Askep Angina

39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Darah Jantung a. Sirkulasi Pulmonal Darah pada sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan, melalui arteria pulmonalis dan kapiler yang mengelilingi alveoli di dalam paru, dan kembali ke atrium kiri jantung. Arteri pulmonalis keluar dari ujung atas ventrikel kanan. Lubang antara ventrikel dan arteri dibatasi oleh katup pulmonalis. Arteri ini pendek dan membagi menjadi cabang kanan dan kiri yang memasuki setiap paru pada hilus paru. Arteri pulmonalis adalah satu-satunya arteri yang mengandung darah deoksigenasi. Tekanan di dalam arteri tergantung pada : 1). Curah ventrikel kanan 2). Resistensi aliran darah melalui pembulu darah pulmonal. Tekanan sistolik adalah 15-20 mmHg. Energi yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah melalui sirkulasi pulmonal kurang lebih sama dengan sirkulasi melalui sirkulasi sitemik, dan ventrikel kanan memiliki otot hanya sekitar sepertiga tebal ventrikel kiri. b. Sirkulasi sistemik 1

description

Makalah ini menjalasakan tentang asuhan keperawatan pada penderita jantung koroner "angina"

Transcript of Askep Angina

Page 1: Askep Angina

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sirkulasi Darah Jantung

a. Sirkulasi Pulmonal

Darah pada sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan, melalui arteria

pulmonalis dan kapiler yang mengelilingi alveoli di dalam paru, dan

kembali ke atrium kiri jantung. Arteri pulmonalis keluar dari ujung atas

ventrikel kanan. Lubang antara ventrikel dan arteri dibatasi oleh katup

pulmonalis. Arteri ini pendek dan membagi menjadi cabang kanan dan kiri

yang memasuki setiap paru pada hilus paru.

Arteri pulmonalis adalah satu-satunya arteri yang mengandung

darah deoksigenasi. Tekanan di dalam arteri tergantung pada :

1). Curah ventrikel kanan

2). Resistensi aliran darah melalui pembulu darah pulmonal.

Tekanan sistolik adalah 15-20 mmHg. Energi yang dibutuhkan

untuk sirkulasi darah melalui sirkulasi pulmonal kurang lebih sama dengan

sirkulasi melalui sirkulasi sitemik, dan ventrikel kanan memiliki otot

hanya sekitar sepertiga tebal ventrikel kiri.

b. Sirkulasi sistemik

Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium

kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrioventrikuler (AV),

yang terletak di sambungan atrium dan ventrikel. Katup ini disebut katup

mitralis. Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang

jantung atau pembuluh yang berada di atasnya melabihi tekanan di dalam

ruang atau pembuluh yang ada di bawah.

Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju ke sebuah

arteri besar berotot, yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri

ke aorta melalui katup aorta. Darah di aorta disalurkan ke seluruh sirkulasi

sistemik, melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu

kembali untuk membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh

mengembalikan darah ke vena terbesar, vena kava inferior. Vena dari

1

Page 2: Askep Angina

bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena kava superior. Kedua

vean ini bermuara di atrium kanan.

c. Fungsi Sirkulasi Pulmonal dan Sistemik

Pada sirkulasi sistemik, sewaktu darah mengaliri setiap sel tubuh,

karbondioksida dan produk-produk sisa sel lainnya diserap oleh darah,

sedangkan oksigen dan zat-zat gizi disalurkan ke sel. Pada sirkulasi paru,

hal yang seabaliknya yang terjadi : karbondioksida dikeluarkan dari darah

dan oksigen diserap. Melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi

sirakulasi sistemik dan paru, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat

sisa dapat berlangsung bagi semua sel.

2.2 Penyakit Jantung Koroner

Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi

menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila

pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan

lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu

disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya

pada arteri koroner.

Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner

mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat

beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali

karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung

yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan

ketika Anda sedang beristirahat.

Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung

melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung).

Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan,

merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.

2.3 Angina

Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik

miokard dan bersifat sementara atau reversibel (Dasar-dasar keperawatan

kardiotorasik, 1993). Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien

2

Page 3: Askep Angina

mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di

dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu

aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.(Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer,

1996).

Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak

enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang

disebabkan oleh ischemiamiokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak

enak tersebut sering kalidigambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa

kemeng, rasa penuh, rasa terbakar,rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa

tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15menit di daerah retrosternal, tetapi

dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggungdan lengan kiri. Walaupun

jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang

keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas,

yangdisebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard.

2.4 Klasifikasi Angina

2.4.1. Angina Stabil

Angina stabil disebut juga angina klasik, terjadi sewaktu arteri

koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan

alirannya sewaktu terjadi peningkatan kebutuhan akan oksigen.

Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga

atau naik tangga. Pajanan ke dingin, terutama apabila disertai dengan kerja

misalnya menyekop salju, meningkatkan kebutuhan metabolik jantung dan

merupakan stimulan kuat untuk timbulnya angina klasik. Stres mental,

termsuk stres yang ditimbulkan oleh rasa marah serta tugas-tugas mental

misalnya berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina

jenis ini biasanya menghilang apabila individu yang bersangkutan

menghentikan aktivitasnya.

2.4.2 Angina Tidak Stabil

Angina tidak stabil adalah kombinasi angina klasik dan angina

varian dan dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri

koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung.

3

Page 4: Askep Angina

Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai oleh

trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme. Terjadi spasme

sebagai respon terhadap peptida-peptida vaso aktif yang dikeluarkan oleh

trombosit yang tertarik ke daerah kerusakan. Konstriktor paling kuat yang

dilepaskan oleh trombosit adalah tromboksan dan serotonin, serta faktor

pertumbuhan yang berasal dari trombosit (platelet-derived growth factor,

PDGS). Seiring dengan perkembangan trombus, frekuensi dan keparahan

serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami

kerusakan jantung irreversibel.

2.4.3 Angina Prinzmetal (Varian)

Angina Prinzmetal terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja

jantung. Pada kenyataannya, sering timbul sewaktu beristirahat atau tidur.

Pada angina prinzmetal (varian), terjadi spasme suatu arteri koroner yang

menimbulkan iskemia jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat

spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Pada lain waktu, arteri koroner

tidak tampak mengalami aterosklerosis. Dimungkin bahwa walaupun tidak

jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang

samar. Hal ini menyebabkan peptida-peptida vaso aktif memilik akses

langsung kelapisan otot polos dan menyebabkannya berkontraksi.

Disritmia sering terjadi pada angina varian.

1. NSTEMI

Non STEMI adalah sindroma koroner akut dimana pasien mengalami

ketidaknyamanan dada yang berhubungan dengan non elevasi segmen

ST iskemik yang transien atau permanen pada EKG (Ramrakha,

2006). Non STEMI yang juga dikenal sebagai segmen non-st elevasi

infark miokard merupakan salah satu jenis serangan jantung, yang

didefinisikan sebagai perkembangan otot jantung akut nekrosis hasil

dari gangguan suplai darah ke bagian otot jantung yang ditunjukkan

oleh sebuah penanda elevasi jantung (ck-mb atau troponin) dalam

darah dan tidak adanya elevasi ST-segment dalam Elektrokardiografi.

2. STEMI

4

Page 5: Askep Angina

STEMI adalah sindoma koroner akut dimana pasien mengalami

ketidaknyamanan pada dada dengan gambaran elevasi segmen ST

pada EKG. (Ramrakha, 2006). ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)

adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat

insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di

pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,

peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.

STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang

tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot

jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.

Gambar. ST segmen pada STEMI

2.5 Etiologi

Penyebab paling umum Coronary Artery Disease (CAD) adalah aterosklerosis.

Aterosklerosis diakibatkan penumpuka sel-sel otot halus, lemak, dan jaringan

konektif di sekitar lapisan intima arteri. Suatu plaque fibrous adalah lesi khas dari

aterosklerosis. Di dalam pembuluh darah, ukuran lesi bervariasi dan

mengakibatkat obstruksi aliran darah. Komplikasinya adalah pembentukan

trombus. Obstruksi menyebabkan aliran darah ke jaringan sekitar berkurang atau

bahkan berhenti.

