askep ITP
-
Upload
chaira-hisan -
Category
Documents
-
view
27 -
download
2
Transcript of askep ITP
askep ITP (IDIOPATHIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA)
PENGERTIAN
Ialah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau ekimosis
dikulit atau pun pada selaput lendir dan ada kalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan
penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Kelainan pada kulit tersebut
tidak disertai eritema, pembekaan atau peradangan. Kelainaan ini dahulu dianggap
merupakan suatu golongan penyakit dan disebut dengan berbagai nama morbus makulosus
Werlhofi, sindrom hemogenik, purpura trombositolitik. Disebut idiopatik ialah untuk
membedakan dengan kelainan yang dapat diketahui penyebabnya dan biasanya disertai
dengan kelainan hematologis lain seperti misalnya anemia, kelainaan leukosit. Pada ITP
biasanya tidak disertai anemia atau kelainan lainnya kecuali bila banyak darah yang hilang
karena pendarahan.
Perjalanan penyakit ITP dapat bersifat akut dan kemudian akan hilang sendiri
(self limited) atau menahun dengan atau tanpa remisi dan kambuh.
Pada penelitian selanjutnya diketahui bahwa ITP merupakan suatu kelompok keadaan
suatu gejala yang sama tetapi berbeda patogenesisnya.
PATOFISIOLOGI
Purpura trombositiopenik idiopatik adalah salah satu gangguan perdarahaan didapat
yang paling umum erjadi. Purpura trombositopenik idiopatyik adalah sindrom yang
didalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sumsum
normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui,meskipun diduga disebabkan oleh agens virus
yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan
demam ringan 1-6 minggu sebelum timbul gejala. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi.
Gangguan ibni dapa digolongkan menjadi tiga jenis yaitu akut, kronis, dan kambuhan. Pada
anak-anak terdapat gejala; 1. Demam, 2. Perdarahan, 3. Petekia, 4. Purpura dengan
trombositopenia, dan 5. Anemia. Pronosi baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan
bentuk akut.
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi dikemukakan berbagai kemungkinan
diantaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela dan
sebagainya), intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenibultazon, diamox, kina,
sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan
( misalnya malnutrisi), DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome
pada neonatus) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP ini terutama yang menahun merupakan
penyakit autonium. Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam
darah penderita. Pada neonatus kadang-kadang ditemukan trombositopenia neonatal yang
disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu dan bayi (isoimunisasi).
Prinsip patogenesisnya sama dengan inkompatibilitas rhesus atau ABO.
Jenis antibodi trombosit yang sering ditemukan pada kasus yang mempunyai dasar
imonologis ialah anti PIE1dan anti PIE2. Mencari kemungkinan penyabab ITP ini penting
untuk menentukan pengobatan, penilaian pengobatan dan prognosis.
INSIDENS
1. Insidens puncak terdapat pada usia 2-6 tahun
2. Gangguan ini mengenai laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama.
3. Gangguan ini banyak terjadi pada orang yang berkulit putih.
4. 80% gangguan ini pada anak adalah dari jenis akut.
5. Imsiden musiman lebih sering dalam musim dingin dan musim semi.
6. 50% - 85% anak yang terkena memiliki penyakit virus sebelumnya.
7. 10-25% anak-anak yang terkena menderita gangguan ini yang kronik.
MANIFESTASI KLINIK
1. Masa prodormal – keletihan, demam, dan yeri abdomen.
2. Secara spontan timbul petekia dan ekimosis pada kulit.
3. Mudah memar.
4. Epistaksis (gejala awal pada sepertiga anak)
5. Menoragia.
6. Hematuria (jaarang).
7. Perdarahan dari rongga mulut (jarang)
8. Melena (jarang)
KOMPLIKASI
1. Reaksi tranfusi
2. Relaps.
3. Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1% kasus yang terkena)
4. Efek samping dari kortikosteroid
5. infeksi pneumococcal. Infeksi ini biasanya didapat setelah pasien mendapat terapi
splenektomi. Si penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar 38.80C.
DISTRIBUSI
Sering kali dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering ialah
diantara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki (perpandingan
berkisar diantara 4 : 3 dan 2 : 1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas).
