AFASIA

15
AFASIA LUTHFAN DIO SATRIA BACHRI 1310211089

description

kkkkkk

Transcript of AFASIA

AFASIALUTHFAN DIO SATRIA BACHRI

1310211089

Definisi : gangguan bahasa yang multimodalitas, artinya tidak mampu berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.

Ketidakmampuan dalam multimodalitas tersebut tidak merata tetapi satu lebih menonjol dari yang lain, bergantung pada jenis afasianya

AFASIA

Afasia Broca ( tidak dapat berbicara ) Afasia Wernicke ( tidak dapat menyimak ) Afasia anomik ( tidak dapat menyebut nama benda ) Afasia konduksi ( tidak dapat mengulang kalimat ) Afasia global ( semua tidak dapat )

Segi Klinik

Afasia yang berat dan sedang dapat ditetapkan secara klinik non formal

Afasia yang ringan atau meragukan perlu ditetapkan secara formal dengan tes afasia

Penetapan jenis afasia ( Broca, Wernicke, dsb ) diperlukan untuk menentukan letak lesi di otak dan program rehabilitasinya

Langkah – langkah :◦ Menentukan bahasa yang dikuasai pasien◦ Menetukan kecekatan tangan ◦ Menetapkan golongan afasia tak lancar dan lancar◦ Menetapkan jenis afasia◦ Menetapkan fungsi-fungsi luhur lainnya ( persepsi, memori, emosi, kognitif)◦ Menetapkan dengan test formal ( token test, peabody vocabulary test, boston

diagnostic Aphasia Test)◦ Menetapkan fungsi-fungsi luhur lainnya dengan formal ( test psikometrik)

Next…

Pusat bicara utama terdapat diregio basalis lobus frontalis kiri ( area Broca, 44 ) dan dibagian posterior lobus temporalis pada pertautannya dengan lobus parietalis ( area wernicke, 22 )

Mekanisme Bicara

Impuls auditorik disampaikan ke kedua sisi kortek auditorik primer Pada hemisferium yang dominan data auditorik dikirim ke A ke

pusat wenicke, pengiriman data dari hemisferium yang tidak dominan ke pusat wernicke dilaksanakan melalui serabut korpus kalosum

Setelah itu data dikirim ke E pusat pengertian bahasa. Disitu simbol bahasa lisan diintegrasikan dengan simbol bahasa visual

Bahasa lisan dihasilkan oleh kegiatan dipusat pengertian bahasa F, nanti F akan mengirimkan pesan ke B sebagai pusat Broca ( yang menyelenggarakan produksi kata kata ), dan melalui C daerah motorik primer dan melalui lobus frontalis ( ikut mengatur produksi aktivitas motorik yang tangkas dalam bentuk kata kata yang jelas

Mekanisme Bicara

Bahasa visual dikembangkan melalui persepsi visual bilateral. Dari korteks visual primer kedua sisi data visual disampaikan ke H kepada korteks visual sekunder di hemisferium yang dominan

Data tersebut dikirim ke D ke pusat wernicke dan ke G ke pusat penginegrasian bahasa

Mekanisme Bicara

Sindrom afasia dapat dibagi menjadi afasia motorik (ekspresif) dan afasia sensorik ( reseptif).

Lesi yang menimbulkan afasia motorik terletak disekitar area Broca

Afasia motorik terberat pada penderita adalah penderita sama sekali tidak dapat mengeluarkan kata kata

Namun masih mengerti bahasa verbal dan visual dan juga perintah perintah untuk melakukan sesuatu bisa dilaksanakan sesuai dengan makna perintah

Afasia

Pada afasia motorik umumnya kemampuan untuk menulis kata kata masih tidak terganggu namun bisa juga terjadi agrafia ( hilangnya kemampuan untuk ekspresi dengan tulisan )

Ada afasia motorik yang ringan yaitu afasia nominatif atau amnesia amnestik

Pasien dengan afasia nominatif tidak bisa menemukan simbolik verbal dari benda yang diperlihatkan

Jadi pasien tahu abstraksi dari benda tersebut dalam pikiran tetapi tidak bisa menyatakannya

Kemudian ada afasia motorik kortikal, dimana pasien tidak bisa melakukan ekspresi dengan cara apapun, baik dengan cara verbal maupun visual karena mengalami kerusakan diseluruh korteks daerah broca

Next....