Penyebab lain CAD adalah spasme arteri koroner. Penyempitan lumen

pembuluh darah terjadi jika otot halus pada dinding pembuluh daran mengalami

vasokonstriksi. Spasme arteri koroner mengakibatkan terjadinya iskemia aktual

atau infark miokard mengalami perluasan. Penyebab lain di luar aterosklerosis

yang mempengaruhi diameter lumen pembuluuh darah koroner bisa berhubungan

5

Page 6: Askep Angina

dengan abnormalitas sirkulasi, seperti hipoperfusi, anemia, hipovolemik,

polisitemia, dan gangguan katup jantung.

2.6 Patofisiologi

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan

suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan

penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Ateriosklerosis

merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban

kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.

Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner

berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun

apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis

dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan

oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat

Oksid) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak

adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus

koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard

berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu

nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu

dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.

Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi

kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang

menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi

sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot

kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak

menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

2.7 Manifestasi Klinis

a. Penyakit angina pektoris terutama ditandai dengan nyeri dan respon

fisiologis individu terhadap nyeri angina secara khas digambarkan sebagai

nyeri subternal atau perasaan penuh/ tertekan, nyeri ini menjalar kelengan

6

Page 7: Askep Angina

atau leher dan rahang, secara khas individu yang merasa nyeri ini akan

diam, tampak pucat berkeringat dan sesak safas.

b. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan

daerah inter skapula atau lengan kiri.

c. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,

kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

d. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.

e. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

f. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat

dingin, palpitasi, dizzines.

g. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.

h. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

i. Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada) atau

di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang

menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau

ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di

daerah ulu hati, leher, rahang, gigi, bahu.

j. Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti

di peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak

enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-

lebih jika pendidikan pasien kurang.

k. Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas,

misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan

mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat, aktivitas ringan seperti

mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat

menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien

menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu

istirahat atau pada waktu tidur malam.

l. Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang

perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri

dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan

jantung dan bukan angina pektoris biasa.

7

Page 8: Askep Angina

m. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas,

perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.

n. Penderita mengeluh nyeri dada yang beragam bentuk dan lokasinya.

o. Nyeri berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang

menyebar ke lengan kiri bagian dalam dan kadang sampai ke pundak, bahu

dan leher kiri, bahkan dapat sampai ke kelingking kiri.

p. Perasaan ini dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan rahang gigi

dan ada juga yang sampaikan ke lengan kanan.

q. Rasa tidak enak dapat juga dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di

daerah apeks kordis.

r. Rasa nyeri dapat disertai beberapan atau salah satu gejala berikut ini

berkeringat dingin, mual dan muntah, rasa lemas, berdebar dan rasa akan

pingsan (fainting).

s. Pemeriksaan fisik diluar serangan umumnya tidak menunjukkan kelainan

yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan

darah meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa

keras.pada auskultasi, suara jantung terdengar jauh, bising sistolik

terdengar pada pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.

2.8 Lokasi Nyeri Pada Penderita Angina

8

Substernal Rodiating To Neck And Jaw

substernal rodiating down left arm

Upper chest

Page 9: Askep Angina

2.9 Tingkatan Angina

Beratnya intensitas nyeri dada menurut “Canadian Cardioaskular Society” adalah:

a. Kelas I. Dimana aktivitas sehari-hari,seperti jalan kaki,berkebun,naik

tangga 1-2 lantai dan lain-lain tidak menimbulkan nyeri dada,tetapi baru

timbul pada latihan yang berat,berjalan cepat,dan berlari

b. Kelas II. Dimana aktivitas sehari-hari agak terbatas,misalnya timbul akibat

melakuakn aktivitas yang lebih berat.

c. Kelas III. Dimana aktivitas sehari-hari nyata terbatas,bahkan bila naik satu

atau dua tangga.

d. Kelas IV Nyeri dapat timbul bahkan saat istirahat sekalipun.