GEJALA
Dapat timbul mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya berupa kebiruan
atau epistaksis selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak jarang terjadi gejala timbul
setelah suatu peradangan atau infeksi saluran nafasbagian atas akut.
Kelainan yang paling sering ditemukan ialah petekia dan kemudian ekimosis yang
dapat tersebar keseluruh tubuh. Keadaan ini kadang-kadang dapat dijumpai pada selaput
lendir terutama hidung dan mulut sehingga dapat terjadi epistaksis dan perdarahan gusi dan
bahkan dapat timbul tanpa kelainan kulit.
Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi darah(bula
hemoragik). Gejala lainnya ialah perdarahan traktus genitrourinarius
( menoragia, hematuria);digestivus (hematemesis, melena), pada mata (konjungtiva,
retina)dan yang terberat namun agak jarang terjadi ialah perdarahan pada SSP (perdarahan
subdural dan lain-lain). Pada pemeriksaan fisis umumnya tidak banyak dijumpai kelainan
kecuali adanya petekia dan ekimosis. Pada kira-kira seperlima kasus dijumpai splenomegali
ringan (terutama pada hiperplenisme). Mungkin pula ditemukan demam ringan bila terdapat
perdarahan berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis. Renjatan (shock) dapat terjadi bila
kehilangan darah banyak.
Pada ITP menahun, umumnya hanya ditemukan kebiruhan atau perdarahan abnormal
lain dengan remisi spontan dan eksaserbasi. Remisi yang terjadi umumnyantidaklah
sempurna. Harus waspada terhadap kemungkinan ITP menahun sebagai gejala stadium
praleukemia.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Yang khas ialah trombositopenia. Jumlah trombosit dapat mencapai nol. Anemia
biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang. Bila telah berlangsung
lama maka dapat berjenis mikrositik hipokromik. Bila sebelumnya terdapat pendarahan yang
cukup hebat, dapat terjadi anemia mikrositik. Leukosit biasanya normal, tetapi bila terdapat
perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri. Pada keadaan
yang lama dapat ditemukan limfositosis relatif atau bahkan leukopenia ringan.
Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi jumlah dapat
pula bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berinti metamegalial-uariosit satu,
setoplasma lebar dan granulasi sedikit (megakariosit yang mengandung trombosit) jarang
ditemukan, sehingga terdapat maturation arrest pada stadium megakariosit.
Sistem lain biasanya normal, kecuali bila terdapat perdarahan hebat dapat ditemukan
hiperatif sistem eritropoetik. Beberapa penyelidik beranggapan bahwa ditemukannya
eosinofil dalam jumlah banyak (lebih dari normal) merupakan petunjuk bahwa prognosis
penyakit baik.
Selain kelainan hematologis diatas, mekanisme pembekuaan memberikan kelainan
berupa masa perdarahan memanjang, rumpel-reede umumnya positif,tetapi masa pembekuan
normal, retraksi pembekuan abnormal dan prothrombin consumptian time memendek.
Pemeriksaan lainnya normal.
Dari rincian diatas, maka berikut ini macam pemeriksaannya:
a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis. Ringan
pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah
dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan
abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).
PENGOBATAN
1. ITP akut
a. tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara spontan.
b. pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteraid (prednison) peroral dengan atau
tanpa transfusi darah.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobata belum terlihat tanda kenaikan jumlah trombosit, dapat
dianjurkan pemberian kortikosteroid karena biasanya perjalanan penyakit sudah menjurus
kepada ITP menahun.
c. pada trombositopenia yang disebabkan oleh DIC, dapat diberikan heparin intravena.pada
pemberian heparin ini sebaiknya selalu disiapkan antidotumnya yaitu protamin sulfat.
d. bila keadaan sangat gawat (perdarahan otak) hendaknya diberikan tranfusi suspensi
trombosit.