Afasia motorik subkortikal, pada afasia ini pasien tidak dapat mengucapkan satu kata pun, namun masih bisa mengutarakan pikirannya dengan cara menulis. Biasanya terjadi akibat lesi di masa putih daerah broca

Jika ada lesi yang agak besar di daerah antara daerah broca dan wernicke, pasien hanya bisa mengikuti kata-kata orang tapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata sebagai cara ekspresi aktifnya

Kemudian ada afasia yg tergolong akalkulia ekspresif dan agrafia ekspresif = hilangnya kemampuan untuk ekspresi dengan menggunakan simbolik matematika dan huruf.

Pada akalkulia ekspresif dan agrafia ekspresif masih bisa berbahasa dan letak lesi di lobus frontalis

Next...

Afasia sensorik/ perseptif dikenal sebagai afasia Wernicke kemampuan untuk mengerti bahasa verbal dan visual terganggu / hilang sama sekali.

Kemampuan untuk mengucapkan dan menulis kata-kata masih ada

Penderita tidak dapat mengerti lagi bahasa yang didengarnya dan isi surat yang dibacanya

Lesi yang menimbulkan afasia sensorik terletak di area wernicke ( lobus temporalis, lobus oksipitalis, lobus parietalis )

Hancurnya daerah tersebut = hilangnya daya untuk mengerti apa yang dibicarakan atau dituliskan

Next…

Adakalanya “bahasa baru” mengandung kata-kata yang menyerupai kata-kata yang wajar, namun kebanyakan ocehan yang tidak berarti disebut “jargon aphasia”

Afasia sensorik ringan ( “tuli kata-kata”) = penderita sama sekali tidak mengerti bahasa verbal yang didengarnya tapi ia masih bisa mengerti bahasa tertulis dengan baik.

Afasia sensorik (“ buta kata-kata”) = bahasa verbal masih bisa dimengerti

Tuli kata-kata dan buta kata-kata timbul akibat lesi kecil disekitar daerah Wernicke (lobus temporalis, parietalis, oksipitalis)

Jenis dari buta kata-kata ialah agrafia, akalkulia, dan aleksia reseptif Agrafia ekspresif = ekspresi bahasa terganggu Agrafia reseptif = bahasa verbal masih dimengerti tp daya untuk

bahasa tertulis hilang Akalkulia reseptif = pasien masih bisa mengerti bahasa verbal tp tidak

bisa hitung-hitungan

Next…

Aleksia reseptif = hanya mampu untuk mengerti bahasa verbal Lesi-lesi yang relevan bagi afasia reseptif fraksional terbatas pada

girus angularis ( ujung sulkus temporalis superior ) dan supramarginalis ( ujung fisura serebri lateralis Sylvii )

Next…

Diawali seawal mungkin. Segera diberikan bila keadaan umum pasien

sudah memungkinkan pada fase akut penyakitnya

Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik

Program terapi yang dibuat oleh terapis sangat individual dan

bergantung pada latar belakang pendidikan, status sosial dan

kebiasaan pasien

Program terapi berlandaskan pada penumbuhan motivasi pasien

untuk mau belajar bahasanya yang hilang

Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diselingi dengan terapi

kelompok dengan pasien afasia yang lain

Penyertaan keluarga dalam terapi dangat mutlak

Dasar-dasar Rehabilitasi

Neurologi Klinik Dasar, Dian Rakyat Penuntun Neurologi, Soemarmo Markam

Referensi