2.10 Pemeriksaan Diagnostik

a. Elektrokardiogram

Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan

bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran

EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark

9

rodiating, to neck, jaw, and arms

neck and jawEpigastric

Left shoulder and down both arm

intrascapular

Page 10: Askep Angina

miokard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan

pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-

kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang

tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya

depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.

b. Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal,

tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan

kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina

pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark

miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK,

SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut

sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah

seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk

menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah

perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan

faktor risiko bagi pasien angina pectoris.

d. Uji Latihan treadmill

Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih

normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani

tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan

latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien

mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama

latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di

monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1

mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila

disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada

waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita

angina pectoris. Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan

jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik

10

Page 11: Askep Angina

turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah

melakukan latihan tersebut.

e. Thallium Exercise Myocardial Imaging

Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan

dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan thallium 201

disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan

pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan

diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia

maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia

pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat.

Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita

iskemia.

2.11 Asuhan keperawatan Angina

1. Pengkajian

Data subjektif :

a. Lokasi nyeri (menyebar ke bagian mana)

b. Dada terasa berat, kencang, seperti diperas

c. Awalan dan lamanya nyeri

d. Faktor-faktor pencetus nyeri : kegiatan, panas, dingin, stres, makanan

(banyak lemak)

e. Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat, nitrogliserin

Data Objektif

Apabila nyeri angina sedang dialami pasien, fokus perawat adalah

tingkah laku pasien, seperti tampak cemas, kekuatan, dan memegang

dada. Disamping itu, perawat perlu melihat tanda-tanda vital dan

perubahan pada irama janntung.

2. Diagnosa

a. Nyeri yang berhubungan dengan penyambutan arteri koronaria,

vasospasme, hipoksia, uji diagnostik, dan kegiatan yang melelahkan.

b. Gangguan perfusi jaringan (kardiovaskuler) yang berhubungan

dengan hipertensi, penyumbatan arteri koronaria.

11

Page 12: Askep Angina

c. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, suplai

oksigen tidak seimbang dengan kebutuhan, imobilitas, nyeri,

kelelahan.

d. Defisit pengetahuan (proses dan pengobatan penyakit) yang

berhubungan dengan kemampuan kognitif, tidak ada informasi, tidak

responsif terhadap informasi.

e. Cemas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan adalah :

a. Pasien mengungkapkan jika merasa lebih baik

b. Nadi dan tekanan darah stabil

c. Menyebutkan faktor-faktor yangmenerangka dapat mengurangi

toleransi terhadap kegiatan.

d. Menerangkan proses penyakitnya, faktor-faktor pencetus serangan

angina, intervensi untuk mengurangi gejala obat dan efeknya.

e. Dapat memakai koping yang efektif

3. Intervensi

a. Memberi rasa nyaman

1) Menghilangkan atau menghilangkan faktor-faktor ( fisiologi atau

psikologi ) yang dapat menyebabkan rasa nyeri.

2) Nitrogliserin adalah obat pilihan untuk mengurangi nyeri karena

serangan iskemia akut. Nitrogliserin sublingual dapat mengurangi

rasa nyeri dalam 1-2 menit. Karena efek vasodilatasi dari obat ini,

ada beberapa pasien yang mengeluh sakit kepala atau rasa panas

pada wajah (flushing). Koyo nitrogliserin transdermal yang ditempel

pada kulit pasien dapat dipakai sebagai salep nitrogliserin. Obat ini

ditemepel pada kulit dada. Pilih bagian kulit yang tidak ada bulunya.

Efek terapeutisnya dapat berlangsung selama 24 jam.

3) Obat penyekat beta adrenegrik dapat mencegah serangan angina

dengan mengurangi kebutuhan oksigen oleh miokardium ketika stres

atau melakukan kegiatan.

b. Memperbaiki perfusi jaringan. Jelaskan kepada pasien untuk segera

menghentikan kegiatan apabila merasa lelah, pusing, sakit dada, atau

12

Page 13: Askep Angina

timbul dispnea. Kurangnya perfusi jaringan mengakibatkan hipoksia,

iskemia, dan kematian sel-sel.

c. Memperbaiki kegiatan/istirahat. Bantu pasien memperbaiki

toleransinya terhadap kegiatan dengan melakukan kegiatan secara

perlahan diselingi dengan istirahat. Kebanyakan pasien dapat

menoleransi aktivitas yang ringan seperti jalan atau bermain golf.