2. ITP menahun
a. kortikosteroid, diberikan selama 6 bulan.
b. obat imunosupresif (misalnya 6-merkaptopurin, azation, siklofosfamid). Pemberian obat
golongan ini didasarkan atas adanya peranan proses imunologis pada ITP menahun.
c. splenekotomi dianjurkan bila tidak diperoleh hasil dengan penambahan obat
iminosupresif selama 2-3 bulan. Kasus ini seperti dianggap telah resisten terhadap prednison
dan obat imunosupresif, sebagai akibat produks antibodi terhadap trombosit yang berlebihan
oleh limpa. Splenektomi seharusnya dikerjaka dalam waktu 1 tahun sejak permulaan
timbulnya penyakit, karena akan memberikan angka remisi sebesar 60-80%. Spelenektomi
yang dilakukan terlambat hanya memberikan angka remisi sebesar 50%.
Indikasi splenektomi :
- resisten setelah pemberian kombinasi kortikosteroid dan obat imunosupresif selama
2-3 bulan.
- Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja
dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
- Penderita yang menunjukkan respons terhadap kortikosteroid namun memerlukan
dosis yang tinggi untuk mempertahankan keadaan klinis yang baik tanpa adanya perdarahan.
Indinkasi kontra splenektomi :
Sebaiknya splenektomi dilakukan setelah anak berumur lebih dari 2 tahun, karena
sebelum 2 tahun fungsi limfa terdapat infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang
lain ( hati, kelenjar getah bening,tinus). Hal ini hendaknya diperhatikan, terutama dinegeri
yang sedang berkembang karena mortalitas dan morbiditas akibat infeksi masih tinggi.
DOSIS OBAT YANG DIPAKAI
Prednison : 2-5 mg/kgbb/hari peroral. Hati-hati terhadap akibat samping karena pemberian
yang lama (tuberkulosis, penambahan kalium dan pengurangan natrium dalam diet,
pemberian ACTH pada waktu tertentu).
Merkaptopurin : 2,5-5 mg/kgbb/hari peroral.
Azatioparin (imuran): 2-4 mg/kgbb/hari peroral.
Siklofosfamid (endoxan): 2 mg/kgbb/hari peroral.
Heparin: 1 mg/kgbb intravena, dilanjutkan dengan dosis 1 mg/kgbb perinfus selama 4 jam
sampai tercapai masa pembekuan lebih dari 30 menit ( 1 mg ekuivalen dengan 100 U)
Protamin sulfat : dosis sama banyak dengan jumlah mg heparin yang telah diberikan.
Pemberiannya secara intravena.
Transfusi darah: umumnya 10-15 ml/kgbb/hari. Dapat diberikan lebih banyak pada
perdarahan yang masif.
PROGNOSIS
Pada ITP akan bergantung kepada penyakit primernya. Bila penykit primernya ringan,
90% akan sembuh secara spontan. Prognosis ITP menahun kurang baik, terutama bila
merupakan stadium praleukimia karena akan berakibat fatal. Pada ITP menahun yang bukan
merupakan stadium preleukimia, bila dilakukan splenektomipada waktunya akan didapatkan
angka remisi sekitar 90%.
PENCEGAHAN
Karena penyebab langsung ITP masih belum dapat dipastikan maka pencegahan
terhadap ITP pun masih belum jelas. Tetapi setidaknya ada cara atau gaya hidup yang bisa
dilakukan oleh penderita ITP agar dapat hidup sebagaimana orang normal lainnya. Salah
satunya menghindari kegiatan-kegiatan keras yang berisiko menyebabkan luka perdarahan.
Supaya tidak memperburuk kondisi pasien ITP saja.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
- Petekie terjadi spontan.
- Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
- Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
- Hematuria. (seperti kencing darah)
- Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
Gejala : – keletihan, kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : – takikardia / takipnea (pernapasan yang sangat cepat), dispnea pada beraktivitas /
istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
Gejala : – riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
- palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse
darah.
Tanda : DEPRESI.
g. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala : – penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : – sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : – epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhanpengobatanberhubungan
dengan salah interpretasi informasi
3. INTERVENSI
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Tujuan:
o Menghilangkan mual dan muntah
Criteria standart:
o Menunjukkan berat badan stabil
Intervensi keperawatan:
o Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
o Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori.
o Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan
malnutrisi yang serius.
o Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
o Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
o Tekanan darah normal.
o Pangisian kapiler baik.
