Untuk mengetahui TTV dan per-kembangannya.
e. Dengan memberikan perhatian akan menambah kepercayaan klien.
f. Diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan
4 Gangguan rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan post
tuberkulectomi
iriodektomi.
Nyeri berkurang,
hilang, dan
terkontrol.
Kriteria hasil :
Klien mendemonstrasi-kan teknik penurunan nyeri
Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
a. Kaji derajat nyeri setiap hari.
a. Normalnya, nyeri terjadi dalam waktu kurang dari 5 hari setelah operasi dan berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat sebab peningkatan TIO 2-3 hari pasca operasi. Nyeri mendadak menunjukan peningkatan TIO masif.
b. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak.
c. Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memicu nyeri.
d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
e. Lakukan tindakan kolaboratif dalam pemberian analgesik topikal/ sistemik.
b. Meningkatkan kolaborasi , memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan psikologis.
c. Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba, membungkuk, mengucek mata, batuk, dan mengejan.
d. Mengurangi ketegangan, mengurangi nyeri.
e. Mengurangi nyeri dengan meningkatan ambang nyeri.
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Diskusikan a. Meningkatkan
berhubungan dengan luka insisi operasi
Tidak terjadi
cedera mata
pascaoperasi
Kriteria Hasil :
Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.
Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera
tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.
b. Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/ tiba-tiba serta menggerakkan kepala berlebih.
c. Bantu aktifitas selama fase istirahat. Ambulasi dilakukan dengan hati-hati.
d. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.
kerjasama dan pembatasan yang diperlukan.
b. Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam pasca operasi.
c. Mencegah/ menurunkan risiko komplikasi cedera.
d. Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata pasca operasi antara lain:
Mengejan ( valsalva maneuver)
Menggerakan kepala mendadak
Membungkuk terlalu lama
Batuk
e. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, nyeri yang tidak berkurang dengan pengobatan, mual dan muntah. Dilakukan setiap 6 jam asca operasi atau seperlunya.
e. Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, hiperemia, serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata pasca operasi.
Diposkan oleh Nurse aya di 18.39 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Google+ Followers
Chiaya S.Kep., ners ▼ 2013 (24)
o ▼ Mei (7) askep glukoma ASKEP ALAM PERASAAN ASKEP HIV PADA ANAK BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDiperkirakan bahw... ASKEP MARASMUS ASKEP MARASMUS ASKEP MARASMUS
o ► April (17)
Identitas
Nurse aya Lihat profil lengkapku
Template Simple. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.