Akan tetapi, ada pula kegiatan yang melelahkan, seperti berlari, naik

tangga, mendaki bukit dan mengangkat barang yang berat. Tempat

yang dingin juga menyebabkan serangan angina karena efek

vasokonstriksi dari dingin. Kunci dari kegiatan yang sehat adalah

menghindari kelelahan.

d. Meningkatkan kemampuan dalam mengatasi stres atau cemas.

Keadaan tersebut akan menyebabkan vasokontriksi karena keluarnya

epinefrin. Ada baiknya penderita ngina mendapat bantuan dari

konselor agar ia dapat menerima dirinya atas situasi tersebut.

e. Penyuluhan kesehatan

1) Menghindari serangan angina

2) Obat-obatan

3) Kegiatan-kegiatan

4) Pemeriksaan medis lanjutan. Lapor ke dokter apabila nyeri

angina bertambah.

4. Evaluasi

a. Mengungkapkan bahwa nyeri angina berkurang atau hilang

b. Nadi dan tekanan darah stabil pada saat melakukan kegiatan sehari-

hari

c. Dapat mengidentifikasi kegiatan yang melelahkan dan dapat

menghindarinya

d. Dapat menyebutkan faktor-faktor pencetus serangan angina.

e. Dapat menjelaskan sifat angina dan pengobatnya.

f. Dapat menjelaskan teknik efektif untuk mengenai stres.

(Mary Baradero, 2008)

13

Page 14: Askep Angina

BAB III

CASE STUDY

3.1 Soal

Tn. F. Usia 50 tahun. Datang ke poli jantung dengan keluhan dada kiri

seperti ditusuk yang munculnya kadang-kadang khususnya pada saat bermain

tennis lapangan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Berat badan 75 Kg, Tinggi

badan 160 cm. Tekanan darah 130/90 mmHg. Nadi 90 X/mnt, Pernapasaan

15X/mnt. Suara jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada anemi. Hasil pemeriksaan

penunjang. ECG ditemukan irama sinus 88 X/mnt, hipertrofi ventrikel kiri.

Pemeriksaan laboraatorium HB, Leko, Trombosit dan Hct semua dalam batas

normal. Riwayat penyakit masa lalu hipertensi, Merokok sejak umur 25 tahun

sekitar 2 batang per hari. Pasien disarankan untuk kontrol 2 hari lagi untuk

dilakukan uji latihan beban (Treadmil)

3.2 Pembahasan Case Study

3.2.1 Faktor Resiko

1. Perokok.

Dari riwayat penyakit masa lalu, Tn. F ini merokok sejak umur 25

tahun dengan intensitas 2 batang perhari. Resiko ini akan berkaitan

dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari, bukan lamanya Tn. F

merokok. Merokok akan menyebabkan kerentanan seseorang terhadap

penyakit aterosklerotik daripada mereka yang tidak merokok. Karena

nikotin berpengaruh terhadap pelepasan katekolamin oleh saraf otonom

dan meningkatkan LDL. Dapat disimpulkan bahwa dari riwayat tersebut

akan berpotensi munculnya penyakit aterosklerotik (misalnya

penyempitan pembuluh darah) dapat merujuk pada Angina, yaitu nyeri

dada akibat kekurangan oksigen atau iskemia miokardium [Patofisiology

Sylvia, 2006]). Karena pembuluh darah yang menyempit tersebut

mengakibatkan pasokan darah yang dialirkan pada jaringan ataupun organ

(dalam hal ini Jantung) menjadi kurang, sehingga jantung kekurangan

oksigen dan timbul manifestasi berupa nyeri seperti rasa kekakuan, rasa

penuh, tertekan atau berat pada dada.

14

Page 15: Askep Angina

2. Obesitas

Dari data yang diperoleh berat badan 75 Kg dan tinggi badan 160 cm, Tn

F bisa dikatakan obesitas. Obesitas akan berpengaruh pada

hiperlipidemia. Peningkatan LDL akan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah yang dapat menimbulkan Angina.