Kriteria standart:
o Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi keperawatan:
o Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan intervensi.
o Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler.
o Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang
Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
o Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
Tujuan:
o Mengurangi distress pernafasan.
Criteria standart:
o Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
o Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.
Rasional : perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat
menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya
intervensi.
o Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan
resiko aspirasi.
o Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.
Rasional : meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
o Bantu dengan teknik nafas dalam.
Rasional : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan:
o Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Criteria standart:
o Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
o Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan,
keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
o Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk emmbawa jumlah
oksigen ke jaringan.
o Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.
o Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan:
o Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Criteria standart:
o Menyatakan pemahaman proses penyakit.
o Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi keperawatan:
o Berikan informasi tntang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan
beratnya ITP.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan
yang tepat.
o Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ketidak tahuan meningkatkan stress.
o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan
memperburuk ITP.
Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas
pasien / keluarga.
4. EVALUASI
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.
a. Menunjukkan berat badan stabil
b. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
c. Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
d. Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
e. Menyatakan pemahaman proses penyakit, Faham akan prosedur dagnostik dan rencana
pengobatan.
Daftar pustaka
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
o ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab
yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun),
lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2).
o ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.
(Perawatan Pediatri Edisi 3)
o ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.
2. ETIOLOGI
a. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik).
b. Tetapi kemungkinan akibat dari:
o Hipersplenisme.
o Infeksi virus.
o Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).
o Bahan kimia.
o Pengaruh fisi (radiasi, panas).
o Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).
o Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
o Autoimnue.
3. JENIS ITP
a. Akut.
o Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
o Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi
spontan).
o Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
b. Kronik
o Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
o Awitan tersembunyi dan berbahaya.
o Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
o Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
c. Kambuhan
o Mula-mula terjadi trombositopenia.
o Relaps berulang.
o Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
4. MANIFESTASI KLINIS
Awitan biasanya akut dengan gambaran sebagai berikut:
a. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
b. Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.
c. Epistaksis.
d. Perdarahan mukosa mulut.
e. Menoragia.
f. Memar.
g. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.
h. Hematuria.
i. Melana.
5. PATOFISIOLOGI
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum
terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit
yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak
diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada
umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 minggu
sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut,
kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam,
perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah
dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan
abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).
7. PENATALAKSANAAN
a. ITP Akut
o Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
o Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
o Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per
IV.
o Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
o Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
o Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
- Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
- Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
o Splenektomi.
- Indikasi:
o Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2
– 3 bulan.
o Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
o Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun
perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa
perdarahan.
- Kontra indikasi:
o Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat
diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan
thymus)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
o Petekie terjadi spontan.
o Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
o Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
o Menoragie.
o Hematuria.
o Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
Gejala : – keletihan, kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : – takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
Gejala : – riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat.
- palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfuse darah.
Tanda : DEPRESI.
g. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala : – penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : – sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : – epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan:
o Menghilangkan mual dan muntah
Criteria standart:
o Menunjukkan berat badan stabil
Intervensi keperawatan:
o Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
o Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan
kalori.
o Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat
badan dan malnutrisi yang serius.
o Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
o Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
o Tekanan darah normal.
o Pangisian kapiler baik.
Kriteria standart:
o Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi keperawatan:
o Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
o Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
o Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
o Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi
curah jantung.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan:
o Mengurangi distress pernafasan.
Criteria standart:
o Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
o Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.
Rasional : perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris)
dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh
pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
o Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan
menurunkan resiko aspirasi.
o Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.
Rasional : meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
o Bantu dengan teknik nafas dalam.
Rasional : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan:
o Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Criteria standart:
o Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
o Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan
kelemahan, keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
o Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
o Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh.
o Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan:
o Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Criteria standart:
o Menyatakan pemahaman proses penyakit.
o Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi keperawatan:
o Berikan informasi tntang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya ITP.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat
membuat pilihan yang tepat.
o Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ketidak tahuan meningkatkan stress.
o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan
memperburuk ITP.
Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat
memperkuat ansietas pasien / keluarga.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan
(sesuai dengan literature).
5. EVALUASI
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan
perencanaan.
C. LITERATUR
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
Nettina M. Sandra. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: ——–