abstrak kasbes sirosis

3
SEORANG WANITA 59 TAHUN DENGAN SIROSIS HEPATIS, PSCBA, ASITES GRADE II, DIABETES MELITUS TIPE II, ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK, AZOTEMIA DAN UNDERWEIGHT Rigar David S* dr. Agung Prasetyo, sp.PD ** ABSTRAK Latar Belakang. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Penyebab sirosis hepatis bermacam-macam, ada penyebab didapat maupun genetik. Di Indonesia penyebab terbanyak adalah virus hepatitis tipe B dan C. Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi dua tipe, yaitu sirosis kompensata dan sirosis dekompensata. Pada sirosis dekompensata, gejala-gejala klinis yang timbul lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan/atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut adalah komplikasi dari sirosis hepatis, antara lain edema, ascites, spontaneus bacterial peritonitis, perdarahan varices esofagus, hepatic encephalopathy, hepatorenal syndrome, hepatopulmonary syndrome, hyperspleenism dan kanker hati. Tujuan. Mendeskripsikan penegakan diagnosis dan penanganan pada pasien. Metode. Pembahasan menggunakan data anamnesis dari pasien, pemeriksaan fisik pada pasien, catatan medik, pemeriksaan penunjang dan follow up pasien di bangsal selama perawatan. Hasil. Seorang wanita, 59 tahun datang ke RSDK dengan keluhan utama muntah darah. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh muntah darah sejak 5 hari yang lalu. Muntah darah berwarna kemerahan, prongkol-prongkol, frekuensi muntah darah >3x

description

feel

Transcript of abstrak kasbes sirosis

Page 1: abstrak kasbes sirosis

SEORANG WANITA 59 TAHUN DENGAN SIROSIS HEPATIS, PSCBA, ASITES

GRADE II, DIABETES MELITUS TIPE II, ANEMIA NORMOSITIK

NORMOKROMIK, AZOTEMIA DAN UNDERWEIGHT

Rigar David S* dr. Agung Prasetyo, sp.PD **

ABSTRAK

Latar Belakang. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Penyebab sirosis hepatis bermacam-macam, ada penyebab didapat maupun genetik. Di Indonesia penyebab terbanyak adalah virus hepatitis tipe B dan C. Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi dua tipe, yaitu sirosis kompensata dan sirosis dekompensata. Pada sirosis dekompensata, gejala-gejala klinis yang timbul lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan/atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut adalah komplikasi dari sirosis hepatis, antara lain edema, ascites, spontaneus bacterial peritonitis, perdarahan varices esofagus, hepatic encephalopathy, hepatorenal syndrome, hepatopulmonary syndrome, hyperspleenism dan kanker hati.

Tujuan. Mendeskripsikan penegakan diagnosis dan penanganan pada pasien.

Metode. Pembahasan menggunakan data anamnesis dari pasien, pemeriksaan fisik pada pasien, catatan medik, pemeriksaan penunjang dan follow up pasien di bangsal selama perawatan.

Hasil. Seorang wanita, 59 tahun datang ke RSDK dengan keluhan utama muntah darah. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh muntah darah sejak 5 hari yang lalu. Muntah darah berwarna kemerahan, prongkol-prongkol, frekuensi muntah darah >3x perhari, volume 1x muntah banyak (± 1 gelas belimbing) hingga pasien merasa lemas. Selain itu pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam seperti petis, BAB berwarna hitam tidak lama sejak muntah darah, pasien BAB > 5x perhari. Pasien lebih sering beristirahat. Pasien juga mengeluh perut membesar (+) sejak ± 1 tahun yang lalu, perut sebah (+), mual (+),nafsu makan menurun (+), berat badan turun (+), demam (-), gatal (-), sesak (-), BAK seperti air teh (-), kaki bengkak (+/+), batuk (-). Pada pemeriksaan fisik Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak lemas. Nadi 70x/ menit, status gizi underweight (17,4 kg/m2), konjungtiva palpebra pucat (+/+), bulu ketiak rontok (+/+), atrofi m. Pectoralis (+/+), ronki basah halus di basal paru kanan dan kiri, abdomen tampak cembung, kulit tegang dan mengkilat (+), liver span 5 cm, pekak sisi (+) meningkat, pekak alih (+), hepar dan lien sulit dinilai, undulasi (+). Oedema ekstremitas inferior (+/+).Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan nemia normositik normokromik (Hb = 7,7 g/dl ; MCV 89,8 pg dan MCH 30,9 fl), hematokrit menurun (22,5%), eritrosit menurun (3,2 juta/uL), PTTK memanjang (40,4 detik), hiperglikemia, hiperglikemia (329 mg/dl), kadar SGOT meningkat (109 U/L), kadar SGPT meningkat (65 U/L), hiperbilirubinemia, hipoalbuminemia (2,0 g/dl), uremia (146 mg/dl),

Page 2: abstrak kasbes sirosis

hipomagnesemia (0,71 mmol/L), hipocalsemia (1,93 mmol/L), HBsAg positif, snalisa cairan ascites = Transudat, pemeriksaan USG abdomen: sirosis hepatis, asites, efusi pleura kiri (minimal), EGD : varices grade 3, gastropati hipertensi portal McCormack II, Xfoto Thorax AP-Lat : opasitas bentuk triangular pada lapangan tengah paru kanan, efusi pleural duplex, apri score 2,39, child-pugh score : 10, kriteria C.

Kesimpulan. Ditemukan komplikasi sirosis hepatis pada pasien ini, yaitu ascites, edema, dan pecahnya varices esofagus. Berdasarkan perhitungan skor Child-Pugh yang bertujuan untuk mengetahui prognosis penyakit pasien. Pada pasien ini didapatkan total skor sebanyak 10 berdasarkan data kadar bilirubin serum 1,80 mg/dL (1 poin), kadar albumin serum 2,0 gr/dL (3 poin), ascites grade 2 (poin 3), tidak adanya ensefalopati (poin 1) dan waktu protrombin 2,2 detik (poin 2). Berdasarkan jumlah skor, paisen ini dikategorikan sebagai kelas C dimana angka one year survival 45% dan two year survival 35%. Terapi yang diberikan pada pasien ini merupakan terapi simtomatik. Diberikan pengobatan Infus D5% 10 tpm, diet lunak 1700 kkal rendah garam, omeprazole 20 mg/12 jam, propanolol 40 mg/8 jam, spironolacton 1x100 mg, koreksi albumin 1 kolf/hari (target albumin >2,5 g%), serta pengaturan diet yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori, protein, karbohidrat, lemak untuk pasien. Selain itu diberikan terapi lainnya seperti injeksi lantus 20 unit/24 jam, dan juga diberikan obat hiperglikemik oral acarbose (Eclid) tab 100 mg/8 jam, gliclaside ( Diamicron) 60 mh/ 1-0-0 untuk mengontrol kadar gula darah pasien. Dan diberikan transfusi PRC 1 kolf/hari untuk mengatasi anemia pasien. Selama proses perawatan di RSDK pasien mengalami perbaikan antara lain sudah tidak muntah darah, tidak melena, tapi pasien mengalami gatal-gatal akibat peningkatan kadar bilirubin dan mengalami sesak nafas karena adanya efusi pleura yang disebabkan cairan ascites yang sudah memasuki rongga pleura pasien.

Kata kunci. Sirosis Hepatis, Varices Esofagus