3. Hipertensi

Dari data riwayat penyakit masalalu diketahui Tn. F pernah mengalami

hipertensi. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi

terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri; sehingga beban kerja

jantung bertambah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

1. Faktor-faktor Risiko:

a. Yang tidak dapat diubah

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Riwayat keluarga

e. Ras

2. Yang dapat diubah Mayor

a. Peningkatan lipid serum

b. Hipertensi

c. Merokok

d. Gangguan toleransi glukosa

e. Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol dan kalori

3. Minor 

a. Gaya hidup yang kurang bergerak

b. Stress psikologik 

c. Tipe kepribadian

3.2.2 Fisiologi Terjadinya Nyeri

Nyeri timbul pada saat Tn. F sedang beraktfitas yaitu olah raga tennis.

Pada saat berolah raga kebutuhan akan suplai oksigen akan meningkat.

15

Page 16: Askep Angina

Pada kejadian ini arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan

kebutuhan oksigen sehingga akan menyebabkan suplay oksigen ke

jantung tidak adekuat. Nyeri akan berlangsung selama 1-5 menit.

Dengan ciri khas seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan

terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan. Nyeri akan

berkurang apabila Tn. F beristirahat atau dengan pemberian

nitrogliserin. (Buku Saku Patofisiologi, Corwin,Elizabeth J.2007)

3.2.3 Pemeriksaan EKG Angina

Untuk Tn.F Gambaran EKG : depresi segmen ST dan terlihat gelombang T

terbalik (inverse) (Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC)

3.2.4 Uji Latihan treadmill

Pada uji treadmill tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu

pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill sampai pasien

mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama

latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di

monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1

mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila

disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada

waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita

angina pectoris.

3.2.5 WOC

Endotel Cidera

Arteri koroner tak mampu berdilatasi

Tidak mampu mengalirkan darah & O2

adequate ke jantung

16

Penurunan curah jantung

Perubahan perfusi jaringan

ArteroscleroticTrombusVasokonstriksiDll.

Page 17: Askep Angina

Iskemi miocard

Proses anaerob

Asam laktat

PH miocard

NYERI

Kebutuhan energy sel

Bagan 1. Web of Causes Angina pectoris (Corwin, 2000)

3.2.6 Diagnosa Keperawatan, tujuan, intervensi dan rasional

a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik

(iskemia miokard transien/memanjang)  

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.

d. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang

tiba-tiba.

e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

RENCANA TINDAKAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien

berkurang/ teratasi

17

Nyeri akut

Kurang pengetahuan

Page 18: Askep Angina

Kriteria hasil  : pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien 

melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya. 

Intervensi Rasional

Anjurkan pasien untuk

memberitahu perawat dengan cepat

bila terjadi nyeri dada.

Nyeri dan penurunan curah jantung dpat

merangsang sistem saraf simpatis untuk

mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin, yang

meningkatkan agregasi trombosit dan

mengeluarkan trombokxane a2.nyeri tidak bisa

ditahan menyebabkan respon vasovagal,

menurunkan td dan frekuensi jantung. 

Identifikasi terjadinya faktor

pencetus, bila ada: frekuensi,

durasi,  intensitas dan lokasi nyeri.

Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat

evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina

tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3

sampai 5 menit sementara angina tidak stabil lebih

lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.

Evaluasi laporan nyeri pada rahang,

leher, bahu, tangan atau lengan

(khusunya pada sisi kiri.

Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri sering

lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf

spinal yang sama.

Letakkan pasien pada istirahat total

selama episode angina.

Menurunka kebutuhan oksigen miokard untuk

meminimalkan resiko cidera jaringan atau

nekrosis.

Tinggikan kepala tempat tidur bila

pasien napas pendek

Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan

hipoksia dan napas pendek berulang

Pantau kecepatan atau irama

jantung

Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan

disritmia yang mengancam hidup secara akut,

yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan

atau stress

Panatau tanda vital tiap 5 menit

selama serangan angina

Td dapat meningkat secara dini sehubungan

dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila

curah jantung dipengaruhi.

Pertahankan tenang , lingkungan

nyaman, batasi pengunjung bila

Stres mental atau emosi meningkatkan kerja

18

Page 19: Askep Angina

perlu miokard

Berikan makanan lembut. Biarkan

pasien istirahat selama 1 jam

setelah makan

Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan

kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan

angina

Kolaborasi:

Berikan antiangina sesuai indikasi:

nitrogliserin: sublingual

Nitrigliserin mempunyai standar untuk

pengobatan dan mencegah nyeri angina selam

lebih dari 100 tahun

2. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik

(iskemia miokard transien/memanjang)  

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi

peningkatan curah jantung.

Kriteria hasil : pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan

disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi

pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung. 

Intervensi Rasional

Pantau tanda vital, contoh frekuensi

jantung, tekanan darah.

Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas,

hipoksemia, dan menurunnya curah jantung.

Perubahan juga terjadi pada td (hipertensi atau

hipotensi) karena respon jantung

Evaluasi status mental, catat

terjadinya bingung, disorientasi.

Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan

perubahan sensorium.

Catat warna kulit dan adanya

kualitas nadi

Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun,

membuat kulit pucat dan warna abu-abu

(tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya

kekuatan nadi perifer

Mempertahankan tirah baring pada

posisi nyaman selama episode akut

Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan

menurunkan kerja miokard dan risiko

dekompensasi

Berikan periode istirahat adekuat.

Bantu dalam atau melakukan

aktivitas perawatan diri, sesuai

Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.

19

Page 20: Askep Angina

indikasi

Pantau dan catat efek atau kerugian

respon obat, catat td, frekuaensi

jantung dan irama (khususnya bila

memberikan kombinasi antagonis

kalsium, betabloker, dan nitras)

Efek yang diinginkan untuk menurunkan

kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan

stress ventricular. Obat dengan kandungan

inotropik negative dapat menurunkan perfusi

terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras

dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul

pada curah jantung.

Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala

gjk

Angina hanya gejalab patologis yang disebabkan

oleh iskemia miokard.penyakit yang

emepengaruhi fungsi jantung emnjadi

dekompensasi.

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai indikasi :

penyekat saluran kalsium, contoh

ditiazem (cardizem); nifedipin

(procardia); verapamil(calan).

Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat

saluran kalsium berperan penting dalam mencegah

dan menghilangkan iskemia pencetus spasme

arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler,

sehingga menurunkan td dan kerja jantung.

Penyakit beta, contoh atenolol

(tenormin); nadolol (corgard);

propanolol (inderal); esmolal

(brebivbloc).

Obat ini menurunkan kerja jantung dengan

menurunkan frekuensi jantung dan td sistolik.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah

jantung.

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat

berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

Kriteria hasil : pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas

yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda

intoleransi fisiologis.

Intervensi Rasional

Kaji respons klien terhadap

aktivitas, perhatikan frekuensi nadi

Menyebutkan parameter membantu dalam

mengkaji respons fisiologi terhadap stress

20

Page 21: Askep Angina

lebih dari 20 kali per menit di atas

frekuensi istirahat; peningkatan td

yang nyata selama/sesudah

aktivitas; dispnea atau nyeri dada;

keletihan dan kelemahan yang

berlebihan; diaphoresis; pusing atau

pingsan.  

aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari

kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktivitas.

Instruksikan pasien tentang teknik

penghematan energi.

Teknik menghemat energi mengurangi

penggunaan energy, juga membantu

keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

Berikan dorongan untuk melakukan

aktivitas/perawatan diri bertahap

jika dapat ditoleransi. Berikan

bantuan sesuai kebutuhan.

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan

bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong

kemandirian dalam melakukan aktivitas.

4. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian

yang tiba-tiba.

Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas

pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.

Kriteria hasil : pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara

sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan

pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat

yang dapat diatasi.

Intervensi Rasional

Jelaskan tujuan tes dan prosedur,

contoh tes stress.

Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose

dan prognosis.

Tingkatkan ekspresi perasaan dan

takut,contoh menolak, depresi, dan

marah.

Perasaan tidak ekspresikan dapat menimbulkan

kekacauan internal dan efek gambaran diri.

Dorong keluarga dan teman untuk Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga

21

Page 22: Askep Angina

menganggap pasien sebelumnya. dan kerja tidak berubah.

Kolaborasi : berikan sedative,

tranquilizer sesuai indikasi

Mungkin diperlukan untuk membantu pasien

rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat

strategi koping adekuat.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan

pasien bertambah.

Kriteria hasil: pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit

dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta

melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi Rasional

Kaji ulang patofisiologi kondisi.

Tekankan perlyunya mencegah

serangan angina.

Pasien dengan angina membutuhkan belajar

mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat

dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik

supaya menurunkan infark miokard.

Dorong untuk menghindari

faktor/situasi yang sebagai pencetus

episode angina, contoh: stress

emosional, kerja fisik, makan

terlalu banyak/berat, terpajan pada

suhu lingkungan yang ekstrem

Dapat menurunkan insiden /beratnya episode

iskemik.

Kaji pentingnya control berat

badan, menghentikan merokok,

perubahan diet dan olahraga.

Pengetahuan faktor resiko penting memberikan

pasien kesempatan untuk membuat perubahan

kebutuhan.

Tunjukan/dorong pasien untuk

memantau nadi sendiri selama

aktivitas, jadwal/aktivitas

sederhana, hindari regangan.

Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk

menghindari stress jantung dan tetap dibawah

ambang angina.

Diskusikan langkah yang diambil

bila terjadi serangan angina, contoh

Menyiapkan pasien pada kejadian untuk

menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa

22

Page 23: Askep Angina

menghentikan aktivitas, pemberian

obat bila perlu, penggunaan teknik

relaksasi.

yang harus dilakukan bila terjadi serangan.

Kaji ulang obat yang diresepkan

untuk mengontrol/mencegah

serangan angina.

Angina adalah kondisi rumit yang sering

memerlukan penggunaan banyak obat untuk

menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi

koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.

Tekankan pentingnya mengecek

dengan dokter kapan menggunakan

obat-obat yang dijual bebas.

Obat yang dijual bebas mempunyai potensi

penyimpangan.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa

Angina adalah nyeri dada atau perasaan tidak nyaman yang ditandai oleh nyeri

paroksisme yang diakibatkan berkurangnya suplai darah ke otot jantung atau

iskemia miokard. Faktor pencetus angina ada yang tidak dapat diubah seperti

usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga, tetapi ada juga yang dapat diubah

misalnya hipertensi, obesitas, kolesterol yang tinggi, merokok, alkhohol dll.

Manifestasi angina pun bervariasi, mulai dari dispnea, berkeringat, jantung

berdebar, pusing hingga sinkope (pingsan) dan memberikan gambaran EKG

23

Page 24: Askep Angina

segmen ST elevasi atau depresi.

Daftar Pustaka

America Association of Critical- Care Nurses. 2009. Advanced Critical Care Nursing. United Kingdom: Saunders Elsevier

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Ke Tiga, Penerbit Balai Pustaka FKUI,Jakarta 1996.

Brunner & Suddarth, ( 2002 ) Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Hal.363. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Digiulio, Mary, et al. 2007. Medical- Surgical Nursing. United States of America: The McGraw-Hill Companies

24

Page 25: Askep Angina

Ely Ismudianti Rilantono dkk, Buku Ajar Kardiologi, Balai Penerbit FKUI, 1998.

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Ed. 2 hal 132. Jakarta : EGC, 2002.

Guyton & Hall, ( 2002 ), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Edisi 9,Jakarta : EGC

Katzung, B. G ., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi pertama,Salemba;Jakarta

Le Mone, Priscilla. Karen Burke. 2008. Medical-Surgical Nursing. (4th ed). United States of America : Pearson Prentice Hall

Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 2008.

Paskah, Leonardo. 2008. Mahalnya Serangan Jantung, (Online), (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=9897), diakses 9 Oktober 2013

Sharon L, Lewis, et al. 2011. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. (8th ed). United States of America: Elsevier Mosby

Stilwell, Susan B. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC

Tjay, T .H., dan Kirana,R ., 2007,Obat-obat Penting, Khasiat, penggunaan danefek sampingnya, edisi ke-enam, Penerbit Elex Media Komputindo;Jakarta.

25